Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alpian Ramli
"Dalam meningkatkan pelayanan transportasi kepada masyarakat, PT Kereta Api Indonesia (Persero) senantiasa memperbarui lokomotif-lokomotif miliknya dengan cara membeli dari General Electric (GE) Transportation secara langsung (Penunjukan Langsung). Namun, pada pengadaan lokomotif tahun 2009, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan bahwa kedua perusahaan tersebut telah melakukan persekongkolan tender. Kemudian PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan General Electric (GE) Transportation melakukan keberatan. Hasilnya, putusan KPPU tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Negeri Bandung dan pada tingkat kasasi, permohonan kasasi KPPU ditolak oleh Mahkamah Agung. Alasan dibatalkannya putusan KPPU ini berdasarkan pertimbangan majelis hakim adalah karena pengadaan lokomotif ini bukan termasuk tender sehingga tidak terikat pada Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Selain itu pengadaan lokomotif ini juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/Mbu/2008 yang memperbolehkan BUMN melakukan penunjukan langsung dalam pengadaan barang/jasa.
Penelitian ini membahas aspek hukum penunjukan langsung dalam pengadaan barang dan jasa ditinjau dari hukum persaingan usaha sehingga penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait hukum persaingan usaha seperti UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha. Di akhir penelitian, Penulis berkesimpulan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan General Electric (GE) Transportation tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 karena unsur-unsur dalam pasal tersebut tidak terbukti. Selain itu, pengadaan lokomotif yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan General Electric kepada (GE) Transportation memang bukan termasuk tender serta telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

In order to improve transportation services for people, PT Kereta Api Indonesia (Persero) always renews his locomotives regularly by purchasing them from General Electric (GE) Transportation directly (Direct Procurement). However, in locomotive procurement 2009, Commission for the Supervision of Business Competition (KPPU) condemned that both companies have made bid rigging.
Then PT Kereta Api Indonesia (Persero) and General Electric (GE) Transportation did an objection. As a result, the KPPU’s verdict was canceled by the Bandung District Court and on cassation level the KPPU’s application was rejected by the Supreme Court. The reason of this verdict’s cancellation is based on the consideration of the judges who judged that this locomotive procurement was not a tender so that it was not bound by Article 22 of Law No. 5 of 1999. In addition, the procurement was also in accordance with the Regulation of the Minister of State-Owned Enterprises No.Per-05/MBU/2008 allowing SOEs perform direct appointment in the procurement of goods/services.
This thesis discusses the legal aspects of procurement through direct procurement mechanism in terms of antitrust law so that the research method uses a normative juridical legislation related antitrust law such as Law No. 5 Year 1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Competition. At the end of this thesis, the author concludes that PT Kereta Api Indonesia (Persero) and General Electric (GE) Transportation is not proven to have violated Article 22 of Law No. 5 Year 1999 concerning bid rigging because the elements in the article is not proven. Furthermore, the locomotive procurement conducted by PT Kereta Api Indonesia (Persero) and General Electric (GE) Transportation cannot be termed as a tender and was also peformed in accordance with the legislation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S44887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Nur Arifiani
"Analisis ini membahas pengadaan 20 unit lokomotif dilakukan dengan penunjukkan langsung karena PT. Kereta Api mengganggap GE Transportation telah bekerja sama selama lebih dari 50 tahun. Oleh KPPU penunjukkan langsung dinyatakan bentuk persekongkolan dan diskriminasi yang secara sah melanggar ketentuan pasal 22 dan 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Pokok masalah yang dihadapi adalah Bagaimana penerapan ketentuan pasal 22 dan pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam putusan KPPU Perkara Nomor 05/KPPU-L/2010 ditinjau dari Undang-Undang Persaingan Usaha. Pokok permasalahan tersebut dijawab dengan menggunakan metode penelitian normatif yang menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan pasal 22 Undang-Undang Persaingan Usaha belum tepat sedangkan penerapan pasal 19 huruf d Undang-Undang Persaingan Usaha sudah tepat karena PT. Kereta Api terbukti telah memberikan suatu perlakuan istimewa kepada GE Transportation yang telah menyebabkan suatu persaingan usaha tidak sehat.

This analysis discusses the procurement of 20 units of locomotives made by direct appointment due to PT. GE Transportation Rail assume have been working together for more than 50 years. The Commission expressed the form of direct appointment of conspiracy and unlawful discrimination in violation of the provisions of articles 22 and 19 letter d of Competition Act. The principal problem faced is how the application of the provisions of Article 22 and Article Competition Act in a Commission decision in Case Number 05/KPPU-L/2010 review of The Competition Act. The principal problem is answered by using research method normative conclusion that application of article 22 of the Competition Act is not perfect yet, while the application of Article 19 letter d of Competition Act is precisely, because of PT. KAI have been proven to give a prefential treatment to GE"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S25010
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yie, Brian
"Perjanjian penetapan harga adalah perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. Sedangkan kartel adalah perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa. Pada tahun 2010, KPPU melalui putusan No. 17/KPPU-I/2010 memutus bahwa Kelompok Usaha Pfizer dan PT Dexa Medica, keduanya produsen obat anti hipertensi merek Norvask dan Tensivask, terbukti melakukan perjanjian penetapan harga dan kartel yang dilarang oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Putusan tersebut kemudian dibatalkan oleh putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan permohonan kasasi yang diajukan oleh KPPU ditolak oleh Mahkamah Agung dalam putusan No. 294 K/Pdt.Sus/2012.
Dalam skripsi ini, penulis mencoba menganalisa kesesuaian antara putusan Mahkamah Agung terkait pembuktian perjanjian penetapan harga dan kartel dalam perkara ini dengan hukum persaingan usaha di Indonesia, serta kedudukan bukti tidak langsung dalam hukum persaingan usaha di Indonesia. Hal tersebut didorong fakta bahwa penegakan hukum persaingan usaha di indutri farmasi, dalam hal ini obat anti hipertensi, menyangkut kepentingan masyarakat Indonesia akan kesehatan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan bahwa putusan Mahkamah Agung in casu telah sesuai dengan hukum persaingan usaha di Indonesia dan bahwa penggunaan bukti tidak langsung oleh KPPU tidak memiliki dasar hukum yang kuat dalam peraturan perundang-undangan sehingga harus didukung oleh bukti-bukti langsung (hard evidence). Penulis mengharapkan kedepannya KPPU mendukung penggunaan bukti tidak langsung dengan bukti langsung untuk dapat membuktikan dengan pasti terjadinya pelanggaran hukum persaingan usaha dan Pemerintah Republik Indonesia merevisi Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 untuk memberikan dasar hukum bagi bukti tidak langsung sebagai alat bukti yang sah dalam hukum persaingan usaha Indonesia.

Price fixing agreement is an agreement between business competitors to fix the price on certain goods and or services which are to be paid by consumers or costumers in the same relevant market. While cartel is an agreement between business competitors to influence price by arranging production and or marketing of a good and or service. In 2010, KPPU through verdict No. 17/KPPU-I/2010 ruled that Pfizer Business Group and PT Dexa Medica, both are producers of anti hypertension drugs branded Norvask and Tensivask, were found guilty of making price fixing agreement and cartel which are forbidden by Law No.5/1999. The verdict was then annulled by the District Court's verdict, and the appeal submitted by KPPU was denied by the Supreme Court by verdict No. 294 K/Pdt.Sus/2012.
In this thesis, Writer tried to analyze the conformity of the Supreme Court's verdict regarding the evidencing of price fixing agreement and cartel in this case with antimonopoly law in Indonesia, and the position of indirect evidence in antimonopoly law in Indonesia. This analysis was motivated by the fact that the enforcement of antimonopoly law in pharmaceutical industry, in this case anti hypertension drugs, is related to the interest of Indonesian society in health.
Based on the result of the analysis, Writer concludes that the Supreme Court's verdict in casu is in conformity with antimonoply law in Indonesia and that the use of indirect evidence by KPPU do not have a solid legal foundation in Indonesia's legislation, therefore it has to be supported by direct evidence (hard evidence). Writer hopes that in the future KPPU would support the use of indirect evidence with direct evidence to be able to assuredly prove a violation of antimonopoly law and the government of RI would revise Law No.5/1999 to give legal foundation for indirect evidence as legitimate evidence in Indonesia's antimonopoly law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Safitri
"Tesis ini membahas tentang  penggunaan alat bukti kesamaan dokumen/surat oleh KPPU dalam memutus perkara Nomor 41/KPPU-L/2010 tentang Tender Pengadaan Sarana dan Prasarana Konversi Energi. Alat bukti yang digunakan oleh KPPU dalam memutus perkara ini adalah kesamaan dokumen, Alat Bukti kesamaan dokumen tersebut merupakan alat bukti petunjuk. Petunjuk dari berbagai macam alat bukti tidak mungkin dapat diperoleh hakim tanpa menggunakan suatu pemikiran tentang adanya persesuaian antara kenyataan yang satu dengan yang lain, atau antara satu kenyataan dengan tindak pidana itu sendiri. Oleh karena itu alat bukti petunjuk harus mengacu pada persesuaian antara kejadian, keadaan, perbuatan, maupun dengan tindak pidana itu sendiri. Alat bukti petunjuk hanya dikenal dalam hukum acara pidana (KUHAP) dan UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat. Pengaturan mengenai petunjuk di hukum pidana didasarkan pada prinsip bahwa hakim bersifat aktif untuk mencari keadilan,

This thesis discusses the use of document similarity evidence / letter by the Commission in deciding the case 41/KPPU-L/2010 of Tender for Procurement of Infrastructure Energy Conversion. Evidence used by the Commission in deciding the case this is the similarity of a document, the document similarity Evidence is evidence instructions. Hints of various kinds of evidence may not be obtained without the use of a judge thought about the fact that the existence of correspondence between one another, or between one reality to the offense itself. Therefore evidence should refer to the instructions of correspondence between the events, circumstances, actions, and with the crime itself. Instructions only known evidence in criminal procedural law (Criminal Procedure Code) and Act No. 5 of 1999 on the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition. Instructions on setting the criminal law is based on the principle that judges are actively to seek justice."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Hammam Mahendra Jaya
"Skripsi ini membahas pengaturan mengenai klausul keterbukaan informasi searah mengenai jumlah pemesanan bahan baku terhadap pesaing di dalam suatu Supply Agreement. Dalam Supply Agreement, pihak pembeli sebagai pembeli bahan baku akan menyampaikan informasi mengenai jumlah bahan baku yang ingin dipesan kepada pihak Supplier sebagai penjual bahan baku. Dengan adanya klausul keterbukaan informasi searah mengenai jumlah pemesanan bahan baku terhadap pesaing dalam Supply Agreement, maka informasi mengenai jumlah bahan baku yang ingin dipesan oleh pembeli juga diberitahukan kepada pesaing dari pembeli. Untuk membahas permasalahan ini, akan digunakan penelitian hukum normatif dengan analisis yuridis-normatif. Hasil dari penelitian ini adalah analisis terhadap klausul keterbukaan informasi searah mengenai jumlah pemesanan bahan baku terhadap pesaing di dalam suatu Supply Agreement menurut hukum persaingan usaha.

This thesis discusses about the regulation of clause of one-way information disclosure to competitor regarding raw material purchase order in Supply Agreement. In Supply Agreement, the buyer will inform the raw material purchase order to the supplier, whom will sell the raw material to the buyer. With the addition of clause of one-way information disclosure to competitor regarding raw material purchase order in Supply Agreement, the information regarding buyer's raw material purchase order will also be informed to buyer's competitor. Normative study and legal-normative juridical analysis will be used to address this issue. The results of this study is an analysis of clause of one-way information disclosure to competitor regarding raw material purchase order in Supply Agreement in accordance with competition law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S55860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Btari Diannisa
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pelaporan keberlanjutan dilakukan pada PT KAI (Persero) melalui penjabaran proses pengelolaan prinsip-prinsip pelaporan serta proses pengidentifikasian pengungkapan standar dari laporan keberlanjutan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa secara garis besar PT KAI (Persero) masih kesulitan dalam melaksanakan pengelolaan prinsip pelaporan yang sesuai dengan Pedoman GRI, serta masih tidak merata nya jumlah konten pengungkapan standar umum dengan pengungkapan standar khusus dalam laporan keberlanjutan walaupun telah menggunakan jasa konsultan eksternal.

This study aims to analyze how sustainability reporting in PT KAI (Persero) by elaborating the company‟s way on managing the reporting principles and the identification process on standard disclosures. This study finds that, PT KAI (Persero) is still contrained in managing the reporting principle in accordance to GRI Guidelines and there is uneven content of general standard disclosure and specific standard disclosure despite the engagement with external consultant"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Charis
"Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh banyak organisasi baik publik maupun bisnis saat ini adalah kemampuan beradaptasi ditengah perubahan lingkungan yang semakin kompleks dan magnitude-nya tidak dapat diprediksi. Pandangan modern melihat adaptasi terhadap perubahan lingkungan dapat dilakukan melalui elaborasi struktur organisasi dengan ketidakpastian lingkungan. Dalam pandangan modern struktur menjadi bagian penting dalam analisis organisasi karena struktur merupakan bagian dari organisasi yang secara langsung bersentuhan dengan lingkungan. Disamping itu, struktur juga dapat menggambarkan aliran kerja dan informasi organisasi dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Dalam penelitian Huselid (1995) menemukan bahwa struktur organisasi secara positif mempengaruhi kinerja organisasi, dengan kata lain, pencapaian kinerja organisasi sangat ditentukan oleh fleksibilitas struktur organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Atas dasar pemikiran diatas, penulis mencoba mempelajari masalah struktur organisasi dalam tesis yang berjudul: Analisis Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Pemilihan PT. Kereta api Indonesia (PT.KAI) sebagai obyek penelitian semata-mata didasari atas peran strategis PT. KAI sebagai pemegang hak monopoli penyelenggaraan moda transportasi kereta api di Indonesia. Mengingat peran strategis PT. KAI dalam penyelenggaraan moda kereta api dan tanggungjawab pemberian pelayanan yang baik bagi masyarakat, menjadikan PT.KAI cukup tepat untuk dijadikan obyek penelitian. Disamping itu, saat ini PT. KAI juga sedang gencar-gencarnya melakukan restrukturisasi organisasi dalam rangka menciptakan struktur organisasi yang fleksibel, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.
Didasarkan atas pemikiran diatas, penulis mencoba mengangkat masalah struktur organisasi khususnya masalah hubungan antara variabel-variabel struktur organisasi dalam menciptakan efektivitas organisasi. Variabel-variabel struktur organisasi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada variabel formalisasi, sentralisasi, kompleksitas dan koordinasi. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel struktur organisasi PT. KAI terhadap efektivitas organisasi.
Dengan menggunakan alat analisis Multiple Regression untuk melihat pengaruh dan kekuatan hubungan serta kearah mana hubungan antara variabel-variabel struktur dengan efektivitas organisasi, dalam penelitian ini kemudian ditemukan bahwa secara keseluruhan, keempat dimensi struktur perpengaruh secara positif terhadap efektivitas organisasi. Namun demikian, pengaruh keempat variabel tersebut terhadap efektivitas tidak mutlak, artinya tidak semua dimensi yang digunakan dalam pengukuran variabel struktur berpengaruh secara nyata terhadap efektivitas organisasi.
Dari hasil analisis multiple regression ditemukan pada variabel formalisasi hanya ada dua dimensi yang memiliki pengaruh positif terhadap efektivitas organisasi yaitu dimensi job description dan prosedur. Untuk variabel sentralisasi adalah dimensi pelimpahan wewenang, dan variabel kompleksitas adalah dimensi departementalisasi, sedang variabel koordinasi juga secara positif memiliki hubungan terhadap efektivitas organisasi.
Sedangkan dimensi-dimensi lain dari variabel struktur organisasi PT. KAI yang justru berpengaruh negatif (invers) terhadap efektivitas organisasi adalah peraturan dan dokumen tertulis untuk variabel formalisasi dan dimensi spesialisasi untuk variabel kompleksitas. Sedangkan untuk dimensi-dimensi yang lain memiliki pengaruh yang kurang kuat terhadap efektivitas organisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Sarah
"Salah satu asas jaminan fidusia adalah asas publisitas yang tersirat dengan adanya kewajiban pendaftaran jaminan fidusia untuk menjamin kepastian hukum kreditur. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi fidusia ganda/fidusia ulang. Kasus ini menarik karena terdapat dua kreditur yang memegang sertifikat jaminan fidusia atas obyek yang sama. Penelitian ini menelaah tentang adanya kemungkinan fidusia ganda dalam peraturan perundang-undangan serta mengetahui mengenai eksekusi obyek jaminan apabila sudah terjadi fidusia ganda yang dibuktikan dengan adanya sertifikat jaminan fidusia. Penjelasan mengenai eksekusi obyek jaminan fidusia ganda juga dianalisa dari ketepatan suatu putusan dan pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam menangani kasus fidusia ganda.

One of the fiduciary principle is the principle of publicity that is implied by the registration of fiduciary obligation to ensure legal certainty creditors. This is done to avoid double fiduciary / re-fiduciary. This case is interesting because there are two creditors who hold certificates fiduciary on the same object. This study examined about the possibility of a double fiduciary in legislation as well as knowing about the execution object when it happens fiduciary assurance double evidenced by the certificate fiduciary. A description of the execution of multiple objects fiduciary also analyzed the accuracy of the decision and judgment of the Supreme Court judges in handling cases of double fiduciary."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S58498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Swasti Widita
"Dalam kegiatan ekonomi yang semakin berkembang saat ini banyak pelaku usaha yang mengendalikan perekonomian dengan menjual produk dan/atau jasa yang digunakan berdasarkan berbagai macam perjanjian yang mengandung syarat-syarat dan ketentuan yang menguntungkan pihaknya. Skripsi ini membahas mengenai perjanjian baku yang dibuat sepihak oleh sebuah institusi Bank, dalam hal penyerahan Kartu ATM yang diterbitkan oleh Bank tersebut.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen telah memberikan batasan-batasan aturan mengenai perjanjian baku. Skripsi ini juga membahas pengaturan pengaturan mengenai konsumen dan produk dan /atau jasa bank yaitu kartu ATM.

In the state of development economic, nowadays many people whom controlled the economy by selling product and/or services which used based on varieties of agreement which contained many clausule that only benefit certain party such as the desicion maker.this thesis is trying to discuss about a selfmade bank agreement, in the case of atm card hand-off which published by that bank itself.the law no 8 year 1999 about consumer protection has given boundaries about selfmade agreement.this thesis also talks about rules such as, rules about consumer and bank product and/or services such as ATM card."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Utami Hayuningtyas
"Skripsi ini menganalisis Putusan Nomor 07/RV/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. 847K/Pdt.Sus/2012, dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan metode analisis kualitatif. Putusan ini mengenai tumpang tindih jaminan fidusia atas 2 (dua) buah mesin yaitu mesin DMF Sus Tank tahun 2003 dan Mesin Dry Process Synthetic tahun 1997, yang dimiliki oleh PT. Samwoo Indonesia sebagai debitor pailit. Tumpang tindih diketahui oleh kurator pada saat proses verifikasi aset. Masing-masing mesin memiliki alur cerita yang berbeda. Pada Mesin DMF Sus Tank tahun 2003, terjadi pembebanan fidusia ulang terhadap mesin tersebut. Oleh sebab itu, maka timbul permasalahan mengenai status kepemilikan objek jaminan fidusia, siapa pihak yang berwenang untuk mengeksekusi 2 (dua) buah mesin di atas, dan siapa pihak yang berhak didahulukan. Untuk menentukan hal tersebut, dapat merujuk kepada Pasal 17 dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Jaminan Fidusia. Namun, ternyata 2 (dua) pasal ini saling bertentangan dalam menentukan boleh tidaknya fidusia ulang. Sedangkan pada Mesin Dry Process Synthetic tahun 1997, terjadi pengalihan objek jaminan fidusia ke kreditor baru tanpa dilakukan pendaftaran. Sebagaimana diketahui bahwa pendaftaran fidusia menjadi salah satu faktor penentu status hak kepemilikan, kewenangan eksekusi, dan hak didahulukan.

This thesis is analyzing judicial decision number 07/RV/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. 847 K/Pdt.Sus/2012, by using normative judicial research and qualitative analysis. In this judicial decision, the curator found double fiduciary on 2 (two) machine owned by PT. Samwoo Indonesia as a bankrupt debtor. An overlap is known by the curator at the verification asset process. The machines DMF Sus Tank year 2003 and Dry Process Synthetic year 1997. Each machine has a different storyline. First, there is a double fiduciary on DMF Sus Tank year 2003. Therefore, it has raised the question of the ownership status, also who has the rights to execute the machine, and who has the preference rights. To determine that, we can refer to Article 17 and Article 28 of Law No. 42 of 1999 Fiduciary. However, it turns out that 2 (two) of this article may contradict each other. Further more, Dry Process Synthetic year 1997 is transferred to a new creditor without any registration. As we know, fiduciary recipient who have registered will acquire benefits such as the executorial power if the debtor is default and will also make them as preferred creditors, while fiduciary recipient who have not registered serve as concurrent creditors"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>