Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawan Prayoga
"Tesis ini membahas tenlang studi strukturasi lerhadap musik indie di Jakarta. Secara khusus, penelitian ini melihat struktur dominasi induslri musik major label dan bagaimana produksi/rcproduksi sistem nilai pada musik indie tersebut_ Pcnclilian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis kritis. Dengan menggunakan pendekatan sosiokulluml, penelitian ini memakai teori strukturasi Anthony Giddens. Hasil penelitian menemukan bahwa sistem nilai yang dibangun oleh musik indie merupakan suatu relasi oposisi terhadap sistem nilai musik major label. Sistem nilai pamungkas milik musik indie yang tidak dapat disentuh oleh kapitalis adalah free culture."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Razan Syarif
"Penelitian ini berfokus pada promosi musik musisi indie pada masa pandemi Covid-19, dimana para musisi indie harus menyesuaikan strategi promosi mereka dengan menggunakan media digital sebagai platform utama aktivitas promosi. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan masyarakat dalam menciptakan, mendengarkan, dan menghadiri aktivitas yang berkaitan dengan musik. Tujuan dari penelitian ini merupakan untuk mengetahui bagaimana musisi indie mengimplementasikan transmedia storytelling untuk mempromosikan musik mereka, maka studi ini akan dilakukan untuk melakukan investigasi terhadap cara musisi indie mengubah cara mempromosikan musik mereka pada masa pandemi Covid-19 dengan tujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap storytelling mereka. Data akan dikumpulkan melalui analisis konten dari jurnal akademik relevan yang membahas promosi musik indie pada masa pandemi Covid-19. Penemuan utama dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa musisi indie mengalihkan platform promosi musik mereka menuju media digital, hal tersebut memungkinkan mereka untuk melakukan interaksi dengan para penonton. Secara keseluruhan, musisi indie melakukan penyesuaian dalam penerapan transmedia storytelling untuk mempromosikan musik mereka selama pandemi Covid-19. Akibat pandemi Covid-19, musisi independen terpaksa untuk menggunakan channel media digital untuk menyebarkan materi promosi yang dapat membantu mereka mencapai target penonton yang ditentukan.

This paper focuses on indie musicians, in music promotion during the COVID-19 pandemic, which makes indie musicians adjust their promotion strategy and utilize digital media as the platform for all of their music promotion activities. Previous research shows COVID-19 pandemic changed people's behavior on create, listen, and attend music activities. This research aims to know how indie musicians implement transmedia storytelling to promote their music during the COVID-19 pandemic. This study seeks to investigate how independent musicians changed their promotion tactics during the COVID-19 pandemic in order to adjust their storytelling. The data are collected through content analysis from relevant academic journals that discuss indie music promotion during the COVID-19 pandemic. The main findings show that indie musician switches their promotion platform to digital media to promote their music, which also allows them to interact with the audience. Overall, indie musicians adjust how they employ transmedia storytelling to promote their music throughout the COVID-19 pandemic. Due to the pandemic, independent musicians are compelled to use digital media channels to share marketing materials that will help them reach their target audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Karin Khairana
"Perspektif kapitalis budaya mengasumsikan bahwa kebebasan kreativitas musisi dibatasi oleh logika industri yang berorientasi mencari keuntungan, oleh karena itu penelitian sebelumnya mengidentifikasi musisi indie bawah tanah bernegosiasi dengan perusahaan rekaman arus utama untuk mempromosikan subkultur yang berbeda dari genre dominan. Tulisan akademis ini bertujuan untuk memahami taktik grup musik indie bawah tanah “Efek Rumah Kaca”, sebagai negosiasi terhadap musik arus utama dominan dan sebagai produksi budaya DIY yang kreatif/ inovatif, untuk bertahan dalam industri musik kapitalis. Dengan menggunakan metode analisis tematik konten, bentuk negosiasi yang terjadi diidentifikasi melalui representasi teks khususnya lirik lagu dari karya musik Efek Rumah Kaca. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Efek Rumah Kaca menegosiasikan musik arus utama dengan mengadopsi praktik dan simbol dari industri musik populer, ke dalam tindakan alternatif mereka sendiri yang otonom serta kreatif/ inovatif. Bentuk negosiasi juga ditemukan dalam lagu-lagu bergenre indie pop mereka, yang dalam liriknya menyuarakan kepedulian terhadap isu sosial-politik, moral, agama, dan budaya, sebagai kritik terhadap institusi dominan di masyarakat serta industri musik populer arus utama yang kapitalis. Guna bertahan dalam industri musik kapitalis, grup musik indie bawah tanah ini menciptakan ruang khusus (niche space) dengan memaksimalkan capital dan arena (field) yang dikuasai untuk produksi budaya DIY yang mementingkan estetika, serta memanfaatkan sekaligus mengklaim legitimasi/ otoritas budaya setempat.

The cultural capitalist perspective assumes that musicians' freedom of creativity is limited by the industrial logic of profit laden, hence previous studies identified underground indie musicians negotiate with the mainstream recording company to promote a distinct subculture from the dominant genre. This academic paper aims to understand the tactics employed by underground indie music group “Efek Rumah Kaca”, as a form of negotiation between dominant mainstream music and indie musicians which represent creative/innovative DIY cultural production, to survive in the capitalist music industry. Employing thematic content analysis method, the findings suggest the form of negotiation that was occured could be identified through text representation, especially the song lyrics of the musical product of Efek Rumah Kaca. Moreover, Efek Rumah Kaca negotiates with mainstream music by adopting practices and symbols of the popular music industry, into their own autonomous and creative/innovative alternative acts. The form of negotiation is also found in their indie pop songs, which in the lyrics express concern for socio-political, moral, religious and cultural issues, as a critique of the dominant institutions in society and the capitalist mainstream popular music industry. In order to survive in the capitalist music industry, this underground indie music group creates a niche space by maximizing their capital and field for the production of DIY culture that emphasizes aesthetics, as well as utilizing and claiming the legitimacy/authority of local culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Geminia A.R.
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa alur komunikasi pemasaran berbasis komunitas yang dilakukan oleh kelompok musik indie. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Metode ini dipilih karcna studi kasus merupakan strategi yang cocok untuk penclitian yang bcrfokus pada fenomena kontemporcr di dalam konteks kehidupan nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan komunitas yang baik akan melahirkan anggota- anggota yang setia. Yang dalam konteks ini, mereka tidak hanya menjadi pelanggan, namun juga akan bertindak sebagai pelaku pemasaran. Oleh karena itu, kelompok musik indie hendaknya menjaga dan memperhatikan kebutuhan anggota komunitas supaya tercipta anggota-anggota setia yang akan mendukung kesuksesan.

This research is aim to analyze marketing communication based on community process that used by indie label musician. This research using qualitative approachment wih case study method. The reason to using this method is because its a qualified method for reseacrh that focus on contemporary phenomenon in real life. The result of this research shows that good attention to community, wills produce a loyal member. In this context, they are not only a consumer but also can be a marketer. So thai indie label musician should take care and give proportional attention to their member, to produce a loyal member that will support their success, from member consumption and also by marketing things they done."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahransyah
"ABSTRAK
Penggunaan internet sebagai media promosi dan interaksi saat ini meningkat secara drastis, sama halnya dengan yang terjadi pada bentuk promosi dan interaksi terhadap karya musik. Salah satunya pengembangan musik independen yang bersifat bebas, mandiri, dan tidak bergantung dengan sebuah label musik. Namun kelemahan pengembangan musik independen adalah adanya keterbatasan dana untuk melakukan promosi albumnya di pasaran. Oleh sebab itu, banyak musisi indie yang menggunakan media internet sebagai media promosi karyanya, salah satunya melalui media sosial. Beberapa situs internet dan media sosial menyediakan layanan yang memungkinkan musisi indie untuk menyebarkan informasi dari karyanya kepada masyarakat dalam bentuk foto maupun video, salah satunya adalah Instagram. Dua Drum merupakan kelompok musik (band) independen yang memanfaatkan Instagram sebagai sarana promosi dan menjalin interaksi dengan para penggemarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana serta dampak dari promosi melalui Instagram yang dilakukan oleh Dua Drum terhadap karya mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Dua Drum secara gencar membagikan konten musik dan aktif melibatkan penggemarnya yang membuat karya mereka semakin popular, sehingga penggunaan media sosial Instagram cukup efektif dalam meningkatkan popularitas nama dan karya maupun interaksi di antara musisi independen dengan para penggemarnya.

ABSTRACT
The use of the internet as a media for promotion and interaction is currently increasing drastically, as is the case with the forms of promotion and interaction with musical works. One of them is the development of independent music that is free, independent, and does not depend on a music label. However the weakness of independent music development is that there are limited funds to promote their albums on the market. Therefore, many independent musicians use internet media as a media for promoting their work, one of which is through social media. Some internet sites and social medias provide services that allow independent musicians to disseminate information of their work to the public in the form of photos and videos, one of which is Instagram. Dua Drum is an independent music group that uses Instagram as a means of promotion and interacts with its fans. The purpose of this study was to find out how and the impact of Instagram promotions carried out by Dua Drum on their work. The research method used is descriptive qualitative with data collection technique through observation. The results obtained from this study are that Dua Drum intensively distributes music content and actively engages fans who make their work more popular, so the use of Instagram is quite effective in increasing the popularity of names or musical works and interactions between independent musicians and their fans.

"
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shindy Rachmawati
"Pertumbuhan penggunaan internet yang begitu cepat telah mendorong lahirnya berbagai gaya hidup baru dalam kehidupan masyarakat dunia. Salah satunya adalah penggunaan media sosial. Media sosial adalah suatu media elektronik dimana para partisipannya dapat membuat, mempublikasi, mengontrol, mengkritik, menilai, dan berinteraksi dalam konten online yang memungkinkan terbentuknya berbagai interaksi seperti mengikuti (following), mengirim atau membagikan post (sharing), menyukai (liking), dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh interaksi di media sosial terhadap keterikatan emosi (emotional attachment), kualitas hubungan dengan brand (brand relationship quality), serta word of mouth (WOM) dengan studi kasus pada Musisi Indie dalam negeri Indonesia, yaitu musisi berjalur independen atau non-labeled yang secara mandiri menggunakan sumber daya pribadi mulai dari produksi hingga distribusi dan pemasaran musiknya, serta memanfaatkan media sosial sebagai branding tools mereka.
Desain penelitian ini merupakan penelitian konklusif-deskriptif. Responden dari penelitian ini adalah orang-orang yang menyukai karya-karya musik Musisi Indie dalam negeri, mengunjungi official account Musisi Indie favorit mereka minimal satu kali dalam waktu sebulan terakhir. Dengan menggunakan metode judgemental sampling dan snowball sampling, sebanyak 205 responden berhasil didapatkan melalui penyebaran kuesioner secara online, dengan metode pengolahan data dilakukan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi di media sosial di official account Musisi Indie dalam negeri mempengaruhi emotional attachment, emotional attachment mempengaruhi brand relationship quality, emotional attachment mempengaruhi word of mouth, serta brand relationship quality mempengaruhi word of mouth. Sedangkan, interaksi di media sosial tersebut tidak mempengaruhi brand relationship quality.

The reapid growth of internet creates many new trends and lifestyle changes in worldwide society. One of them is social media usage. Social media is an electronic where participants can produce, publish, control, critique, rank, and interact with online content which allow the creation of any interaction such as following, sharing, liking, and so on.
This study was conducted to analyze the effect of social media interaction on emotional attachment, brand relationship quality, and word of mouth with case study of Local Indie musicians in Indonesia, who are independent or nonlabeled musician, using their own resources of fund and tools since the process of music production until distribution and marketing of their music, and also using social media as their branding tools.
Design of this research is a conclusivedescriptive research. The respondents are the fans of Local Indie musicians and visit the official account of their favorite Local Indie musicians at least once in the last one month. The researcher used judgemental and snowball as sampling method and got 205 respondents from online questionnaire, by using Structural Equation Modeling (SEM) for processing the data.
The result shows that social media interaction on official accounts of Local Indie musicians has effect on emotional attachment, emotional attachment has effect on brand relationship quality, emotional attachment has effect on word of mouth, and brand relationship quality has effect on word of mouth. But, social media interaction has no effect on brand relationship quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandito Nindianto
"Artikel ini membahas bagaimana auto-tune dan pitch correction menjadi bagian dari budaya pop dan bagaimana teknologi ini berkontribusi terhadap revolusi industri musik di seluruh dunia. Auto-tune dan pitch correction adalah program yang digunakan untuk mengotomatisasi suara penyanyi (Hadhazy, 2010). Kemampuan kedua teknologi tersebut dalam memanipulasi suara penyanyi memicu tanggapan penggunaan auto-tune dan pitch correction sebagai sebuah praktik curang (Reynolds, 2018). Namun isu ini berubah seiring berjalannya waktu, keberadaan auto-tune menjadi salah satu program paling revolusioner saat ini. Dengan menggunakan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger (Harmon-Jones dan Mills, 2019) dan menyoroti fenomena auto-tune dan pitch correction, artikel ini mempelajari faktor dan alasan mengapa kedua teknologi itu digunakan oleh penyanyi di seluruh dunia. Studi ini menduga, instrumen dan suara yang tidak melalui otomatisasi, dapat mempengaruhi kualitas pertunjukan secara emosional.

This article discusses how auto-tune and pitch correction became a part of pop culture and how they revolutionized the music industry around the world. Auto-tune and pitch correction are programmes used to automate a singer’s voice up to their heart’s content (Hadhazy, 2010). Therefore, with both auto-tune and pitch correction, programmes like these were considered cheat codes (Reynolds, 2018). However, this issue changed over time. The existence of auto-tune became one of the most revolutionary programs today. By using Leon Festinger’s (Harmon-Jones & Mills, 2019) cognitive dissonance theory and taking the occurrence of auto-tune, this paper studies the factors and the reasons why auto-tune is used by singers from all over the world. The article argues that tuned instruments and voices can affect the quality of performances emotionally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Mulyadi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengenai Ke-Indonesia-an dalam grup band Koes Plus. Suatu
grup band paling popular di Indonesia pada kurun waktu 1970-an. Grup band ini
banyak dikenal juga karena lagu-lagunya yang berjudul "Nusantara". Terdiri dari dari
delapan lagu yang berjudul nusantara, serta beberapa lagu lainnya yang temanya
berkaitan dengan nusantara. Nusantara adalah gambaran grup band ini menyangkut
wilayah dan masyarakat Indonesia. Disertasi ini melihat suatu gambaran nasionalisme
dalam grup band. Selain itu disertasi ini juga ingin melihat motif grup band Koes Plus
membuat lagu-lagu yang bertemakan nusantara. Disertasi ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode sejarah dan pendekatan strukturis. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa motif Koes Plus menciptakan lagu-lagu bertema
nusantara tidak terlepas dari interaksi antara Koes Plus sebagai aktor sejarah struktur
sosial politik pada masa Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru mendorong Koes Plus
untuk menciptakan lagu-lagu bertema nusantara. Nusantara dengan kekayaan alam
dan keindahannya pada kurun 1970-an adalah juga tema-tema Orde Baru. Kesamaan
motif inilah yang merupakan munculnya tema-tema ke-Indonesia-an dalam Koes
Plus.

ABSTRACT
This dissertation on Indonesian-ness in the band Koes Plus. One of the most popular
band in Indonesia during the period of the 1970s. The band is also known for his
songs titled "Nusantara". Consisting of eight songs titled Nusantara, as well as several
other songs related to the theme of the nusantara Nusantara is the reflection of the
band concerning the teiritoiy and people of Indonesia This dissertation saw a picture
nationalism of die band. This dissertation also examines Koes Plus motives in making
the theme songs of the Nusantara This dissertation is a qualitative study using
historical methods and structuris ^proaches. This study concluded that the Koes Plus
motivation in create the theme songs of nusantara can not be separated from the
structure of the New Order era. New Order government encourages Koes Plus to
create the theme songs of the Nusantara Nusantara with natural resources during the
period of the 1970s was also the themes of the new order. The similarity of this
motive explains the emergence of the nationalist themes of Indonesian-ness in Koes
Plus."
2014
D2023
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belva Zahra Firdaus
"Adanya perkembangan teknologi membuat siapa pun dapat menjadi bagian dari industri. Namun, hal tersebut membuat industri ini menjadi “field of all levels” yang menempatkan penyanyi baru dan independen, seperti Mentari Novel, akan bersaing dengan penyanyi yang dibantu oleh label (produsen rekaman) untuk merebut perhatian khalayak. Saat ini, pencapaian Mentari masih di bawah penyanyi muda peringkat tertinggi. Maka dari itu, perlu untuk menggunakan kerangka komunikasi pemasaran terpadu dengan analisis dan strategi yang tepat, yang dapat membantu mengoptimalkan pemasaran album“That Girl” oleh Mentari Novel. Konsep-konsep bagian dari komunikasi pemasaran terpadu yang digunakan dalam karya akhir ini terutama adalah konsep 5C, tahap-tahap keputusan pembelian oleh konsumen DEPRA (discovery, engagement, purchase, retention, dan advocacy), strategi pemasaran dan unsur-unsurnya, strategi promosi, eksekusi program, dan evaluasi perencanaan program. Analisis 5C adalah analisis yang mampu mengkaji, tidak hanya apa yang terjadi pada upaya Mentari Novel dan khalayaknya, tetapi juga elemen-elemen lain yang berpengaruh signifikan terhadap situasi khalayak. Berdasarkan serangkaian konsep tersebut, terdapat faktor kelebihan dan kekurangan pihak Mentari Novel. Kelemahan utama dari Mentari adalah pencapaian upaya personal branding yang dilakukan masih rendah. Maka, disusun serangkaian solusi komunikasi pemasaran terpadu meliputi penetapan big idea Mentari sebagai “You’re dream chasing ally”, tagline berupa “We’re That Girl”, pembuatan Instagram Ads yang ekspresif dan estetik, penampilan langsung yang akrab dengan khalayak, hadiah untuk khalayak, kolaborasi YouTube, kolaborasi platform Instagram, dan content marketing. Dengan semua inilah, diharapkan kelemahan upaya komunikasi Mentari dapat diperbaiki secara signifikan.

The advancement of technology enables anyone to become part of the industry. However, this creates a "field of all levels," where new and independent artists like Mentari Novel must compete with label-supported artists (record producers) to capture the audience's attention. Currently, Mentari's achievements are still below those of the top-ranking young artists. Therefore, it is essential to use an integrated marketing communication framework with proper analysis and strategies to optimize the marketing of Mentari Novel's album, "That Girl." The concepts used in this final project, which are part of integrated marketing communication, include the 5C concept, the stages of consumer purchase decision DEPRA (discovery, engagement, purchase, retention, and advocacy), marketing strategies and their elements, promotion strategies, program execution, and program evaluation. The 5C analysis is capable of assessing not only Mentari Novel's efforts and her audience but also other significant elements affecting the audience's situation. Based on these concepts, there are strengths and weaknesses for Mentari Novel. The main weakness of Mentari is the low achievement of her personal branding efforts. Thus, a series of integrated marketing communication solutions are devised, including establishing the big idea of Mentari as "You're dream chasing ally," the tagline "We're That Girl," creating expressive and aesthetic Instagram Ads, intimate live performances with the audience, gifts for the audience, YouTube collaborations, Instagram platform collaborations, and content marketing. With all these efforts, it is hoped that Mentari's communication efforts will be significantly improved."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arifatus Shahira
"Popularitas Korean pop music (K-pop) mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran penggemar yang tiada henti memberi dukungan terhadap grup K-pop favoritnya melalui berbagai cara. Perilaku ini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni identifikasi dengan komunitas penggemar (fan community identification) dan identifikasi dengan idola (fan identification). Kedua identifikasi tersebut mempengaruhi intensi perilaku (behavioral intention) mereka sebagai penggemar. Pada penelitian ini juga telah dilakukan studi komparasi antara pembentukan behavioral intention pada penggemar laki-laki (fanboy) dan penggemar perempuan (fangirl). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara fan community identification dengan behavioral intention dalam bentuk attendance intention, positive WOM intention, dan fan loyalty pada penggemar K-pop di Indonesia serta melihat pengaruh fan identification sebagai variabel mediasi dan perceived authenticity sebagai variabel moderasi. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive research design dengan pendekatan cross-sectional. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling method dengan kriteria sampel, yakni merupakan Generasi Z atau Milenial, menggemari minimal satu grup K-pop, merupakan anggota fandom K-pop, dan pernah menghadiri konser/event K-pop. Kemudian, diperoleh data sebanyak 128 sampel penggemar laki-laki dan 283 sampel penggemar perempuan yang kemudian diolah menggunakan metode Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM) dengan software SmartPLS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari fan community identification terhadap fan identification dan behavioral intention, khususnya dalam hal attendance intention dan fan loyalty, pada penggemar laki-laki maupun perempuan. Pada penggemar perempuan, fan identification memediasi hubungan antara fan community identification dengan seluruh bentuk behavioral intention, namun pada penggemar laki-laki, fan identification hanya memediasi hubungan antara fan community identification dengan fan loyalty. Dalam hal peran perceived authenticity sebagai mediator, hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived authenticity hanya mempengaruhi hubungan antara fan community identification dan attendance intention pada penggemar laki-laki dan hanya mempengaruhi hubungan antara fan community identification dan fan identification pada penggemar perempuan.

The popularity of Korean pop music (K-pop) has seen a significant rise in recent years. This success is largely due to the relentless support from fans who promote their favorite K-pop groups in various ways. This behavior is influenced by two factors: identification with the fan community (fan community identification) and identification with the idols (fan identification). Both types of identification impact their behavioral intention as fans. This study also conducted a comparative analysis of how behavioral intention is formed among male fans (fanboys) and female fans (fangirls). The aim of this research is to analyze the relationship between fan community identification and behavioral intention in terms of attendance intention, positive word-of-mouth (WOM) intention, and fan loyalty among K-pop fans in Indonesia. Additionally, the study examines the influence of fan identification as a mediating variable and perceived authenticity as a moderating variable. The research design used is a descriptive research design with a cross-sectional approach. The sampling method employed is purposive sampling, with the criteria being that the participants are Generation Z or Millennials, fans of at least one K-pop group, members of a K-pop fandom, and have attended a K-pop concert or event. Data were collected from 128 male fans and 283 female fans and were analyzed using Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM) with SmartPLS 4.0 software. The results of the study indicate that there is a positive influence of fan community identification on fan identification and behavioral intention, particularly in terms of attendance intention and fan loyalty, among both male and female fans. Among female fans, fan identification mediates the relationship between fan community identification and all forms of behavioral intention. However, among male fans, fan identification only mediates the relationship between fan community identification and fan loyalty. Regarding the role of perceived authenticity as a moderator, the findings show that perceived authenticity only affects the relationship between fan community identification and attendance intention among male fans, and the relationship between fan community identification and fan identification among female fans."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>