Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Fatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-efficacy dan perilaku sehat pada individu usia dewasa awal dengan ibu yang terdiagnosa kanker payudara. Partisipan penelitian ini adalah individu yang berusia 18 ? 40 tahun dengan ibu yang terdiagnosa kanker payudara, sebanyak 84 orang. Self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale (HSBSES) yang sudah diadaptasi oleh Penney (2006). Perilaku sehat diukur dengan menggunakan alat ukur yang berdasarkan indikator perilaku sehat oleh Sarafino dan Smith (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak (F = 14,196, p<0,05) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap perilaku sehat. Selain itu data demografi berupa jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, waktu tidur, mempunyai riwayat penyakit, tergabung dalam komunitas/klub kesehatan, status ibu terdiagnosa kanker payudara dan dukungan sosial mempunyai pengaruh bersama-sama yang signifikan terhadap perilaku sehat.

ABSTRACT
The objective of this study was to examine wether self-efficacy and health behavior in young adults that have a mother who was diagnosed with breast cancer. The age of participants on the research are between 18 ? 40 years old that have a mother who diagnosed with breast cancer, amount 84 people. Self-efficacy is measured by measurement tools The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale (HSBSES) which was adopted by Penney (2006). Health behavior is measured by measurement tools from health behavior indicator by Sarafino and Smith (2011). The results showed that the null hypothesis is rejected (F=14,196, p < 0,05), which means there was a significant impact of self-efficacy toward health behavior. Moreover, demographic data such as gender, age, the last education, time of sleep, history of illness, member of health community/club, a mother diagnosed with breast cancer status and social support have a significant impact toward health behavior.;;;"
2016
S64663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Sekar Arumsari
"Agar mahasiswa Universitas Indonesia dapat memanfaatkan potensinya secara maksimal, maka kesehatan adalah salah satu hal yang patut diperhitungkan. Menjalankan perilaku sehat adalah cara untuk mempertahankan kesehatan, salah satunya adalah untuk mencegah terkena penyakit tidak menular (penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker). Berdasarkan Health Belief Model, salah satu komponen yang memengaruhi perilaku sehat individu ialah perceived threat, dengan komponen perceived susceptibility dan perceived seriousness (Sarafino & Smith, 2011). Sementara itu, menurut Bandura (1995), self-efficacy adalah prediktor dari perilaku sehat. Pada penelitian ini didapatkan total 186 responden yang merupakan mahasiswa S1 dan D3 Universitas Indonesia.
Berdasarkan teknik analisis Pearson Correlation, ditemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara perceived susceptibility penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker, dengan perilaku sehat (r = -0,158, p < 0,05; r = -0,198, p < 0,01; r = -0,1888, p < 0,05). Ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara perceived seriousness penyakit kardiovaskular dan diabetes, dengan perilaku sehat (r = 0,212, p < 0,05; r = 0,150, p <0,01).
Selain itu, ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy dan perilaku sehat (r = 0,578, p < 0,01). Lebih lanjut, berdasarkan hasil analisis regresi linear ditemukan bahwa self-efficacy adalah prediktor yang lebih kuat memengaruhi perilaku sehat dibandingkan dengan perceived threat.

To maximize the potential of the students of Universitas Indonesia, keeping body?s health is one of the thing that should be counted. Doing health behaviors at young ages is one of the way to maintain one?s health, including to prevent oneself to get non-communicable diseases (cardiovascular diseases, diabetes, and cancer). According to the theory of Health Belief Model, one of the component that influences one?s health behavior is perceived threat, with the components of perceived susceptibility and perceived seriousness (Sarafino & Smith, 2011). In this research we collected 186 respondents which are the students of bachelor and diploma programs of Universitas Indonesia.
With Pearson Correlation technique, this study found that there were negative and significant correlations between the perceived susceptibility of cardiovascular disease, diabetes, and cancer, and health behavior (r = -0,158, p < 0,05; r = -0,198, p < 0,01; r = -0,1888, p < 0,05). We found that there were positive and significant correlations between perceived seriousness of cardiovascular disease and diabetes, and health behavior (r = 0,212, p < 0,05; r = 0,150, p < 0,01) and a positive but insignificant correlation of perceived seriousness of cancer and health behavior (r = 0,006).
We also found that there was a positive and significant correlations between self-efficacy and health behavior (r = 0,578, p < 0,01). Further more, with the linear regression technique, this study showed that self-efficacy was the strongest predictor of health behavior rather than perceived threat.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kostrowicki, Irena
"ABSTRAK
Perilaku sehat merupakan salah satu hal penting yang perlu dipelihara oleh mahasiswa UI khususnya yang memiliki orangtua penderita hipertensi. Hal ini penting dilakukan karena hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak setelah stroke. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi intensi berperilaku sehat mahasiswa UI yang memiliki orangtua penderita hipertensi. Hal ini dikarenakan adanya share common environments yang membuat perilaku didalam sebuah keluarga (antara orangtua dan anak) kurang lebih serupa. Berdasarkan Health Action Process Approach (HAPA), intensi sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh self-efficacy dan outcome expectancy (Schwarzer, Lippke, & Luszcyznska, 2011). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan The Health Behavior Intention untuk mengukur intensi berperilaku sehat, HSBSES untuk mengukur self-efficacy, dan Life Orientation Test-Revised untuk mengukur outcome expectancy. Penelitian ini dilakukan pada 282 mahasiswa UI yang memiliki orangtua penderita hipertensi yang berusia 18-25 tahun melalui teknik accidental sampling. Berdasarkan teknik analisis multiple regression, ditemukan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berperilaku sehat pada mahasiswa UI yang memiliki orangtua penderita hipertensi (β = 0,472, p < 0,01). Sedangkan pada variabel outcome expectancy, outcome expectancy memiliki pengaruh yang kecil dan tidak signifikan terhadap intensi berperilaku sehat pada mahasiswa UI yang memiliki orangtua penderita hipertensi ( β = -0,055 , p > 0,01).

ABSTRACT
Health behavior is one of the important thing to improve in Universitas Indonesia students who have parents with hypertension. This is important because hypertension is one of major cause of death after stroke. Because of that, researcher wants to search what factors that influence health behavior intention in Universitas Indonesia students who have parents with hypertension. It?s because of share common environments which make behavior within family (parents and children) more or less similar. Based on Health Action Process Approach (HAPA), intention is mostly influenced by self-efficacy and outcome (Schwarzer, Lippke, & Luszcyznska, 2011). This is a quantitative study which use The Health Behavior Intention to measure health behavior intention, HSBSES to measure self-efficacy, and Life Orientation Test-Revised to measure outcome expectancy. Participants are 282 students from Universitas Indonesia who have parents with hypertension, age between 18-25 years old, selected by accidental sampling technique. The result indicate that self-efficacy have a significant impact in health behavior intention in Universitas Indonesia students who have parents with hypertension (β = 0,472, p < 0,01). While there is outcome expectancy have a little impact and no significant in health behavior intention in Universitas Indonesia students who have parents with hypertension ( β = -0,055 , p > 0,01).
"
2016
S64116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisa Marin Hartono
"ABSTRAK
Perilaku sehat merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu penyintas kanker untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih sehat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat faktor apa saja yang dapat memengaruhi intensi berperilaku sehat penyintas kanker. Berdasarkan Health Action Process Approach (HAPA), intensi berperilaku sehat dipengaruhi oleh self-efficacy dan outcome expectancies (Schwarzer dan Luszczynska, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Intention untuk mengukur intensi berperilaku sehat sebagai variabel terikat Health Specific Behavior Self-Efficacy Scale (HSBSES) untuk mengukur self-efficacy berperilaku sehat sebagai variabel bebas I, dan Life Orientation Test-Revised (LOT-R) untuk mengukur outcome expectancies sebagai variabel bebas II. Penelitian ini dilakukan pada 90 orang penyintas kanker usia 15-50 tahun di Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya di pulau Jawa melalui teknik purposive sampling dan snowball sampling. Berdasarkan teknik analisis Regresi Linear, ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara self-efficacy berperilaku sehat terhadap intensi berperilaku sehat pada penyintas kanker (b= 0,888, p<0,01). Hal yang sama juga terjadi pada variabel outcome expectancies, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara outcome expectancies terhadap intensi berperilaku sehat pada penyintas kanker (b= 0,728, p<0,01).

ABSTRACT
Health behavior is one of the most important thing that can help cancer survivors to increase their quality of life. Therefore, researcher came up with the idea of a study that can determine health behavior intention of cancer survivors. According to Health Action Process Approach (HAPA), self-efficacy and outcome expectancies are the predictors of health behavior intention (Schwarzer and Luszczynska, 2008). This is a quantitative study using The Health Behavior Intention to measure health behavior intention as the dependent variable (DV) , Health Specific Behavior Self-Efficacy Scale (HSBSES) to measure health behavior self-efficacy as the independent variable (IV1), and Life Orientation Test-Revised LOT-R to measure outcome expectancies as the independent variable (IV2). Participants are 90 cancer survivors, age between 15-50 years old, lived in Jabodetabek and the other city of Java, selected by purposive and snowball sampling techniques. The result indicate that health behavior self-efficacy (b= 0,888, p<0,01) has a positive and significant impact on cancer survivor’s health behavior intention. In addition, outcome expectancies also has a positive and significant impact on cancer survivor’s health behavior intention (b = 0,728, p<0,01).
"
2016
S64372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Margaretha
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
self-efficacy dengan perilaku sehat pada individu emerging adulthood. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel yang terdiri dari 266 individu
emerging adulthood yang berusia 18 sampai 25 tahun. Untuk mengukur selfefficacy,
alat ukur yang digunakan adalah General Self-Efficacy (GSE) Scale
(Schwarzer & Jerusalem, 1995). Untuk mengukur perilaku sehat, peneliti
menggunakan alat ukur perilaku sehat yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
mengembangkan perilaku sehat menurut Becker (1979, dalam Notoatmodjo,
2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara self-efficacy dengan perilaku sehat pada individu emerging
adulthood. Dengan menggunakan teknik pearson correlation, diperoleh nilai
koefisien hubungan sebesar 0,224 (p < 0,01). Arah positif dari hubungan berarti
bahwa semakin kuat self-efficacy yang dimiliki seseorang, maka perilaku sehatnya
juga semakin baik. Semakin lemah self-efficacy seseorang, semakin buruk pula
perilaku sehatnya.

ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the relationship between selfefficacy
and health behavior in emerging adulthood individuals. This was a
quantitative research with a sample of 266 emerging adulthood individuals aged
18 to 25 years. To measure self-efficacy, General Self-Efficacy (GSE) Scale
(Schwarzer & Jerusalem, 1995) was used. To measure health behavior, a Likerttype
scale was developed based on Becker?s (1979 in Notoatmodjo, 2003) theory
of health behavior. The result showed a significant positive relationship between
self-efficacy and health behavior in emerging adulthood individuals. Employing
Pearson?s correlation technique, the correlation coefficient between self efficacy
and health behavior was 0,224 (p < 0,01). This indicated that individuals with
strong self-efficacy tend to have better health behavior, and individuals with weak
self-efficacy tend to tend to have bad health behavior. Theoretical and practical
implications were further discussed.
"
2016
S63068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nurul Aisha
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy dan occupational stress terhadap perilaku sehat perawat. Partisipan penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit sebanyak 111 orang. Variabel perilaku sehat diukur dengan menggunakan alat ukur yang berdasarkan indikator perilaku sehat oleh Sarafino dan Smith 2011 , self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale HSBSES yang sudah diadaptasi oleh Penney 2006 , sedangkan occupational stress diukur dengan menggunakan alat ukur Nurse Stress Scale NSS oleh Gray-Toft dan Anderson 1981 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak F= 8,806, p < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh self-efficacy dan occupational stress yang signifikan terhadap perilaku sehat pada perawat. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antar self-efficacy dan perilaku sehat yang berarti semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki perawat makan semakin tinggi perilaku sehat yang dijalankan sedangkan korelasi antara occupational stress dan perilaku sehat adalah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat occupational stress yang dirasakan perawat makan akan semakin menurunkan perilaku sehatnya.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy dan occupational stress terhadap perilaku sehat perawat. Partisipan penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit sebanyak 111 orang. Variabel perilaku sehat diukur dengan menggunakan alat ukur yang berdasarkan indikator perilaku sehat oleh Sarafino dan Smith 2011 , self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale HSBSES yang sudah diadaptasi oleh Penney 2006 , sedangkan occupational stress diukur dengan menggunakan alat ukur Nurse Stress Scale NSS oleh Gray-Toft dan Anderson 1981 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak F= 8,806, p < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh self-efficacy dan occupational stress yang signifikan terhadap perilaku sehat pada perawat. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antar self-efficacy dan perilaku sehat yang berarti semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki perawat makan semakin tinggi perilaku sehat yang dijalankan sedangkan korelasi antara occupational stress dan perilaku sehat adalah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat occupational stress yang dirasakan perawat makan akan semakin menurunkan perilaku sehatnya.

ABSTRACT
The objective of this study was to examine the influence of self efficacy and occupational stress towards health behavior among nurses. Respondents counted 111 nurses who work at the hospital in Jabodetabek. Measurement of health behavior was using health behavior indicator by Sarafino and Smith 2011 , measurement of self efficacy was using The Health Behavior Spesific Behavior Self Efficacy Scale HSBSES which was adopted by Penney 2006 , and measurement of occupational stress was using Nurse Stress Scale by Gray Toft and Anderson 1981 . The results showed that the null hypothesis is rejected F 8,806, p 0,05 , which means there was a significant influence of self efficacy and occupational stress together on health behavior among nurses. The correlation of self efficacy and health behavior is positive which means, the higher the level of self efficacy, the higher the level of health behavior, while the correlation of occupational stress and health behavior is negative which means the higher the level of occupational stress, the lower the level of health behavior."
2016
S65919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ramadhanti
"Dewasa muda, khususnya mahasiswa sedang dalam kondisi dimana mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga mereka seringkali mengabaikan penerapan gaya hidup sehat. Tetapi, apakah dengan adanya faktor risiko seperti adanya kerabat yang mengidap penyakit kanker membuat mereka menata kembali gaya hidup untuk menjadi lebih sehat? Oleh karena itu menjadi penting adanya untuk menguji faktor apa saja yang berkontribusi dalam penerapan perilaku sehat pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat pada mahasiswa yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Studi ini berhasil menghimpun 138 partisipan mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Mahasiswa UI mengisi kuesioner secara daring yang mengukur tentang perceived threat, self-efficacy, dan perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat tidak signifikan terhadap perilaku sehat pada kedua faktornya yaitu perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72) dan perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Hasil lainnya menunjukkan bahwa self-efficacy (r = 0,26, p = 0,02) memiliki hubungan dengan perilaku sehat. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian didiskusikan.

Young adults, especially college student is going through a condition where their immune system, has reached its peak. The problem is, they tend to be not putting too much attention on practicing healthy lifestyle behavior. Would they change their health behavior, if they have a cancer fighter relative? Therefore, it is important to examine what factors that contribute on practicing health behavior on college student. This research aims to examine the relationship between perceived threat and health behavior self-efficacy with health behavior on college student whose having familial risk of cancer. 138 students of Universitas Indonesia with a familial risk of cancer were involved in this research. UI student fill out the online questionnaires that measure perceived threat, self-efficacy and health behavior. The results indicate that the relationship between perceived threat on cancer and health behavior was not significant both on perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72), and perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Other results shows that health behavior self-efficacy and health behavior were positively correlated and significant (r = 0,26 , p = 0,02). Further explanation about the results is discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Meidina
"Prevalensi perokok yang berhasil berhenti merokok di Indonesia diketahui menunjukkan angka yang rendah. Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang mengonsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh smoking abstinence self-efficacy (SASE) dan frekuensi perilaku merokok terhadap perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keinginan berhenti merokok. Perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini meliputi sarapan, kudapan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, dan menimbang berat badan. Penelitian korelasional ini melibatkan 153 partisipan yang terdiri dari 102 laki-laki, dan 51 perempuan dengan usia 18-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SASE adalah prediktor yang lebih kuat memengaruhi perilaku sehat dibandingkan dengan frekuensi perilaku merokok. Pengukuran yang lebih mendalam terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku sehat pada perokok yang ingin berhenti dapat dieksplor lebih jauh.

Prevalence of smokers who succeed in their quit attempt in Indonesia is decreasing. Undergraduate students are a group of people who consume cigarettes. This study aims to investigate the effect of smoking abstinence self-efficacy (SASE) and cigarette smoking frequency on health behavior among undergraduate students of Universitas Indonesia who willing to quit smoking. The aspect of health behavior that are measured in this study are breakfast, snacking, physical activity, consumption of alcohol, consumption of cigarettes, and keep in healthy weight. The correlational study took a participants totally 153 students, 102 male, and 51 female in 18-25 years old. Results indicated that SASE was the strongest predictor of health behavior rather than cigarette smoking frequency. Further measurements related to factors that can influence health behavior in smokers who willing to quit can be explored further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanik Rohmah Irawati
"ABSTRAK
Self efficacy dalam mengatasi kanker pada pasien kanker payudara dapat
meningkatkan koping yang adaptif, kesejahteraan dan kualitas hidup pasien.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dukungan support group terhadap
perbaikan self efficacy pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi dalam
mengatasi kanker. Desain penelitian ini menggunakan metode quasi experiment
dengan pre-post test with control group yang melibatkan 76 pasien kanker
payudara yang terdiri dari kelompok intervensi (38 responden) dan kontrol (38
responden) dengan metode concecutive sampling. Pengambilan data
menggunakan instrumen Cancer Behavior Inventory versi 2. Hasil uji statistik
dengan chi square menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna
tingkat self efficacy yang tinggi dalam mengatasi kanker setelah intervensi antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (RR 1,4 dengan 95% CI 0,8-2,4).
Dukungan support group dengan metode yang tepat perlu diberikan pada pasien
kanker sebagai bagian dari asuhan keperawatan guna meningkatkan self efficacy
dalam mengatasi kanker.

ABSTRACT
Self efficacy for coping with cancer in breast cancer patients can improve the
adaptive coping, welfare dan quality of life of the patients. This study examines
the effect of support of the support group to improvement self efficacy breast
cancer patients taking chemoteraphy for coping with cancer. The study design
uses quasi experiment with pre-post test within control group, involving 76 breast
cancer patients with intervention (38 respondents) and control (38 respondents)
using concecutive sampling method. Retrieving data using instruments Cancer
Behavior Inventory Version 2. Statistical test results with chi square showed no
significance difference proportion self efficacy for coping with cancer between in
intervention group and the control group (RR 1,4 with 95% CI 0,8-2,4). The
support of support group with appropriate methods needs to be given to cancer
patients as part of nursing care in order to increase self-efficacy for coping with
cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Salsabila
"Perilaku sehat penting untuk dilakukan tiap individu, salah satunya pada mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit keturunan. Terdapat hal yang berpengaruh pada perilaku sehat dan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat pada perilaku sehat mahasiswa yang memiliki riwayat kerabat dengan penyakit mata keturunan. Penelitian ini melibatkan 109 partisipan dengan usia berkisar 18-25 tahun dan data dianalisis menggunakan regresi linear berganda serta independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat terhadap katarak dan glaukoma pada komponen perceived susceptibility dan perceived seriousness tidak berpengaruh signifikan dengan perilaku sehat. Kemudian, self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat berpengaruh signifikan.
Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata perilaku sehat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma. Begitu juga dengan rata-rata self-efficacy dalam perilaku sehat. Berbeda dengan rata-rata kedua komponen perceived threat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma yang menunjukkan perbedaan signifikan. Hasil dan saran didiskusikan.

Health behavior is important for each individual, also for students with familial risk of inheritable eye disease. There are things affect health behavior, and this study aimed to investigate the effects of perceived threat and health behavior self-efficacy on health behavior among the students with familial risk of inheritable eye disease. This study involved 109 participants that were aged between 18-25 years and data were analysed using multiple linear regression and independent sample t-test.
Results indicated that the perceived threat to cataracts and glaucoma on perceived susceptibility and perceived seriousness had no significant effect on health behavior. Then, health behavior self-efficacy had significant effect on health behavior.
Results also indicated that there were no significant difference between the average of health behavior between participants with familial risk of cataract and glaucoma. Likewise with the average of health behavior self-efficacy. In contrast to the average of the two perceived threat components between participants with familial risk of cataract and glaucoma which indicated a significant difference. Results and recommendations are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>