Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iman Muhamad Firmansyah
"ABSTRAK
Interdialytic Weight Gain (​IDWG) merupakan akumulasi cairan pada dua waktu dialisis yang dapat dipengaruhi ​oleh asupan cairan, natrium, dan tidak adekuatnya ultrafiltrasi. Kenaikan IDWG yang tinggi akan meningkatkan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manajemen terapi dialisis kronis dengan IDWG. Desain penelitian ini adalah ​cross-sectional yang melibatkan 94 responden yang dipilih melalui consecutive sampling. Kepatuhan dinilai menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari End Stage Renal Disease Adherence Quesstionaire. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sedang antara kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis dengan IDWG (P value = 0,001), (r = - 0,49) artinya semakin tinggi kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis maka IDWG akan semakin ringan. Pembatasan cairan dan makanan menunjukkan ada hubungan dengan IDWG (P value = 0,001), (r = -0,48); r = -0,38) untuk keduanya. Mayoritas pasien patuh terhadap manajemen terapi dialisis kronis (61,7%) dan IDWG terbanyak dalam kategori ringan (46,8%). Disarankan bagi perawat HD agar memilih strategi yang tepat dalam meningkatkan kepatuhan pasien HD untuk menurunkan IDWG.

ABSTRACT
Interdialytic Weight Gain (IDWG) is an accumulation of fluid between two-time dialysis which influenced by fluid intake, sodium, and inadequate of ultrafiltration, the increase of IDWG may enhance mortality among haemodialysis patient. This study aims to identify the relationship between chronic dialysis therapy management and IDWG. The design of this study was cross-sectional, involved 94 respondents being selected by consecutive sampling. The adherence was assesed using questionnaire that was adapted from End Stage Renal Disease Adherence Qustionnaire. The result of the study shows there is a significant relationship between chronic dialysis therapy management and IDWG (P value = 0,001), (r = - 0,49) it means higher the adherence of chronic dialysis therapy management then IDWG will be lighter. Fluid restriction and diet restriction showed a relationship with IDWG (P value = 0,001), (r = -0,48; r = -0,38) respectively. Majority patients had adherence of chronic dialysis therapy management (61,7%) had IDWG in low category (46,8%). it can be suggested that nurses have to create appropriate strategies to increase patients' adherence in order to reduce IDWG on haemodialysis patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S66030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatsjah Said
"PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan meningkatnya usaha-usaha di bidang pelayanan medik untuk pasien, maka banyak masalah-masalah kesehatan yang tadinya tidak dapat diatasi kemudian dapat tertolong. Dengan berkembangnya teknik diagnostik dan terapi timbul juga masalah-masalah lain, seperti adanya ketergantungan akan tindakan tersebut. Keadaan ini juga terjadi pada pasien gagal ginjal terminal yang perjalanan penyakitnya tidak reversibel dan terus berlanjut. Untuk menolong pasien dengan gagal ginjal terminal dapat dilakukan terapi pengganti seperti dialisis dan transplantasi ginjai.
Dialisis adalah suatu cara untuk menggantikan sebagian fungsi ginjal. Dialisis bukan metode untuk membantu kegagalan ginjal seperti misalnya: digitalis membantu otot jantung yang lemah. Pada dialisis terjadi pengambilalihan fungsi. Ginjal buatan (hemodialyzer/dialyzer) adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan sampah metabolisme tubuh atau zat toksis lain dari dalam tubuh bila fungsi kedua buah ginjal sudah tidak memadai lagi. Hemodialisis berasal dari bahasa Yunani, haima berarti darah sedangkan dialisis berarti memisahkan dari yang lain. Yang terjadi secara klinis ialah zat sisa atau sampah dalam darah disaring lewat membran semipermiabel dan kemudian dibuang. Ginjal buatan dapat menggantikan hanya sebagian fungsi ekskresi dan tidak dapat menggantikan fungsi endokrin, metabolik, sintetik ginjal normal. Meskipun dengan keterbatasan tersebut, pada saat ini hemodialisis kronik telah berhasil mempertahankan hidup sekitar 200.000 orang pasien gagal ginjal terminal dengan tingkat rehabilitasi yang cukup baik di seluruh dunia.
Data dan studi epidemiologik tentang gagal ginjal kronik di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Yang ada adalah studi atau data epidemiologik klinik. Pada saat ini tidak dapat dikemukakan pola prevalensi di Indonesia, demikian juga pola morbiditas dan mortalitas. Data klinik berasal dari rumah sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan propinsi dan rumah sakit swasta spesialistik, sehingga dapat dipahami, bahwa data tersebut berasal dari kelompok yang khas.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Harlika Chandra
"HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga mengharuskan penderitanya melakukan pengobatan Antiretroviral (ARV) sepanjang hidup penderitanya. Orang dengan HIV (ODHIV) mengalami banyak permasalahan sejak pertama kali terdiagnosis HIV positif, sehingga diperlukan resiliensi atau ketahanan pada diri ODHIV. Peneliti ingin melihat adanya hubungan antara resiliensi ODHIV dengan kepatuhan pengobatan ARV. Resiliensi diukur menggunakan kuesioner The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dan kepatuhan pengobatan ARV diukur dengan kuesioner Simplified Medication Adherence Questionnaire (SMAQ). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 107 responden di RSU Pengayoman Cipinang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara resiliensi ODHIV dengan kepatuhan pengobatan ARV (p < 0,05). Tingkat resiliensi ODHIV berperan penting dalam menghadapi stres dan permasalahan yang terjadi selama pengobatan berlangsung, sehingga berdampak pada peningkatan kepatuhan pengobatan ARV.

HIV (human immunodeficiency virus) is a virus that attacks the immune system, requiring the sufferer to take Antiretroviral (ARV) treatment throughout their life. People living with HIV (PLWH) have experienced many problems since they were first diagnosed HIV positive, so resilience is needed. The researcher wanted to see the relationship between PLWH resilience and ARV treatment adherence. Resilience was measured using The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) questionnaire and ARV treatment adherence was measured using the Simplified Medication Adherence Questionnaire (SMAQ). The research design used was descriptive quantitative with a cross sectional approach. A total of 107 respondents at RSU Pengayoman Cipinang were selected based on purposive sampling technique. The results of the analysis using the chi-square test showed that there was a statistically significant relationship between PLWH resilience and ARV treatment adherence (p < 0.05). The level of resilience of PLWH plays an important role in dealing with stress and problems that occur during treatment, which has an impact on increasing ARV treatment adherence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Iswanti
"Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif merupakan masalah keperawatan dengan karakteristik ketidakpatuhan klien melakukan regimen pengobatan dalam rutinitas sehari-hari. Ketidakpatuhan dalam pengobatan meningkatkan risiko masalah kesehatan, memperpanjang dan memperburuk kesakitan yang diderita. Terapi perilaku modeling partisipan merupakan suatu strategi meningkatkan kepatuhan dengan memodifikasi perilaku melalui role model perilaku kepatuhan dari seorang modeling.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh terapi perilaku modeling partisipan terhadap kepatuhan minum obat pada klien penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif. Jenis penelitian kuasi eksperimen pre-post test dengan kelompok kontrol, menggunakan 64 sampel (intervensi dan kontrol) dengan instrumen kuesioner kepatuhan.
Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan kepatuhan minum obat sebelum dan setelah diberikan terapi perilaku modeling partisipan pada kelompok intervensi. Guna mencapai hasil yang optimal maka terapi perilaku modeling partisipan dapat dilanjutkan dengan terapi kelompok suportif.

Inefective therapeutic regiment management is a nursing problem with the characteristic of disobedience in doing treatment regimen in daily activity. Disobedience in therapy raising risk of health problem, prolong and aggravate disease. The Theory of modeling bahaviour participant is a strategy to increase obedience by modifiying behaviour through a role model person.
The aim of this study was to identify the influence of modeling behavior therapy participants on medication compliance. This study was a quasi experimental research of pre-post test with control group, using 64 samples (intervention dan control) with adherence questionnaire.
The result showed there was a significantly difference of the obedience in taking madicine between before and after therapy in intervention group. To reach an optimum result a modeling behavior therapy participants can be pursued to a supportive group therapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30349
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Terapi antiretroviral telah terbukti efektif dalam mengurangi kematian yang disebabkan oleh HIV-AIDS. Namun, efektivitas terapi antiretroviral dipengaruhi oleh kepatuhan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan Antiretroviral adalah keintiman suami sebagai dukungan psikososial yang dibangun di atas aspek emosional, sosial dan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara keintiman pasangan dengan kepatuhan antiretroviral. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode pengambilan sampel secara berurutan yang melibatkan 115 orang dewasa yang hidup dengan HIV-AIDS (ODHA) yang menerima Antiretroviral sebagai responden. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi Square dan menunjukkan hubungan yang signifikan antara keintiman suami dengan kepatuhan antiretroviral (nilai p = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat keintiman yang tinggi juga memiliki tingkat kepatuhan ARV yang tinggi. Penelitian ini bermanfaat bagi penyedia kesehatan dalam mendukung peningkatan kepatuhan ART dengan melibatkan mitra ODHA dalam program perawatan, dukungan dan pengobatan.

Antiretroviral therapy has been proven effective in reducing deaths caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is influenced by adherence. Factors that influence Antiretroviral adherence are husband's intimacy as psychosocial support that is built on emotional, social and sexual aspects. This study aims to identify the relationship between partner intimacy and antiretroviral adherence. This study used a cross sectional design with sequential sampling methods involving 115 adults living with HIV-AIDS (PLWHA) who received antiretrovirals as respondents. The results of the study were analyzed with the Chi Square test and showed a significant relationship between husband's intimacy with antiretroviral adherence (p = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of ARV compliance. This research is beneficial for health providers in supporting increasing ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfitri
"ABSTRAK
Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala yang
timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pasien HIV/AIDS memerlukan dukungan dari
semua aspek termasuk intervensi spiritual. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
konseling kepatuhan dan konseling spiritual untuk meningkat kepatuhan terapi ARV.
Tujuan dari penelitian adalah menilai efektifitas pemberian konseling kepatuhan dengan
konseling spiritual terhadap koping kepatuhan minum obat ARV pasien HIV/AIDS,
dengan desain quasi-exsperiment, rancangan the unthreated control group design with
pretest and posttest. Penelitian dilakukan di RSUP. DR. M. Djamil Padang selama 30
hari dari tanggal 25 Oktober 2008 sampai dengan 24 November 2008 dengan 22 sampel
yang diambil secara purposive sampling. Intervensi yang dilakukan yaitu konseling
spiritual oleh ulama dan konseling kepatuhan oleh peneliti dilakukan 2 kali seminggu
selama 2 minggu. Analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa rata-rata skor kepatuhan kelompok intervensi konseling kepatuhan dan spiritual
adalah 1,909 dengan standar deviasi 1,044, sedangkan kelompok intervensi konseling
kepatuhan rata-rata skor kepatuhan 0,909 dengan standar deviasi 1,044 dengan nilai
p=0,016. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna
rata-rata skor kepatuhan antara kelompok yang mendapatkan intervensi konseling
kepatuhan dan konseling spiritual dengan kelompok yang mendapatkan intervensi
konseling kepatuhan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada perawat
bekerjasama dengan ulama untuk melakukan konseling spiritual kepada pasien
HIV/AIDS untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Kepada penelitian selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian ini.

ABSTRACT
Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a syndrome related deficiency of
body immune, caused by HIV. HIV/AIDS patients need all aspects of supports
including spiritual intervention. Adherence counseling and spiritual counseling are
interventions to increase adherence of ARV therapy. The purpose of this study was to
identify the effectiveness of spiritual and adherence counseling with adherence of ARV
theraphy on HIV/AIDS patients, with quasi-experiment ; control group design with
pretest and posttest design. These study was taken place VCT outpatiens department at
RSUP DR. M. Djamil Padang from 25th October until 24th November 2008 (30 days),
with 22 sample, was selected by purposive sampling. The intervention include : spiritual
counseling by leader of Islamic religion ( ulama) and adherent counseling by researcher
twice a week for 2 weeks. t test applied in this study. The result showed mean of
adherence on adherence and spiritual counseling group is 1.909, standard deviation
1.044. Mean of adherence on adherence counseling group is 0.909, standard deviation
1.044 (p = 0.016). In conclution, there are significant different score between: a group
who has adherence counseling and spiritual counseling, with others, who has adherence
counseling only. There for, it is important for the nurse to work together with the leader
of Islamic religion to be able providing the spiritual counseling on HIV/AIDS patients.
Further research is needed to assess a depth the spiritual counseling in by using another
research method."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T26579
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kholilah Alawiyah A.S.
"Manajemen terapi dialisis yang terdiri dari program hemodialisis, regimen pengobatan, pengontrolan cairan dan diet merupakan masalah yang masih terjadi pada pasien hemodialisis. Ketidakpatuhan pada manajemen tersebut dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian cross sectional dengan sampel 57 pasien hemodialysis dengan teknik sampling purposive sampling. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis dengan P value 0,047.

Dialysis therapy management consists of hemodialysis attendance, prescribed medications, fluid restrictions, and dietary intake. Non adherence to these management can increase the morbidity and mortality rate that will indirectly affect quality of life. The purpose of this study was to identify the relation between adherence to dialysis therapy management and quality of life in patients on hemodialysis. This study used cross sectional study design, involved 57 hemodialysis patients by technique purposive sampling. The result showed that there is relationship between adherence to regiment treatment and quality of life in patiens on hemodialysis with P value 0,047."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswanto
"Pendahuluan – Kasus HIV di Indonesia dilaporkan terus meningkat setiap tahunnya, secara kumulatif kasus HIV yang dilaporkan hingga Maret 2022 sebanyak 329.581 orang atau 60% dari estimasi jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 543.100 orang, sedangkan kasus AIDS sebanyak 137.397 orang atau 25%. Berdasarkan data dan pelaporan dari tahun 2022 dan Sekitar 214.819 orang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV. Dari jumlah tersebut, hanya 180.843 orang yang mendapatkan obat ARV dan 39.543 menjalani post-absence care (LFU). Di antara pasien HIV yang menerima ARV, 21,87% adalah pasien yang tidak patuh. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan peer group support untuk mengurangi stigma negatif dan meningkatkan kepatuhan minum obat ARV di Lapas DKI Jakarta. Metodologi/Pendekatan – Rancangan penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan pre test dan post test group. Pada penelitian ini, desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest posttest yang dilakukan sebelum diberikan treatment dan posttest yang dilakukan setelah diberikan treatment, sampel penelitian ini berjumlah 27 orang dengan teknik sampling purposif. Variabel bebas penelitian ini adalah intervensi peer support dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah stigma dan kepatuhan minum obat ARV. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik uji t berpasangan. Hasil: Hasil penelitian dengan uji t berpasangan menunjukkan hasil analisis bivariat sebelum dan sesudah intervensi peer support selisi rerata stigma 4,2 dengan SD 1,9 sedangkan tingkat kepatuhan selisi rerata sebelum dan setelah intervensi 4,8 dengan SD 1,3 setelah di uji statistic stigma dan kepatuhan didapat hasil uji paired tet p value 0,000<0,05 maka terdapat hubungan bermakna antara stigma dan kepatuhan sebelum dan setelah intervensi. Hasil penelitian dengan uji t berpasangan menunjukkan hasil analisis bivariat sebelum dan sesudah intervensi peer support selisi rerata stigma 4,2 dengan SD 1,9 sedangkan tingkat kepatuhan selisi rerata sebelum dan setelah intervensi 4,8 dengan SD 1,3 setelah di uji statistic stigma dan kepatuhan didapat hasil uji paired tet p value 0,000<0,05 maka terdapat hubungan bermakna antara stigma dan kepatuhan sebelum dan setelah intervensi. Implikasi: Hasil penelitian menunjukkan peran peer group terhadap stigma dan kepatuhan pada ODHA dapat membuktikan menurunkan stigma negatif terhadap ODHA dan meningkatkanya kepatuhan minum obat ARV. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi bagi pelayanan keperawatan dalam upaya meningkatnya kepatuhan sehingga mengurangi angka dari HIV menjadi AIDS, mengurangi infeksi oportunistik, meningkatkan jumlah CD 4 dan meningkatkanya qualitas hidup.

Introduction – HIV cases in Indonesia are reported to continue to increase every year, cumulatively HIV cases reported up to March 2022 are 329,581 people or 60% of the estimated number of people living with HIV/AIDS (PLWHA) of 543,100 people, while AIDS cases are as many as 137,397 people or 25%. Based on data and reporting from 2022 and Approximately 214,819 people are eligible for ARV treatment. Of these, only 180,843 people received ARV drugs and 39,543 underwent post-absence care (LFU). Among HIV patients receiving ARVs, 21.87% were non-adherent patients. Purpose – The purpose of this study was to utilize peer group support to reduce negative stigma and increase adherence to taking ARV medication in the DKI Jakarta Prison. Methodology/Approach – The design of this research is Quasy Experiment with pre test and post test group. In this study, the experimental design used was one group pre-test post-test which was carried out before being given treatment and post-test which was carried out after being given treatment, a sample of this the study amounted to 27 people with a purposive sampling technique. The independent variable of this research is Peer support interventions and the dependent variables in this study were stigma and adherence to taking ARV medication. The data in this study were analyzed using the paired t-test statistic. Findings – The results of the study using paired t tests showed that the results of bivariateanalysis before and after peer support interventions had a mean difference of 4.2 with an SD of 1.9 while the average difference in the level of adherence before and after the intervention was 4.8 with an SD of 1.3 after being tested for stigma and statistics. Compliance was obtained from the results of the paired tet test p value 0.000 <0.05, so there was a significant relationship between stigma and adherence before and after the intervention. The results of the study using paired t tests showed that the results of bivariate analysis before and after peer support interventions had a mean difference of 4.2 with an SD of 1.9 while the average difference in the level of adherence before and after the intervention was 4.8 with an SD of 1.3 after being tested for stigma and statistics. Compliance was obtained from the results of the paired tet test p value 0.000 <0.05, so there was a significant relationship between stigma and adherence before and after the intervention. Implication –The results of the study show that the role of peer groups in stigma and adherence to PLWHA can prove to reduce negative stigma against PLWHA and increase adherence to taking ARV medication. It is hoped that the results of this study will become a reference for nursing services in an effort to increase adherence thereby reducing the number of HIV to AIDS, reducing opportunistic infections, increasing the number of CD 4 and increasing the quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nur Fadilla
"Tuberkulosis (TB) membutuhkan pengobatan selama 6-9 bulan secara rutin melalui program Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) dengan pengawasan secara langsung dari Pengawas Menelan Obat (PMO). Peneliti ingin melihat adanya hubungan antara peran PMO berdasarkan persepsi pasien dengan tingkat kepatuhan minum obat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 129 responden di RSP Dr. M. Goenawan Partowidigdo dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara persepsi pasien pada peran PMO dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien TB (p < 0,05). Rumah sakit perlu melakukan follow-up secara berkala untuk menjaga kualitas dan kinerja PMO serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien, terutama pentingnya pengobatan hingga tuntas.

Tuberculosis (TB) needs 6-9 months of routine treatment through Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) with direct supervision from drug swallowing supervisor (PMO). The researcher wanted to discover the relationship between PMO’s roles according to patient’s perception with the level of drug adherence. This research used cross-sectional descriptive quantitative design. Purposive sampling technique was chosen to select 129 respondents at Dr. M. Goenawan Partowidigdo Hospital. The result analysis using chi-square yielded a statistically significant relationship between patient’s perception of PMO’s role and the level of drug adherence (p < 0,05). Hospitals need to conduct routine follow-ups to maintain the quality and performance of PMO as well as increase patient’s knowledge and awareness, especially regarding the importance of drug adherence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frangky Ertanto
"Tesis ini menganalisis perilaku patuh pekerja operasional perusahaan transportasi publik di Jakarta. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menjelaskan determinan perilaku patuh pekerja terhadap kebijakan perlindungan kesehatan selama masa pandemi COVID- 19 pada tahun 2020 – 2021. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan dilakukan di Jakarta pada bulan Januari sampai dengan Mei 2022 dengan responden sebanyak seratus pekerja. Data dianalisis menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51% pekerja memiliki perilaku patuh dan 49% pekerja tidak memiliki perilaku patuh terhadap kebijakan perlindungan kesehatan. Analisis Chi Square menemukan determinan perilaku patuh adalah jenis kelamin, umur, jenjang pendidikan terakhir, persepsi risiko, dukungan sosial, ketersediaan dan akses sarana dan prasarana, dan kebijakan perlindungan kesehatan. Analisis regresi logistik ganda menemukan ketersediaan dan akses sarana dan prasarana merupakah faktor paling dominan yang memengaruhi perilaku patuh. Pengembangan strategi komunikasi risiko, penerapan sanksi secara terukur dan nyata, komunikasi secara dua arah antara manajemen dan pekerja, dan pemberlakuan Service Level Agreement merupakan langkah-langkah yang disarankan untuk memastikan kepatuhan para pekerja terhadap kebijakan perlindungan kesehatan.

This thesis analyses the adherence of operational workers in a public transportation operator in Jakarta. This study aims to analyze and explain the determinants of adherence to a health protection policy during the COVID-19 pandemic within 2020 – 2021. Using a cross-sectional design, this study was conducted in Jakarta from January to May 2022 with 100 respondents to participate. The collected data was analyzed by Chi Square and multiple logistic regression analysis. This study found 51% of the workers adheres and 49% of which not adheres to health protection policy at PT X. Chi Square analysis found determinants of adherence are sex, age, education background, risk perception, social support, availability and access to facilities and infrastructure and health protection policy. Meanwhile, multiple logistic regression found availability and access to facilities and infrastructure is the most influencing factor to adherence. Developing risk communication, imposing a measurable and evident saction, conducting two ways communications between management and workers, and creating service level agreement are some suggested measures to ensure and improve the worker’s adherence to health protection policy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>