Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tindakan pembedahan memberikan rangsangan tingkat kecemasan yang berbeda bagi tiap-tiap individu. Rangsangan ini meliputi ketakutan akan banyak hal yang tidak diketahui oleh klien dan ketakutan karena kehilangan kontrol akan sesuatu ( Lewis, Hewit kemper, Dirksen,2000 ). Sebagai akibat kecemasan yang meningkat akan mempengaruhi pada proses penyembuhan. Komunikasi terapetik merupakan salah satu ketrampilan dasar komunikasi antara perawat dan klien. Fungsidaxi komunikasi terapetik adalah memfasilitasi kebutuhan klien secara biopsikososiospdtual dan komunikasi terapetik benujuan memberi efek terapetik terhadap klien.
Pada penelitian ini terbukti bahwa perlalcuan komuikasi terapetik selama menunggu tindakan pembedahan di ruang preoperasi meliputi perawat memperkenalkan diri pada klien eksplorasi perasaan ldien temyata mampu menunmkan tingkat Icecemasan sehingga klien Iebih adaptif terhadap tindalcan pembedahan. Melalui uji statistik Chi Square terlihat bahwa ad hubungan yang bermakna antara komunikasi terapetik selama menunggu tindakan operasi dengan penumnuan tingkat kecemasan pada ldien dengan rencana operasi terjadwal."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5196
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Argarini
"ABSTRAK
Salah satu penyebab kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi adalah adanya
tindakan invasif yang menjadi rutinitas yang harus dijalani anak saat berada di
rumah sakit. Kecemasan anak yang berlebihan saat dilakukan tindakan invasif
dapat mengganggu proses perawatan anak dan memperpanjang masa rawat di
rumah sakit. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bagian penting dari
intervensi keperawatan yang mendukung prinsip atraumatik care dalam asuhan
keperawatan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
komunikasi terapetik terhadap kecemasan pada anak prasekolah saat akan
dilakukan tindakan invasif. Desain penelitian menggunakan quasi experimental
post test non equivalent with control group. Jumlah sampel sebanyak 38 anak
prasekolah dengan teknik consecutive sampling. Analisis data menggunakan
independent t test. Hasil penelitian menemukan adanya perbedaan yang bermakna
kecemasan anak prasekolah saat akan dilakukan tindakan invasif (p=0,041) antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Rekomendasi penelitian ini adalah
dengan menerapkan komunikasi terapeutik pada perawatan anak di rumah sakit

ABSTRACT
One cause of the child's anxiety undergoing hospitalization is the invasive
procedure that became a routine activities during hospitalization. Excessive
anxiety experienced by the children can be disrupt the process of child care and
extended hospital stay. Therapeutic Communication is one important part of
nursing interventions that support the principles of atraumatic care in nursing
care of children. The purpose of this study is to determine the effect of therapeutic
communication on anxiety in preschool children before the invasive procedure
taken. This study uses the quasi-experimental research non equivalent post test
with control group design. The sample number consist of 38 preschoolers with
consecutive sampling technique. Data analysis using independent t test. The
significant differences on preschooler anxiety when therapeutic communication
was applied before the invasive procedure in the intervention group (p=0.041).
Recommendations of this study is that nurses should be apply the therapeutic
communication for providing care to hospitalized children"
2016
T45824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan seseorang dapat menyebabkan
kecemasan, klien-klien yang datang diruang emergensi seringkali mengalami
kecemasan, baik cemas ringan maupun berat. Komuikasi trapeutik ditujukan untuk
membina hubungan dengan klien sehingga diharapkan kecemasan hilang atau
berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap penurunan kecemasan klien di ruang emergensi. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan jumlah responden
30 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dengan memberikan kuisioner
responden. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan komunikasi terapeutik
didapatkan hasil yang cukup signiiikan. Klien yang mengalami kecemasan begitu
datang di ruang emergensi menjadi 13,3 % , sebehmmya 40 %. Klien yang
mengalami kecemasan tentang diagnosa penyakit menjacli 33,3% sebelumnya 66,7% ,
klien yang mengalami kecemasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan menjadi
13,3% sebelumnya 46,6% , klien yang mengalami kecemasan tentang prosedur-
proseclur tindakan keperawatan menjadi 43,3 % sebelumnya 83,4%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5245
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghozali
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efktifitas psikoterapi sufistik dalam mengatasi kecemasan dan depresi yang dialami oleh ODHA, sebuah gangguan psikologis yang khas dan umumnya hanya dialami oleh para pasien yang divonis dengan "terminal ill" dalam hal ini ODHA (orang dengan HIV/AIDS) seperti pada gangguan kecemasan menghadapi kematian, mudah tersinggung, marah-marah, perasaan bersalah, keinginan untuk bunuh diri serta pikiran-pikiran negatif terhadap diri Iainnya seprti merasa diri hina, kotor, tidak berguna dan sebagainya. Psikoterapi sufistik bersumber pada hasil interpretasi olah pikir dan olah rasa para sufi dalam pengembaraan spiritualnya menuju kedekatan dengan Sang Khalik, dengan mengembangkan potensi-potensi keTuhanan (Asma-asmaNya) didalam diri mereka.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa tujuan utamanya adalah penyucian jiwa untuk mengenal diri sebagai syarat untuk mengetahui Sang Khalilk, dengan pengenalan dan pemahaman tentang diri inilah, subyek (ODHA) dituntut untuk mengetahui jati diri serta menggali potensi-potensi ruhaniyah yang sempat terabaikan sebagai upaya untuk menggapai kehidupan yang bermakna. Sehingga berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh kecemasan dan depresi yang berhubungan dengan perasaan hampa, perasaan bersalah, kesedihan maupun kecemasan menghadapi kematian dapat diatasi, alih-alih dapat memulihkan kembali sistem imunitas dengan menyeimbangkan sistem hormonal dalam tubuh dengan potensi-potensi positif (keTuhanan) dalam diri ODHA, berupa energi laten sebagai antibodi "cadangan"yang dapat membantu mereka untuk menyembuhkan diri (healing self).
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa psikoterapi sufistik sangal efektif dalam mengatasi tingkat kecemasan dan depresi pada dua orang ODHA yang menjadi sampel, bahkan terbukti meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka (CD-4)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus
"Masa remaja adalah anak yang berusia sepuluh sampai 24 tahun. Salah satu risiko masalah kesehatan yang yang terjadi pada masa remaja di perkotaan adalah kenakalan remaja, seperti tawuran, seks bebas, dan penyalahgunaan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja salah satunya adalah koping keluarga yang tidak efektif yang disebabkan komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dengan remaja. Karya ilmiah ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah komunikasi tidak efektif. Keluarga bapak S di Kelurahan Cisalak mengalami komunikasi yang tidak efektif. Evaluasi tindakan keperawatan komunikasi efektif menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua dengan anak E dapat dilakukan secara efektif.

Adolescence is children aged ten to 24 years. One of the risks of health problems that occur in adolescence is juvenile delinquency in urban areas, such as fights, casual sex, and drug abuse. Factors affecting juvenile delinquency is one of a family coping ineffective due to ineffective communication between parents and teens. Ners scientific work aims to describe the family nursing care with ineffective communication problems. Fathers family in the Village Cisalak experienced ineffective communication. Evaluation of nursing actions effective communication suggests that communication between parents and children E can be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kepuasan klien adalah kesan klien terhadap rumah sakit yang membuat klien dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kurangnya interaksi atau
komunikasi perawat kepada kliennya dapat menyebabkan klien merasa tidak puas.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara komunikasi terapeutik perawat
dengan tingkat kepuasan klien. Penelitian ini dilakukan di IRNA B Lantai IV dan V
Kanan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM)
Jakana. Desain penelitian adalah Cross sectional dan penarikan sampel menggunakan
tehnik convenience sampling. Jumlah sampel 25 orang. Data dikumpulkan dengan
kuesioner tentang harapan dan kenyataan komunikasi perawat. Data dianalisa dengan
statistik deskriptif dengan menggunakan sentral tendensi. Penelitian ini telah
menemukan bahwa rata-rata umur klien adalah 33.64 tahun dengan Sd = 13.16
tahun. Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (52%) Tingkat pendidikan terbanyak
adalah SLTA (40%) Lama klien dirawat rata-rata 7.28 hari, dan 68% sudah pernah
dirawat di ruang yang sama sebelumnya. Nilai rata-rata harapan klien terhadap
komunikasi perawat adalah 56.36 dengan Sd = 6.49, dengan demikian harapan klien
tergolong dalam kategori tinggi. Sedangkan nilai rata-rata kenyataan komunikasi
perawat yang dialami klien adalah 39.68 dengan Sd = 7.06, sehingga kenyataan yang
diterima klien tergolong dalam kategori kurang. Dalam penelitian ini ditemukan
apabila kenyataan lebih besar dari harapan maka klien akan puas, dan apabila
kenyataan lebih kecil dari harapan maka klien akan tidak puas, dimana hasil yang
didapatkan 84% klien menyatakan tidak puas dengan komunikasi perawat. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan klien dapat dipengaruhi oleh
komunikasi terapeutik perawat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5099
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Istiana
"Usia sekolah dasar disebut masa intelektual atau masa keserasian sekolah dalam mencapai perkembangan industri. Tahapan perkembangan industri penting sepanjang rentang perkembangan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik anak sekolah pada anak-orang tua dan anak-guru terhadap perkembangan mental anak. Desain penelitian "Quasi experimental pre-post test with control group". Sampel berjumlah 116, yang terbagi ke dalam 3 kelompok, 38 orang kelompok intervensi 1(anak-orang tua), 36 orang kelompok intervensi 2 (anak-guru), 40 orang kelompok kontrol anak usia 9-11 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan perkembangan industri anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik (p-value < 0.05),dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Penelitian direkomendasikan dilakukan pada anak usia sekolah pada anak-orang tua dan anak-guru untuk meningkatkan perkembangan mentalnya.

School aged called as intelektual time in industrial development stage. Industrial development stage is important in human development stages. The purpose of this tudy was to know the effect of school aged therapeutic group therapy to mental development. The design wa quasi experimental pre-post test with control group. One hundred and sixteen children at 9-11 years old was used as sample of this study that divided to 38 children on first intervention group (child-parents), 36 children on second intervention group (child-teacher) and 40 children on control group.
Result of the study showed that cognitive, psychomotor and industrial development ability had increased significantly after therapeutic group therapy was given (p-value <0.005) in intervention group. The study was recomended in child-parents and child-teacher to increase mental development in school aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisatul Umami
"

Remaja yang ditinggal orangtuanya lebih rentan mengalami masalah emosional karena ketidakhadiran orangtua dalam masa perkembangannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa masalah emosional memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan interpersonal. Intervensi ini bertujuan untuk mencari tahu apakah Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) dapat mengurangi masalah emosional pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya bekerja ke luar negeri. Intervensi ini berfokus untuk membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan komunikasi para partisipan, sebagai cara untuk mengurangi masalah emosional. Intervensi ini menggunakan desain one-group pretest-posttest dan dilakukan sebanyak enam sesi pertemuan. Partisipan dalam intervensi ini berjumlah delapan orang yang berusia 13-16 tahun dan merupakan anak pekerja migran di wilayah Cilamaya Kulon, Karawang. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Strength and Difficulties Questionaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional partisipan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat pre-test, post-test, dan follow-up test. Penilaian kualitatif dari observasi dan wawancara juga dianalisis untuk mengetahui gambaran perubahan masalah emosional para partisipan di tiap sesi. Hasil intervensi ini menunjukkan skor individual dan skor rata-rata masalah emosional para partisipan mengalami penurunan secara berkala dari pre-test ke post-test. Pada sebagian partisipan skor follow-up meningkat dibandingkan skor saat post-test. Dari hasil observasi dan wawancara, partisipan juga menunjukkan penurunan gejala masalah emosional dari sesi ke sesi. Mereka juga mempelajari dan dapat mempraktikkan solusi-solusi IPT dalam kehidupannya, seperti berkomunikasi secara terbuka dan menjalin hubungan interpersonal yang lebih baik dengan orang terdekat. IPT-G merupakan intervensi yang dapat mengurangi masalah emosional pada remaja anak pekerja migran yang ditinggal orangtuanya ke luar negeri.

Kata Kunci: Masalah emosional, group interpersonal psychotherapy, remaja anak pekerja migran

 

 

 


Adolescents who were left behind by their parents are more susceptible to emotional problems because of the absence of parents during their developmental period. Some studies have found that emotional problems was correlated with interpersonal relationships. This intervention aimed to explore the Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) to reduce emotional problems among left-behind adolescents. This intervention focused on improved interpersonal and communication skills among the participants as a way to reduced emotional problems. This intervention used a one-group pretest-posttest design and conducted six sessions. There were 8 participants in this intervention aged 13-15 in the Cilamaya Kulon, Karawang. The assessment tool was Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). Measurement was done three times: pre-test, post-test, and follow-up test. Qualitative assessment obtained from observations and interviews was also conducted to describe the emotional problem changes of the participants in each session. The results of this intervention showed that individual scores and score of average emotional problem scores of participants decreased periodically from pre-test to post-test. In some participants, the follow-up score increased in comparison to the score at the post-test. IPT-G is an intervention that can be reduced emotional problems among left-behind adolescents.

 

Keywords: Emotional problem, interpersonal psychotherapy, left-behind adolescents

 

 

"
2019
T53264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Suwardiman
"Dukungan keluarga merupakan hal yang penting untuk mengatasi beban keluarga. Tujuan penelitian mengidentifikasi 'hubungan dukungan keluarga dengan beban keluarga untuk mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi'. Desain penelitian kuantitatif berupa descriptive correlational dengan pendekatan cross sectional serta sampel yang berjumlah 79 orang. Instrumen dukungan keluarga dan beban keluarga yang sudah dimodifikasi dari Friedman dan WHO serta telah diuji validitas dan reliabilitas.
Hasil penelitian menemukan bahwa semakin bertambah dukungan keluarga semakin berkurang beban keluarga untuk mengikuti regimen terapeutik (pvalue < 0,05), berarti dengan dukungan keluarga yang tepat menjadikan beban ditanggung bersama dalam keluarga. Penelitian ini memberikan implikasi untuk pengelolaan keluarga dengan mengintensifkan pelaksanaan pendidikan kesehatan dan terapi psikoedukasi keluarga.

Family support is essential to overcome family burden. This research aims to identify 'the relationship between family support and family burden to follow therapeutic regimens on hallucinations client's family'. Quantitative research design using descriptive correlational with cross-sectional approach while the amount of sample are 79 respondents. Instruments of family support and family burden has been modified from Friedman and WHO, and has been tested the validity and reliability. The results found that the increasing of family support would decreasing the family burden to follow therapeutic regimens (pvalue < 0,05), it means with a proper family support makes the burden is shared in the family. This study provides implications for the management of the family by intensifying the implementation of health education and family psychoeducation therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Widiastuti
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan jiwa tidak langsung berdampak terhadap kematian, tetapi akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan keluarga seperti timbulnya masalah finansial, ketakutan, perasaan bersalah, rasa malu, gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan sosial dan gangguan fisik. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu memadia, Salah satu caranya adalah terapi keluarga triangles. Terapi keluarga triangles adalah terapi keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga.
Tujuan penelitian: menjelaskan pengaruh terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan terapi triangles. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, dan chi-square. Penelitian dilakukan di RSJ Bandung terhadap 48 klien yaitu 24 orang mendapat terapi keluarga triangles dan 24 orang tidak mendapat terapi keluarga triangles.
Hasil penelitian ditemukan bahwa terapi triangles meningkatkan kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga secara bermakna. Kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga yang mendapat terapi keluarga triangles lebih tinggi secara bermakna daripada keluarga yang tidak mendapatkan terapi keluarga triangles.
Rekomendasi hasil penelitian terapi keluarga triangles dijadikan Salah satu terapi spesialis pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>