Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deasy Eka Saputri
"Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas.

High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress.
The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression.
The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Demas Giovanni
"Studi cross-sectional ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari asosiasi antara stres kerja dan hipertensi pada pekerja pabrik spare parts. Studi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari medical check-up dari sebuah pabrik spare parts pada tahun 2008.Beberapa faktor risiko dianalisa bersama dengan stres kerja, dan hasil analisa dibahas. Dari 77 total subjek pada studi ini, hanya 4 subjek memiliki hipertensi, dan diantara mereka, tiga terpapar oleh stres sedang-berat, sementara satu terpapar pada stres ringan. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa asosiasi antara stres kerja dan hipertensi adalah tidak signifikan.

This Cross-sectional study was conducted in order to learn the association between occupational stress in causing hypertension on spare parts manufacturer workers. This study was done by using secondary data from a medical check-up of a spare parts manufacturer in year 2008. Several risk factors were analyzed along with occupational stress and results were discussed. Out of 77 subjects in this study, only 4 subjects were having hypertension, and among them, three were exposed to moderate-severe stressors while another subject was exposed to mild stressor. The result of this study shown no significant association between occupational stress and hypertension on spare parts manufacturer workers."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Arista Dewi
"Hipertensi tidak hanya terjadi pada dewasa dan lansia, tetapi juga remaja. Hipertensi remaja menyebabkan risiko komplikasi (penyakit jantung koroner dan stroke) terjadi lebih dini. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2007 untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan, dan paling dominan dalam terjadinya hipertensi pada remaja usia 15-17 tahun di Indonesia.
Hasil penelitian dengan menggunakan kriteria NationalHigh Blood Pressure Education Program Working Group menunjukkan bahwa 29,7% dari 29618 remaja di Indonesia mengalami hipertensi. Faktor yang berhubungan bermakna adalah jenis kelamin, daerah tempat tinggal, tingkat pengeluaran rumah tangga, IMT/U, dan asupan natrium. Faktor yang paling dominan adalah asupan natrium sehingga diperlukan skrining tekanan darah pada institusi formal (sekolah) dan perubahan gaya hidup yang lebih baik pada remaja.

Hypertension happens not only in adult and elderly, but also in adolescent. It cause hypertension complication (coronary heart disease and stroke) begin ealier. The aim of this cross sectional study using Basic Health Research 2007 is to determine factors associated and the most dominant factors with adolescent hypertension aged 15-17 years in Indonesia.
Results show that 29,7% of 29618 adolescents are hypertension according to National High Blood Pressure Education Program Working Group criteria. Factors which significantly associated with adolescent hypertension are gender, living area, household expenditure, BMI-for-Age, and sodium intake. However, sodium intake is the most dominant factor so that blood pressure screening at formal institution (e.g. school) is needed and adolescents are suggested to change their lifestyle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Lamria
"Hipertensi merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Penderita stroke sebesar 40-70% adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong tinggi. Pada perempuan usia > 18 tahun prevalensi hipertensi sebesar 31,9%. Hipertensi juga merupakan penyebab kematian nomor tiga (6,8%) di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status pekerjaan dengan kejadian hipertensi pada wanita menikah usia 30-65 tahun di Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Populasi adalah wanita menikah usia 30-65 tahun dari Riskesdas 2007 dengan jumlah sampel 173.780.
Hasil penelitian diperoleh prevalensi hipertensi pada wanita menikah sebesar 40,1% dan prevalensi hipertensi pada wanita menikah yang tidak bekerja 40,8%. Pada kelompok umur 50-65 tahun, wanita menikah yang tidak bekerja berisiko 1,068 kali untuk terjadinya hipertensi dibandingkan wanita menikah yang bekerja. Sedangkan pada kelompok umur 30-49 tahun, wanita menikah yang tidak bekerja hanya berisiko 1,017 kali untuk terjadinya hipertensi dibandingkan wanita menikah yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel konsumsi makanan asin dan IMT. Prevalensi hipertensi pada wanita masih tinggi sehingga perlu segera menanggulangi hipertensi dengan mengendalikan faktor risiko dan deteksi dini kasus.

Hypertension was a major cause of the high cardiovascular morbidity and mortality. 40-70% of stroke was hypertension. The prevalence of hypertension in Indonesia is still relatively high. In women age 18 years old the prevalence of hypertension was 31.9%. Hypertension is also the third cause of death (6.8%) in Indonesia. This study aims to determine the relationship of employment status with hypertension among married women aged 30-65 years old in Indonesia. Design used in this study is cross-sectional. Data are analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis with the Cox regression test. Population are married women aged 30-65 years from Basic Health Research (Riskesdas) 2007 with a sample of 173,780.
The results found that prevalence of hypertension was 40.1% of married women and the prevalence of hypertension was 40.8% of married women who do not work (unemployment). In the age group 50-65 years old, married women who do not jjjjwork 1.068 times the risk of hypertension was compared to married women who work. Whereas in the age group 30-49 years old, married women who do not work only 1.017 times the risk of hypertension was compared to married women who work after controlling the variable consumption of salty food and BMI (Body Mass Index) Keywords: hypertension, employment status, married women aged 30-65 years. The prevalence of hypertension in women was still high so it needs to be overcome by controlling hypertension as a risk factor and early case detection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Widyaningrum
"Hasil survey RISKESDAS 2007 menunjukkan prevalensi anemia di Indonesia jika merujuk pada SK Menkes adalah sekitar 14,8%. Meskipun pravelensi tersebut dapat dikategorikan masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan, namun terlihat adanya kesenjangan pada tingkat prevalensi anemia di berbagai wilayah di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor wilayah, yaitu malaria, konsumsi makanan dan kemiskinan pada setiap provinsi di Indonesia dengan prevalensi anemia pada tahun 2007. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi ekologi (multiple group comparison) dengan uji statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dan hanya dapat mewakili daerah perkotaan di Indonesia. Terdapat korelasi positif antara proporsi pengeluaran untuk konsumsi buah dan sayur dengan prevalensi anemia di tingkat provinsi (R =0,358 ; p = 0,041.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, variabel konsumsi makanan menunjukkaan kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya anemia di Indonesia pada tahun 2007, namun faktor-faktor bias perlu diperhatikan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan di tingkat individu. Namun disarankan agar promosi mengenai gizi seimbang dapat lebih ditingkatkan, sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan komprehensif mengenai pola konsumsi agar terhindar dari kondisi anemia.
The survey results showed the prevalence of anemia, based on Basic Health Survey 2007 in Indonesia referring to the decree of Minister of Health is about 14.8%. Although anaemia prevalence in Indonesia can be categorized mild public health problem, but there is a gap in the prevalence of anemia in various regions in Indonesia.
The purpose of this study was to identify the relationship between malaria, food consumption and poverty factors in each province in Indonesia with a prevalence of anemia in 2007. Study design which used in this study is the design of ecological studies (multiple group comparison) with a statistical test used is a simple linear regression and can only represent urban areas in Indonesia. There is a positive correlation between the proportion of expenditure on fruit and vegetable consumption with the prevalence of anemia at the provincial level (R = 0.358, p = 0.041.
Based on these results, the variable showned that food consumption contributes significantly to the occurrence of anemia in Indonesia in 2007, but bias factor must be awarrned, so because of that, this result is still need advance research to get magnitude of association at individu levels. But, it is still expected that the promotion of balanced nutrition can be improved, so that people gain a comprehensive knowledge about good dietary pattern in order to avoid anemia condition.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Solihah Widyastuti
"Berat Lahir rendah terkait dengan morbiditas dan mortalitas janin dan neonatal, gangguan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis di kehidupan mendatang. Bayi berat lahir rendah masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia maupun di Indonesia. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9% (UNICEF, 2004). Kejadian BBLR terkait dengan kondisi perkembangan kesehatan ibu dan janin serta pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan hipertensi pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Indonesia. Desain penelitian adalah kasus kontrol dengan menggunakan data Riskesdas 2007. Data dianalisis dengan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat (regresi logistik ganda). Pada analisis bivariat hubungan hipetensi pada ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah didapatkan nilai OR = 2,74 (95% Cl: 1,35-5,5S). Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh adanya hubungan bermakna antara hipertensi pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat Iahir rendah setelah dikontrol dengan variabel umur dan pendidikan sebagai konfounder dengan nilai OR = 2,38 (95% CI: l,l6-4,9l). Variabel kovariat yang terbukti signifikan secara statistik dengan kejadian bayi berat lahir rendah adalah umur dengan nilai OR = 1,98 (95% Cl: 1,22-3,22) dan pendidikan dengan nilai OR = 1,52 (95%Cl: 1,02-2,29) Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu peningkatan konseling dan KIE kepada remaja dan wanita dewasa tentang faktor risiko yang dapat membahayakan kehamilan dan hasil akhir kehamilan, serta agar merencanakan kehamilan di usia yang tidak terlalu muda atau terlalu tua.

Low birth weight is associated with foetal and neonatal mortality and morbidity, inhibited growth and cognitive development, and chronic disease later in life. Low birth weight baby is still a major health problem worldwide including Indonesia. The incidence of low birth weight baby in Indonesia ranges from 9% (UNICEF, 2002). The incidence of low birth weight baby is associated with the development of maternal and foetal health and health service. The purpose of this study is to assess the relationship between maternal hypertension and low birth weight in Indonesia. Design of this study is case control using data from Riskesdas 2007. Data analysis using univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis by multiple logistic regression. On bivariale analysis of relationship between matemal hypertension and low birth weight baby found OR = 2,74 (95% Cl: l,35-5,55). While through multivariate analysis by multiple logistic regression, it was obtained a very close relationship between maternal hypertension and low birth weight baby after controlling with maternal age and education as confounders, OR =2.38 (95% Cl: l,l6-4,91 ). Covariate variables that found to be statistically significant were maternal age (OR = 1,98 or 95% Cl: l,22-3,22) and education (OR = l,52 or 95%CI: 1,02-2,29) Based on these result, it is necessary to increase EIC (Education Information, and Communication) and counseling for adolescent and adult women about risk factors that endanger pregnancy and the outcome as well as planning a pregnancy not at too young or too old ages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33955
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Hipertensi atau sering juga disebut the silent killer adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri diatas normal dan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hipertensi pada penduduk dewasa bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas hidup terkait dengan morbiditas. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko hipertensi yang berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi berdasarkan rasio lingkar perut tinggi badan pada penduduk dewasa di Pulau Jawa Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 175.374 orang. Status obesitas sentral ditentukan dengan analisis kurva ROC untuk mencari cut off point rasio lingkar perut tinggi badan terhadap hipertensi.
Studi ini menggunakan uji statistik Regresi Cox. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa sebesar 27,8% dan hubungan obesitas sentral terhadap kejadian hipertensi lebih dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal. Penduduk umur 19-29 tahun yang obesitas sentral dan tinggal diperkotaan memiliki risiko 2,1 kali (95%CI:1,969-2,247) untuk menderita hipertensi setelah dikontrol umur, wilayah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status merokok, aktifitas fisik dan stres.
Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang hipertensi dan faktor risikonya pada usia remaja terutama diperkotaan sebagai pencegahan dini dengan prilaku hidup sehat untuk menurunkan prevalensi hipertensi di masa mendatang.

Hypertension, often called the silent killer is an increase in arterial blood pressure above normal and the cause of death in Indonesia. Hypertension in the adult population could be low productivity and influence quality of life associated with morbidity. Central obesity is risk factor for hypertension associated with an unhealthy lifestyle.
This study aimed to assess the association of central obesity with hypertension based on waist-to-height ratio in the adult population in Java 2013.
This study uses Riskesdas data 2013 with cross sectional study design and sample size 175.374 respondents. Central obesity status was determined by ROC curve analysis to looking for the cut off point waist-to-height ratio to hypertension and used Cox regression multivariate statistical test. Results of the study found the prevalence of hypertension in the adult population was 27.8% and the relationship of central obesity with hypertension is more influenced by the region of residence. People aged 19-29 years old who live in urban and central obesity have a risk 2.1 (PR=2.1, 95% CI: 1.969 to 2.247) of developing hypertension after controlling for age, region of residence, education, occupation, smoking status, physical activity and stress.
Suggestions of this study is to providing health promotion interventions in the form of knowledge about hypertension and its risk factors in adolescence especially in urban areas as early prevention with healthy lifestyle behaviors to decrease the prevalence of hypertension in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Setiany
"Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Peningkatan indeks masa tubuh (IMT) berhubungan dengan bertambahnya risiko terhadap penyakit diabetes mellitus 2, jantung koroner, dan hipertensi. Oleh karena itu perlu diketahui hubungan indeks massa tubuh dengan hipertensi dan faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat (protektif) dan meningkatkan (pemicu) kejadian hipertensi, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan IMT dengan hipertensi dan faktor risiko hipertensi pada provinsi Kalimantan Selatan dan provinsi Papua Barat pada penduduk dewasa ≥ 18 tahun berdasarkan pengukuran tekanan darah saja. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Metode yang digunakan cross-sectional study. Data hipertensi diperoleh berdasarkan pengukuran tekanan darah saja mengunakan tensimeter dan dikategorikan berdasarkan JNC-7 (2003) dengan mengeluarkan individu yang hipertensi dan sedang meminum obat dan individu yang di diagnosa nakes menderita hipertensi dan sedang minum obat.
Hasil penelitian di dapat di Provinsi Kalimantan Selatan setelah dikontrol variabel umur dan kebiasaan merokok IMT < 18,5 kg/m2 berisiko 0,65 kali lebih rendah untuk mengalami hipertensi, IMT 25 – 29,9 (overweight) berisiko 2,01 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dan IMT ≥ 30 kg/m2 (obesitas) berisiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan IMT normal. Sedangkan di Provinsi Papua Barat setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok IMT < 18,5 kg/m2 berisiko 0,72 kali lebih rendah untuk mengalami hipertensi , IMT 25 – 29,9 (overweight) berisiko 1,95 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi, IMT ≥ 30 kg/m (obesitas) berisiko untuk menderita hipertensi sebesar 3,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan IMT normal. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan, akitfitas fisik, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, dengan faktor risiko yang paling dominan adalah umur dengan OR 3,5 (95%CI: 3,16-4,85) di provinsi Kalimantan Selatan dan 3,4 (95%CI:2,25:5,23). Indeks massa tubuh dan umur mempunyai hubungan yang kuat dengan faktor risiko terjadinya hipertensi.

Hypertension is one of the public health problem in developed countries and developing countries. Increased body mass index (BMI) are associated with increased risk for diabetes mellitus 2, coronary heart disease, and hypertension. Therefore, please note the relationship of body mass index with hypertension and the factors that can inhibit (protective) and increase (trigger) the incidence of hypertension. The purpose of this study was to determine the relationship of BMI with hypertension and risk factors of hypertension in the province of South Kalimantan and West Papua province in the adult population ≥ 18 years based on the measurement of blood pressure alone. The data used are secondary data from the Health Research Association (RISKESDAS) 2007. The method used cross-sectional study. Data hypertension by blood pressure measurements obtained just using tensimeter and categorized by JNC-7 (2003) by removing individuals with hypertension and was taking medication and individual health workers diagnosed with hypertension and was taking midication.
The results in the can in the province of South Kalimantan after the controlled variable age and smoking habits BMI <18.5 kg/m2 risk 0.65 more likely to have hypertension, BMI 25 to 29.9 (overweight) 2.01 was higher risk to have hypertension and a BMI ≥ 30 kg/m2 (obesity) risk for hypertension of 2.9 was higher than normal BMI. Meanwhile in West Papua province after the controlled variables age, sex, physical activity and smoking habits BMI <18.5 kg/m2 risk 0.72 more likely to have hypertension, BMI 25 to 29.9 (overweight) risk 1.95 was more likely to have hypertension, BMI ≥ 30 kg / m (obesity) risk for hypertension was 3.3 was higher compared with normal BMI. There is a significant relationship between age, gender, education, physical akitfitas, smoking habits and alcohol consumption, with the most dominant risk factor is age with OR 3.5 (95% CI: 3.16 to 4.85) in the province of Kalimantan south and 3.4 (95% CI: 2,25:5,23). Body mass index and age have a strong relationship with risk factors for hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindo Lupiana
"Kurang Energi dan Protein (KEP) pada bayi disebabkan beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara berat lahir, asupan makan bayi (energi dan protein), umur dan jenis kelamin bayi, imunisasi, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah anggota rumah tangga dengan keadaan KEP pada bayi.
Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riskesdas 2007. Populasi adalah bayi di wilayah penelitian Provinsi Lampung dan sampel adalah bayi yang memiliki datadata yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian ini dan terpilih sebanyak 148 bayi. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan chi square dan untuk melihat faktor yang paling dominan digunakan uji regresi logistik. Proporsi bayi yang menderita KEP sebesar 12,2%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan KEP pada bayi adalah penyakit infeksi (p value = 0,009) dengan nilai OR 4,265 setelah dikontrol berat lahir, asupan protein, pendidikan ibu dan jumlah anggota rumah tangga. Bayi yang pernah menderita penyakit infeksi berpeluang 4,265 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak pernah menderita infeksi.

Protein Energy Malnutrition (PEM) on infants due to several factors. This study aims to determine corelated between birth weight, nutrient intake (energy and protein), age and sex, immunisation, infectious disease, maternal education, maternal employments and the number of household members with PEM in infants in Province of Lampung Year 2007.
This study was using cross sectional design. The data use are secondary data from Riskesdas 2007. Population are infants in the research area Province of Lampung and the samples were infants who had complete data in accordance with the aims of this study and was selected as many as 148 infants. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The proportion of infant with PEM were 12,2%.
Results showed the most dominant factor associated with PEM on infants in Province of Lampung Year 2007 is an infectious disease after being controlled by the variable of birth weight, protein intake, maternal education and number of household members. Infants with infectious disease were 4,265 times more likely to have PEM than there with no infectious disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>