Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarnimatul Ummah
"Keterlambatan perkembangan motorik berdampak negatif pada seluruh aspek perkembangan di masa mendatang. Kemudahan dalam mengakses teknologi membuka peluang bagi anak untuk lebih beraktivitas sedentari yang meminimalisasi kesempatan mempelajari kemampuan motorik kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan aktivitas sedentari dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional menggunakan 85 responden (orang tua dan anak prasekolah) di lembaga pendidikan anak usia dini Ujung Berung Bandung dengan teknik consecutive sampling. Modifikasi Children's Leisure Activities Study dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan digunakan untuk mengkaji aktivitas dan perkembangan motorik kasar anak. Penelitian ini menggunakan analisis point-biserial correlation. 85.53% anak memiliki perkembangan motorik kasar yang sesuai dan 16.47% lainnya tidak sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara kedua variabel adalah sangat lemah (r = 0.007, α = 0.05). Aktivitas sedentari tidak secara langsung memengaruhi perkembangan motorik kasar, tetapi mengurangi anak untuk melakukan aktivitas fisik yang menstimulasi perkembangan motorik kasarnya. Akan tetapi, orang tua tetap perlu membatasi waktu aktivitas sedentari anak sehingga anak akan beraktivitas fisik untuk melatih perkembangan motoriknya. Selain itu, pelayanan kesehatan perlu melakukan skrining perkembangan pada lembaga pendidikan anak usia dini agar keterlambatan dapat ditangani sejak dini.

Delay in motor development have a negative impact on all aspects of development in the future. Technology opens up opportunitiy for the children to be more sedentary which will minimize the chance to learn gross motor abilities. This study aimed to determine the strength of relationship between sedentary activity and gross motor development of preschool age children.
The study design was a cross sectional study with 85 respondents (parents and preschool children) in early childhood education institutions Ujung Berung Bandung which were collected with consecutive sampling technique. A modification of Children's Leisure Activities Study and Kuesioner Pra Skrining Perkembangan was used to assess children activities and gross motor development. This study uses point-biserial correlation analysis. 85.53% of respondents had appropriate gross motor development and as many as 16.47% were not.
The result showed that the relationship between sedentary activity and gross motor development is very weak (r = 0.007, α = 0.05). Sedentary activity did not directly affect gross motor development, but it can reduce the children to perform physical activities that stimulate gross motor development. Therefore, parents still need to limit sedentary activity time of the children, so that they will physically active to develop their motor ability. In addition, health services need to screen on the children development in early childhood education institutions, so that delays can be treated earlier.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahma Firdhania
"Perkembangan teknologi yang sangat pesat di Indonesia khususnya kota DKI Jakarta telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah gaya hidup dengan peningkatan aktivitas sedentari yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dan remaja, seperti bermain gadget dan menonton televisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas sedentari dengan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah dan remaja di wilayah Jakarta Barat.
Desain penelitian menggunakan studi cross sectional dengan jumlah sampel 107 responden, yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Adolescent Sedentary Activity Questionnaire ASAQ dan kuesioner kecerdasan emosional EQ.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas anak-anak memiliki tingkat aktivitas sedentari yang tinggi > 5 jam/hari. Aktivitas bermain handphone atau gadget merupakan aktivitas dengan rata-rata terbanyak yakni 152 menit/hari. Hasil uji statistik membuktikkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas sedentari dengan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah dan remaja di wilayah Jakarta Barat, dimana p value 0,000.

Technological developments nowadays have increased in Indonesia, especially the city of DKI Jakarta has influenced various aspects of life, one of which is the lifestyle with the increase in sedentary activity conducted by school age children and adolescents, such as playing gadgets and watching television.
This study aims to determine the relation between sedentary activity with emotional intelligence in school age children and adolescents in the area of West Jakarta. This research used cross sectional study with a sample 107 respondents.
The method used in research is consecutive technique. The research instrument used 2 questionnaires namely Adolescent Sedentary Activity Questionnaire ASAQ questionnaire and emotional intelligence questionnaire EQ. The majority of children have high sedentary activity levels 5 hours day. Activity playing mobile or gadget is the activity with the highest average that is 152 minutes day.
The results of this research proved that there is a relationship between the sedentary activity with emotional intelligence in school age children and adolescents in West Jakarta, where p value 0,000.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Roswita
"Sedentary behavior pada anak usia sekolah menunjukkan peningkatan di beberapa negara. Menghabiskan waktu dengan sedentary behavior yang dilakukan secara berlebihan dapat berdampak pada masalah kesehatan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa besarnya dampak sedentary behavior terhadap anak usia sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran jumlah waktu yang dihabiskan untuk sedentary behavior yang digunakan anak usia sekolah dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sedentary behavior pada anak usia sekolah di SDN Ujung Menteng 01 Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan proporsional random sampling dan sampel berjumlah 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama sedentary behavior sebesar 4,03 jam dan adanya hubungan yang signifikan antara IMT, pekerjaan ibu, pembatasan screen time, ketersediaan media elektronik serta kebiasaan makan dengan sedentary behavior dengan nilai p < 0,05. Faktor yang paling dominan terhadap sedentary behavior adalah pembatasan screen time. Pembatasan screen time sebaiknya dapat diterapkan pada anak usia sekolah untuk menurunkan risiko sedentary behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Kurniawan
"ABSTRAK
Keterlambatan perkembangan merupakan suatu kondisi seorang anak dalam tidak mampu mencapai milestones perkembangan sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Perkembangan anak ditandai dengan kemajuan perkembangan pada berbagai domain perkembangan, salah satunya adalah perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar dapat memprediksi tingkat maturasi sistem saraf pusat fungsional sehingga keterlambatan perkembangan motorik kasar akan berdampak pada keterlambatan penguasaan domain perkembangan lainnya. Di Indonesia terhitung secara epidemiologis, presentasi anak yang tidak mencapai potensi perkembangan secara penuh mencapai angka 20,01-40,0% pada 2004. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktor risiko dikerjakan untuk meningkatkan kewaspadaan dan sebagai bahan pertimbangan diagnosis terhadap keterlambatan motorik kasar.
Tujuan
(1) Mengidentifikasi faktor risiko eksternal yang memiliki signifikansi terhadap keterlambatan motorik kasar pada anak 6-24 bulan. (2) Mengidentifikasi pengaruh antar setiap faktor risiko terhadap keterlambatan motorik kasar.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus-kontrol sebagai desain penelitian. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui hasil penilaian perkembangan motorik kasar yang divalidasi oleh dokter anak pembimbing serta wawancara orang tua/wali anak. Penelitian dilaksanakan di Poliklinik anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Kiara, Jakarta Pusat sebagai rumah sakit rujukan nasional dan di Klinik Anakku, Jakarta Selatan
Hasil Penelitian
Selama kurun waktu penelitian diperoleh subjek sebesar 128 anak, dengan perbandingan kasus-kontrol 1:1 pada kelompok rentang usia yang sesuai. Dari hasil analisis pearson kai-kuardat diperoleh 2 faktor signifikan terhadap keterlambatan motorik kasar, yakni: status gizi kurang/buruk (p<0,001; OR=6,576; IK 95%=2,705-13,986) dan tidak diberikannya ASI eksklusif (p=0,032; OR=2,180; IK 95%=1,065-4,460). Di sisi lain, faktor urutan anak, usia ibu saat kehamilan, dan cara kelahiran menunjukan hasil tidak bermakna terhadap keterlambatan motorik kasar. Kemudian, dari analisis multivariat dengan regresi logistik biner, menunjukan bahwa status gizi kurang/buruk merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kejadian keterlambatan motorik kasar pada anak (p<0,001; OR=6,159; IK 95%=2,512-15,099).
Kesimpulan.
Pada Penelitian ini, status gizi kurang/buruk pada anak dan tidak diberikannya ASI eksklusif merupakan faktor risiko signifikan terhadap keterlambatan anak usia 6-24 bulan. Dalam model multivariabel ini, status gizi kurang/buruk merupakan faktor prediktor keterlambatan motorik kasar yang paling berpengaruh.

ABSTRACT
Background
Developmental delay is defined as a condition which a child fails to achieve appropriate developmental milestone according to his age group development. Childhood development is indicated by developmental advancement ini several develompental domain, for instance, gross motor development. Gross motor development could predict certain functional central nervous system maturation, thus delay in this domain might inhibit mastering process of other domains development. In Indonesia according to epidimiological data in 2004, it is estimated thath around 20.01-40.0% children could not fully achieve their developmental potential. Therefore, this study related to risk factor identification was established in order to increase awareness to developmental delay and also as a consideration in diagnosing gross motor delay.
Objectives
(1) To determine significant external risk factor for gross motor delay in children aged 6-24 months.(2) To determine the association between risk factors for gross motor delay.
Method
This research used case-control study approach as its study design. Utilized data was a primary data which were obtained through assessing gross motor development validated by supervisiong pediatrician and through interviewing parent/legal guardian. The interview was held in pediatric polyclinic of RSUPN Cipto Mangunkusumo Kiara, Central Jakarta as a national referral hospital and in Klinik Anakku, South Jakarta.
Result
During the period of the study, 128 pediatric patients were found to be a subject, with case-control ratio 1:1 in corresponding age group range. According to pearson chi-square test, there are two significant factors for gross motor delay, which are wasting/severely wasting (p<0,001; OR=6,576; CI 95%=2,705-13,986) and not exclusive breastfeeding (p=0,032; OR=2,180; CI 95%=1,065-4,460). On the other hand, birth order, maternal age during gestation, and mode of delivery demonstrate insignificant result for gross motor delay. Furthermore, mutlivariate anylisis with binary logistic regression shows wasting/severely wasting to be the most influential external risk factor gross motor delay (p<0,001; OR=6,159; CI 95%=2,512-15,099).
Conclusion
In this study, wasting/severely wasting in children and not exclusive breastfeeding are significant risk factor for gross motor delay in children aged 6-24 months. In this multivariable model, wasting/severely wasting is proven to be the most influential predictior factor for gross motor delay."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah
"Keterlambatan perkembangan motorik halus masih sering terjadi pada usia prasekolah. Kasus anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus di Indonesia tahun 2013 mengalami peningkatan dari 6,2% menjadi 9,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan permainan menyusun puzzle dan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif cross sectional dengan tenik pengambilan sampel simple random sampling. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 110 responden anak usia 3-6 tahun di 3 TK wilayah Serang, Banten. Uji penelitian menggunakan uji chi square dengan hasil terdapat hubungan bermakna antara permainan menyusun puzzle, usia anak, dan urutan anak dengan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah (p value 0,003; 0,035; 0,014 dengan p<0,05). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat, tenaga kesehatan, ibu, guru/pengasuh, dan penelitian berikutnya untuk dijadikan sebagai bahan referensi. Penelitian ini merekomendasikan untuk memberikan berbagai jenis permainan seperti puzzle yang dapat menstimulasi perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

Delay in fine motor development is still common in preschool age. Cases of children experiencing impaired fine motor development in Indonesia in 2013 increased from 6.2% to 9.8%. This study aims to determine the relationship between puzzle compilation and fine motor development in preschool children. This study uses a cross-sectional correlative analytic design with a simple random sampling technique. The number of samples studied was 110 respondents of children aged 3-6 years in 3 kindergartens in Serang, Banten. The research test used the chi-square test with the result that there was a significant relationship between the puzzle compilation games, the child's age, and the sequence of children with fine motor development in preschool-age children (p-value 0.003; 0.035; 0.014 with p <0.05). The results of this study are expected to be useful for nurses, health workers, mothers, teachers/caregivers, and subsequent research to be used as reference material. This research recommends providing various types of games such as puzzles that can stimulate the fine motor development of preschoolers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Amanda Chairunnissa
"Tahun pertama kehidupan adalah periode vital yang merupakan masa perkembangan anak. Salah satu domain perkembangan anak ialah motorik kasar, yakni postur dan gerakan yang menggunakan otot besar. Deteksi keterlambatan perkembangan motorik kasar perlu dilakukan sedini mungkin agar anak dapat diberikan intervensi yang cepat dan tepat. Penelitian ini membahas mengenai peran pemeriksaan neurologis refleks primitif dalam mendeteksi keterlambatan motorik kasar pada bayi usia 6-18 bulan. Desain penelitian ini menggunakan uji diagnostik observasional dengan metode cross-sectional. Sumber data penelitian ini merupakan data primer, yaitu pemeriksaan neurologis refleks primitif dan penilaian perkembangan keterampilan motorik kasar sesuai usia secara langsung di Poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo Kiara pada bulan September-Oktober 2023. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan tabel 2x2 dan uji bivariat serta multivariat. Dari 66 subjek, didapatkan tiga pemeriksaan neurologis refleks primitif signifikan dalam mendeteksi keterlambatan perkembangan motorik kasar. Pemeriksaan neurologis refleks primitif stepping merupakan pemeriksaan degan sensitivitas terbaik (81.08%), diikuti oleh pemeriksaan neurologis refleks Moro (35.13%), dan refleks sucking (24.32%). Adapun pemeriksaan neurologis dengan spesifisitas terbaik secara berturut-turut adalah pemeriksaan refleks sucking (96.55%), refleks Moro (89.66%), dan refleks stepping (82.76%). Empat pemeriksaa yang dilakukan lainnya, yakni refleks palmar grasp, plantar grasp, Babinski, dan Landau tidak signifikan dalam mendeteksi keterlambatan perkembangan motorik kasar. Dapat disimpulkan pemeriksaan neurologis stepping reflex dan sucking reflex merupakan pemeriksaan neurologis refleks primitif yang paling baik sebagai modalitas untuk mendeteksi keterlambatan perkembangan motorik kasar pada subjek penelitian.

The first year of life is a vital period in a child's development. One of the domains of child development is gross motor, which involves posture and movements that using large muscles. Detection of delays in gross motor development needs to be done as early as possible to enable prompt treatment. This study discusses the role of primitive reflex neurological examination in detecting gross motor delays in infants aged 6-18 months. This study design uses an observational diagnostic test with a cross-sectional method. The data source for this research is primary data consisted of a neurologic examination of primitive reflexes and direct gross motor skills assessment directly at the Polyclinic of the Department of Pediatrics, Cipto Mangunkusumo Kiara Hospital in September-October 2023. The data obtained were then analyzed using 2x2 tables, bivariate and multivariate tests. Of the 66 subjects, three primitive reflex neurological examinations were found to be significant in detecting delays in gross motor development. Examination of the stepping primitive reflex has the best sensitivity (81.08%), followed by examination of the Moro reflex nerve (35.13%), and sucking reflex (24.32%). The most specific examinations were the sucking reflex (96.55%), Moro reflex (89.66%), and stepping reflex (82.76%) respectively. The other four neurologic examinations conducted, which includes palmar grasp reflex, plantar grasp reflex, Babinski, and Landau were not significant in detecting delays in gross motor development.  It can be concluded that the stepping reflex and sucking reflex are the best primitive reflex neurological examinations as modalities for detecting delays of gross motor development in research subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Arihandayani
"Proporsi perilaku sedentari semakin meningkat pada semua kelompok umur baik pada orang dewasa dan anak-anak dari tahun ke tahun. Pada anak-anak dan remaja berbagai dampak kesehatan merugikan dapat terjadi akibat perilaku sedentari yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari pada siswa SMP di kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 312 siswa SMP kelas 7 dan kelas 8. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis menggunakan regresi logistik ganda. Regresi logistik ganda menunjukkan 50,6 responden melakukan perilaku sedentari lebih dari 6 jam.
Hasil analisis membuktikan faktor umur OR: 1,5, pola asuhorang tua OR: 3,0, dukungan teman sebaya OR: 1,5, fasilitas sekolah OR:0,4, dan peraturan sekolah OR: 5,0 berhubungan dengan perilaku sedentari. Pola asuh orang tua dan peraturan sekolah yang mendukung merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku sedentari. Responden yang mendapat pola asuh tidak baik berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 3,0 kali dibanding yang mendapat pola asuh baik. Responden yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang tidak mencukupi berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 5,0 kali dibanding yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang sudah cukup.
Untuk itu dalam upaya pencegahan perilaku sedentari pada siswa perlu melibatkan peran orang tua siswa disamping juga perlu didukung oleh peraturan dan fasilitas sekolah yang mencukupi. Adanya dukungan teman sebaya diantara siswa juga diperlukan untuk mendukung pencegahan perilaku sedentari pada siswa.

The proportion of sedentary behavior is increasing in all age groups in both adults and children year to year. In children and adolescents a variety of adverse health effects can occur as a result of continual perpetual behavior. Several factors are associated with the occurrence of sedentary behavior in children and adolescents.
This study aims to determine the factors associate dwith sedentari behavior in junior high school students in sub district Cibinong, Bogor regency, West Java. The research used cross sectional design with 312 students of 7th and 8th grade. Data were collected using questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using multiple logistic regression. The results showed 50.6 of respondents performing behavior sedentari more than 6 hours.
The results of the analysis prove the agefactor OR 1.5, parenting patterns OR 3.0, peer support OR 1.5, school facilities OR 0.4, and school rules OR 5.0 is associated with sedentary behavior. Parenting parenting and supporting school rules are the most dominant factors associated with sedentary behavior. Respondents who received poor upbringing had the opportunity to conduct behavior as much as 3.0 times compared to those who received good parenting. Respondents who attend school with insufficient regulations have the opportunity to conduct behavior 5 times less than those who attend school with sufficient regulation.
Therefore, in the effort of prevention of student's sedentari behavior, it is necessary to involve the parent's role as well as to be supported by adequate school rules and facilities. The presence of peer support among students is also needed to support the prevention of sedentary behavior in students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Fairuz Adivarie
"Perilaku sedentari berhubungan dengan kebiasaan tidak banyak melakukan aktivitas fisik yang berdampak buruk pada kesehatan anak-anak dan remaja. Perilaku sedentari menyebabkan peningkatan lemak sehingga seseorang cenderung menjadi gemuk dan berujung pada obesitas. Individu dengan kondisi obesitas memiliki potensi lebih tinggi untuk terserang penyakit tidak menular. Lebih dari 80% populasi remaja dunia kurang melakukan aktivitas fisik. Secara global terdapat peningkatan perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja. Proporsi aktivitas fisik kurang di Indonesia pada penduduk umur ≥10 tahun terdapat pada Provinsi Jawa barat sebesar 25,4% dan meningkat menjadi 37,5%. Prevalensi siswa SMP Daar el-Salam dengan obesitas tahun 2019 sebanyak 7,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku sedentari pada siswa SMP di SMP Daar el-Salam Kabupaten Bogor tahun 2023. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 163 siswa SMP kelas VII, VIII dan IX. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya serta dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil analisis menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 2 jam per hari pada siswa SMP sebesar 39,9%. Determinan perilaku sedentari dalam penelitian ini adalah quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), sikap siswa (OR= 2,65), dan sleeping time (OR= 2,77). Pencegahan perilaku sedentari pada siswa diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti peran UKS (Unit Kesehatan Siswa) dan SHC (School Health Care) SMP Daar el-Salam dalam kegiatan edukasi kepada siswa dan orang tua sebagai bentuk dukungan sosial dalam pencegahan perilaku sedentari dan aktif melakukan aktivitas fisik. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan dari dinas pendidikan yang berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait pembuatan kurikulum sekolah mengenai aktivitas fisik dan perilaku sedentari.

Sedentary behavior is related to habit of not doing much physical activity which has a negative impact on the health of children and adolescents. Sedentary behavior has the risk of causing an increase in fat so that a person leads to obesity. Individuals with obesity have a higher potential for developing non-communicable diseases. More than 80% of the world's adolescent population lacks physical activity. Globally there is an increase in sedentary behavior in children and adolescents. The proportion of less physical activity in Indonesia for people aged ≥10 years was found in West Java Province at 25,4% and increased to 37,5%. The prevalence of obese Daar el-Salam Middle School students in 2019 was 7,9%. This study aims to determine the determinants of sedentary behavior in junior high school students at Daar el-Salam Middle School, Bogor Regency in 2023. The study used a cross-sectional design with a sample size of 163 junior high school students of 7th, 8th, and 9th grade. Data were collected using a questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using the chi square test. The results of the analysis showed that the prevalence of sedentary behavior ≥ 2 hours per day in junior high school students was 39,9%. The determinants of sedentary behavior in this study were quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), student attitudes (OR= 2,65), and sleeping time (OR= 2,77). Prevention of sedentary behavior in students requires adequate school facilities and infrastructure such as the role of student health care and SHC (School Health Care) of Daar el-Salam Junior High School in educational activities for students and parents as a form of social support in preventing sedentary behavior and being active in physical activity. Apart from that, a policy is also needed from the education office which coordinates with the health office regarding the creation of a school curriculum regarding physical activity and sedentary behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatun Nafi'ah
"Perilaku sedentari merupakan faktor risiko gangguan metabolisme tubuh seperti: obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes melitus, serta berkaitan dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku sedentari siswa SLTA di Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor tahun 2023 dan determinannya. Penelitian dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 240 siswa diambil secara proportional random sampling  pada 16 sekolah. Pengumpulan data dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner yang diadaptasi dari The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (regresi logistik ganda) dilakukan pada penelitian ini. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 58,8% siswa berperilaku sedentari kategori tinggi (≥6 jam/hari). Faktor individu yang berhubungan dengan perilaku sedentari siswa adalah jenis kelamin dan status ekonomi keluarga. Faktor interpersonal yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah pola asuh orang tua dan dukungan teman sebaya, sedangkan peraturan sekolah merupakan variabel confounding. Jenis kelamin adalah faktor yang dominan berhubungan dengan perilaku sedentari siswa, siswa perempuan berpeluang hampir 12 kali untuk berperilaku sedentari tinggi dibanding siswa laki-laki (OR=11,8; 95% CI=5,829–23,934) setelah dikontrol oleh status ekonomi keluarga, pola asuh orang tua, dukungan teman sebaya dan peraturan sekolah. Untuk itu, Dinas kesehatan dan Puskesmas perlu mengoptimalkan peran dan fungsi edukasi pencegahan perilaku sedentari siswa serta menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama agar upaya pencegahan perilaku sedentari dapat maksimal.

Sedentary behavior is a risk factor for metabolic disorders such as obesity, high cholesterol, hypertension, diabetes mellitus, and is associated with symptoms of depression and anxiety in adolescents. The research objective was to describe the sedentary behavior of high school students in Tajurhalang District, Bogor Regency in 2023 and its determinants. Research with cross sectional design. A sample of 240 students was taken by proportional random sampling in 16 schools. Data collection by means of respondents filling out a questionnaire adapted from The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Univariate, bivariate (Chi Square), and multivariate (multiple logistic regression) analyzes were performed in this study. The results of the study found that 58.8% of students behaved sedentarily in the high category (≥6 hours/day). Individual factors related to students' sedentary behavior are gender and family economic status. Interpersonal factors related to sedentary behavior are parenting and peer support, while school regulations are confounding variables. Gender is the dominant factor related to students' sedentary behavior, female students are almost 12 times more likely to have high sedentary behavior than male students (OR=11.8; 95% CI=5.829–23.934) after being controlled by family economic status, pattern parenting, peer support and school rules. For this reason, the Health Service and Community Health Centers need to optimize the role and function of education to prevent sedentary behavior in students and collaborate with the Education Office and the Ministry of Religion so that efforts to prevent sedentary behavior can be maximized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivid Ivearni Patriana Leodewi Darwanto
"Prevalensi perilaku sedentari di Indonesia pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko menyebabkan penyakit diabetes tipe II, hipertensi, gangguan jantung, dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan lama waktu sedentari pada remaja di Indonesia dan mengetahui faktor apa yang paling dominan.
Desain studi potong lintang, dengan menggunakan data GSHS 2015. Sampel penelitian remaja (11-18 tahun) yang memiliki data variabel lengkap sebesar 9973 sampel. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji beda proporsi dan analisis multivariate dilakukan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 3 jam per hari pada remaja sebesar 27,7% (95% CI = 24,6%-30,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja (OR=3,344; 95% CI=2,410-4,642), indeks massa tubuh (OR=1,324; 95% CI=1,141-1,539), konsumsi makanan berisiko (OR=1,738; 95% CI=1,127-2,678), dan konsumsi alkohol (OR=1,643; 95% CI=1,294-2,088). Faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel dari faktor lingkungan.

The prevalence of sedentary behavior in Indonesia among adolescents is higher compared to other age groups. Sedentary behavior is a risky behavior that causes diabetes type II, hypertension, heart problems, and depression. This study aims to determine what factors are related to sedentary behavior among adolescents in Indonesia and to know what factors are the most dominant.
Cross-sectional study design, using data from GSHS 2015. The samples are adolescents (11-18 years) who have complete variable data. The total samples are 9973 samples. Bivariate analysis was performed using a different proportion test (Chi Square) and multivariate analysis was performed using logistic regression tests.
The results of the study showed that the prevalence of sedentary behavior for a period ≥ 3 hours per day in adolescents was 27.7% (95% CI = 24.6% -30.9%). Factors related to sedentary behavior were adolescent age groups (OR = 3.344; 95% CI = 2,410-4,642), body mass index (OR = 1,324; 95% CI = 1,141-1,539), consumption of foods at risk (OR = 1,738 ; 95% CI = 1,127-2,678), and alcohol consumption (OR = 1,643; 95% CI = 1,294-2,088). The most dominant factor associated with sedentary behavior is the age group of adolescents. Further research is needed by including variables from environmental factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>