Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ridwan
"Berdasarkan data Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Metro tahun 2006, menunjukkab jumlah bidan di Kota Metro sebanyak 71 orang, meliputi 14 orang (19,7%) bidan bekerja di Rumah Sakit Pemerintah, dan 57 orang (80,3%) bidan bekerja di Puskesmas, dengan cakupan ibu bersalin sebanyak 2.788 ibu dan 96,1% diantaranya ditolong oleh tenaga profesional kesehatan, dimana 75,0% diantaranya ditolong oleh bidan. Kasus kematian ibu melahirkan di Kota Metro pada tahun 2005 dan 2006 terdapat kecendrungan peningkatan, dari 5 kasus kematian tahun 2005, dan 3 diantaranya meninggal karena perdarahan, sedangkan tahun 2006 dari 8 kasus kematian ibu, 6 kasus diantaranya meninggal akibat perdarahan. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Metro dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Metro dengan memasyarakatkan standar pertolongan persalinan menurut Depkes RI Tahun 2002, dimana setiap bidan yang melakukan pertolongan persalinan wajib penerapan manajeman aktif kala III. Meskipun upaya tersebut telah dilakukan namun belum optimal, sehingga kasus kasus perdarahan pasca persalinan penyebab kematian ibu melahirkan masih relatif tinggi (Profil Kesehatan Kota Metro, 2007).
Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen aktif kala III dan faktor dominan berhubungan dengan manajemen aktif kala III di Kota Metro. Disain penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Kota Metro bulan Mei ? Juni 2008. Populasi adalah bidan yang bekerja pada instansi pemerintah di Kota Metro berjumlah 71 orang dan tidak dilakukan pengambilan sampel karena seluruh populasi dijadikan subyek penelitian. Manajemen aktif kala III diukur dari tujuh tindakan yang merupakan penjabaran tiga komponen utama manajemen aktif kala III, kinerja sesuai dengan standar bila ke tujuh tindakan dilakukan, dan kinerja tidak sesuai standar bila melakukan ≤ 6 tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi manajemen aktif kala III yang sesuai standar di Kota Metro tahun 2008 sebesar 46,5%, dari tujuh variabel yang diteliti, hanya tiga variabel yaitu tingkat pendidikan, sikap dan pelatihan berhubungan dengan manajemen aktif kala III. Faktor dominan berhubungan dengan kinerja bidan dalam manajemen aktif kala III adalah pelatihan, bidan yang pernah mengikuti pelatihan mempunyai peluang 10 kali memiliki kinerja manajemen aktif kala III sesuai standar dibanding dengan bidan yang tidak pernah mengikuti pelatihan setelah dikontrol oleh sikap dan tingkat pendidikan.
Bidan perlu selalu menerapkan manajemen aktif kala III sesuai standar setiap kali menolong persalinan dan diberi penghargaan bagi bidan yang telah melaksanakan manajemen aktif kala III sesuai standar serta diberi sanksi bila tidak melaksanakan manajemen aktif kala. Perlu dilakukan uji kompetensi setiap bidan membuat surat ijin praktek (SIP), perlu dilakukan pelatihan bagi bidan yang belum mengikuti pelatihan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T41275
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaim
"Angka kematian bayi dan angka kematian ibu di Kalimantan Barat masih tinggi, karena cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Cakupan pertolongan persalinan di Kabupaten Sanggau paling rendah dari Kabupaten dan Kota lainnya di Kalimantan Barat, kemungkinan karena kinerja bidan PTT di desa masih rendah.
Tujuan penelitian ini untuk mengelahui gambaran kinerja bidan PTT di desa dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut meliputi: status perkawinan, pelatihan, lama kerja, tempat tinggal, supervisi, jumlah dukun bayi dan dukungan pemerintah desa di Kabupaten Sanggau tahun 1999.
Metode penelitian dengan rancangan potong lintang dan sample seluruh populasi sebanyak 137 responden. Pengumpulan data dilakukan wawancara langsung. Analisis data dengan univariat, bivariat menggunakan chi Kuadrat dan multivariat menggunakan Regresi Logistik.
Hasil penelitian kinerja bidan PTT di desa relatif rendah, dimana cakupan pertolongan persalinan S 27% dari target sebesar 50,1%. Variabel yang terbukti bermakna adalah pelatihan, lama kerja dan supervisi. Pelatihan memberikan kontribusi relatif dominan terhadap peningkatan kerja bidan PTT di desa.
Disarankan adanya kebijakan pelatihan, meneruskan perpanjangan kontrak kerja dan kewenangan pengangkatan bidan PTT atau PNS oleh pemerintah daerah. Adanya program perencanaan prioritas pelatihan, penempatan dan kemandirian bidan PTT serta supervisi. Selanjutnya agar diadakan penelitian jenis latihan dan supervisi yang efektif dan efisien serta lama kerja yang dapat meningkatkan kinerja.

Factors that Correlate with Delivery Performance of On-Contract-Basis Midwives in Village in Sanggau District West Kalimantan Year 1999 Infant Mortality and Maternal Mortality rates in West Kalimantan remain high as consequence of coverage of delivery service by health workers is still small. The coverage of delivery service in Sanggau District is the lowest one compare to other districts or cities in West Kalimantan. This may be related to low delivery performance of on-contract-basis midwives of villages in the district.
The purpose of this study was to investigate the performance of on-contractbasis midwives in villages and factors that correlate with the performance. The factors are : marital status, training, duration of work in village, residence, supervision, number of traditional birth attendant and support from the village office in Sanggau District in 1999.
The study employed a cross sectional design and the number of selected sample from the population was 137 respondents. Data were gathered by direct interviews. Data analysis was carried out by means of univariat, bivariat tests using Chi-Square and multivariat test using Logistic Regression.
The study result reveals that the delivery performance of on-contract-basis midwives in villages in the district is relatively low in which the coverage of the delivery service of S 27% of the target reached from 50.1%. It is also revealed that training, duration of work and supervision correlate significantly with the performance. Training contributes relatively dominantly to the improvement of the delivery performance of on-contract-basis midwives in the villages.
This study recommends that training policies be established, work contract be extended and recruitment of on-contract-basis midwives and state-employed midwives be authorized- to the local government. This study also recommends that there should be programs that cover training priority planning, distribution and independence of on-contract-basis midwives as well as supervision. There should also be studies focusing on effective and efficient training and supervision programs as well as on duration of work thay may lead to improvement of delivery performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T 10499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Hernawati
"Salah satu upaya untuk menurunkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang dapat terjangkau oleh masyarakat secara luas sampai ke tingkat desa yang terpencil. Untuk mempermudah upaya tersebut dilakukan penempatan bidan di desa. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitaif dan dianalisa secara deskriptif, Bivariar, Multivariat, Uji Intertaksi, perhitungan Dampak Potensi. Penelitian dilaksanakan di 34 puskesmas 118 bidan di desa di kabupaten Bekasi.
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam pelayanan Antenatal Care dan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan adalah; imbalan, kepemilikan motor, alat, dan motivasi. Faktor yang tidak berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah; umur, domisili, lama bekerja, kemampuan, status kepegawaian, status perkawinan, rencana kerja, supervisi, peran SPKDS, pelatihan, sikap, dan motivasi. Faktor yang paling bermakna berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah motivasi, sedangkan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja bidan di desa adalah imbalan. Perlu adanya peningkatan dedikasi oleh bidan di desa serta pembekalan alat bidan kit yang lengkap bagi peningkatan bidan di desa.

Highly Maternal Mortality Ratio (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) can be decreased by improving health service able to be reached by society widely until cloistered villages. This research was done by cross sectional method using a quantitative approach and descriptive analysis. Research executed in 34 public health centers, 118 village midwifes in sub-province of Bekasi.
Researches Result indicates that factors related to countryside midwife performance in Antenatal Care and Bearing Help by health officer are; reward ownership of motor, appliance, and motivation. Meanwhile, Factors which unrelated to countryside midwife performance are: age, domicile, old work, ability, officer status, marriage status, Job planning, supervision, SPKDS role, training, attitude, and motivation. Improving dedication by village midwife and providing midwifes complete kit are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T30818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eulisa Fajriana
"Sebuah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja bidan khususnya dalam pertolongan persalinan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Tengah dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara total populasi dengan jumlah sampel 146, yang terdiri dari bidan di desa dengan masa kerja < 5 tahun.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu kinerja bidan dalam pertolongan persalinan , sedangkan variabel independen adalah faktor internal yang terdiri atas lama tugas, pengalaman, sikap, status perkawinan dan faktor eksternal yang terdiri atas tempat tinggal, sosialisasi, penghargaan, umpan balik, JPS-BK, sarana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja bidan dengan kategori baik sebesar 36, 2%, dan kinerja bidan dengan kategori kurang 63,8 %. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) dan pengalaman mempunyai hubungan yang bermakna tehadap kinerja bidan di desa.
Penelitian ini menyarankan kepada pembuat kebijakan, agar terus mengupayakan rangsangan yang dapat meningkatkan kinerja bidan dengan pemberdayaan yang lebih effektif dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Kepada Pelaksana program hendaknya berupaya meningkatkan pengalaman bidan dengan pelatihan, diskusi bahkan program magang atau kakak asuh. Selain itu mengingat pentingnya dana JPS-BK, perlu diusahakan agar dana itu tetap tersedia di masyarakat atau dicari penggantinya.

Factors Associated With Midwife Performance at Rural For Delivery Aids at District of Central Aceh - September 1999A study was implemented at District of Central Aceh to asses the midwifes performance and find factors related to it.
The research method used is cross sectional one. The sample was the community midwife in charge at District of Central Aceh. All midwifes who worked for period less than five years, were used as samples, the number was 146.
The dependent variable was the midwifes performance in deliver us services, whereas the independent variables were internal factors comprised of job period, experience, attitude, marital status and external factors consisted of socialization, award, feedback, and JPS-BK facilities and residing.
This research found that 36,2% of midwifes had a good performance and 63,8% had a fair performance. It was found that social safety net in Health and experience were significantly correlated with then midwifes performance.
This research suggest to policy maker to consistency seek out stimulation that may increase midwifes performance by empowering in more effective framework to increase midwifes experience the program executives should give the midwifes use experience through training, discussion and learning by doing. It is advised to keep Social Safety Net in health find or its replacement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abul Hayat
"Dewasa ini pembangunan kesehatan masih ditandai dengan tingginya angka kematian ibu (AKI} sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan angka kematian ibu sampai ke batas yang paling rendah, pemerintah telah menempatkan bidan desa ke seluruh tanah air. Salah satu tugas bidan tersebut ialah meningkatkan peran serta masyarakat. Pada tahun 1988 kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM 80% masih kurang, yaitu 6 - 7 jam setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM di Kabupaten Aceh Timur.Kinerja alokasi waktu yang dimaksudkan pada penelitian ini ialah jumlah jam kegiatan per bulan, dikatakan baik bila jumlah jam kegiatan > 30 jam per bulan, dikatakan sedang bila jumlah jam kegiatan 7,5 - 29,9 jam per bulan dan dikatakan kurang bila jumlah jam kegiatan < 7,5 jam per bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling dengan jumlah responden 61 orang yang dilaksanakan pada bulan November 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,7% kinerja alokasi waktu bidan di desa tergolong baik, 29,5% sedang dan 32,8% kurang. Faktor umur, lama bekerja dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja alokasi waktu bidan di desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM dengan hasil kategori baik lebih tinggi dari hasil kinerja kategori sedang dan kurang.Penelitian ini menyarankan untuk penempatan bidan di desa pada masa yang akan datang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat kedewasaan dan kematangan. Bagi bidan yang menetap di desa dengan kinerja baik, perlu diberikan fasilitas pemondokan yang layak huni. Bagi bidan yang telah lama bekerja disarankan dalam jangka pendek mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kinerja dalam peningkatan PSM. Pada jangka menengah bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan (AKBID). Pada jangka panjang bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diusulkan untuk menjadi pegawai pemerintah.

The Factors Related Village Midwives Time Allocation Performance on Community Participation Development at District of East Aceh, on 1999The current achievement of health development programs is still marked with Mother Mortality Rates (MMR), which are 390 per 100 thousands live birth. Therefore to decrease the rate, government has made a policy on midwives placement at village in all over Indonesia. One of the midwives' responsibilities at village is developing community of participation. In 1998, the performance of the midwives achieved less than target was 80%, which were 6 to 7 hours each month. This study had objective to describe which the village midwives performance on community participation development in District of East Aceh. The indicator used of the performance is total hours spent in a month for community development activities. If the total hours of activity is greater or equal than 30 hours per month, the performance is excellent, if the total hours of the activity is equal to.7.5 to 29.9 hours per month, then it is good, otherwise those with less than 7.5 hours per month is considered unsatisfactory performance. This study used cross sectional design. The unit of analysis is village midwives who currently work in East Aceh District. Sampling method is systematic random sampling with sample of 61 midwives.
Some important results showed that only 37.7% of respondents have excellent performance, 29.5% are good, and 32.8% are considered unsatisfactory performance. Variable of age of midwives, length of placement, and placement area are variables significantly related to the performance. The study recommends that midwives placement at villages should consider the maturity of midwives themselves. Be should provided appropriate placement facilities such as house to stay. Furthermore, those midwives with length of works more than 3 years can be suggested to follow refreshing training on community development to enhance their motivation. This study who suggests in the mid and long term period that midwives who have excellent performances should be recommended to continue their education to Midwives Academy (AKBID). Furthermore, they can also be promoted as permanent civil servant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wahyudi
"Penyelengaraan sistem informasi kesehatan yang baik sangat diperlukan guna menunjang proses manajemen program-program kesehatan. Buruknya sistem informasi kesehatan akan mengakibatkan pada rendahnya kualitas data & informasi yang dihasilkan dan rendahnya kualitas data & informasi akan berdampak pada kualitas manajemen, seperti perencanaan yang tidak tepat, salah dalam evaluasi keberhasilan program dan sebagainya.
Sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah ketentuan teknis secara rinci mengenai sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) berdasarkan SK Dit.Jen Binkesmas. No:590/BM/DJ/Info/V/96, bertujuan meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Baik tidaknya penyelenggaraan SIMPUS akan berdampak pada baik tidaknya manajemen Puskesmas. Baik tidaknya manajemen Puskesmas diduga berkaitan dengan kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS, mulai dari pengumpulan data (pencatatan), pengolahan data, analisis dan interpretasi informasi hasil olahan data, pelaporan dan pemanfaatannya untuk menunjang proses manajemen Puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kota Bengkulu.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 144 dari 150 total populasi. Populasi penelitian adalah 10 pelaksana program pada 15 Puskesmas yang ada di kota Bengkulu. Pengumpulan data variabel terikat maupun variabel bebas dilakukan dengan metode self-assesment (kuesioner diisi oleh responden sendiri). Khusus untuk variabel terikat yaitu kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS, setelah responden menjawab/mengisi kuesioner, peneliti melakukan observasi dan pengecekan jawaban respoden sekaligus melakukan koreksi atas kebenaran kecocokan jawaban yang diisi oleh responder.
Hasil penelitian melaporkan proporsi pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS yang kinerjanya baik sebanyak 52,8% dan yang kinerjanya tidak baik sebanyak 47,2%. Hasil analisis menunjukan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS di Kota Bengkulu yaitu pelatihan, pengetahuan tentang SIMPUS dan uraian tugas.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja pelaksana program dalam penyelenggaraan SIMPUS di kota Bengkulu belum dilaksanakan dengan baik, untuk itu perlu mendapat perhatian Pimpinan Puskesmas dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu : Pertama kegiatan pelatihan perlu ditingkatkan baik dari jumlah dan mutunya, kedua diperlukan upaya khusus peningkatan pengetahuan tentang SIMPUS pada setiap pelaksana program Puskesmas seperti melengkapi buku-buku pedoman SIMPUS di setiap Puskesmas dan ketiga perlu adanya uraian tugas yang jelas pada setiap pelaksana program di Puskesmas khususnya tugas-tugas dan tanggung-jawabnya dalam pengelolaan data dan informasi.

Factors Related to the Performance of Program Officers in Administrating the Puskesmas Management Information Systems (SIMPUS) in Bengkulu City 2001Good health information system is needed to support the process of managing health programs. Unreliable health information system will produce low quality data and information. Low quality data and information, as a consequence, will damage the decision making process of health management, such as reducing their ability to plan accurately, hampering program performance evaluation, and other problems.
Puskesmas management information systems (SIMPUS) is detailed technical provision concerning integrated recording dan reporting systems of Puskesmas (SP2TP) which is based on SK Dit. Jenn. Binkenmas No. 590/BM/DJ/Info/V/96. The provision is aimed to enhance the effectiveness of Puskesmas management through optimal use of SP2TP data and other supporting information. The quality of SIMPUS administration will directly affect the effectiveness of Puskesmas management.
The effectiveness of Puskesmas management is hypothesized to be related to the performance of program officers in administrating SIMPUS, from the start of data collecting (recording), processing, analyzing and interpretation of the outputs, reporting, to utilizing information to support Puskesmas management. The objective of this study is to identify factors related to the performance of program officers in administrating SIMPUS in Bengkulu City.
The design of the study is cross-sectional, using a sample of 144, with the total population of 150. The population consists of 10 program officers at each of 15 Puskesmasses located in Bengkulu City.
The collection of data concerning dependent and independent variables was done using self-assesment method (the respondents were asked to fill the questionnaire by him or her). In the case of dependent variable, i.e. the performance of program officers in administrating SIMPUS, after the respondents filled the questionnaires, the researcher still had to make direct observations over the process SIMPUS administration, verify the answers of respondents, and make correction, if necessary.
The study found that the proportion of program officers having good performance in administrating SIMPUS is 52,8%, and the proportion of program officers whose performance low is 47,2%. The results of analysis found three factors that affect program officers? performance in administrating SIMPUS in Bengkulu City: training, knowledge of SIMPUS, and job description.
It can be concluded that program officers? performance in administrating SIMPUS in Bengkulu city is effectively low performances. Hence, these results should get attention from managers of Puskesmasses and Head office of health Bengkulu City: first, the number and quality of trainings should be increased, second there should be special efforts to increase program officers knowledge of SIMPUS, for example through providing SIMPUS manuals at every Puskesmas and the third, there should be clear description of tasks to be performed by program officers, especially description of tasks related to managing data and information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Setiadi
"ISPA merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang dapat menyerang secara akut pada bayi dan balita, Profil Provinsi Jawa Barat 2000 ISPA merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (15.24%) pada Balita (23,27%). Di Kabupaten Tasikmalaya Insiden ISPA tahun 1997(31,94%), 1998 (59,65%) dan pada tahun 1999 ( 44,48%).
Upaya penanggulangan ISPA salah satunya adalah penemuan dan penatalaksanaan penderita ISPA oleh petugas, dalam hal ini adalah bidan di desa, karena bidan di desa sudah terdistribusi sampai dengan tingkat desa. Di Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan tahun 2000 (88%) desa sudah ditempati oleh tenaga bidan.
Cakupan bidan dalam penemuan kasus ISPA pada tahun 1999 adalah 57,3%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2000.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan populasi seluruh bidan di desa Kabupaten Tasikmalaya, pengambilan sampel dengan teknik Proportional Stratifikasi random diambil sebanyak 75 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis data univariat, Bivariat (Chi Square) multivariat (uji regresi logistik berganda), instrumen penelitian adalah pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 75 responden bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA mencapai target sebanyak 57.3%, sedangkan yang tidak mencapai target 42,7%.
Hasil analisis data bivariat menunjukan bahwa faktor usia, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, sarana (timer) dan jangkauan memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA (p < 0.05 ), selanjutnya hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa faktor jangkauan merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA dengan OR sebesar 9,601.
Dengan adanya penelitian ini maka perlu adanya upaya dari pihak puskesmas untuk selalu melakukan pembinaan serta meningkatkan sarana untuk kepentingan bidan, sedangkan untuk Dinas Kesehatan perlu adanya pemikiran untuk alat transportasi bagi bidan di desa sehingga dalam menjangkau kasus ISPA akan lebih cepat ditanggulangi.

Factors Related to Midwife Work Achievement at the Village in Finding ISPA Case at Regency of Tasikmalaya in 2000ISPA is one of respiratory tract diseases which can critically attack babies and children under five. At the profile of West Java province 2000, ISPA was number one causal factor on mortality of babies(15.24%) and children under five (23.27%). At Tasikmalaya the incident of ISPA in 1997 (31.94%) 1998 (59.65) and in 1999 (44.4%).
One of effect in handling ISPA is invention and taking care of ISPA patients by official, in this case is midwife of village because the midwife of village had been distributed until village level. At regency of Tasikmalaya until 2000 about 88% the village in Tasikmalaya has been occupied by midwife officials.
The midwife coverage in finding of ISPA case in 1999 was 57.3%. Therefore this research is aimed to get information about factors related to midwife work achievement at village in finding case of ISPA at regency of Tasikmalaya in 2000.
The research design used was cross sectional, the populations were all midwife at Tasikmalaya, the sampling with proportional stratification random and the number of samples was 75 respondents. The analysis used was data analysis univariate (multiple logistic regression tests) and the research instrument was interview.
The result of the research showed that from 75 respondents of midwife at the village in finding case of ISPA , who reached target were 57.3% while who did not reach target were 42.7%.The result of data analysis bivariate showed that factor of age, working duration, knowledge, training, facility and reach statistically gave significant correlation on work achievement of midwife at the village in finding ISPA case (p<0.05) and the result of multivariate analysis showed that reach factor was the biggest factor related to midwife work achievement at the village in finding care of ISPA by OR 9.601.
From this research it needs to be done the effort of public health centre to build the midwife at village and increase the facility continuingly for midwife interests, while the health department needs to consider about transportation for midwife at village, so in handling case of ISPA can be reached faster."
2001
T8426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam pelaksanaan program Jaminan Persalinan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional. Obyek penelitian adalah bidan di desa yang ada di Kabupaten Lampung Barat dengan jumlah sampel 137 (Total Sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (70.8%) bidan di desa di Kabupaten Lampung Barat yang mempunyai kinerja kurang dalam pelaksanaan program Jampersal.
Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja bidan di desa dalam pelaksanaan program Jaminan Persalinan adalah variabel individu (pengetahuan dan pelatihan), variabel organisasi (supervisi dan kepemimpinan) dan variabel psikologi (sikap dan motivasi), jadi disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar lebih mengintensifkan proses supervisi yang sudah ada terhadap bidan di desa.

This research was carried out to know about description and factors related to midwife village performance in Labour Assurance program implementation in West Lampung regency 2012. This research is a quantitative study with cross sectional design. The objects of this research are midwives village occupied in West Lampung Regency with 137 total samples. Research result shows that most of midwives village in West Lampung Regency have less performance in labour assurance program implementation.
From the result of bivariate analysis, shows that the result related significantly to midwives performance in village labour assurance program implementation is individual variable (knowledge and training), organization variable (supervision and leadership) and psychology variable (attitude and motivation). Therefore , it is suggested to Health Department and Public Health Center in order to more intensify existed supervision process to midwives in villages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Haryanti Sutantini
"Berdasarkan SDKI 1997, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (target nasional: 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (target nasional adalah 15 per 1000 kelahiran hidup), ini menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta arus terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Untuk menurunkan AKI dan AKB telah dilakukan berbagai upaya diantaranya adalah memudahkan pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menempatkan bidan di desa.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan neonatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja serta faktor yang paling dominan. Dengan memakai indikator K1, K4, linakes, KNI dan KN2. Kinerja baik bila cakupan K1 > 95%, K4 > 90%, Linakes 85%, KNI > 80% dan KN2 7 80%.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah seluruh bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 94 orang.
Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kelompok bidan di desa yang memiliki kinerja kurang lebih besar dibandingkan bidan di desa yang memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sarana, penghasilan tambahan dan supervisi mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja bidan di desa dan yang tidak mempunyai hubungan bermakna adalah umur, status perkawinan, masa kerja, dukungan pimpinan dan dukungan masyarakat. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, penghasilan tambahan dan supervisi merupakan faktor dominan yang dapat menentukan hubungan variabel independen dengan kinerja bidan di desa. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah variabel pengetahuan.
Setelah diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa, maka dapat diformulasikan berupa saran saran sebagai berikut: Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat yaitu membuat kebijakan memberikan insentif kepada bidan di desa dan bidan PTT yang berprestasi dapat diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Bagi Dinas Kesehatan mengadakan pelatihan fungsional dan manajemen sosial approach, merencanakan supervisi yang berkualitas, mempermudah pemberian lain praktek bidan, mengusulkan penambahan tenaga bidan di desa sesuai kebutuhan, bidan di desa yang berprestasi diusulkan sebagai bidan di desa teladan. Bagi Puskesmas memberikan pembinaan secara periodik dan intensif serta mengadakan monitor dan evaluasi. Bagi bidan sendiri mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memanfaatkan peran aktif dukun bayi, melaksanakan kerja sama lintas sektoral dan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

The Factors Related to Village Midwife Performance in Health Service for Maternal and Neonatal in West Lampung Regency 2002Based on the SDKI 1997, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high, which is 334 per 100.000 living birth (national target: 125 per 100.000 living birth) and Infant Mortality Rate (IMR) is 25 per 1.000 living birth (national target is 15 per 1.000 living birth). These describe the level of public prosperity and access to health service is still low, especially for the health of mothers and children.
To decrease the MMR and 1MR various efforts have been undertaken. One of them is to facilitate health service that could reach the public through placement of midwives in villages.
The objective of this study is to get a description regarding the operation of midwives in villages concerning the health service for mothers and neonatal, and the factors which relate to the operation and the most dominant factor, using K I , K4, l inakes, KN1 and KN2 indicators. The operation is good when the scoop is 1(1 y 95%, K4 ? 90%, Linakes ? 85%, KN1 ? 80%, and KN2 ? 80%.
This study is carried out in West Lampung Regency using a cross sectional study plan. The samples of the study are every villages midwives who are in duty in West lampung Regency which consist of 94 people.
The analysis consist of univariat analysis, biovariat analysis with chi Square test to find out the relationship between the independent variable with the dependent variable and multivariate analysis with logistic regression test to find out the most dominant factor which is related to the operation of midwives in villages.
The result of the study shows that the midwives group proportion in villages which has less operation is higher compared to midwives in villages which has good operation. The result of bivariat analysis shows that the variable of knowledge, facilities, additional income, and supervision has significant relationship with the midwives operation in villages; and variables which have no significant relationships are age, marital status, work period, support from the superior or the public. The result of multivariate analysis shows that the variables of knowledge, additional income, and supervision are the dominant factors which could determine the relationship between the independent variable with the operation of midwives in villages. The most dominant variable related to the operation of midwives in villages is knowledge.
Once the factors which are related to the operation of midwives in villages have been identified, then the following suggestions could be formulated: For the District Government of West Lampung Regency is to make a policy that would give incentive for the village midwives and PTT midwives who have good track record could be raised as civilian government officers. For the Health Board is to make social approach management training and functional training, plans a good supervision, facilitate midwives working permit, proposes to increase the midwives according to the needs, village midwives who have good track records is proposed as the best midwife. For the Public Health Centers are to give education periodically and intensively and also to monitor and evaluate their progress. As for the midwives themselves are to make an approach to the public, using the active role of traditional midwives, undertake cross sector cooperation and try to improve their own knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Maryeli
"Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi masalah utama di Indonesia. Berdasarkan SDKI 2007 AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup AKB 34 per 1000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Gayo Lues AKI dan AKB masih menjadi masalah, dimana AKI sebesar 338 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menunjukkan tren yang meningkat dari 1,2 per 1000 kelahiran hidup menjadi 4,3 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Program Jaminan Persalinan (Jampersal) diimplementasikan sebagai program nasional dalam upaya menurunkan AKI dan AKB sehingga dapat mencapai target MDGs. Rasio bidan dengan penduduk masih kurang, maka pemerintah mengangkat bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk mengisi kekurangan tenaga kesehatan di desa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan PTT dalam pelaksanaan Program Jampersal di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh Tahun 2012. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan disain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah bidan PTT di Kabupaten Gayo Lues dengan jumlah sampel 97 orang.
Hasil penelitian memperlihatkan 66% bidan PTT memiliki kinerja baik dalam pelaksanaan Program Jampersal. Variabel yang menunjukkan hubungan dengan kinerja bidan PTT adalah variabel individu (agama, status perkawinan, lama bekerja, dan pengetahuan), variabel psikologis (sikap dan motivasi), variabel organisasi (kepemimpinan). Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues dan Puskesmas untuk lebih meingkatkan bimbingan, perhatian, pengetahuan, dan mengarahkan bidan PTT dalam pelaksanaan Program Jampersal di Kabupaten Gayo Lues.

Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) are still a major problem in Indonesia. Based on 2007 IDHS, MMR at 228 per 100,000 live births, IMR 34 per 1,000 live births. In the district of Gayo Lues MMR and IMR are still an issue, where MMR was 338 per 100,000 live births and IMR showed an upward trend from 1.2 per 1,000 live births to 4.3 per 1,000 live births in 2011. Delivery Guarantee Program (Jampersal) is implemented as a national program in an effort to reduce MMR and IMR in order to achieve the MDGs. Midwife to population ratio is still less, the government raised the midwife Employee Variable (PTT midwives) to fill the shortage of health workers in rural.
This study aims to determine the factors associated with the performance of PTT midwives in the implementation of Programs Jampersal in Gayo Lues District of Aceh Province in 2012. This research is a quantitative study with cross-sectional design. The subjects were PTT midwives in Gayo Lues District with a sample of 97 people.
The results showed 66%, of PTT midwives has a good performance in the implementation of the Program Jampersal. Variables that indicate a relationship with the performance of PTT midwives are the individual variables (religion, marital status, duration of work, and knowledge), psychological variables (attitudes and motivation), organizational variables (leadership). Recommended to the District Health Office Gayo Lues and boost the Health Center for more guidance, attention, knowledge, and directs the implementation of the Programme PTT midwives Jampersal in Gayo Lues District.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>