Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwimayu Budinastiti
"Maraknya bisnis ritel fesyen khususnya produk lokal menjadi penyebab utama terjadinya fenomena pasar sementara di kota besar Jakarta dan Bandung di mana berkembangnya para pengusaha-pengusaha muda. Pada skripsi ini penulis akan membahas mengenai karakteristik dari pasar sementara ini sendiri dari lokasi, produk, target pasar, dan juga tata ruang yang terjadi, dikhususkan pada dua studi kasus yang diambil yaitu Pop-Up Market dan Trademark Market. Pembahasan studi kasus dilakukan melalui pendekatan teoritik yang membahas mengenai ruang dan tempat, pasar, ritel, dan konsumen. selain itu pembahasan mengenai studi kasus juga dilakukan dengan metode survey langsung ke lapangan dengan obserbvasi dan pendekatan personal pada konsumen maupun retailer.

The rise of fashion retail especially in local products becoming the main reason of temporary market phenomenon in a big city such as Jakarta and Bandung, where're the emerging young entrepreneurs are. Through this script, writer's considering about characteristic of the temporary market, the location, products, target market, and layout that occurred at Pop-Up Market and Trademark Market which are script's case studies. Discussion is carried by theoretical approached which concern about space and place, market, retail, and consumer. Moreover, discussion about the case studies also done by survey method at both cases through observation and personal approached to consumer and retailer it self."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42203
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Ruth Olivia Laima Natalia Boru
"Fashion telah menjadi sebuah fenomena dimana masyarakat terkalsifikasi berdasarkan selera. Setiap kelas dalm masyarakat memiliki seleranya masing – masing yang dibentuk oleh kompetensi kultural. Perbedaan kompetensi kultural menciptakan perbedaan selera yang hierarkis antara kelas dominan dan kelas terdominasi. Kelas dominan memiliki akses yang lebih baik terhadap fashion dan mampu melegitimasi selera mereka dan menjadi panutan bagi kelas sosial lainnya. Namun, era New Media telah membawa masyarakat memasuki era dengan akses lebih luas terhadap informasi terkait fashion yang mambuat masyarakat dapat memiliki kompetensi kultural untuk dapat memproduksi selera mereka sendiri. Penelitian ini mencoba untuk menemukan bagaimana produksi selera dilakukan di dalam era New Media melalui penggunaan Instagram oleh generasi muda perempuan sebagai kelompok usia yang menjadi agen perubahan di dalam produksi selera melalui fashion.

Fashion has been a phenomena where society have been classified by their taste. Each classes of the society has their own taste that shaped by their cultural competence. Different cultural competence hence creating different hierarchy of tastes between The Dominant Class and The Dominated Class. However the Dominant Class has better access to fashion and legitimate their taste and becomes the role model for other social classes. However the age of New Media has brought society to the era of greater access to the information related to fashion which makes society has better cultural competence to produce their own tase. This research is trying to find out how the production of taste occurred in the age of New Media through the use of Instagram by female Youth as group of people who are the game-changer  of the taste  production through fashion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Ulva
"ABSTRAK
Tren terbaru dalam fashion tidak begitu saja diikuti para konsumennya. Di berbagai latar kehidupan sehari-hari, tren berbusana yang sedang berlangsung akhirnya ditampilkan pemakainya dalam berbagai adaptasi. Dalam street style, misalnya, para pelakunya melakukan penyesuaian-penyesuaian agar tren berbusana dapat dikenakan dalam latar kehidupan sehari-hari. Untuk melihat hal tersebut, penulis melakukan wawancara mendalam dan pengamatan terhadap empat laki-laki anggota komuniti Lookbook Jakarta. Padu-padan pakaian tertentu dipilih untuk penampilan mereka, sebab pakaian dianggap mengomunikasikan diri pemakainya kepada individu-individu lain yang mereka hadapi. Proses transformasi dan self-indication berperan penting ketika mereka berupaya menampilkan diri visual mereka lewat pakaian

ABSTRACT
The recent trend in fashion is not so readily followed by the consumers. In sort of daily-life settings, current fashion trends are presented in various adaptations. In street style, for example, the actors adjust their dresses to conform to their situations. To describe the way people adjust trends for themselves in daily-life settings, I conduct in-depth interviews and observations of four male members of Lookbook Jakarta. They choose certain outfits for their looks because dress is considered a “visual tongue” to communicate their selves to individuals they interact with. Transformation and self-indication play significant roles in this visual-self presentation"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S75571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Pratama
"Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, pemasaran fashion pada platform ecommerce menarik jutaan pengguna setiap harinya. Salah satu fitur yang penting untuk dimiliki platform ecommerce adalah kemampuan mencari produk fashion menggunakan foto pengguna sebagai query. Hasil pencarian yang akurat akan memberikan manfaat bagi pengguna dan bagi pelaku bisnis. Persoalan ini sangat menantang karena adanya perbedaan domain antara citra query yang diunggah pengguna dengan citra galeri produk yang menjadi target pencarian. Perolehan citra lintas domain dapat diselesaikan dengan metode konvensional seperti pemelajaran metrik menggunakan dataset berlabel. Namun metode ini tidaklah feasible dalam jangka panjang mengingat selalu bertambahnya inovasi di bidang fashion sehingga dibutuhkan anotasi terhadap citra yang berkesinambungan agar model tetap relevan. Pada penelitian ini diusulkan penggunaan self-supervised learning untuk meningkatkan kebermanfaatan data tanpa label dan mengurangi ketergantungan terhadap data berlabel. Pelatihan dengan metode ini menghasilkan sebuah encoder CNN dengan arsitektur ResNet-50, yang dilatih dengan sekumpulan citra tidak berlabel, agar mampu menghasilkan fitur umum dari citra. Model ini kemudian di-finetune dengan data berlabel agar mampu melakukan downstream task, yaitu perolehan citra lintas domain. Untuk meningkatkan hasil perolehan, dilakukan structural matching menggunakan Wasserstein distance (optimal transport) terhadap fitur spasial luaran encoder CNN pada saat inference dan finetuning. Selain itu, structural matching juga dapat menjelaskan bagian mana dari citra yang berkontribusi atas keseluruhan kesamaan atau jarak. Hasil menunjukkan bahwa kinerja encoder yang dilatih dengan self-supervised learning secara kuantitatif masih belum melampaui kinerja encoder baseline ImageNet, dengan perbedaan 1-2% dari sisi akurasi dan mAP menggunakan Triplet Loss, dan 6-10% dengan InfoNCE. Structural matching secara umum dapat meningkatkan hasil perolehan pada encoder yang dilatih dengan self-supervised learning. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa semua varian model mampu mencari citra yang mirip dengan query, baik dari sisi kategori, warna, bentuk, dan motif.

Being one of the largest industries in the world, fashion marketing on ecommerce platforms attracts millions of users every day. One of the essential features for an ecommerce platform is the ability to retrieve fashion items using user photos as queries. Good search results will yield benefits for users and for businesses. This problem is challenging due to the domain differences of the query images uploaded by the users and of product gallery images as retrieval targets. Cross-domain image retrieval can be accomplished by conventional methods such as metric learning using labeled datasets. However, this method is not feasible in the long term since innovations in this sector are fast such that continuous image annotations are required for the model to stay relevant. In this study, we propose to use self-supervised learning to increase usefulness of unlabeled data and to reduce dependency on labeled data. Training with this method produces a CNN encoder with ResNet-50 architecture, trained on a collection of unlabeled images, to infer generic features of images. The model is then finetuned with labeled data so that it can perform the downstream task, which is cross-domain image retrieval. To improve retrieval results, we performed structural matching by calculating Wasserstein distance (optimal transport) using spatial features inferred from CNN encoder during inference and finetuning. In addition, structural matching can also explain which parts of two images contribute to overall similarity or distance. Results show that an encoder trained with self-supervision quantitatively has not yet outperformed off-the-shelf ImageNet encoder baseline, with a difference in terms of accuracy and mAP of 1-2% for Triplet Loss, and 6-10% for InfoNCE. Generally, structural matching can improve retrieval results for self-supervised encoders. Qualitative results show that all model variants are able to retrieve images similar to the query, in terms of categories, colors, shapes, and patterns."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Zakiar
"Konsumen merupakan inti dari penjualan perusahaan Perilaku pembelian konsumen telah diteliti oleh banyak peneliti di dunia, penelitian membagi pembelian oleh konsumen menjadi dua yaitu planned buying dan unplanned buying. Unplanned buying dapat disebabkan karena munculnya sisi impulsif dari konsumen di saat terjadinya proses pembelian yang dapat menyebabkan munculnya impulsive buying behavior. Perusahaan dapat meningkatkan faktorfaktor pendorong konsumen melakukan pembelian secara impulsif. Dengan meningkatkan faktor-faktor pendorong pembelian secara impulsif, perusahaan dapat meningkatkan penjualan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fashion involvement dan positive emotion dapat mempengaruhi fashion-oriented impulsive buying behavior konsumen Indonesia sedangkan hedonic consumption tendency tidak mempengaruhi fashion-oriented impulsive buying.

Consumers are the core of company?s sales. Consumer buying behavior has been studied by many researchers; its can be divided into two categories. First is planned buying and second is unplanned buying. Unplanned buying can be caused due to emergence of impulsive side of the consumer when the purchase process happened. This also leads to impulsive buying behavior, by increasing the driving factors of an impulsive purchase, sales could increase. Result showed that fashion involvement and positive emotion can influence the fashion-oriented impulsive buying behavior in Indonesia, while hedonic consumption tendency don?t affect the fashion-oriented impulsive buying."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28123
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Maharani
"Artikel ini membahas perkembangan Pasar Baru sebagai pusat pembelanjaan fashion bagi masyarakat Jakarta pada tahun 1950-an. Pasar Baru telah menjadi primadona dan tempat tujuan masyarakat kelas atas untuk berbelanja sejak zaman kolonial Belanda. Pamornya tak berhenti sejak saat itu, tetapi memulai babak baru di tahun 1950-an dengan beragamnya jenis komoditi dan multikulturalisme yang kental diantara para pedagang-pedagang terutama Cina dan India. Artikel ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah sebagai metode penulisan yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan pada artikel ini meliputi surat kabar, majalah, buku, jurnal dan wawancara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Pasar Baru di tahun 1950-an masih menjadi surga belanja masyarakat Jakarta dengan produk unggulan sepatu kulit dan tekstilnya. Selain menjadi pusat perbelanjaan fashion, Pasar Baru juga memberikan dampak ekonomi, sosial dan budaya kepada masyarakat dengan dibukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Disamping itu juga muncul toko – toko baru yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas mulai dari jasa tailor sampai dengan kuliner. Pasar Baru juga menjadi ruang publik yang diminati masyarakat Jakarta.

This article discusses the development of Pasar Baru as a fashion shopping center for Jakarta citizens in the 1950s. Pasar Baru has been the greatest and top destination for the upper class to shop since the Dutch colonial era. Its prestige has not stopped since then, but started a new chapter in the 1950s with diverse commodities and the multiculturalism among traders, especially China and India. The research method used is the historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The sources used in this article include newspapers, magazines, books, journals and an interview. The results obtained in this study are that Pasar Baru in the 1950s was still a shopping paradise for the people of Jakarta as well as the fashion center in their leather shoes and textile products. In addition to being a fashion shopping center, Pasar Baru also has an economic, social and cultural impact on the community surround Pasar Baru by opening up job opportunities. Furthermore, there are new shops that provide larger necessity such as tailoring to culinary. Pasar Baru also was the most interesting public space for Jakarta citizens to visit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Maria Christa
"Penelitian ini membahas bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional yang memiliki kekuatan untuk menentukan perilaku konsumen dan produsen terhadap merek fesyen Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang telah diterima secara luas oleh dunia. Banyak ahli menyatakan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang eksotis dan eksklusif. Selain itu, bahasa Inggris juga dipercaya sebagai bahasa yang sempurna untuk digunakan untuk berbisnis, khususnya sebagai merek, karena bahasa Inggris dapat memberikan kebanggaan tersendiri dan kesan internasional. Oleh karena itu, banyak perancang busana lokal berpikir bahwa menggunakan bahasa Inggris sebagai identitas dari produk mereka merupakan sebuah cara untuk berkompetisi dengan merek-merek fesyen asing. Bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa yang memiliki peranan besar dalam pemberian sebuah merek, khususnya untuk menentukan perilaku konsumen dan produsen. Konsumen menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa yang lebih menarik dan menambahkan kesan mahal pada sebuah produk. Produsen mendapatkan keuntungan dari perilaku konsumen tersebut dengan memasang kisaran harga produk yang tinggi untuk menambah laba.

This research examines English, as the lingua franca which has a power to determine both consumers and producers' behavior toward Indonesian fashion brands which use the English language. English is a language which has been accepted widely and globally by the world. Many experts point out that the English language is an exotic and exclusive language. Moreover, English is also believed to be the perfect language to use for business purposes, especially as a brand name, since it gives more prestige and global impression. Therefore, many local designers think that using English as the identities of their products is a way to compete the international fashion brands. It is argued that the English language has a huge role in branding, especially in determining consumers' and producers' behavior. Consumers find the English language as a more attractive language, and it gives prestigious and sophisticated impression to the products. Meanwhile, producers get the advantage of consumers' behavior toward local fashion brands which use English by setting a higher range of price and gaining more profit, compared to the local fashion brands which use Indonesian."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Larastika Rahmadanty Budiani
"Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam pengambilan data membuat perusahaan harus mampu mengambil informasi dari sekumpulan data pelanggannya. Hal ini berjalan paralel dengan peningkatan persaingan dalam industri mode muslim di Tanah Air. Pelaku usaha dalam industri mode muslim harus memiliki strategi dan cara yang tepat untuk dapat terus memimpin pasar. Perpaduan antara ilmu pemasaran dengan data mining penting dilakukan agar dapat menerjemahkan data pelanggan menjadi informasi berguna bagi perusahaan. Penelitian dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang mode muslim. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan segmen pasar potensial dan menjadikannya target perusahaan dalam melakukan aktivitas pemasaran. Segmen yang terbentuk berasal dari variabel Length, Recency, Freuency, dan Monetary (LRFM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasterisasi dengan algoritme k-means untuk mendapatkan segmentasi pelanggan dan indeks validasi Davies Boulldin untuk menentukan jumlah k terbaik. Setelah terbentuk klaster, analisis masing-masing klaster akan dilakukan untuk menemukan target klaster pelanggan yang potensial. Hasil dari penelitian terbentuk lima klaster dan terpilih dua klaster pelanggan yang akan dijadikan target utama aktivitas pemasaran perusahaan

The increasing use of technology in the big data world is enabling companies to use consumers' information, which leads to increased competition in the modest fashion industry in Indonesia. Modest fashion business brands need the correct strategy in order to gain the market. The combination of marketing and data mining is translating consumers' data into marketing strategies. This research is being done at a modest fashion company in Indonesia to explore the market segment and target the segment to determine the marketing strategy then. The segmentation is based on Length, Recency, Frequency, and Monetary (LFRM) variable. It is using the k-means algorithm to segment consumers and Davies Bouldin validation index to determine the best k value. Once the cluster is formed, the analysis will be done to find potential customer segments to be the foundation of the marketing strategy. The potential segment is not limited to one segment. The main target of company’s marketing activities are the chosen potential segment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudya Frisca Susanna
"

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah petanda produk hibrida (hybrid product) dengan negara produsen atau Country of Manufacture/ Assembly (COM/A) di negara-negara berkembang mempengaruhi persepsi kualitas konsumen Indonesia dalam mempergunakan produk fast-fashion. Penelitian ini terdiri dari tinjauan pustaka diikuti dengan penelitian empiris melalui survei berbasis internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikasi produk hibrida sendiri tidak mempengaruhi persepsi kualitas menjadi lebih rendah, meskipun demikian, COM/A negara-negara berkembang mempengaruhi persepsi kualitas secara negatif yang signifikan dan perubahan pada persepsi kualitas terhadap produk fast-fashion tidak diperngaruhi pada persepsi awal produk tersebut. 


The purpose of this study is to analyze whether or not the indication of being a hybrid product with COM/A in emerging countries affect Indonesian consumer’s quality perception by using fast-fashion products. The study consist of a literature review followed by an empirical research through a web-based survey. The study revealed that hybrid product indication alone does not lead to a lower quality perception, however, emerging countries COM/A negatively affects the quality perception significantly and the change quality perception did not depend on the product’s initial perception. 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinira Kania Saraswati
"Fesyen adalah satu industri yang berkontribusi pada ekonomi kreatif di Indonesia. Ritel dalam industri fesyen sudah mulai berkembang mempunyai toko offline dan toko online dan mulai mengimplementasi strategi omnichannel. Preferensi masyarakat dalam berbelanja secara online dan offline serta perilaku masyarakat yang suka membandingkan produk antar ritel sebelum membeli membuat ritel omnichannel fesyen di Indonesia harus memperhatikan Customer Retention dan Interest in Alternatives oleh konsumens sehingga ritel omnichannel membutuhkan strategi untuk meningkatkan Customer Retention dan menurunkan Interest in Alternatives pada ritel omnichannel fesyen Indonesia dengan melakukan analisis faktor faktor yang mempengaruhi Customer Retention dan Interest in Alternatives yang juga meneliti pengaruh dari Cross Channel Integration dan Showrooming terhadap faktor faktor tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode Structural Equation Model untuk mengerahui pengaruh faktor dan dilakukan metode Importance-Performance Analysis untuk menganalisa prioritas strategi yang sebaiknya diterapkan. Dalam penelitian ditemukan konsumen dominan dari ritel omnichannel fesyen adalah wanita umur 18 – 29 tahun, Dalam penelitian ini ditemukan pula bahwa Identity Attractiveness dan Switching Cost dapat meningkatkan Customer Retention. Hasil dari penelitian ini merupakan strategi untuk meningkatkan Customer retention dan menurunkan Interest in Alternatives pada wanita umur 18 – 29 tahun sehingga dapat meningkatkan daya saing antar ritel omnichannel fesyen di Indonesia
Fashion industry is one of creative economy’s sector which has a role in increasing Indonesia's GDP. Ritel in fashion industry has begun developing both of offline stores and online stores and also statring to implement omnichannel strategy. Buyers preferences in online and offline shopping and buyers behavior that like to compare products between ritel before buying products makes omnichannel ritel fashion in Indonesia must pay attention to customer retention and interest in alternatives. Omnichannel fashion ritel in Indonesia need strategies to increase customer retention and reduce interest in alternatives by analyzing factors that influence customer retention and interest in alternatives. This research also examine the effect of cross channel integration and showrooming on these factors. This research was conducted using Structural Equation Model (SEM) method to analyze influential factors and Importance-Performance Analysis method to analyze prioritized strategies based on discussion with expert. In this study, it was found that the Identity Attractiveness and Switching Costs increase Customer Retention. The results of this study are strategies to improve customer retention and reduce interest in to increase competitiveness for omnichannel fashion retailers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>