Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186892 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusak Novanto
"ABSTRAK
Menurut Bowlby (dalam Sperling & Herman, 1994), attachment atau kelekatan emosional yang teijadi antara anak/bayi dan figur pengasuh utamanya akan berpengaruh pada kehidupan seorang mulai dari lahir sampai ke Hang kubur. Perilaku attachment masa kanak - kanak tadi akan direfleksikan dalam hubungan cinta seseoiang dengan pasangannya ketika ia meraasuki usia dewasa ffluda. Setiap orang akan mengembangkan pola adult attachment yang berbeda berdasarkan kombinasi tertentu dari dimensi avoidance dan anxiety yang melandasinya.
Salah satu teori tentang cinta, yaitu teori segitiga cinta Stemberg (1988) mengemukafcan bahwa cinta merupakan gabungan dari komponen intimacy, passion, dan commitment. Topik ini menarik dan layak untuk diteliti fcarena attachment dan cinta ini akan berpenganA pada bidang-bidang kehidupan liianusia yang lainnya. (baik pengaitih negatif maupun positif), sefflentata itu di Indonesia, penelitian semacam ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dicoba untuk menyelidiki pengaruh dimensi - dimensi adult attachment terhadap komponen - komponen cinta.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adatah metode korelasional yang berusaha melihat hubungan yang terjadi di antara variabe! - variabel penelitian. Sedangkan tehnik utama yang digunakan adatah analisis regresi ganda dan korelasi produk momen Pearson, serta uji beda means dengan t test. Dimensi avoidance dan anxiety adult attachment diufcur dengall menggunakan skala ECR {Experiences in Close Relationships) yang disusun oleh Brennan dkk (1998). Skala ini terdiri dari dua subskala berbentuk skala Likert 1-7 yang masing - masing terdiri atas 18 item pemyataan yang mengukur dimensi yang berbeda.
Sedangkan untuk komponen cinta, alat ukumya adaiah skala segitiga cinta Stemberg (1988) yang l^rtjifi dari tiga subskala berbentuk skala Likert 1-7 yang rrtasing - masirig terdiri dari 15 item peitiyataan yang mengufcur kompoiien - komponen cinta yang berbeda.
Subyek penelitian adalah mahasiswa usia dewasa muda di Universitas Indonesia (84 orang) dengan pertimbangan bahwa pada usia inilah manusia mulai mengembangkan hubungan cinta dengan lawan jenisnya sehingga usia ini sangat sesuai untuk menjadi subyek penelitian. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.
Hasii penelitian ini menunjukkan adanya koretasi yang signifikan antara dimensi avoidance adult attachment dengan ketiga komponen cinta intimacy, passion, dan commitment. Korelasi yang teijadi cukup besar (korelasi lebih dari 0,3) dengan hubungan yang berlawanan arah. Ditemukan juga korelasi yang signifikan antara dimensi anxiety adult attachment dengan komponen cinta passion. Secara umum dapat dikatakan kedua dimensi itu berpenganih terhadap ketiga komponen cinta, namun secara statistik, pengaruh yang signifikan hanya dimiliki oleh dimensi avoidance saja.Kedua dimensi itu memberifcan fcontribusi rata - rata sebesar 33 % kepada komponen - komponen cinta.
Hasil tambahan yang lainnya adalah tidak ditemukan adanya perbedaan antara responden pria dan wanita pada dimensi adult attachment dan komponen - komponen cinta. Kemudian ditemukan juga bahwa lama hubungan cinta saat ini temyata mempunyai hubungan yang positif dengan komponen intimacy dan commitment.
Saran praktis dari penelitian ini adalah ketika seseorang mulai menjalin cinta dengan pasangannya, ada baiknya jika ia mengetahui pola adult attachment yang dimilikinya serfa komponen - komponen cinta dengan tujuan jika terjadi sesuatu yang kurang memuaskan dalam hubungan cinta, ia dapat mengusahakan bebempa langkah yang hams ditempuh agar hubungan dapat beqalan langgeng. Misalnya, meningkatkan komponen intimacy dengan melakukan perjalanan bersama dan saling terbuka satu sama Iain, atau meningkatkan komponen commitment dengan cara mempertahankan hubungan meskipun ada hflrangf^Tt yang mencoba mengganggu hubungan cinta tersebut.
Saran metodologis dari penelitian ini adalah ditambahnya jumtah sampel penelitian dan dilakukan penganekaragaman karakteristik subyek sehingga hasil yang dicapai lebih kaya. Saran yang lain adalah ditambahkannya alat ukur dengan metode yang Iain (wawancara, eksperimen, observasi) supaya dapat dilakukan validasi silang untuk meningkatkan keakuratan pengukuran dan kemantapan konstruk yang diukur."
2001
S2838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha T. Kuera
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manopo, Christine
"ABSTRAK
Attachment (kelekatan) yang teijadi antara pengasuh utama dan anak mempengaruhi kehidupan seseorang, terutama kehidupan individu saat berhubungan dengan orang lain (Bowlby, 1982). Perilaku attachment yang berkembang pada masa kanak-kanak akan direfleksikan dalam berbagai bentuk hubungan, termasuk persahabatan (Kerns, Klepac & Cole, 1996). Dalam hal ini, setiap individu akan mengembangkan kategori adult attachment yang berbeda berdasarkan kombinasi tertentu yang terpola dari dimensi avoidance dan dimensi anxiety.
Persahabatan sebagai salah satu bentuk hubungan interpersonal yang kualitasnya dipengaruhi pola tersebut di atas tidak luput dari penelitian-penelitian yang berkembang saat ini. Berkualitas atau tidaknya sebuah hubungan persahabatan tergantung bagaimana indikator-indikator dalam hubungan tersebut berfiingsi dengan baik (Mendelson, 2000). Indikator-indikator tersebut terdiri atas 6 dimensi, yaitu stimulating companionship, help, intimacy, reliable alliance, self validation, dan emotional security. Topik ini layak untuk diteliti karena berpengaruh pada aspek kehidupan manusia. Namun, penelitian mengenai topik ini belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh perbedaan karakteristik dimensi-dimensi adult attachment terhadap kualitas persahabatan remaja akhir.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan yang teijadi antara variabel-variabel penelitian. Tehnik utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi berganda dan korelasi produk momen-Pearson. Disamping itu, penelitian ini juga melakukan uji beda means dengan t test. Adult attachment dimensi avoidance dan dimensi anxiety diukur dengan menggunakan skala ECL yang disusun Brennan et al (1998). Skala ini terdiri atas 18 pemyataan yang berbentuk skala Likert 1-7 yang berfungsi mengukur masing-masing dimensi. Sedangkan untuk kualitas persahabatan, peneliti menggunakan McGill Friendship Questionairre yang disusun Mendelson (2000). Skala ini terdiri atas 6 sub skala berbentuk skala Likert. Skala ini terdiri atas 6 pemyataan untuk masing-masing dimensi yang bertujuan mengukur apakah indikator yang mempengaruhi kualitas persahabatan berfungsi dengan baik.
Subyek penelitian ini adalah 162 mahasiswa yang terdapat di Universitas Indonesia dan memasuki tahap remaja akhir (18-22). Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa individu yang berada pada tahap ini lebih tenang dan stabil serta lebih berkualitas dibanding sebelumnya (Kems, Klepac & Cole, 1993). Sedangkan tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara dimensi adult attachment avoidance terhadap kualitas persahabatan dimensi stimulating companionship, help, reliable alliance, self validation dan emotional security. Pada hasil tambahan, tidak ditemukan adanya perbedaan antara responden pria dan wanita pada dimensi adult attachment dan kualitas persahabatan. Selain itu, lama hubungan persahabatan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kualitas persahabatan. Saran praktis dari penelitian ini adalah seseorang perlu memperhatikan selfmodel sebagai sesuatu yang positif pada saat memandang diri sendiri dalam rangka membentuk hubungan interpersonal dengan orang lain.
Saran metodologis dari penelitian ini adalah melakukan variasi karakteristik subyek sehingga basil yang diperoleh lebih beragam. Disamping itu, perlu ditambahkan alat ukur, seperti observasi dan wawancara, sehingga dapat dilakukan validasi silang yang berguna untuk meningkatkan keakuratan suatu pengukuran dan konstruk yang diukur."
2002
S2871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yarra Rania Nurul Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif manga boys’ love (BL) dan bagaimana wacana tersebut memengaruhi popularitas BL di Indonesia. Penulis menggabungkan metode model analisis femininitas dan maskulinitas oleh Zhou, et al. (2018), analisis teks, dan interpretasi komposisi visual oleh Rose (2001) untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif dalam manga Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu dan metode analisis tematis oleh Clarke dan Braun (2013) untuk menganalisis tanggapan pembaca BL Indonesia di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu merupakan BL dengan wacana heteronormatif dan pembaca BL Indonesia di Twitter juga lebih sering mengungkit aspek heteronormatif manga tersebut. Preferensi pembaca BL Indonesia yang memilih manga BL dengan karakter heteronormatif dapat dibaca sebagai bukti kuatnya internalisasi norma-norma heteronormatif di Indonesia yang didukung oleh nilai-nilai agama dan sosial.

This research discusses the existence of heteronormative themes in boys’ love (BL) manga and determines how they affect the popularity of BL in Indonesia. This research combines Zhou, et al. (2018)’s femininity and masculinity model, text analysis method, and compositional interpretation method by Rose (2001) to analyse the heteronormative themes in Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu and thematic analysis method to examine Indonesian BL readers’ comments on Twitter. Results have shown that Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu indeed has heteronormative themes and the comments on Twitter are mostly focused on heteronormative aspects of the manga. Indonesian BL readers’ tendency to prefer BL mangas with heteronormative themes can be seen as an evidence of the strong internalisation of heteronormative norms in Indonesia, which is also supported by the religious and social values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukaria
"Masa dewasa muda adalah masa kehidupan yang sangat penting bagi seseorang. Pada usia ini seseorang mencapai tanggung jawab yang lebih besar daripada usia sebelumnya karena ia mulai memilih arah hidup selanjutnya (Tumer 8; Helms, 1987). Di antara tugas-tugas perkembangan dewasa muda menurut Havighurst, sebagian berkaitan dengan kehidupan berumah tangga, diantaranya adalah: berpacaran dan memilih pasangan hidup, dan belajar menyesuaikan diri dan hidup selaras dengan pasangan perkawinannya (Tumer & Hchns, 1987). Dalam membina hubungan yang intim dengan lawan jenis ini, salah satu emosi yang sangat penting dan menentukan adalah cinta. Cinta yang dimaksud oleh penulis dalam hal ini adalah cinta heteroseksual amara dua orang dewasa yang menjurus pada perkawinan.
Dewasa ini di negara-negara maju, cinta romantis dinilai oleh orang muda sebagai satu alasan terpenting untuk perkawinan (Rathus dkk., 1993). Satu hal yang sangat penting dalam hubungan cinta adalah konsep cinta yang dianut oleh orang yang bersangkutan. Konsep cinta dapat mencakup sekurang-kurangannya pemahaman seseorang tentang apa yang menjadi ciri-ciri/unsur-unsur cinta, dan bagaimana persamaan, dan perbedaan cinta dengan emosi yang lainnya yang hampir serupa.
Konsep cinta ini penting bagi kelangsungan hubungan cinta karena banyak masalah yang timbul dalam hubungan cinta berkaitan dengan kosep cinta ini. Masalah-masalah yang dapat terjadi dalam hubungan cinta yang berkaitan dengan konsep cinta itu antara lain:
- Masalah perbedaan dalam memahami cinta karena perbedaan jenis kelamin dan perbedaan individual
- Masalah perbedaan individual dalam komitmen dan nilai-nilai yang dianut:
- Masalah perbedaan antara gambaran ideal dan kenyataan
- Masalah-masalah perubahan cinta
Dengan adanya permasalahan di atas maka melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui :
2. Bagaimanakah gambaran konsep cinta pada orang dewasa muda?
2. Apakah ada perbedaan konsep cinta antara pria dan wanita?
3. Apakah ada perbedaan konsep cinta antara orang yang sudah menikah dengan orang yang belum menikah?
Untuk menjawab masalah ini maka peneliti menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan dimensi-dimensi emosi menurut Frijda dkk. (1989) dan dimensi-dimensi cinta menurut Sternberg (1988) sebagai kerangka analisis. Untuk alat pengumpul data, peneliti menggunakan wawancara.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: secara umum dari seluruh subyek yang berjumlah 12 orang, dimensi yang paling menonjol pada konsep cinta keseluruhan subyek adalah dimensi penilaian dalam teori emosi Frijda (1986, 1989) dan dimensi keakraban dalam teori Sternberg (1988). Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa dalam perbandingan antara pria dan wanita, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam dimensi-dimensi emosi menurut Frijda dan dimensi-dimensi cinta menurut Sternberg. Perbandingan antara subyek yang belum menikah dengan yang sudah menikah juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Namun secara kualitatif dari segi isi konsep cinta, nampak bahwa ada beherapa perbedaan antara pria dan wanita, yaitu:
- dalam dimensi emosi menurut Frijda, pada pria tidak terdapat respons ketergugahan faali sebagai unsur dalam konsep cinta sedangkan pada wanita terdapat respons ketergugahan faali walaupun hanya sedikit (5%).
- dalam dimensi cinta menurut Sternberg (1988), unsur yang paling besar proporsinya pada subyek pria adalah keakraban (52%) sedangkan pada wanita adalah nafsu (44%)
Perbandingan antara orang yang belum menikah dengan orang yang menikah juga apabila dianalisis isinya, terlihat bahwa pada orang yang sudah menikah unsur yang menempati bagian terbesar dalam konsep cintanya adalah nafsu (48,5%) sedangkan pada orang yang belum menikah adalah keakraban (49,4%).
Dengan analisis kualitatif peneliti juga menemukan ciri-ciri utama dari cinta sbb:
- bersifat subyektif
- bersifat egois yaitu menuntut balasan
- adanya kesediaan berkorban untuk orang yang dicintai
- berkaitan dengan ketertarikan seksual (nafsu)
- berkaitan dengan komitmen yaitu mengarah pada perkawinan, dan
- penerimaan secara total terhadap orang yang dicintai atau menerima orang yang dicintai apa adanya.
Semua ciri di atas itulah yang membedakan cinta dari emosi lain yang hampir sama seperti sayang dan suka. Apabila dilihat dari teori Sternberg (1988) maka sebagian besar ciri utama itu tergolong dalam dimensi nafsu. Dengan demikian peneliti dapat mengajukan asumsi bahwa aspek yang paling dominan dalam membedakan cinta dengan emosi lainnya adalah nafsu.
Analisis kualitatif juga menemukan faktor-faktor penyebab seseorang mencintai orang lain, yaitu dapat disebutkan sbb:
- karena orang yang dicintai memenuhi ideal/kriteria yang sudah dimiliki oleh subyek
- karena orang yang dicintai memenuhi kebutuhan subyek diantaranya kebutuhan akan perhatian dan kebutuhan akan rasa penting
- karena orang yang dicintai memiliki kesamaan nilai-nilai yang dianut dengan subyek, dan
- karena subyek mendapatkan balasan yang setimpal dari lawan jenis atas usaha dan perhatian yang ia berikan.
Keempat faktor penyebab cinta itu secara sendiri-sendiri maupun secara bersama dapat menimbulkan perasaan cinta pada diri subyek."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Butarbutar, Tiodora Br.
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran penghayatan makna cinta dalam perkawinan dan dalam hubungan perselingkuhan pada laki-laki dan perempuan yang melakukan perselingkuhan. Teori-teori yang digunakan adalah teori segitiga cinta Stemberg, teori perkawinan dan teori mengenai perselingkuhan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam pada empat orang subyek yang melakukan perselingkuhan yang terdiri dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan.
Dari hasil penelitian didapatkan gambaran mengenai makna cinta pada lakilaki dan prempuan yang melakukan perselingkuhan sebagai berikut:
1. Cinta, dengan ketiga komponennya adalah bukan hal yang mendasari perkawinan keempat subyek.
2. Adanya pemahaman yang tidak utuh mengenai definisi cinta pada ketiga subyek di mana mereka melihat cinta hanya sebagai satu komponen cinta dari tiga komponen cinta dari segitga cinta Stemberg, intimacy, passion dan commitment.
3. Penghayatan subyek terhadap makna cinta dalam perkawinan yang tidak menyeluruh di mana ada komponen-komponen cinta yang dinyatakan penting oleh subyek tetapi perwujudannya dalam perilaku sehari-hari tidak tampak.
4. Ketidakpuasan terhadap pasangan dalam perkawinan mendorong keempat subyek untuk melakukan perselingkuhan, walaupun mungkin bukan menjadi sebab langsung.
5. Perselingkuhan yang dilakukan oleh keempat subyek memiliki dampak yang sama pada keadaan rumah tangga yaitu, terpecahnya atau berkurangnya perhatian untuk anggota keluarga.
Saran diberikan untuk penelitian lebih lanjut di mana penelitian akan lebih lengkap bila diperoleh data dari pasangan dalam perkawinan dan pasangan dalam hubungan perselingkuhan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Diantika
"ABSTRAK
Masa dewasa muda merupakan masa perubahan yang dramatis dalam
hubungan interpersonal. Pada masa itu seseorang berusaha untuk membentuk
hubungan yang intim ('Intimacy). Intimacy dapat berupa hubungan persahabatan,
pacaran, maupun pernikahan. Intimacy merupakan salah satu bentuk hubungan
yang dikarakteristikkan ke dalam hubungan attachment yang terjadi pada masa
dewasa. Attachment itu sendiri dapat diartikan sebagai hubungan antara dua
orang yang merasakan ikatan yang kuat satu sama lain yang melakukan sejumlah
hal untuk mempertahankan hubungan tersebut. Pada dasarnya, attachment
berlangsung di sepanjang kehidupan seseorang semenjak ia bayi hingga dewasa.
Attachment pada masa kecil biasanya terbentuk antara seseorang dengan
orangtuanya atau pengasuhnya. Attachment yang terbentuk saat kecil merupakan
tahap awal pembentukan attachment dan menentukan hubungan interpersonal
seseorang selanjutnya dengan figur attachment yang lain. Pada masa dewasa
muda attachment dapat terbentuk antara seseorang dengan teman, sahabat,
maupun pacar. Attachment pada tiap orang terbentuk dengan cara yang berbeda
sehingga membentuk kualitas attachment yang berbeda pula pada tiap orang.
Kualitas attachment yang terbentuk memiliki tiga tipe yaitu attachment yang
secure, avoidant, dan ambivalent/arvcious. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kualitas attachmenl dengan orangtua di masa kecil dan kualitas attachment
dengan pacar di usia dewasa muda. Salah satu tugas perkembangan dewasa muda
adalah memilih pasangan hidup dan belajar untuk hidup beradaptasi dengan
pasangannya. Mengingat hal tersebut, sangatlah penting untuk meneliti kualitas
attachment dengan pacar di usia dewasa muda dan hubungannya dengan kualitas
attachment dengan orangtua di masa kecil.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, yang terdiri dari alat ukur
kualitas attachment dengan orangtua di masa kecil dan alat ukur kualitas
attachment dengan pacar di usia dewasa muda yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan sejumlah teori dan literatur
yang ada. Subjek dalam penelitian ini adalah individu dewasa muda yang berusia
22-28 tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran kurang dari satu tahun serta
berada di dalam satu kota dengan pacarnya. Subjek dalam penelitian ini dipilih
dengan menggunakan metode incidental sampling.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: pertama, tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas attachment yang secure dengan
orangtua di masa kecil dan kualitas attachment yang secure dengan pacar di usia
dewasa muda. Kedua, terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas
attachment yang arnious dengan orangtua di masa kecil dan kualitas attachment
yang anxious dengan pacar di usia dewasa muda. Dan Ketiga, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kualitas attachment yang avoidant dengan
orangtua di masa kecil dan kualitas attachment yang avoidant dengan pacar di
usia dewasa muda."
2004
S3373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Kurniawan
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Trikartiko
"ABSTRAK
Pemberian sejumlah uang kepada petugas / polisi oleh
si pelanggar lalulintas agar ia dibebaskan dari tuntutan hukum
atau yang sering disebut sebagai tingkahlaku denda damai sudah
diakui keberadaannya oleh masyarakat. Sebenarnya Tingkahlaku
ini tergolong kedalam tindakan penyuapan yang melanggar hukum
dan idealnya tidak boleh dilakukan, namun berdasarkan fakta
dilapangan tingkahlaku ini ternyata sering dilakukan oleh
pengemudi kendaraan bermotor dan sudah menjadi alternatif yang
lebih menguntungkan daripada mengikuti prosedur Tilang, bahkan
kelompok mahasiswa yang seharusnya menjadi panutan dalam
masyarakat ternyata merupakan kelompok yang tergolong
mayoritas dalam melakukan pelanggaran lalulintas dan pada
penelitian yang dilakukan-terhadap mahasiswa Universitas
Indonesia (U.I) ditemukan bahwa mahasiswa U.I memiliki sikap
yang toleran pada penyuapan kecil.
Pada awalnya sikap dianggap sebagai antesenden yang
terdekat dengan tingkahlaku, namun setelah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli ternyata peramalan sikap terhadap
perilaku kurang akurat. Beberapa ahli kemudian mengemukakan
teori yang menyatakan bahwa tingkahlaku dapat diramalkan
melalui besarnya intensi yang mereka miliki, intensi ini
sendiri dipengaruhi oleh sikap, Norma Subyektif (SN) dan PBC.
Kemudian para ahli lain berpendapat bahwa adanya Prior
Behavior pada individu dapat mempengaruhi sikap, SN, PBC dan
intensi yang dimiliki individu, jadi seseorang yang pernah
menampilkan suatu tingkahlaku akan memiliki variabel intensi
yang berbeda dengan orang lain yang tidak pernah melakukannya.
Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini mencoba untuk
mengetahui pengaruh Prior Behavior terhadap intensi mahasiswa
U.I untuk melakukan denda damai, bagaimana intensi mereka saat
ini dan diantara sikap, SN dan PBC variabel mana yang paling
berpengaruh terhadap intensi mereka.
Subyek yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa U.I yang mengendarai kendaraan bermotor dan
rumus Statistik yang dipakai adalah t-tes dan regresi berganda.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada intensi, sikap, SN dan PBC antara kedua
kelompok subyek dan variabel yamg paling berpengaruh adalah
PBC ."
1995
S2325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>