Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martin Hartiningsih
"Ruang resusitasi adalah ruang tindakan untuk menghidupkan atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya iimgsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak. Setiap keluarga yang masuk ruang resusitasi ini tampak mengalami kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kecemasan keluarga di ruang resusitasi unit gawat darurat RS Cipto Mangunkusumo.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Populasi penelitian ini adalah keluarga klien yang di ruang resusitasi unit gawat darurat dengan kriteria suami, istri, ibu, ayah dan anak dengan jumiah 35 keluarga klien. Data primer dikumpulkan menggunakan skala Likert dengan hasil uji reabilitas. Analisa data dilakukan secara uni variat untuk mengetahui distribusi frekuensi dau prosentase tingkat kecernasan keluarga klien di ruang resusitasi unit gawat darurat.
Penelitian menunjukkan proporsi keluarga klien yang terbanyak adalah perempuan pendidikan terbanyak adalah SLTA, berumur antara 31 - 45 tahun, separuhnya tidak bekerja dan mempunyai hubungan sebagai anak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hampir semua keluarga klien yang masuk ruang resusitasi unit gawat darurat mengalami kecemasan berat (52,9%) dan panik (17,1%). Penyebab yang sangat berpengaruh terhadap kecemasan keluarga klien di ruang resusitasi ini adalah kondisi klien dan kesibukan petugas.
Peningkatan yang disarankan untuk tenaga kesehatan khususnya perawat, dengan mengetahui tingkat kecemasan keluarga di ruang resusitasi ini tenaga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dan melakukan komunikasi terapeutik sehingga kecemasan keluarga klien dapat diminimalkan"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5378
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Mawar Sari Sugianto
"Kurangnya pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar (BHD) akan mempengaruhi pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dalam kondisi gawat darurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang BHD di RSUD Ciawi Bogor. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, melibatkan 107 orang sampel dengan teknik proportionate stratified random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat (70,1%) memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang BHD. Responden pada kelompok usia dewasa tengah, pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan, dan masa kerja lebih lama (> 10 tahun) memiliki tingkat pengetahuan lebih baik. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan melalui pelatihan, inhouse training dan evaluasi berkala untuk meningkatkan kemampuan perawat tentang BHD.

Lack of basic life support (BLS) knowledge among nurses will affect nursing care services to patients who have emergency conditions. The aim of this study was to describe the level of BLS knowledge of nurses in hospital Ciawi Bogor. Design in this study was descriptive with descriptive survey method. Data was collected by using questionnaires, recruited 107 samples with proportionate stratified random sampling technique.
The results showed that the majority of nurses (70,1%) had less knowledge about BLS. The respondents in the middle adult age group, had ever taken emergency training, and had a longer duration of clinical work (> 10 years) had a good level of knowledge. The importance of increasing nurse’s knowledge through training, inhouse training and periodic evaluation to be an effort to improve the level of BLS competency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Triyani
"ABSTRAK
Pendahuluan. RJP merupakan usaha paling mendasar untuk menyelamatkan nyawa dari henti jantung. Selain mampu melakukan RJP kualitas tinggi, seorang dokter juga dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan koreksi jika anggota tim tidak melakukan RJP dengan benar. Metode pembelajaran Self Deliberate Practice (SDP) dan Directed Learning(DL)umum digunakan pada pendidikan dokter di Indonesia, khususnya di FKUI. Fokus penelitian ini adalah analisis perbandingan kedua metode pembelajaran tersebut berdasarkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan melakukan RJP kualitas tinggi, mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan dalam tindakan RJP, sekaligus menilai kualitas kepemimpinan mahasiswa.
Metode. Sebanyak 40 mahasiswa sampel dari FKUI diberikan pelatihan dan praktek bantuan hidup dasar. Selanjutnya, sampel dibagi secara acak dan tersamar menjadi kelompok treatment dan control untuk menjalani dua metode pembelajaran berbeda selama tiga bulan. Empat alat ukur digunakan untuk menilai hasil pembelajaran: kemampuan koreksi RJP; pengetahuan; keterampilan melakukan RJP kualitas tinggi; dan kualitas kepemimpinan. Uji perbandingan rerata terhadap dua kelompok tidak berpasangan menggunakan uji t-test independen dan uji Mann-Whitney. Hasil. Tidak ada perbedaan rerata yang signifikan secara statistik pada semua alat ukur yang digunakan. Perbandingan rerata nilai setelah retensi adalah: kemampuan koreksi RJP p = 0.576; pengetahuan p = 0.778; keterampilan RJP p = 0.459; dan kepemimpinan p = 0.932. Simpulan. Metode SDP dan DL sama baiknya dalam meningkatkan kemampuan koreksi, pengetahuan, dan keterampilan RJP mahasiswa FKUI. Kedua metode tidak berpengaruh terhadap kualitas kepemimpinan mahasiswa. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada luaran kedua metode pembelajaran.

Introduction.CPR is the most basic effort to save lives from cardiac arrest. In addition to being able to perform a high-quality CPR, a doctor is also required to be able to identify and make corrections if a team member does not perform the CPR correctly. The Self Deliberate Practice (SDP) and Directed Learning (DL) are common learning methods used in medical education in Indonesia, especially
in FKUI. This study is a comparative analysis of the two learning methods based on students' ability to understand and perform high quality CPR, identify and correct errors in CPR, as well as assess the quality of student leadership. Methods. A total of 40 students from FKUI were taken as sample and given basic life support training. After the training, the sample were randomly and blindly
divided into a treatment and control group to undergo two different learning methods for three months of retention. Four types of measurement are used to assess learning outcomes: the ability to correct CPR; knowledge; the ability to perform high quality CPR; and leadership. Comparative analysis of four types of measurements was carried out on two unpaired groups using the independent t-test and the Mann-Whitney test. Results. There were no statistically significant mean differences in all measuring instruments used. The p value of comparison of mean after retention is: CPR correction ability p = 0.576; knowledge p = 0.778; CPR performing skills p = 0.459; and leadership p = 0.932. Conclusions. Both SDP and DL methods are equally good in improving students'
ability to perform high-quality CPR, and correcting CPR. Both methods play little role in increasing students' understanding of basic life support, and do not affect
the quality of student leadership. No statistically significant differences were found in the two outcomes of the learning method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puguh Kristiyawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan yang dialami orang tua saat menghadapi anak yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana Peneliti hanya mengambil 30 orang yang menjadi responden dengan kriteria orang tua yang anaknya berusia 2 - 7 tahun dan sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, bisa membaca dan menulis dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed concenr. Untuk mengumpulkan data tingkat kecemasan tersebut peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan lembar observasi. Seielah data terkumpul, data dianalisa dengan menggunakan statistik sederhana.
Hasilnya menunjukkan sebagian ozang tua saat menghadapi anak yang dilakukan tindakan pemasangan infus mengalami cemas ringan (17 orang responden atau 56,7 %), cemas sedang 11 orang responden (36,6 %), cemas berat 2 orang responden (6,7 %) dan tidak ditemukan yang mengalami panik sehingga peneliti menyimpulkan, kebagian besar orang tua saat menghadapi anak yang dilakukan tindakan pernasangan intins mengalami cemas ringan sampai berat. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada peneliti seianjutnya untuk melakukan penelitian lagi pada tindakan invasif yang lain dengan menggunakan waktu dan responden yang Iebih banyak, sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan dapat digeneralisasikan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5250
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tilawati
"Tingkat kecemasan klien pria post myocard infark tentang fungsi peran sebagai kepala keluarga. Keluarga rnerupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat, di mana dalam keluarga Indonesia, yang sebagian besar menggunakan system patriakal, suami memegang peranan panting dengan tanpa mengabaikan peran istri. Menurut Duvall (1985) suami berperan sebagai pelindung, pendidik, pencari nafkah utama, anggota masyarakat dan suatu social lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kecemasan klien, penelitian dilakukan di Ruang Rehabilitasi Jantung RS Fatmawati Jakarta pada tanggaj 06-24 Desember 2004. pengambilan sample dengan teknik purposive sampling, menggunakan kuisioner yang berhubungan dengan tingkat kecemasan sebanyak 15 pertanyaan. Dari 43 sampel yang dianalis dengan proporsi didapatkan hasil tingkat kecemasan ringan sebanyak 33 responden (76,7 %), cemas sedang delapan responden (18,6%), dan cemas berat dua responden (4,7%). Pada penelitian yang akan datang hendaknya melakukan penelitian pada klien post myocard infark yang akan pulang dari ruang perawatan dan instrumen penelitian yang akan digunakan di ujicobakan berulang kali agar instrumen penelitian reliable dan valid."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5361
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusar Cahyadi
"Kecemasan erat kaitannya dengan perasaan takut. Pada keluarga kecemasan dapat timbul bila ada anggota keluarga berobat ke unit gawat darurat (UGD) karena sakit atau kecelakaan dan memerlukan tindakan yang cepat untuk menolong jiwanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan penanganan penderita gawat darurat terhadap tingkat kecemasan keiuarga di UGD RSUFK UKI. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisoner. Penelitian dilakukan pada tanggal 19 - 24 Desemebr 2005 dengan responden sebanyak 46 orang. Analisa hasil menunjukan tidak ada hubungan kecepatan penanganan penderita gawat darurat den dan tingkat kecemasan keluarga. Sebanyak 29 orang (63,04 %) responden menyatakan penanganan di UGD RSU FK UKI sangat Cepat dan 32 orang (69,57 %) mengalami kecemasan sedang. Penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan penelitian tentang faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga yang berobat ke UGD."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5555
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecemasan merupakan suatu keadaan individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit dan
aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik.
Kecemasan adalah respon kesehatan pada suatu yang pasti, unik dan pcngalaman yang tidak
biasa. Sikap merernehkan saat dimulainya cemas akan meningkatkan keadaan pesepsi, emosi
dan psikologi. Respon ini meningkatkan seseorang dalam penampilan, pembelajaran,
pemecahan masalah, kepuasan dan kesenangan. Keluarga klien yang dirawat di ruang ICU
akan merasakan kecemasan karena kondisi klien, kurangnya kemandirian, perpisahan,
masalah biaya, kurang informasi ataupun ancaman penyakit. Penelitian ini menggunakan
desain deskripsi korelasi bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan keluarga klien yang dirawat di ruang ICU. Penelitian ini dilakukan di RSUP
Fatmawati Jakarta pada bulan Mei 2008. Jumlah responden sebanyak 30 orang dengan cara
pengambilan sampel melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan penyebab kecemasan
karena perpisahan dengan keluarga sebanyak 73,3%, ingin tahu kondisi klien sebanyak
66,7%, masalah biaya sebanyak 53,3%, penjelasan perugas membuat keluarga berdebar-debar
sebanyak 53,3%, tidak dapat mandiri sebanyak 50%, dan karena takut kehilangan klien
sebanyak 33,3%. Tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga klien adalah cemas ringan
8,%, cemas sedang 11,5%, cemas berat 41%, dan panik 39%. Maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terbesar pada keluarga klien yang dirawat di
ruang ICU adalah karena perpisahan dengan keluarga. Dan kecemasan yang paling tinggi
dialami keluarga klien adalah kecemasan berat"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5600
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Aulina
"Banyaknya potensi bahaya di lingkungan kampus Universitas Indonesia menyebabkan tingginya angka kejadian cedera yang terjadi. Kejadian cedera dapat memburuk dan menyebabkan kematian apabila tidak diberikan tindakan pertolongan pertama yang sesuai. Pengetahuan tentang pertolongan pertama penting untuk dimiliki oleh siapapun termasuk juga oleh seorang petugas keamanan yang bertugas sebagai first responders dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan petugas PLK UI tentang pertolongan pertama. Penelitian cross sectional ini diikuti oleh 207 petugas PLK UI dengan menggunakan teknik pengambilan sampel systematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53,1 responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 33,3 tingkat pengetahuan cukup, 11,6 tingkat pengetahuan kurang, dan 1,9 tingkat pengetahuan buruk. Disarankan untuk dapat dilakukannya penyegaran ilmu pengetahuan pertolongan pertama bagi petugas PLK UI melalui pelatihan-pelatihan maupun sumber informasi pengetahuan terbaru.

The high number of potential dangers in Universitas Indonesia cause high incidence of injuries. The incidence of such injury can be worse and even lead to death if there is no appropriate first aid action. Knowledge of first aid is important to be possessed by anyone including also a security officer who served as first responders in handling emergency cases.
The purpose of this research was to know the knowledge level of PLK UI officer about first aid. This cross sectional study was conducted among 207 PLK UI officers using systematic random sampling technique.
The results showed that 53.1 of respondents have good knowledge, 33.3 have enough knowledge level, 11.6 have less knowledge level, and 1.9 have bad knowledge level. This study recommend to refresh first aid knowledge for PLK UI officers through advance training and latest knowledge sources.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marleny Susanthy
"Penyakit ginjal kronik masih menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan orangtua membawa anaknya ke rumah sakit dalam keadaan sudah darurat. Krisis hipertensi, anemia, dan kejang merupakan tanda kegawatdaruratan yang apabila tidak segera ditangani dalam waktu yang cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian. Namun kondisi unit gawat darurat menyebabkan stress dan kecemasan pada anak, yang menyebabkan ketidaknyamanan. Tujuan penelitian ini memberikan gambaran aplikasi Teori Kenyamanan Kolcaba dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah disfungsi ginjal yang mengalami kecemasan. Aplikasi Teori Kenyamanan memperhatikan empat konteks kenyamanan yaitu kenyamanan fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan. Intervesi keperawatan yang dilakukan berdasarkan evidence-based nursing practice adalah bermain terapeutik pop-it untuk menurunkan tingkat kecemasan anak. Desain yang digunakan quasi eksperimental, two group pretest-posttest with control group design dengan melibatkan 68 anak diambil menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain terapeutik pop-it terbukti efekti menurunkan kecemasan anak saat berada di UGD (p=0,001; α= 0.05).

Chronic kidney disease is still a major health problem worldwide. This condition occurs because parents take their children to the hospital in an emergency. Hypertensive crises, anemia, and seizures are signs of emergencies that if not treated immediately in a fast and appropriate time can cause death. But the condition of the emergency department causes stress and anxiety in children, which causes discomfort. The purpose of this study provides an overview of the application of Kolcaba Comfort Theory in nursing care of children with kidney dysfunction problems who experience anxiety. The application of Comfort Theory pays attention to four contexts of comfort, namely physical, psychospiritual, sociocultural, and environmental comfort. Nursing interventions based on evidence-based nursing practice are pop-it therapeutic play to reduce children's anxiety levels. The design used quasi-experimental, two group pretest-posttest with control group design involving 68 children taken using purposive sampling techniques. The results showed that pop-it therapeutic play was shown to be effective in reducing children's anxiety while in the ER (p = 0.001; α = 0.05)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sumariyanto
"Pasien trauma akibat kecelakaan merupakan pasien yang paling banyak datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pasien-pasien tersebut selain mengalami nyeri akibat luka trauma yang dialaminya, juga merasakan kecemasan terkait pembiayaan dan kecemasan meninggalkan pekerjaan serta keluarganya. Penelitian ini mengidentifikasi hubungan kecemasan dengan tingkat nyeri yang dialami pada pasien trauma. Metode penelitian dengan desain cross-sectional pada 107 responden yang dipilih dengan purposive sampling. Menggunakan alat ukur Kuisioner Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAR-S) dan kuesioner Numerical Rating Scale (NRS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kecemasan dengan tingkat nyeri pada pasien trauma akibat kecelakaan (p value < 0,05). Kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat nyeri pada pasien trauma. Perawat IGD dapat mengindentifikasi lebih dini kecemasan yang dialami pada pasien trauma. Sehingga, kecemasan yang terjadi tidak semakin memperburuk tingkat nyeri yang dialami pasien yang kemudian dapat meningkatkan tingkat keparahan.

Trauma patients due to accidents are the most frequent patients who come to the Emergency Department (IGD). These patients, in addition to experiencing pain due to the trauma injuries they experienced, also felt anxiety related to financing and anxiety about leaving their jobs and families. This study identified a relationship between anxiety and the level of pain experienced in trauma patients. The research method was conducted with a cross-sectional design on 107 respondents who were selected by purposive sampling. Using the Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAR-S) questionnaire and Numerical Rating Scale (NRS) questionnaire. The results showed that there was a relationship between anxiety and pain levels in patients with accidental trauma (p value < 0.05). High anxiety can affect pain levels in trauma patients. Emergency room nurses can identify anxiety experienced early in trauma patients. Thus, the anxiety that occurs does not worsen the level of pain experienced by the patient, which can then increase the severity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>