Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wahyuni
"Tidak terima perlakuan diskriminatif tersebut, Ridwan layangkan gugatan perbuatan perdata kepada Lion Air. Selain itu, Ridwan juga mengugat PT Angkasa Pura II dan Kementerian Perhubungan di pengadilan. Bagaimana pengaturan terhadap pelayanan maskapai penerbangankepada konsumen yang memiliki keterbatasan fisik (cacat) di Indonesia, serta Apakah putusan No. 231/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst. sudah sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada di Indonesia, untuk menjawab permasalahan tersebut dengan menggunakan metode penelitian normatif, yang menekankan pada penggunaan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis. Dengan menggunakan bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat pada masyarakat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah undang-undang serta peraturan dibawahnya serta bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta implementasinya, yaitu bulu, makalah, skripsi, laporan penelitian, dan artikel hukum, sehingga dapat diketahui Indonesia sudah memiliki beberapa instrumen peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan hukum terhadap penumpang pesawat udara, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan, Keputusan Menteri No. KM 48 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

No thank those discriminated against, Ridwan layangkan civil action lawsuit to Lion Air. In addition, Ridwan also mengugat PT Angkasa Pura II and the Ministry of Transportation in court. How regulation of airline services penerbangankepada consumers who have physical limitations (disability) in Indonesia, and this decision No.. 231/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst. is in conformity with the provisions of the existing regulations in Indonesia, to address these problems by using normative research, which emphasizes the use of secondary data or the form of a written legal norms. By using primary legal materials are materials that have the force of law binding on society and the materials used in this study are the laws and regulations under it as well as secondary legal materials are materials that provide information or other matters relating to the content of the material primary law and its implementation, the feathers, papers, theses, research reports, and articles of law, so as to know Indonesia already has several instruments of legislation that gives legal protection to passenger aircraft, including law No. 1 Year 2009 on Flights, Government Regulation. 70 year 2001 about airport affairs, Ministerial Decree. KM 48 of 2002 on the Implementation of Public Airport and Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Adrian Hasian
"Skripsi ini membahas mengenai prosedur keterlambatan yang harus dilakukan oleh pihak Lion Air sebagai bentuk perlindungan konsumen bagi para penumpang. Keterlambatan maskapai penerbangan menjadi masalah setiap tahunnya dalam dunia penerbangan di Indonesia. Analisis ini dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Penanganan Keterlambatan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Di Indonesia. Lion Air tidak responsif dalam penanganan keterlambatannya, hal ini membuat pemerintah turun tangan dalam masalah ini sehingga Lion Air secepatnya memberikan alasan keterlambatan tersebut dan memberikan kompensasi kepada para penumpang pada hari ketiga. Hal ini melanggar ketentuan-ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perhubungan tersebut. Kasus ini dikaitkan pula dengan ketentuan jangka waktu pemberian kompensasi yang tidak diatur dalam peraturan menteri ini. Sehingga dapat disimpulkan Pihak Lion Air terlambat dalam penanganan ini walaupun tanggung jawab dalam pemberian kompensasi sudah dilakukan.
This study discusses the delay procedure that must be taken by Lion Air as a form of consumer protection for passengers. Airlines delay has become an annual problem in air transport business in Indonesia. This study discusses such problem by analyzing Law no. 8 of 1999 on Consumer Protection and Regulation Minister of Transportation no. 89 of 2015 on Flight Delay Management on Scheduled Commercial Air Transport Business Entity in Indonesia. The unresponsive Lion Air had only provided the reason for the delay and compensation for the passengers on the third day of delay, after directly pushed by the Government. Such action violated Consumer Portection Law and the Regulation Minister of Transportation. This study also discusses the time period for the obligation to give compensation which is not regulated under the Regulation Minister of Transporation. In conclusion, Lion Air was late in handling the problem despite the compensation that they had provided."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S60944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Astrella
"Sarana transportasi sebagai sarana penghubung antar wilayah memiliki peran penting bagi masyarakat, khususnya di Indonesia. Seiring dengan peningkatan penggunaan jasa angkutan udara, muncul masalah perihal keamanan, keselamatan, dan kenyamanan pengguna jasa penerbangan sebagai konsumen yang merupakan akibat dari kurangnya perhatian perusahaan penyedia jasa penerbangan terhadap kualitas dari pelayanannya. Hal tersebut menimbulkan resiko-resiko dalam menggunakan angkutan udara yang mungkin akan diterima oleh konsumen. Kelalaian konsumen yang seringkali hanya menuntut hak dan lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai konsumen juga meningkatan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Kurangnya kejelasan informasi mengenai tanggung jawab perusahaan penerbangan sebagai pelaku usaha serta perihal ganti rugi terhadap kerugian barang bawaan penumpang membuat konsumen dirugikan. Pelaku usaha penerbangan seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh penumpang angkutan udara berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Transportation holds an important role in society for connecting the region in a country, especially in Indonesia. Along with the increasing number of air transportation services comsumption, some problem related with the security, safety and comfort for the passangers emerging as well. These issues occur since the flight company unconcern with their services quality. Hence, there are some risk in using air transportation for the cunsumers. In the other hand, the consumer neligence towards the regulation also the sourse of increasing risks. The lack of information about the corporate responsibility regarding reimbursement for lost passenger luggage harms the consumers. Supposedly, based on the consumer protection law and legislation, the flight company must be responsible for any consumers’ losses.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Muhammad Alif
"Penelitian ini membahas mengenai pelaksanaan tanggung jawab pelaku usaha penerbangan terhadap penumpang dalam hal terjadinya pembatalan penerbangan secara sepihak. Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah pelanggaran hukum apa yang terjadi dalam pembatalan penerbangan secara sepihak oleh pelaku usaha, bagaimana bentuk pertanggungjawaban dari pelaku usaha tersebut terhadap konsumen, serta apakah putusan No. 441/PDT.G/2013/PN.JKT.PST berkaitan dengan tanggung jawab PT Lion air terhadap Mauliate yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini sudah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian yuridis normatif dimana penulis menganalisis menggunakan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis. Analisis dilakukan dengan dasar hukum Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan peraturan Menteri Perhubungan yang terkait dengan tanggung jawab terhadap pembatalan penerbangan.

This study discusses the implementation of the responsibilities of business operators flying to passengers in case of flight cancellations unilaterally. In this study, the problem is lawlessness that happened in the flight cancellation unilaterally by businesses, how to shape the accountability of businesses to consumers, as well as whether the verdict No. 441 / PDT.G / 2013 / PN.JKT.PST relating to the responsibility of PT Lion Air to Mauliate as the case studies in this study are in accordance with the provisions of applicable regulations.
To answer these problems used normative juridical research method in which the authors analyzed using secondary data or in the form of written legal norms. The analysis was performed with the legal basis of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection, Law No. 1 Year 2009 on Aviation, and Minister of Transportation regulations relating to responsibility for flight cancellations."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S59934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Feronika
"ABSTRAK
Seiring dengan peningkatan penggunaan jasa angkutan udara, muncul masalah
perihal keamanan, keselamatan, dan kenyamanan pengguna jasa penerbangan
sebagai konsumen yang merupakan akibat dari kurangnya perhatian perusahaan
penyedia jasa penerbangan terhadap kualitas dari pelayanannya khususnya pada
penerbangan internasional. Kelalaian tersebut, menyebabkan konsumen sebagai
pihak yang dirugikan berada diposisi yang lemah. Ketidaktahuan konsumen
mengenai pengaturan terhadap kerugian yang dialaminya, menyebabkan pelaku
usaha penerbangan internasional bertindak sewenang-wenang dalam memberikan
ganti rugi kepada konsumen. Kurangnya informasi mengenai tanggung jawab
perusahaan penerbangan internasional perihal ganti rugi terhadap konsumen
menyebabkan kerugian bagi konsumen. Pelaku usaha penerbangan internasional
seharusnya bertanggung jawab berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dan Konvensi Warsawa 1929.
ABSTRACT
Along with the increased use of air transport services, issues emerge concerning
security, safety, and convenience of aviation service consumers as a result of air
carriers’ lack of attention regarding services to the quality of its service, especially
on international flights. The negligence causes the consumer positioned as the
injured party and thus is in a weak position. Consumers’ unawareness about the
regulations concerning the losses they endure, causing air carriers acted arbitrarily
in providing compensation to consumers. Lack of information concerning the
responsibility of air carriers regarding compensation to the consumer caused harm
to consumers. Air carriers should be liable under the Consumer Protection Act
and the 1929 Warsaw Convention."
2014
S59962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Monica
"Skripsi ini membahas mengenai pertanggungjawaban pengangkut udara niaga atas hilangnya bagasi tercatat berisi barang berharga, ditinjau dari teori atau prinsip-prinsip pertanggungjawaban pengangkut dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan, yaitu UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara (selanjutnya disebut Permenhub Nomor 77 Tahun 2011).
Skripsi ini mengambil satu contoh kasus, yaitu kasus antara Umbu S. Samapatty dengan Lion Air. Dalam kasus, Umbu S. Samapatty menggunakan jasa pengangkutan dari Lion Air, namun ternyata Lion Air l menghilangkan bagasi tercatat milik Umbu S. Samapatty. Umbu S. Samapatty sayangnya tidak melaporkan mengenai isi dari bagasi tercatatnya tersebut, dimana ternyata isinya adalah barang-barang berharga dengan nilai kurang lebih 2,9 Miliar. Rupiah.
Penelitian membahas mengenai sisi perlindungan konsumen dalam hal terdapat kelalaian dari pelaku usaha dan juga membahas perlindungan dari sisi perlindungan pelaku usaha. Penelitian ini membahas pula mengenai Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1) Permenhub Nomor 77 Tahun 2011 dan ada atau tidaknya penerapan teori dan peraturan perundang-undangan yang baik pada putusan Majelis Hakim.

This thesis discusses about the commercial airplane carrier liability for the case of lost baggage that containing items, in terms of theory or principles of carrier liability and the laws related, namely Law No. 1 of 2009 on Aviation, Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection, as well as the Regulation of the Minister of Transportation No. 77 of 2011 (Permenhub 77/2011) on Air Transport Carrier Liability.
This thesis took a case, which the case between Umbu S. Samapatty against Lion Air. In the case, Umbu S. Samapatty used the transport services of Lion Air, but Lion Air in fact negligently lost the checked baggage of Umbu S. Samapatty. There was a fact also that Umbu S. Samapatty unfortunately didn?t reported the contents of the baggage he carried, a lot of valuable goods with a value of approximately 2.9 billion rupiah.
This research specific-purposes are to discuss the protection to consumer in the event of negligence of businesses and also the protection of the business actors in the event of the factors that influenced by customer action in contributing the lost itself. This study also discusses about Article 5 and Article 6, paragraph (1) Permenhub Number 77 of 2011 and whether or not the theory and application of laws and regulations had been used properly in the verdict of the Judge.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S52669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy
"Dalam perkembangannya, frekuensi penggunaan jasa layanan transportasi udara telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, termasuk penerbangan berbiaya murah yang semakin menjadi daya tarik bagi penumpang. Data yang tercatat oleh Kementrian Perhubungan menyatakan bahwa Lion Air (LA) menjadi maskapai yang telah menerbangkan penumpang domestik terbanyak pada tahun 2009 dibandingkan 2008, yaitu 13,3 juta penumpang (30,7% dari seluruh penumpang yang diangkut sepanjang tahun 2009). Dalam konteks industri layanan jasa penerbangan, fokus layanan adalah pada pencitraan penumpang atas kebutuhan akan keselamatan dan keamanan (safety). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana persepsi penumpang terhadap risiko keselamatan penerbangan pada maskapai penerbangan Lion Air (LA) selaku operator yang menerapkan penerbangan murah.
Metodologi penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data primer yang di dapat dari pengisian kuesioner. Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 97 sampel, namun untuk mengurangi kesalahan dalam prediktabilitas maka digunakan 147 sampel untuk mewakili populasi studi. Sampel penelitian dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat (analisis korelasi-regresi dan uji t). Analisis hubungan dilakukan dengan melihat nilai p terhadap α untuk melihat tingkat kemaknaan hubungan. Dari 147 penumpang LA yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagain besar responden memiliki persepsi yang baik (meliputi kondisi fisik pesawat, SDM, dan latar belakang perusahaan) sehingga mendorong mereka untuk menggunakan jasa layanan maskapai penerbangan Lion Air, dan hanya variabel rekomendasi lingkungan sekitar yang diketahui memiliki persepsi yang tidak baik pada penumpangnya (70,7%). Sedangkan faktor-faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keyakinan untuk terbang aman dan selamat bersama maskapai penerbangan Lion Air meliputi karakteristik kondisi pesawat (keberadaan pesawat baru, gerakan dan suara/bunyi pesawat), ketersediaan SDM (pilot maupun pramugari), dan latar belakang perusahaan (catatan dan manajemen perusahaan). Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan yang signifikan meliputi variabel usia, jenis kelamin, dan jenjang pendidikan.
Berdasarkan hasil tersebut diatas maka sebaiknya instansi terkait terutama pada penyedia jasa penerbangan Lion Air untuk lebih memperhatikan dan mengedepankan segi safety, sehingga persepsi penumpang terhadap risiko keselamatan penerbangan pada maskapai penerbangan Lion Air ini dapat terbentuk dengan baik dan penumpang pun dapat dengan aman dan selamat sampai ditempat tujuan.

In progress, Reguler airlines usage has showing a significant development, including a low fare airlines that can attract more passangers. According to ministry of communication data, Lion Air (LA) has flown the largest passengers for domestic route at 2009 than 2008, that is 13,3 million passangers (about 30,7% from all passangers that carriaged on 2009). In aviation industry, the focus of service is in passanger's image in safety. The objective is, knowing passanger's perception in aviation safety risk of Lion Air as a low fare operator.
The cross sectional methodology is chosen, that use primary data source from passangers questionaire. Minimum total samples for this study are 97 sample, but to reduce mistakes in predictability, sample is used 147 to represent population of study. Sampel analysis is processed in univariate (frequency distribution) and bivariate (correlation-regression, and T test). We can see p values compares with α (0,005) to see degress of relationship. From 147 passangers of Lion Air in this study, mostly respondent has good perception (including airplane condition, human resources, and company background), that can influenced them to used Lion Air, and only recommendation from environment which is showing bad perception (70,7%). While that, factors that significantly related to believedness for flying safety with Lion Air including plane conditions (new plane, motion of plane and voice of plane), human resources (pilot and stewardes), and background of the company (notes and good management of the company). Variable that do not have significant relationship (p-value ≥ 0,005) including age, sex, and educational background.
Based on that result, especially for Lion Air, safety has to be places on the first place, so that the passengers perception in aviation safety risk at Lion Air can be good and then the passangers can arrived safely at their destination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31106
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan peredaran vaksin di Indonesia dikaitkan dengan hukum perlindungan konsumen, peranan dan tanggung jawab rumah sakit untuk melindungi konsumen terhadap peredaran vaksin palsu, dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan hak-haknya dalam kasus peredaran vaksin palsu.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis-normatif dan tipologi bersifat deskriptif. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah perlindungan konsumen dalam kasus peredaran vaksin palsu jika ditinjau dari undang-undang perlindungan konsumen dan undang-undang kesehatan.
Kesimpulan atas permasalahan tersebut adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan menimbulkan kewajiban bagi rumah sakit dan pemerintah untuk bertanggungjawab. Konsumen juga dapat melakukan upaya hukum untuk mendapatkan hak-haknya kembali. Penulis menggunakan Gugatan Perdata Nomor 302/PDT.G/2016/PN.JKT.TIM terkait kasus peredaran vaksin palsu di rumah sakit.

This thesis discusses about regulations on vaccines and its circulation under consumer protection laws in Indonesia. The discussion will also encompass the roles and responsibilities of hospital in protecting consumers from the circulation of fake vaccines, followed with the legal actions that consumers can take in order to gain their rights.
This thesis is compiled using juridical normative research methods and descriptive typology. The main concern of this thesis revolves around the protection of consumers in cases of fake vaccine circulation among the population, viewed from Consumer Protection Law and Medical Law and Regulation rsquo s perspectives.
The proposed solution to the problem is included in Tort Law, which imposes liability for the hospital and the government to be responsible, for consumers are allowed to take legal actions to gain their rights. The author makes use of civil lawsuit number 302 PDT.G 2016 PN.JKT.TIM for the proposed case."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S65766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio
"ABSTRAK
UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mewajibkan setiap penyedia
jasa angkutan udara untuk menyediakan asuransi dalam bentuk Asuransi Jasa
Raharja. Di samping menerapkan Asuransi Jasa Raharja, Lion Air menyediakan
sistem pertanggungan yang disebut Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mengkaji status Asuransi
Perjalanan Lion Air merujuk pada Asuransi Jasa Raharja sebagai asuransi wajib,
pemenuhan hak-hak konsumen pengguna jasa, serta perlindungan terhadap
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Pengumpulan data
melalui kuesioner menunjukkan sebagian besar responden tidak mengetahui
adanya Asuransi Jasa Raharja dalam jasa penerbangan dan tidak membaca
keterangan lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air sebelum
melakukan transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asuransi Perjalanan
Lion Air merupakan asuransi tambahan; hak atas informasi serta hak untuk
mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen tidak dipenuhi; serta tersedianya
pertanggungjawaban dari pihak penyedia jasa penerbangan dan Jasa Raharga bagi
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan demikian,
disarankan agar penyedia jasa pengangkutan memberikan informasi yang jelas
dan tidak rumit, di sisi lain mendorong konsumen memperlengkapi diri akan
informasi mengenai jasa yang ditawarkan.

Abstract
Law No. 1 Year 2009 on Aviation stipulated that carriers shall be obligated
to insure their liabilities towards passengers in the form of Jasa Raharja Insurance.
Aside from providing Jasa Raharja Insurance, Lion Air provides Lion Air Travel
Insurance. Based on qualitative research method, this study examines the status of
Lion Air Travel Insurance related to Jasa Raharja Insurance; the fulfillment of
consumer rights as well as the protection of consumers who do not pay for Lion
Air Travel Insurance. The questionnaires showed that most of the respondents
were not aware of the existence of Jasa Raharja Insurance in aviation service and
did not read further details about Lion Air Travel Insurance before transaction.
The study showed that Lion Air Travel Insurance is an additional insurance;
consumer?s rights on information and education are not fulfilled; and the vested
liability on Jasa Raharja along with the carrier to provide insuance for consumer
who does not pay for Lion Air Travel Insurance. Therefore, carrier should give a
clear information for the consumers. On the other hand, consumers are
encouraged to equip themselves with the information on the services offered.
"
2012
S42452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Wajdi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tinjauan yuridis tanggung jawab agen perjalanan sebagai pelaku usaha yaitu GMT Tour Travel dalam hal terjadi kerugian yang dialami oleh konsumen yaitu M. Yahya Arwiyah yang melakukan pembelian tiket pesawat melalui pihak GMT Tour Travel, tetapi tiket yang dibeli terdapat kesalahan nama dan tujuan penerbangan. Tinjauan ini dilakukan untuk menentukan bahwa agen harus agen harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang timbul atau prinsipalnya yang harus ikut bertanggung jawab, sebagaimana ketentuan dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

ABSTRACT
This thesis describes the legal review of travel agent 39 s responsibility as a business actor that is GMT Tour Travel in the event of loss experienced by the consumer that is M. Yahya Arwiyah who purchased airfare through GMT Tour Travel, but the ticket purchased there got error in name and destination. This review is undertaken to determine that the agent must responsible for any losses incurred or the principal to be held accountable, as provided for in Article 19 of Law number 8 year 1999 on Consumer Protection."
2017
S68869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>