Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifanie
"Sebagai sebuah medium komunikasi, film tidak terpisahkan dari konteks masyarakatnya. Sang Penari adalah salah satu film yang menyajikan konteks budaya Jawa yang kental. Sebuah film yang terinspirasi dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk tahun 1982 karya Ahmad Tohari ini tidak hanya menceritakan kisah cinta Rasus dan Srintil, Sang Penari bicara mengenai tekad untuk menjalankan dharma dalam kehidupan, sebuah nilai-nilai religius yang dipercayai masyarakat Jawa. Tulisan ini membahas mengenai bagaimana religiusitas masyarakat Jawa dalam film Sang Penari. Pembahasan difokuskan pada konsepsi religi dalam pandangan masyarakat Jawa yang direpresentasikan dalam film Sang Penari melalui Semiotik de Saussure. Dengan menganalisis tanda-tanda (baik gambar ataupun teks) di dalam film, terlihat bagaimana pandangan dan sikap hidup jawa yang dilandasi oleh kepercayaan religius. Orang Jawa selalu berusaha menjaga keselarasan diri dengan lingkungan hidup. Begitu pula masyarakat Jawa abangan yang direpresentasikan didalam film, tiap tokohnya menggambarkan sikap dan pandangan hidup jawa yang berusaha mencapai tujuan hidupnya dengan menjaga tradisi. Hal ini menunjukan bahwa film Sang Penari merepresentasikan religiusitas di dalam masyarakat Jawa.

As a communication medium, film is inseparable from society context. The Dancer is one film that presents the context of Javanese culture.. A film is inspired by the novel trilogy Ronggeng Dukuh Paruk in 1982 by Ahmad Tohari, not only tells the love story Rasus and Srintil, “The Dancer” talk about the determination of dharma in life, a religious values believed by Javanese society. This paper discussed on how Javanese society religiosity in the film The Dancer. Discussions focused on the conception of religion in the view of Javanese society that is represented in the film The Dancer through Semiotics de Saussure. By analyzing the signs (either image or text) in films, seen that how the viewpoint and attitudes of Java is based on religious beliefs. Javanese people always try to maintain harmony with the nature. Likewise, abangan of Javanese society represented in the film, each character describes the attitude and viewpoints on life Javanese, who trying to reach his purpose of life by keep the tradition. This shows that films The Dancer represent religiosity in the Javanese society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adhi Sulistyo
"Topik religiusitas merupakan salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan di dalam masyarakat serta kerap kali menimbulkan polemik. Padahal, religiusitas di Indonesia memiliki keunikan-keunikannya sendiri termasuk religiusitas  masyarakat Jawa pesisir Selatan. Film Siti adalah salah satu film yang menggambarkan religiusitas masyarakat Jawa pesisir Selatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan realitas religiusitas masyarakat Jawa pesisir Selatan dalam film Siti yang menunjukkan salah satu keunikan religiusitas yang ada di Indonesia dan berbeda dengan daerah Jawa lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan teori representasi dari Hall (1995), pendekatan sastra serta analisis melalui teori religi Jawa Rahyono (2015). Hasil penelitian ini adalah bahwa religiusitas masyarakat Jawa pesisir Selatan digambarkan sebagai penganut agama Islam Jawa yang sinkretis atau lebih dikenal dengan nama Agama Jawi  atau Kejawen berdasarkan analisis menggunakan pendapat dari Koentjaraningrat (1984). Hal ini dibuktikan berdasarkan penggambaran para tokoh cerita dalam film yang percaya  terhadap makhluk halus dan suka mengganggu, mempercayai alam (dalam konteks film ini: laut), yaitu dianggap mempunyai kekuatan dan berdampak besar bagi kehidupan, serta memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa film Siti menggambarkan religiusitas masyarakat Jawa pesisir Selatan memiliki keunikan tersendiri berbeda halnya dengan religiusitas masyarakat Jawa pesisir Utara dan pedalaman.

Religiosity is one of the topics that is currently trending in the community and often causes polemic. In fact, religiosity in Indonesia has its own uniqueness including the religiosity of the people of the South coast Java. Siti is one of the movie that depicts the religiosity of the people in the South coast Java. Based on this background, this study aims to reveal the reality of the religiosity of the people of the South coast of Java in the movie Siti, which shows one of the uniqueness of religiosity in Indonesia and is different from other Javanese regions. The method used in this research is descriptive qualitative method with the theory of representation from Hall (1995), literary approach and analysis through Javanese religious theory from Rahyono (2015). The result of this study is that the religiosity of the people of the South coast of Java is depicted as Javanese Muslims who are syncretistic, better known as Jawi or Kejawen, based on analysis using the opinion of Koentjaraningrat (1984). This is proven based on the portrayal of the characters in the film who believe in spirits who disturb human life, who trust nature—in the context of this film; the sea, which is considered to have power and have a major impact on life, as well as having a strong belief in God. The conclusion of this research is that the movie Siti depicts the religiosity of the people of South coast of Java that has its own uniqueness that is different from the religiosity of the Javanese from the North Coast and inland area.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Nadia Silvarani
"ABSTRAK
Dalam budaya patriarki, posisi wanita sering diremehkan. Bahkan, mereka sulit mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan rasakan. Pernyataan bahwa kaum wanita adalah kaum kelas dua tersebut membuat mereka dapat dikategorikan sebagai kaum yang terbungkam. Mereka tak dapat mengutarakan apa yang diri (subjek) mereka inginkan. Sering kali, cara seorang wanita untuk keluar dari keterbungkamannya adalah dengan meranjak ke ranah publik. Para wanita berharap mereka dapat meraih eksistensialisme diri seperti diraih oleh para laki-laki di ranah publik. Berkecipung di ranah domestik membuat keberadaan mereka semakin termarjinalkan dan tak jarang hanya menjadi objek dari keluarga, seperti suami atau anak mereka. Hal-hal domestik tersebut telah menyita waktu dan perhatian mereka untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, peneliti menyelidiki apakah ranah publik memang ranah yang menjanjikan eksistensialisme diri seorang wanita. Nyatanya, tidak begitu. Dalam Film Sang Penari, karakter Srintil yang memilih untuk berkecimpung ranah publik, justru tidak mendapatkan eksistensialismenya sebagai subjek. Meski semua warga desa mengelu-elukan posisinya sebagai ronggeng, Srintil merasa tidak bahagia. Melalui metode analisis semiotika (dengan analisis leksia dan paradigmatik), peneliti mencoba mengkaji setiap leksia yang terdapat dalam film Sang Penari agar subjektivisme semu yang dialami Srintil terkuak.

ABSTRACT
Within the patriarchal society, women's roles are often viewed condescendingly. Not only that, they even find it hard to express their desires or feelings. Statements that categorize women as minority and second class may very well categorize them as the repressed ones. They are unable to express their desires and wants. Often times, a woman's only means to express herself is by bringing her words to the public domain. Women are hopeful that they will be achieved existentialism just like their male counterparts in public domains. Being largely active only in domestic settings, women are thus even more marginalized and often become mere objects of their family, such as their husbands or children. Domestic matters take up much of their time and attention that they are left with almost no time for self developments. Therefore, through this research, the researchers investigated whether the public domain is truly a domain fit to develop women's existentialism. In reality, it is not so. In the movie "Sang Penari" (The Dancer), the character of Srintil who chose to participate in the public domains did not end up with existentialism as a subject. Even though Srintil attained adulation, she did not find happiness. Through semiotic analysis (with lexical and paradigmatic analysis), researchers attempted to analyzed every Lexica found in the movie "Sang Penari" so that the apparent existentialism experienced by Srintil would be revealed."
2013
T34880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Trisnanto
"Skripsi ini membahas representasi Jawa dalam tiga puisi karya Konstantin Dmitrievich Balmont. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan gambaran Pulau Jawa yang disampaikan dalam tiga puisi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dibantu dengan teori representasi. Hasil analisis tiga puisi menunjukkan bahwa representasi Pulau Jawa dalam tiga puisi dipengaruhi oleh latar belakang sosial Balmont.

This mini thesis discussed about representation of Java in three poetries by Konstantin Dmitrievich Balmont. This research has a purpose to show description of Java in three poetries. Qualitative-descriptive method is used in this research. Analysis in this research uses sociology of literature approach alongside representation theory by Stuart Hall. Based on result of the analysis, it shows that representations of Java in three poetries are influenced by Balmont's social background.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nur Arifah Yaza
"Karya sastra merupakan representasi kenyataan sosial yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Salah satu bentuk karya sastra adalah film. Penelitian ini membahas apa nilai-nilai etika Jawa yang terkandung dalam film pendek Tanah Kalurahan karya Paniradya Kaistimewan. Tujuan penelitian adalah untuk memahami etika Jawa melalui analisis struktur logis dan representasi budaya Jawa mendasarkan pada konsep etika Jawa sebagaimana disampaikan oleh Magnis-Suseno (1984), serta bagaimana etika tersebut direpresentasikan melalui bahasa, tanda, dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui analisis dialog dan tangkapan layar dari adegan film. Data dianalisis menggunakan metode Miles dan Huberman (1992) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini berfokus pada empat topik etika Jawa yaitu: sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat dalam dunia, tempat yang tepat, dan pengertian yang tepat. Hasil penelitian menemukan representasi nilai etika Jawa melalui dua unen-unen bahasa Jawa yaitu sepi ing pamrih rame ing gawe dan andhap asor serta sikap ngapurancang. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana etika Jawa mempengaruhi interaksi sosial, hubungan antarindividu, dan keselarasan sosial dalam masyarakat.

Literary works are representations of social reality which contain life values. One form of literary work is film. This research discusses the Javanese ethical values contained in the short film Tanah Kalurahan by Paniradya Kaistimewan. The aim of the research is to understad Javanese ethics through analysis of the logical structure and representation of Javanese culture based on the concept of Javanese ethics as presented by Magnis-Suseno (1984), along with how these ethics are represented through language, signs, and images. The research method used is dercriptive qualitative with an objective approach through analysis of dialogue and screen captures from film scenes. Data were analyzed using the Miles and Huberman (1992) method which including data reduction, data display, and conclution drawing. This research focuses on four topics of Javanese ethics, namely: the right inner attitude, the right action in the world, the right place, and the right understanding. The results of the research found a representation of Javanese ethical values through two Javanese language adages, namely sepi ing pamrih rame ing gawe and andhap asor as well as the ngapurancang attitude. This research provides an understanding of how Javanese ethics influences social interactions, relationships between individuals, and social harmony in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Riskhi Susanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ambivalensi tokoh Srintil yang tidak hanya ditampilkan sebagai objek namun juga subjek dalam film Sang Penari arahan Ifa Isfansyah. Pembahasan dari segi naratif film dan teknik sinematografis dilakukan dengan menggunakan pendekatan tekstual dari Roland Barthes dan Laura Mulvey serta teori wacana feminisme posmodern untuk membongkar subjektivitas Srintil dalam versi film adaptasi yang mengandung muatan peristiwa 1965. Melalui strategi mimikri Luce Irigaray, Srintil menciptakan ?bahasa?nya sendiri untuk berusaha keluar dari ketertindasannya.

ABSTRACT
This research was aimed at revealing ambivalence of Srintil?s character that isnot only represented as an object but also a subject in Ifa Isfansyah?s movie,Sang Penari. Analyses at the plane of narrative and cinematic techniques were conducted using textual approach from Roland Barthes and Laura Mulvey as wellas theory of postmodern feminism to reveal Srintil?s subjectivity in its version of film adaptation indepth 1965 representation. By using Luce Irigaray?s mimicry strategy, Srintil creates her own ?language? to escape from her oppression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Tamarine
"Ze Noemen Me Baboe adalah film dokumenter karya Sandra Beerends yang mengangkat cerita Alima, seorang pribumi yang bekerja sebagai pembantu untuk keluarga Belanda. Film dokumenter ini juga tidak jauh berbeda dan memiliki pola-pola yang mirip dengan film dokumenter sejarah lainnya. Perbedaan film Ze Noemen Me Baboe dengan film dokumenter sejarah lainnya adalah sudut pandang film ini diceritakan oleh seorang baboe, seorang dari kelas sosial rendah. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana representasi budaya Jawa dari sudut pandang orang Belanda dalam film dokumenter Ze Noemen Me Baboe. Teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori semiotika oleh Roland Barthes. Data yang digunakan adalah film dokumenter berjudul Ze Noemen Me Baboe karya Sandra Beerends yang dirilis pada tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data penelusuran pustaka dan observasi. Hasil yang didapatkan setelah analisis yang dilakukan adalah budaya Jawa direpresentasikan sebagai kelompok masyarakat tradisional yang kaya akan tradisi dan bangsa yang terjajah dari sudut pandang masyarakat Belanda.

Ze Noemen Me Baboe is a documentary by Sandra Beerends that tells the story of Alima, a native who works as a maid for a Dutch family. This documentary is also not much different and has similar patterns to other historical documentaries. The difference between Ze Noemen Me Baboe and other historical documentaries is that the point of view of this film is told by a baboe, a person from a low social class. This research was made with the aim of showing how Javanese culture is represented from the perspective of the Dutch in the documentary Ze Noemen Me Baboe. The theory used for this research is the semiotic theory by Roland Barthes. The data used is a documentary titled Ze Noemen Me Baboe by Sandra Beerends released in 2019. The method used is descriptive qualitative method with data collection techniques of literature search and observation. The results obtained after the analysis carried out are that Javanese culture is represented as a traditional community group rich in traditions and a colonized nation from the perspective of Dutch society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Ayodhia Yusuf
"Pada tahun 2022, industri perfilman Indonesia mengalami kebangkitan setelah dua tahun terdampak oleh pandemi Covid-19. Pembatasan yang diberlakukan selama pandemi dan perubahan perilaku konsumen telah meningkatkan ketergantungan pada media sosial sebagai saluran penyediaan informasi. Fenomena ini juga terjadi dalam praktik pemasaran film. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pemanfaatan media sosial sebagai alat pemasaran film dengan meneliti efek mediasi dari kerennya film dan pengalaman sinematik terhadap loyalitas penonton. Selain itu, penelitian ini berfokus pada film box office tertinggi di Indonesia baru-baru ini, yaitu film KKN di Desa Penari. Dengan demikian, penelitian ini menggabungkan kerangka kerja dimensi informasi media sosial (yaitu daya tarik, nilai tambah, jumlah informasi, tampilan virtual) dan konten media sosial (yaitu, iklan dan promosi), dan menganalisis dampaknya terhadap kerennya film, pengalaman menonton, dan loyalitas menonton. Penelitian ini mengumpulkan 236 responden dan menganalisis data menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan SmartPLS 4.0. Temuan penelitian menunjukkan bahwa jumlah informasi dan konten media sosial merupakan pendorong yang signifikan terhadap pengalaman menonton film yang berujung pada kesetiaan pada sebuah film. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan untuk merencanakan kegiatan pemasaran film Indonesia dengan lebih baik. Selain itu, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap kemajuan literatur dalam pemasaran media sosial dan pemasaran film.

In 2022 the Indonesian film industry experienced a revival after two years of being affected by the Covid-19 pandemic. Restrictions imposed during pandemic and the changes of consumer behavior have increased the reliance on social media as information provision channel. The phenomenon also transpires in the practice of movie marketing. The purpose of this study is to examine the utilisation of social media as a movie marketing tool by investigating the mediating effects of movie coolness and cinematic experience on movie loyalty. Moreover, this study focuses on the recent Indonesian highest box office movie, KKN in Dancer Village movie. In doing so, this study integrate a framework of social media information dimensions (i.e., attractiveness, added value, quantity, virtual appearance) and social media contents (i.e., advertising and promotion), and analyse their impacts on movie coolness, movie experience, and movie loyalty. This study collected 236 respondents and analyzed the data using SEM (Structural Equation Modeling) using SmartPLS 4.0. The finding suggest that the amount of information and social media content are significant drives of movie experience which lead to a loyaltu to a movie. The results of this study can provide insights to better plan marketing activities of Indonesia movies. In addition, this research contributes to the progress of literature in social media marketing and movie marketing."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Wahyuni
"Film Sang Pencerah menceritakan perjuangan seorang tokoh nasional, K.H. Ahmad Dahlan, untuk membawa suasana pembaharuan ajaran Islam di Kauman. Pembaharuan memiliki arti ajaran Islam yang murni sesuai dengan tuntunan Al-Qur rsquo;an dan Hadits. Pada saat itu, ajaran Islam sudah banyak yang bertentangan dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist. Takhayul, mistis, dan taklid buta sudah menjadi kewajaran dalam kehidupan masyarakat Kauman pada masa itu. Ajaran Islam sudah bercampur dengan kepercayaan Hindu, Animisme dan Dinamisme. Selanjutnya, pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan ialah menggabungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Islam selama tidak mempengaruhi tuntunan Al-Qur rsquo;an dan Hadits agar Islam sesuai dengan perkembangan zaman.Kajian ini menggunakan pendekatan representasi dan identitas Stuart Hall, dan semiotika Roland Barthes guna mencapai tujuan analisis. Tujuan tersebut ialah menunjukkan bagaimana identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan direpresentasikan dalam film Sang Pencerah. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menemukan bagaimana 1 keterkaitan antara unsur-unsur narasi dan sinematografi di dalam film Sang Pencerah dengan representasi identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan, dan 2 mengungkapkan identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan di dalam film Sang Pencerah.Dari hasil analisis unsur-unsur naratif film tema, alur, penokohan, simbol, dan metafor ditemukan bahwa semua unsur naratif tersebut sangat terkait dengan representasi identitas tokoh K.H. Ahmad Dahlan. Keterkaitan yang sama juga ditemukan pada unsur-unsur sinematografisnya gambar, gerakan, dan suara . Keterkaitan unsur- unsur sinematografis ini mungkin tidak sejelas keterkaitan dengan unsur-unsur naratif. Meski begitu, unsur-unsur sinematografis tetap mempertegas keterkaitan antara struktur film ini penggambaran identitas K.H. Ahmad Dahlan.Sementara itu, identitas K.H. Ahmad Dahlan yang direpresentasikan dalam film sang Pencerah bersifat cair, selalu berada dalam proses ldquo;menjadi rdquo;. Proses yang mencakup ldquo;memposisikan rdquo; sebagai pemilik dan ldquo;diposisikan rdquo; oleh lingkungannya. Jadi, identitas seseorang tidaklah statis melainkan dinamis sesuai dengan bagaimana ia diposisikan oleh pengaruh dari lingkungan atau luar yang sejalan dengan memposisikan identitasnya tersebut. Identitas K.H. Ahmad Dahlan direpresentasikan melalui status social, penampilan nama, pakaian dan bahasa , pemikiran kritis dan rasional, terbuka, pembaharu dan tindakan

The Sang Pencerah film tells the struggle of a national figure, K.H. Ahmad Dahlan, to bring the atmosphere of reform of Islam in Kauman. The reform means pure doctrine of Islam in accordance with the guidance of the Al Quran and Hadist. At that time, Islam has much at variance with the guidance of the Al Quran and Hadist. Takhyul, mistic, taklid are being fittingness in Kauman social condition. Doctrine of Islam has mixed with any religions such as Hindu, Animism and dinamism. The teachings of Islam is mixed with Hinduism, Animism and dynamism. Furthermore, reforms carried out by K.H. Ahmad Dahlan is to combine science and technology with Islam as long as does not affect the guidance of the Al Quran and Hadist that Islam in accordance with the times.This study uses the approach of representation and identity of Stuart Hall, and the semiotics of Roland Barthes in order to achieve the purpose of analysis. The goal is to show how the figures rsquo identity K.H. Ahmad Dahlan represented in the film. More specifically, the purpose of this qualitative study was to discover how 1 the relationship between the elements of narrative and cinematography in the film with the representation of figures identity K.H. Ahmad Dahlan, and 2 disclose the identity of K.H. figures Ahmad Dahlan in the film.The analysis of its narrative elements theme, plot, characterization, symbol, and metaphor found that all elements of the narrative are closely related to the representation of figures identity KH Ahmad Dahlan. The same finding also goes to the analysis of its cinematographic elements picture, motion, dan sounds . Such relation might not be as vivid as the one found in its narrative elements, but cinematographic elements certainly give strong emphasis on of the identity of KH Ahmad Dahlan.Meanwhile, the identity K.H. Ahmad Dahlan that is represented in the Sang Pencerah film is fluid, always in a process of becoming . A process that includes the positioning as the owner and positioned by the environment. Thus, one 39 s identity is not static but dynamic in accordance with how it is positioned by the influence of the outside environment or that are in line with the identity positioning. Identity K.H. Ahmad Dahlan represented by social status, appearance name, clothes and language , thinking critical and rational, open, reformer and actions."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T48045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rachmavina F
"ABSTRAK
Film Sang Pencerah adalah sebuah film nasional bergenre biopic yang mengangkat tema agama dan konflik yang terjadi dalam kehidupan beragama, dalam hal ini penganut agama Islam. Permasalahan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana konflik intra kelompok penganut agama Islam di Indonesia direpresentasikan melalui film bergenre biopik yang mengangkat kehidupan KH.Ahmad Dahlan. Penelitian ini menggunakan teori Konstruksi Sosial pada Realitas dan Analisis Framing Gamson & Modigliani untuk melihat bagaimana representasi tersebut dihadirkan melalui serangkaian dialog dan
adegan. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil temuan maka dapat disimpulkan bahwa di dalam film Sang Pencerah ini konflik dibingkai dalam bentuk oposisi biner. Ditemukan pula bahwa penyebab konflik adalah karena terdapat perbedaan pandangan dalam menjalankan
syariat agama dan pengaruh kekuasaan.

Abstract
?The Enlightenment? is an Indonesian film with biopic genre that came with the theme of religion and conflict in religious life, in this case among fellow Moslems, represented through the film that deliver the life?s story of notable clergy KH. Ahmad Dahlan. Using the theory of Social Construction of Reality as well as Gamson & Modigliani Framing
Analysis to see how the representation is presented through a series of dialogues and scenes. The study uses a constructivist paradigm with qualitative approach. The findings indicates that intra-group conflict in the Islamic religion in this film is framed in the form
of binary opposition. Another finding is that the cause of the conflict is due to differences in the running of the Shari'a and the influence of the religion."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>