Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Octara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan perilaku inovatif di tempat kerja pada karyawan perusahaan, serta untuk mengetahui dimensi dari iklim organisasi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap perilaku inovatif di tempat kerja. Pengukuran perilaku inovatif di tempat kerja sendiri dilakukan dengan menggunakan Janssen’s Innovative Work Behavior, sedangkan pengukuran iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan Organizational Climate Measure (OCM). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 205 karyawan perusahaan, yang terdiri dari berbagai macam divisi dalam satu perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku inovatif di tempat kerja dan iklim organisasi pada karyawan perusahaan X (r = 0.685, n = 205, p < .01, one-tailed). Hasil tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi perilaku inovatif di tempat kerja yang dimiliki oleh individu, maka akan semakin tinggi iklim organisasi yang dimilikinya. Hasil lain dari penelitian ini diperoleh bahwa dimensi open system dari iklim organisasi memberikan sumbangan terbesar terhadap perilaku inovatif di tempat kerja, yang berarti peningkatan pada open system dari iklim organisasi akan diikuti oleh peningkatan terhadap perilaku inovatif di tempat kerja.

This research was conducted to find the relationship between organizational climate and innovative work behavior among employee in company, to know how much each dimension of organizatioanl climate was given to innovative work behavior. Innovative work behavior was measured by using instrument named Janssen's Innovative Work Behavior and organizational cimate was measured by using a modification instrument named Organizational Climate Measure (OCM). The participants of this research were 205 employee of company, consist of various divisions within company.
The main result of this research showed that there was a positive significant correlation between innovative work behavior and organizational climate among employee (r = .685, n = 205, p < .01,onetailed). This result means that the higher innovative work behavior of one’s own, the higher organizational climate of him. Another result of this research was that the biggest contribution of organizational climate to innovative work behavior was open system, which meant, an increase of open system component from organizational climate would be followed by an increase of innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Nur Pratiwi
"Penelitian ditujukan untuk melihat hubungan antara iklim organisasi dan kebosanan kerja pada karyawan bank syariah. Pengukuran persepsi iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Organizational Climate Questionnaire OCQ dengan nilai reliabilitas sebesar 0,77. Pengukuran kebosanan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur Dutch Boredom Scales DUBS dengan nilai reliabilitas sebesar 0,86. Kedua alat ukur diberikan kepada 93 partisipan yang merupakan karyawan bank syariah pada bank yang sama. Hasil penghitungan menggunakan korelasi pearson menunjukkan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan negatif yang signifikan r= - 0,31, p

The aim of this research is to test the relationship between organizational climate and job boredom on Islamic bank employees. Perception of organizational climate was measured with Organizational Climate Questionnaire OCQ with reliability coefficient 0,77. Measurement of job boredom conducted with Dutch Boredom Scales DUBS with reliability coefficient 0,86. Both scales are administrated to 93 Islamic bank employess in the same bank. The result showed that organizational climate which is analyzed with Pearson Correlation had negative significant relationship with job boredom on employees r 0,31, p 0.01 . This research also analyzed demographical factors with independent sample t test and one way anova. Result showed that demographical factor including gender and educational level didn't differ significantly on both variables. Other demographical factors such as age also didn't differ significantly by mean on job boredom. Demographical factors such as length of time working and position on organizational climate also showed had no significant differences by its mean."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Aprilia Roscantika
"Pada era globalisasi saat ini, perilaku kerja inovatif dianggap sebagai hal krusial karena berguna dalam pencapaian keuntungan kompetitif dan keberlangsungan organisasi jangka panjang. Sama seperti perilaku kerja inovatif yang dianggap penting bagi organisasi, hal lain yang juga penting adalah bagaimana peran pemimpin dalam memunculkan perilaku kerja inovatif pada karyawan itu sendiri. Akan tetapi dari hasil melakukan tinjauan literatur ditemukan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung dari kepemimpinan etis terhadap perilaku kerja inovatif karyawan. Adanya hasil penelitian tersebut yang bersifat inkonsisten dengan beberapa hasil penelitian-penelitian sebelumnya, membuat penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kembali hubungan antara kepemimpinan etis dan perilaku kerja inovatif pada sampel lain, khususnya karyawan di perusahaan berbasis digital. Perilaku kerja inovatif diukur dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior 2000, sedangkan kepemimpinan etis diukur dengan menggunakan alat ukur Ethical Leadership Questionnaire 2013. Sampel penelitian ini terdiri dari 217 karyawan dari perusahaan berbasis digital yang telah memiliki lama kerja dengan atasan minimal tiga bulan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan etis dan perilaku kerja inovatif pada karyawan di perusahaan berbasis digital r = 0.44, p < 0.01.

In this current era of globalization, innovative work behavior is regarded as crucial because it is useful in achieving competitive advantage and long term organizational sustainability. Just as innovative work behavior is considered important to organization, another important thing is how the leaders role in generating innovative work behavior on the employees themselves. However, results from reviewing the literature found a study showing that there is no direct influence of ethical leadership on employees innovative work behavior. The results of this study are inconsistent with some of the results of previous studies, making this research conducted with the aim to re examine the relationship between ethical leadership and innovative work behavior on other samples, especially employees in digital enterprise. Innovative work behavior was measured using Innovative Work Behavior Scale 2000, while ethical leadership was measured using Ethical Leadership Questionnaire 2013. The sample of this study consists of 217 employees of digital enterprise that have had a period of work with their leaders for at least three months. The analysis technique used in this study is Pearson correlation. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship between ethical leadership and innovative work behavior on employees in digital enterprise r 0.44, p 0.01."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyah Fauziah Ramadhanti
"Inovasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan pada era globalisasi saat ini dan tentunya tidak terlepas dari peran karyawan yang bekerja secara inovatif pula. Namun, perilaku kerja inovatif ini perlu dipersiapkan ketika berada di perguruan tinggi sebelum memasuki dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah 539 mahasiswa. Penelitian ini merupakan perilaku korelasional dengan menggunakan alat ukur perilaku pencarian informasi yang dikonstruksi oleh peneliti dan tim, serta menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Data partisipan pada penelitian dianalisis menggunakan Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif. Keenam dimensi perilaku pencarian informasi juga berkorelasi secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, yaitu kebutuhan informasi, sumber informasi, pengevaluasian informasi, pengambilan informasi, penggunaan informasi, dan etika informasi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh tenaga pendidik atau universitas untuk mengembangkan perilaku pencarian informasi yang dapat memunculkan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa.

Innovation is important for organization in this globalization era and surely it cannot be separated from employee's innovative work behavior. However, innovative work behavior needs to be prepared when in college before entering the world of employment. This study was conducted to examine the relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior on University of Indonesia students involved 539 students. This research was quantitative research that using an information-seeking behavior instrument constructed by researcher and team, also using Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). Data were analyzed using the Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results from this research indicates that there is significant relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior. The six dimensions of information-seeking behavior also correlate significantly with innovative work behavior, that are information need, information source, information evaluation, information retrieval, information utilization, and information ethics. This research hopefully can be considered by educators to develop student's information-seeking behavior that can lead to innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Veronica Christy
"Industri kreatif merupakan salah satu sektor ekonomi yang lingkungan bisnisnya sangat dinamis dalam mengikuti perkembangan zaman Mendorong individu di dalam organisasi untuk melakukan inovasi menjadi salah satu jawaban dari permasalahan tersebut Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komunikasi interpersonal atasan bawahan dan perilaku kerja inovatif karyawan di perusahaan X yang termasuk ke dalam industri kreatif Komunikasi interpersonal atasan bawahan diukur menggunakan Interpersonal Communication Effectivity ICE milik DeVito yang sudah diadaptasi oleh Loina 2012 dan perilaku kerja inovatif diukur menggunakan Innovative Work Behavior Scale IWB Scale yang dikembangkan oleh Janssen 2000
Hasil penelitian terhadap 397 karyawan tetap yang bekerja minimal satu tahun di perusahaan X menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal atasan bawahan tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku kerja inovatif r 050 p 05 Korelasi parsial dari aspek aspek komunikasi interpersonal atasan bawahan dan perilaku kerja inovatif menunjukkan hanya dua dari lima aspek yang memiliki korelasi secara signifikan yaitu aspek supportiveness r 137 p 05 dan equality r 174 p 05
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari jenis kelamin pendidikan level jabatan dan departemen dalam memunculkan perilaku kerja inovatif Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan konstruk lain yang bisa menjembatani hubungan antara komunikasi interpersonal atasan bawahan dan perilaku kerja inovatif "
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2015
S58974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Yosephine
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perilaku inovatif dengan stres kerja pada karyawan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Tenaga Surya. 216 karyawan dari Perusahaan Tenaga Surya di Indonesia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Perilaku inovatif diukur dengan menggunakan Innovative Work Behaviour Scale, Janssen (2000) yang terdiri dari tiga tahapan, yakni generalisasi ide, promosi ide, dan implementasi. Stres kerja diukur melalui Job Stress Scale yang dibuat dan dikembangkan oleh Parker dan DeCotiis (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara perilaku inovatif karyawan dengan stres kerja pada karyawan Perusahaan Tenaga Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Selain itu, partisipan dalam penelitian ini memiliki skor perilaku inovatif yang tinggi dan stres kerja yang rendah.

This research was conducted to investigate the correlation between innovative work behaviour and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company 216 employee were completed all questionnaires of innovative work behaviour and job stress. Innovative work behavior was measured by Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) which was constructed by Janssen (2000) and consist of three stages of innovative work behavior, namely idea generation, championing or supporting idea, and implementation. Job stress was measured by Job Stress Scale which was constructed and developed by Parker and DeCotiis (1983).
The results show that there was a negative and significant correlation between innovative work behavior and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Besides, participant in this research had a high score on innovative work behavior and a low score on job stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Della Mertha
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderator iklim inovasi dalam hubungan antara tipe kepribadian narsisisme dan perilaku kerja inovatif. Data diperoleh dari 196 karyawan yang bekerja pada sektor industri kreatif dan dianalisis menggunakan teknik analisis statistik regresi pada program Macro Hayes SPSS version 22. Skala perilaku kerja inovatif dari Janssen 2000 ?=0.82 digunakan untuk mengukur perilaku inovatif di tempat kerja. Skala narcissism personality inventory 16 NPI-16 yang disusun oleh Ames, Rose, Anderson 2006 ? =0.69 , digunakan untuk mengukur kecenderungan narsisisme, dan skala climate for innovation measure yang disusun oleh Scott Bruce 1994 ?=0.85 digunakan untuk mengukur iklim inovasi. Hasil analisis regresi moderasi menunjukkan bahwa iklim inovasi tidak dapat berperan sebagai moderator yang dapat memperkuat hubungan antara narsisisme dan perilaku kerja inovatif r=-.0017, p >0.05 Implikasi secara teoritis dan praktis akan dibahas dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Abstract This study aims to determine the moderating role of innovative climate on the relationship between narcissism personality and innovative work behavior. Data were collected among 196 employees from various creative industry companies and were analyzed using regression analyisis on Hayes Process Macro SPSS version 22. To measure innovative work behavior, innovative work behavior scale from Janssen 2000 was used with 0.82. narcissism Personality Inventory from Ames, Rose, Anderson 2006 was used to measure narcissism personality trait, and climate for innovation measure from Scott Bruce 1994 was used to measure innovative climate. The result showed that innovative climate have no significant role on enhancing the positive relationship between narcissism and innovative work behavior r .0017, p 0.05 . Theoretical and practical implications were discussed."
2017
S67532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hemastya Diranti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara followership dan komitmen organisasi pada karyawan Bank X. Pengukuran followership menggunakan alat ukur followership questionnaire (Kelley, 1992) dan pengukuran komitmen organisasi menggunakan alat ukur commitment scale items (Allen & Meyer, 1990). Penelitian ini melibatkan 113 karyawan Bank X sebagai responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik statistik korelasi Pearson.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara followership dan komitmen organisasi pada karyawan (r = 0.209, p < 0.05, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi followership yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi komitmen organisasi yang ia miliki. Berdasarkan hasil tersebut, organisasi dapat meningkatkan followership para karyawannya sebagai salah satu cara untuk meningkatkan komitmen organisasi mereka.

This research investigated the relationship between followership and organizational commitment among employees of Bank X. Followership was measured using a modification instrument named followership questionnaire (Kelley, 1992) and organizational commitment was measured using a modification instrument named commitment scale items (Allen & Meyer, 1990). This study involved 113 employees of Bank X as respondents using accidental sampling technique. The data in this study is analyzed using Pearson correlation technique.
The main result of this research show that followership positively correlated significantly with organizational commitment (r = 0.209, p<0.05, significant at L.o.S 0.05). That is, the higher followership of one’s own, the higher organizational commitment that employees have. Based on this result, organization could increase their employee's followership as one way to improve employee’s organizational commitment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiah Firdausiah
"Sekarang ini perusahaan membutuhkan karyawan dengan perilaku kerja inovatif, oleh karenanya sangat penting untuk mempersiapkan karyawan memiliki perilaku ini sejak mereka masih mahasiswa. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Efikasi diri kreatif diukur dengan alat ukur yang dibuat oleh Tierney dan Farmer (2002). Perilaku kerja inovatif diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang kemudian item-itemnya dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan responden yaitu mahasiswa. Responden penelitian yang datanya dapat dianalisa berjumlah 539 mahasiswa jenjang sarjana S1 di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa yang minimal sedang menempuh semester empat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa, r(538) = 0,67, p= 0,00 (p < 0,01, one-tailed). Effect size untuk analisis ini dapat dikatakan termasuk large effect karena r> 0,5. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri kreatif mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku kerja inovatif mereka. Hasil ini dari penelitian ini bisa memberikan manfaat yaitu, menambah literatur tentang perilaku kerja inovatif pada mahasiswa dan memberikan masukan kepada pihak kampus untuk meningkatkan efikasi diri kreatif mahasiwanya agar perilaku kerja inovatifnya bisa meningkat pula, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan program pelatihan.

Nowadays, companies need employees with innovative work behavior. Therefore, it is very important to prepare employees to have this behavior since they are still in college. This correlational research was then conducted to look at the relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students. Creative self-efficacy is measured by a measurement by Tierney and Farmer (2002). Innovative work behavior is measured by a measurement by Janssen (2000), the items were modified to correspond with the condition of college students. The data that can be analyzed were from 539 undergraduate students at Universitas Indonesia and were at least taking their fourth semester. This research is a quantitative study, using the Pearson Correlation statistical technique the researcher found that there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students, r(538) = 0.67, p= 0.00 (p<0.01, one-tailed). The effect size for this analysis can be included as a large effect, because r> 0.5. Thus, it can be said that the higher the students' creative self-efficacy, the higher their innovative work behavior. These results can provide benefits such as adding literature on innovative work behavior among college students and providing input for the universities to improve the students' creative self-efficacy so that their innovative work behavior can also improve, by joining extracurricular activities and training programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Ariani Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan perilaku kerja inovatif pada karyawan divisi Produksi di PT X. Berdasarkan hasil identifikasi masalah organisasi, para karyawan menampilkan pemberdayaan psikologis yang rendah dan dianggap menjadi salah satu faktor yang menghambat munculnya perilaku kerja inovatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner pemberdayaan psikologis (Spreitzer, 1995) dan kuesioner perilaku kerja inovatif (Janssen, 2000) yang telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Partisipan penelitian berjumlah 144 orang karyawan level staf di divisi Produksi PT X.
Hasil analisis korelasional menunjukkan koefisien korelasi r= .536 (p<0.05) yang berarti pemberdayaan psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Peneliti merancang program pelatihan sebagai intervensi untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis. Dengan meningkatnya pemberdayaan psikologis, maka diharapkan dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif.
Uji perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan pemberdayaan psikologis, persepsi pemberdayaan psikologis, dan persepsi perilaku kerja inovatif. Dengan demikian, program pelatihan disarankan sebagai intervensi untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis dan perilaku kerja inovatif pada karyawan divisi Produksi PT X.

This study aimed to determine the relationship between psychological empowerment and innovative work behavior in the Production division's employees at PT X. Based on identification of organizational problems, employees indicate lower level of psychological empowerment and it is considered to be the one of the factors that inhibit innovative work behavior. Data collection instrument used was a questionnaire of psychological empowerment (Spreitzer, 1995) and innovative work behavior (Janssen, 2000) which has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). There were 144 staff level employees that had participated in the Production division of PT X.
orrelational analysis result showed the correlation coefficient of r = .536 (p<0.05) which means that psychological empowerment has a significant positive relationship with innovative work behavior. Researcher designed a training program as an intervention to improve the psychological empowerment. An improving psychological empowerment is expected to improve innovative work behavior.
The difference between pre-test and post-test result of training showed a significant increase in knowledge of psychological empowerment, perception of psychological empowerment, and perception of innovative work behavior. Hence, the training program is recommended as an intervention to improve the psychological empowerment and innovative work behavior in the Production division employees of PT X.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>