Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130044 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Maya Azkiyati
"ABSTRAK
Harga diri pada remaja dipengaruhi oleh hasil eksplorasi yang remaja lakukan,
diantaranya adalah mencoba perilaku merokok. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Pengambilan
sampel pada 94 remaja (usia rata-rata 16,28 tahun) di SMK Putra Bangsa pada
Mei 2012 dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian
menggunakan skala perilaku merokok dan skala harga diri Rosenberg (r tabel
reliabilitas: 0,711). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
merupakan bukan perokok harian, tipe perokok ringan, perilaku merokok tinggi,
dan harga diri positif. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok (p value = 0,025; α = 0,05). Disarankan agar institusi pendidikan, dinas
kesehatan, dan LSM anti rokok bekerja sama untuk melakukan tindakan
pencegahan dan penghentian perilaku merokok pada remaja.

ABSTRACT
The adolescent?s self esteem is likely affected by explorative experience, such as
the desire to try smoking. The aim this study was to explore the relationship of
the smoking behavior with the self esteem of male adolescent smoker. A
descriptive correlative design was used. The sample were 94 male adolescence
(mean age 16,28 years old) at SMK Putra Bangsa on Mei 2012. The instrumen
used smoking behavior?s scale and Rosenberg?s self esteem (r table reliability:
0,711). The result of this study revealed that the most respondents were not daily
smokers, classified as mild smokers, had high smoking behavior, and had a
positive self esteem. The result of this study showed that there was a meaning
correlation between the smoking behavior and the male adolescent?s self esteem
(p value = 0,025; α = 0,05). It is suggested to education institution, health
departement, and social organization for anti-smoking, to work together to stop
and prevent smoking behavior on adolescent."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Andriyani
"Salah satu tugas perkembangan remaja menengah adalah mencari identitas diri. Perilaku merokok merupakan hal yang fenomenal bagi remaja dalam mencari identitas diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan identitas diri remaja dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional pada 150 perokok remaja laki-laki usia 15-18 tahun di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara identitas diri remaja dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur (p=0,050; 𝛼=0,05). Hasil penelitian ini disarankan untuk perawat dapat menjadi edukator dan konselor sebagai strategi keperawatan yang diberikan kepada guru dan orang tua dalam mencapai identitas diri remaja yang baik, sehingga mengurangi perilaku merokok remaja.

One of developmental tasks of middle adolescent was search for self identity. Smoking behavior was a phenomenal event for adolescent while searching for self identity. The aim this research was to determine the relationship of adolescent self identity with the smoking behavior of male adolescent at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta. This study used a cross-sectional study on 150 male smokers adolescent aged 15-18 years at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta were selected by purposive sampling technique. Analysis of test results show that there was relationship between adolescent self identity with the smoking behavior of male adolescent at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta (p = 0.050; α = 0.05). The results of this study can be recommended for nurse educators and counselors as a nursing strategy given to teachers and parents in establish achievement identity, thus reducing adolescent smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riny Sumarna
"Perilaku merokok merupakan hal yang sangat mudah dijumpai pada masyarakat karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang tidak membahayakan bagi manusia. Jumlah perokok di dunia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 1,6 milyar, saat ini jumlah perokok telah mencapai 1,3 milyar. Sekitar 22% perempuan di negara-negara industri adalah perokok, dimana angka tersebut diperkirakan mencapai 9% di negara-negara berkembang. (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal DepKes RI ,2008). Prevalensi perokok saat ini di Indonesia pada laki-laki 11 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan (berturut-turut 55.7% dan 4.4%), tetapi rerata rokok yang dihisap oleh perokok perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (16 batang dan 12 batang). (Riskesdas, DepKes RI 2007).
Perokok perempuan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari 1,3% menjadi 4,5% selama periode tahun 2001-2004. (Profil Tembakau Indonesia, 2008). Prevalensi merokok umur ≥ 15 tahun berdasarkan tingkat pendidikan di Indonesia tahun 1995, 2001 dan 2004 yaitu pada perempuan dengan tingkat pendidikan lulus perguruan tinggi pada tahun 2001 sebesar 0,6%, tahun 2001 sebesar 0,3% dan tahun 2004 sebesar 3,5%. (Profil Tembakau Indonesia, 2008). Menurut penelitian Kartika Anggun dan Bayu Kurnia mahasiswa FKM UI mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa UI terhadap Perilaku Merokok di Lingkungan Kampus pada tahun 2009 dengan responden yang diambil secara acak yaitu 65 mahasiswa UI yang sedang merokok pada 7 Fakulas yaitu Fasilkom, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu dan Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Psikologi dan Teknik. Penelitian ini menunjukkan data bahwa menurut jenis kelaminnya maka mahasiswa perokok laki-laki sebesar 77% dan perempuan 23%. Menurut hasil observasi peneliti, FISIP UI merupakan salah satu fakultas dimana banyak didapati mahasiswi ekstensi yang merupkan seorang perokok.
Hasil wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswi ekstensi di FISIP UI menyatakan bahwa dari 10 orang mahasiswi ekstensi FISIP UI 6 diantaranya merupakan seorang perokok. Atas dasar hal tersebut peneliti melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada mahasiswi ekstensi di FISIP UI tahun 2009. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil sebagai responden ditentukan dengan teknik Non Random (Non Probability) Sampling yaitu dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, perilaku, pengaruh teman, keterpaparan iklan rokok tidak langsung, pengaruh orang tua dan keterpaparan ikan oleh media (cetak dan elektronik) dengan perilaku merokok pada mahasiswi ekstensi angkatan 2007 di FISIP UI tahun 2009. Namun apabila dilihat OR dari analisis bivariat memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna, karena memiliki OR yang tinggi yaitu pada hubungan keterpaparan iklan rokok oleh media dengan perilaku merokok (OR=3,8), hubungan keterpaparan iklan rokok tidak langsung dengan perilaku merokok (OR=2,947), hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok (OR=2,386).
Penelitian ini menyimpulkan diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan yang benar-benar bermakna dalam mempengaruhi perilaku merokok mahasiswi ekstensi angkatan 2007 di FISIP UI dan untuk menemukan variabel lain yang berhubungan dengan perilaku merokok pada mahasiswi."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Martin Hotlas
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari gejala semakin meningkatnya jumlah perokok di kalangan remaja menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Perilaku merokok merupakan perilaku berisiko yang dapat memicu munculnya perilaku berisiko lain yang lebih berbahaya (Lestary & Sugiharti, 2011). Baumeister & Bushman (2011) melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengendalian diri ialah religiusitas. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara pengendalian diri terhadap perilaku merokok dengan religiusitas pada remaja laki-laki yang beragama Kristen. Penelitian ini berbentuk korelasi dan tergolong penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada 30 orang partisipan remaja laki-laki yang tergabung dalam komunitas remaja di HKBP Ressort Pasar Minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara variabel pengendalian diri dan religiusitas dengan nilai r = .481 dan pada l.o.s .01 (p = .007), yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Diskusi dalam penelitian ini membahas mengenai alasan pengendalian diri berhubungan secara signifikan dengan religiusitas. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah partisipan dan menyusun penelitian yang berbentuk perbandingan skor pengendalian diri antara remaja yang tergabung dalam komunitas religius dengan remaja yang tergabung dalam komunitas lainnya.

ABSTRACT
The increasing number of smokers among teenagers become the problems in this study. Smoking behavior is risky behavior that could trigger another more dangerous risky behaviors (Lestary & Sugiharti, 2011). The emergence of risky behavior can be prevented by increasing self-control (Gerrard et al., 2008). Baumeister & Bushman (2011) saw that one of the factors that affect self-control is religiosity. This study wanted to see the correlation between self-control for smoking behavior and religiosity in Christian male adolescents. This study is correlational and quantitative method. Data obtained through questionnaires that circulated directly to 30 participants who are members of Christian youth community in HKBP Ressort Pasar Minggu. The results of this study indicate that there is a significant positive relationship between the variables, self-control and religiosity, with r = .481 and l.o.s .01 (p = .007), which means that Ha was accepted and Ho was rejected. The discussions of this study are about the explanations of self-control significantly correlated with religiosity. Future studies are recommended to increase the number of participants and develop comparison research about self-control and religiosity between adolescents who are members of religious community and adolescents who are members of nonreligious commu"
2016
S63361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Kurnia Rahim
"Tobacco consumption is still a burden for many countries worldwide, due to many causes attributable to smoking. Tobacco use is one of the leading global
helath risks for human mortality. Further, it also responses for generating the other health risks relating with chronic diseases. The number of tobacco use has
grown gradually in low-and middle-income countries. Indonesia has the highest prevalence of smoking behavior among Southeast Asian countries. This study
aimed to determine predictors of smoking behavior between rural and urban areas. Data were taken from The Global Adult Tobacco Survey (GATS). This
study used cross-sectional analytical study and multiple logistic regression analysis. Samples were 8,305 Indonesian adults aged ³ 15 years. The study
showed that smokers in rural area were higher than in urban area, respectively 36.8% and 31.9%. Significant predictors of smoking behavior in rural and urban
areas were occupation, sex, education level, economic status as well as smoking rule inside home. In urban area, age was also significant predictor, and
otherwise in rural area. The strongest predictor was smoking rule inside home and sex for smoking behavior, either in rural or in urban area.
Konsumsi tembakau masih menjadi beban bagi banyak negara di seluruh dunia, karena banyak penyebab disebabkan oleh rokok. Penggunaan tembakau
merupakan salah satu risiko bagi kesehatan global yang dapat menyebabkan kematian manusia. Selanjutnya, hal ini juga dapat berakibat terhadap risiko kesehatan
lain yang berkaitan dengan penyakit kronis. Jumlah penggunaan tembakau telah berkembang secara bertahapdi negera-negara rendah dan menengah.
Indonesia memiliki prevalensi perilaku merokok tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor
terhadap perilaku merokok antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Data diambil dari Global Adult Tobacco Survey. Penelitian menggunakan studi analitik
potong lintang dan analisis regresi logistik ganda. Sampel berjumlah 8.305 orang dewasa Indonesia berusia ³ 15 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa perokok
di wilayah pedesaan lebih tinggi dibandingkan di wilayah perkotaan, masing-masing 36,8% dan 31,9%. Prediktor signifikan terhadap perilaku merokok
di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi serta aturan merokok di dalam rumah. Di wilayah
perkotaan, usia juga merupakan prediktor yang signifikan dan sebaliknya di wilayah pedesaan. Prediktor terkuat adalah aturan merokok di dalam rumah dan
jenis kelamin untuk perilaku merokok di wilayah pedesaan atau perkotaan."
Institute of health science kuningan, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiyanto
"Kini Indonesia berada pada awal tahap kedua epidemi tembakau dengan prevalensi perokok pada penduduk berumur di atas 10 tahun mencapai 23,7%. Dalam memerangi epidemi tembakau, dokter memegang peran kunci membantu pasien berhenti merokok. Untuk mengetahui praktik dokter terkait perilaku merokok pasiennya telah dilakukan survei di Jakarta dengan sampel 96 dokter yang dipilih secara acak. Hasil survei menunjukkan hanya 1 dari 50 dokter yang merokok setiap hari (2,1%). Pengetahuan dan sikap dokter tentang merokok pada umumnya sangat baik, yaitu 93,8% mengetahui dampak negatif perokok pasif, 84,4% mengetahui bahwa rokok dengan kadar tar/nikotin rendah tetap membahayakan, 93,8% setuju menjadikan dokter sebagai role model peri-laku tidak merokok, dan 95,8% setuju dengan kondisi bebas asap rokok di rumah sakit. Namun, dokter yang tidak selalu menanyakan kebiasaan merokok pasien cukup tinggi (66,7%) dan dokter yang tidak selalu memberikan nasehat kepada pasien untuk berhenti merokok (38%). Analisis regresi logistik mene-mukan bahwa dokter yang bekerja di bagian jantung dan paru berpeluang 28,4 kali lebih besar untuk menanyakan kebiasaan merokok pasien daripada dokter yang bekerja di bagian penyakit dalam. Penulis menyarankan agar dilaksanakan pendidikan dokter berkelanjutan tentang bahaya merokok dan pengendalian merokok."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Hasyim Tadjoedin
"Latar Belakang: Merokok adalah masalah kesehatan yang persisten di Indonesia. Penelitian mengenai dampak merokok terhadap kadar FeNO pada mahasiswa sudah dilakukan sebelumnya, namun tidak pernah dilakukan di Indonesia. Jumlah perokok dan perokok remaja di Indonesia sangat ekstensif, sehingga pengetahuan mengenai akibat merokok pada subjek ini sangat dibutuhkan, salah satunya adalah mengenai kadar FeNO pada mahasiswa yang merokok di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan juga penelitian mengenai alasan merokok , karena alasan merokok berhubungan dengan metode pemberhentian merokok yang lebih efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar nitrit oksida yang dihembuskan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan merokok pada mahasiswa di Depok. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada 124 subjek yang dilakukan wawancara dan dengan 30 subjek di antaranya dipilih untuk tes kadar FeNO. Hasil: Dari hasil penelitian yang dilakukan, korelasi kebiasaan merokok dengan kadar FeNO sebesar -,12 dan dengan kemaknaan statistika sebesar ,524. Sementara itu, alasan paling umum dari merokok yang ditemukan adalah penghilang stress dan untuk menimbulkan kesenangan. Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi antara kebiasaan merokok dengan FeNO. Penghilang stress dan kesenangan pada merokok tmenjadi faktor yang paling memengaruhi kebiasaan merokok pada subjek.

Background: Smoking is a nationwide, persistent, health problem in Indonesia. Researches about the impact of smoking to the FeNO rate of college students have been conducted, but not one of them have been done in Indonesia. The amount of smokers and teenage smokers in Indonesia are extensive, thus created this need of understanding of the implications of smoking, which one of them is to understand the FeNO level on college smokers. This also created the need for the understanding of reasons of smoking, as the understanding of reasons of smoking correlates to a more effective smoking cessation attempt. Objective: The study aimed to determine the relationship between smoking habit and exhaled nitric oxide level and to understand more about the reasons for smoking in college students in Depok. Methods: The study is conducted by using both analytical and descriptive cross-sectional study. We interviewed 124 subjects, which on 30 of them are chosen for the FeNO level test. Result: Based on the conducted studies, the correlation coefficient between smoking habit and FeNo level are,-12 with data significance of ,524. The most prominent reason for smoking is to relieve stress and to incite pleasure of smoking. Conclussion: There is no correlation found between smoking habit and exhaled nitric oxide among subjects. Stress relieving and pleasure from smoking are factors that have the most influence in the smoking habit of subjects. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Sondang
"Remaja merokok bukanlah hal yang mengagetkan lagi, berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi umur pertama kali merokok penduduk provinsi Riau (umur 15-19 tahun) sebesar 49.5 % lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 43.3 %, dengan peningkatan jumlah perokok tersebut akan sangat membahayakan status kesehatan masyarakat dimasa depan.
Penelitian ini membahas tentang perilaku merokok pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok di Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswasiswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 150 orang siswa dan siswi dengan pengambilan sampel proportional stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, sikap, keterjangkauan terhadap rokok, keterpaparan iklan promosi rokok, perilaku merokok anggota keluarga dan perilaku merokok teman terhadap perilaku merokok responden. Berdasarkan hasil penelitian untuk melindungi remaja disarankan untuk memasukkan kurikulum bahaya merokok pada pelajaran bimbingan konseling, mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah dan kegiatan Palang Merah remaja serta mengoptimalkan peraturan kawasan bebas asap rokok dilingkungan sekolah dengan memberikan sanksi jika peraturan dilanggar.

Adolescent smoking is not a surprise anymore, based on data Riskesdas in 2010 the prevalence of smoking population ages the first time the province of Riau (age 15-19 years ) was 49.5% higher than the national prevalence is 43.3%, with an increasing number of smokers would be very dangerous to the future health status.
This study discusses the behavior of smoking in junior secondary school students in Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok Bangkinang barat, Kampar district, the purpose of this study was to determine the picture of smoking behavior in students of Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok, and the factors associated with it. This study uses quantitative methods with cross-sectional study design (cross sectional) with a sample of 150 were male and female students.
The results of this study found that there is a relationship between gender, attitude, affordability of cigarettes, cigarette promotional advertising exposure, smoking behavior of family members and friends smoking behavior of smoking behavior of respondents. Based on the results of research in order to protect teenagers are advised to include the dangers of smoking in the subject curriculum counseling, optimizing School Health Efforts and Red Cross youth activities and to optimize the regulatory environment smoke-free area schools with sanctions if rules are violated.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Meidina
"Prevalensi perokok yang berhasil berhenti merokok di Indonesia diketahui menunjukkan angka yang rendah. Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang mengonsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh smoking abstinence self-efficacy (SASE) dan frekuensi perilaku merokok terhadap perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keinginan berhenti merokok. Perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini meliputi sarapan, kudapan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, dan menimbang berat badan. Penelitian korelasional ini melibatkan 153 partisipan yang terdiri dari 102 laki-laki, dan 51 perempuan dengan usia 18-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SASE adalah prediktor yang lebih kuat memengaruhi perilaku sehat dibandingkan dengan frekuensi perilaku merokok. Pengukuran yang lebih mendalam terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku sehat pada perokok yang ingin berhenti dapat dieksplor lebih jauh.

Prevalence of smokers who succeed in their quit attempt in Indonesia is decreasing. Undergraduate students are a group of people who consume cigarettes. This study aims to investigate the effect of smoking abstinence self-efficacy (SASE) and cigarette smoking frequency on health behavior among undergraduate students of Universitas Indonesia who willing to quit smoking. The aspect of health behavior that are measured in this study are breakfast, snacking, physical activity, consumption of alcohol, consumption of cigarettes, and keep in healthy weight. The correlational study took a participants totally 153 students, 102 male, and 51 female in 18-25 years old. Results indicated that SASE was the strongest predictor of health behavior rather than cigarette smoking frequency. Further measurements related to factors that can influence health behavior in smokers who willing to quit can be explored further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Haryati
"Percobaan merokok pemula yang dilakukan remaja terjadi pergeseran lebih muda usianya < 15 tahun. Perokok pemula pernah mencoba merokok di sekolah menengah pertama, sebagian lainnya pernah mencoba merokok di sekolah dasar. Remaja merokok karena bujukan teman dan ketertarikan untuk mencoba merokok. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas Model KERIKO dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan. Perilaku merokok dapat diatasi dengan Model intervensi Keperawatan Kendali Perilaku Merokok (KERIKO). Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 tahap penelitian yaitu: Tahap I: identifikasi pengalaman merokok remaja, persepsi dan upaya yang dilakukan remaja dalam mengendalikan rokok; Tahap II: pengembangan Model KERIKO; Tahap III uji coba Model KERIKO di sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Intervensi Keperawatan KERIKO efektif dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan pada 3 dan 6 bulan sesudah intervensi. Simpulan: Model KERIKO efektif meningkatkan kontrol diri, status kesehatan dan pengendalian perilaku merokok. Model ini dapat dijadikan salah satu model intervensi untuk pengendalian perilaku merokok sesuai program pemerintah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adolescent smoking trials revealed a shift in smokers younger than 15 years old. Beginner smokers began smoking in junior high school, while others began smoking in elementary school. Teenagers smoke as a result of peer pressure and a desire to begin smoking. The goal of this study was to determine the effectiveness of the KERIKO Model in developing self-control and health status in order to manage teenage smoking behavior. The Smoking Behavior Control Nursing Intervention Model (KERIKO) can help people quit smoking. This study employed an operational research design across three research phases: Phase I: identification of adolescent smoking experiences, perceptions, and efforts made by adolescents to control smoking; In phase II of the KERIKO Model's development and phase III trials of the KERIKO Model in Banda Aceh City junior high school at 3 and 6 months of intervention, the results demonstrated that the KERIKO Nursing Intervention Model was helpful in boosting self-control and health status, allowing adolescent smoking behavior to be controlled. Conclusion: The KERIKO model improves sel-control, health status, and smoking bahavior control. According to the government's Smoking Free Areas initiative, this model can be utilized as an intervention model to control smoking behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>