Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Nilasari
"Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan nyatanya tidak hanya berdampak pada peningkatan jumlah penduduk, akan tetapi juga turut mendorong masyarakat perkotaan mempromosikan gaya hidup tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat menjadi pemicu masyarakat perkotaan banyak mengalami hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif dengan jumlah terbanyak yang menyebabkan gagal ginjal kronis hingga pasien harus menjalani terapi hemodialisis. Manajemen cairan berupa pembatasan cairan merupakan permasalahan yang sering dialami pasien hemodialisis. Pasien sering kali merasa tidak nyaman terhadap pembatasan cairan yang dianjurkan karena menyebabkan mulutnya terasa kering dan menimbulkan rasa haus. Akibat dari rasa haus yang dirasakan, maka pasien mengkonsumsi cairan tanpa batas yang jelas. Ketidakpatuhan manajemen cairan sangat berbahaya, peningkatan berat badan diantara sesi dialisis (IDWG) yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada kualitas hidupnya. Mengulum es merupakan salah satu intervensi untuk mengurangi gejala xerostomia pada pasien gagal ginjal kronis, sehingga membantu pasien dalam membatasi asupan cairan.

The increasing number of people in urban area, in fact not only impact on improving the population, but also encouraging urban resident promote unhealthy lifestyle. Unhealthy lifestyle leads to the community undergo hypertension. Hypertension is degenerative disease with the most number of causing chronic kidney failure to patients should be hemodialsis theraphy. Management of fluid restriction becomes obstacles among these patients. Patients often feel discomfort to limit fluid intake. Sensation of thirst and dry mouth make the patient disobey from fluid restriction. Fluid management leads to increase in weught gain between dialysis (IDWG), thus it effects on bad quality of life. Sucking ice is one of intervention to relieve the symptoms of xerostomia in patients kidney failure chronic underging hemodialisis, then can help patients to limit fluid intake."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Gede Maheswari Suryatmaja
"ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal memfiltrasi toksin dalam tubuh. Kejadian gagal ginjal kronik diperkirakan akan semakin meningkat di dunia. Salah satu faktor penyebab tersering gagal ginjal kronik adalah hipertensi. Hipertensi yang berkepanjangan menurunkan alirah darah ke ginjal sehingga dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Seseorang dengan penurunan laju filtrasi glomerulus membutuhkan terapi hemodialisa sebagai pengganti fungsi ginjal. Pembatasan cairan dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa. Namun pembatasan cairan ini menyebabkan rasa haus yang tidak terkontrol sehingga pasien sulit untuk mengontrol minum. Rasa haus menyebabkan pasien sulit dalam membatasi cairan serta dapat meningkatkan berat badan diantara sesi hemodialisa. Intervensi mengkonsumsi es batu dan mengatur suhu air terbukti mampu mengurangi rasa haus yang dialami pasien. Pasien terbantu dalam membatasi cairan sehingga tidak terjadi komplikasi dan peningkatan volume cairan diantara sesi hemodialisa.

ABSTRACT
Chronic kidney disease is characterized by decreasing of kidney function of filtering toxins in the body. The phenomenon of chronic kidney disease is expected to increase in the world. One of the most common causes of chronic kidney disease is hypertension. Prolonged hypertension lowers blood flow which causes a decrease in glomerular filtration rate. A person with a decreasing in glomerular filtration requires hemodialysis therapy as a substitute of kidney function. Fluid restriction was performed in patients with chronic kidney disease by hemodialysis. However this fluid restriction causes uncontrolled thirst so that the patients is difficult to control drinking. Thirst causes the patients hard to limit the fluids and can increase the body weight between hemodialysis sessions. Intervention in consuming ice cube and setting up water temperature proved to reduce the thirst experienced by patients. Patients are helpful in limiting the fluid so that there are no complications and increased fluid volume between hemodialysis sessions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Diah Paramita
"ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan dengan prevalensi kasus yang terus meningkat. Salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik adalah nefropati diabetik. Mekanisme nefropati diabetik menyebabkan ginjal mengalami penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal tersebut menyebabkan berbagai masalah seperti kelebihan volume cairan yang memiliki berbagai komplikasi seperti edema paru akut dan neuropati perifer. Fokus penanganan masalah yaitu pada pengaturan balans cairan, pengontrolan glukosa darah dan pencegahan neuropati diabetik perifer. Hasil intervensi yang dilakukan selama 6 hari menunjukkan terjadi balans cairan negatif hingga mendekati keseimbangan cairan, ditandai dengan edema hilang dari derajat 3 menjadi 0 dan pertukaran gas di paru adekuat. Pencegahan neuropati diabetik dilakukan dengan latihan senam kaki. Hasilnya terjadi peningkatan pengetahuan mengenai cara pencegahan neuropati diabetik perifer. Oleh karena itu, intervensi pengaturan balans cairan, pengontrolan glukosa darah dan pencegahan neuropati diabetik perifer sangat penting dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik akibat nefropati diabetik.

ABSTRACT
Chronic kidney disease is one of the urban health problems which prevalence is growing progressively. Diabetic nephropathy is the common cause of chronic kidney disease. The mechanism of diabetic nephropathy leads to decreased kidney functions and abilities that shown in decreased Gromerolus Filtration Rate GFR . Fluid overload and other complications such as acute lung oedema and peripheral diabetic neuropathy may occur afterall. The main interventions to overcome this problem are regulating fluid balance, controlling blood glucose and preventing peripheral diabetic neuropathy. After conducting nursing care within 6 days, patient showed good fluid balance with absence of edema decreased of edema scale from grade 3 to grade 0 and adequate gasses exchange in the lung. Foot exercise was also done as prevention of peripheral diabetic neuropathy. There was an increased patient rsquo s and family rsquo s knowledge about how to prevent peripheral diabetic neuropathy. Therefore all the nursing interventions mentioned above are highly recommended to be applied in nursing care to patient with chronic kidney disease due to diabetic nephropathy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziatun Nikmah
"Gagal ginjal kronik merupakan penyakit terminal yang progresif dan ireversibel. Fungsi ginjal meliputi regulasi cairan, detoksifikasi serta produksi hormon. Pasien dengan GGK harus menjalani hemodialisis rutin sebagai terapi penggantian ginjal sementara. Pasien yang sedang menjalani hemodialisis seringkali mengalami masalah overload cairan, dimana harus melakukan pembatasan cairan untuk menghindari kelebihan cairan. Masalah overload cairan dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya bahkan dapat berujung dengan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan program pembatasan cairan yang efektif dan efisien melalui upaya pemantauan intake output cairan untuk mencegah komplikasi. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan metode pemantauan intake output cairan pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart. Pemantauan tersebut terbukti efektif untuk menangani overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload cairan pada klien.

Chronic Kidney Disease is a progressive and irreversible terminal disease. Kidney function includes fluid management, detoxification and hormone production. Patients with Chronic Kidney Disease should replace hemodialysis as a temporary kidney replacement therapy. Patients who are trying to solve the problem of excess fluid, which must do fluids to avoid excess fluid. The problem of excess fluid can cause health problems. Therefore, an effective and efficient fluid program is needed to overcome the problem, which is issued through an fluid intake output monitoring. This scientific study was a case study method with the aim of evaluating the intake method for patients with CKD by using a fluid intake output chart. This monitoring has proven to be effective in dealing with excess fluid in the client, evidenced by the reduction in manifestations of excess fluid in the client."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rulli Wulandari
"Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) ialah menurunnya fungsi jaringan ginjal yang ireversibel dan progresif. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kebijakan pembatasan cairan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis dapat mempengaruhi kebutuhan asupan cairan pasien dan tirah baring lama dapat meningkatkan risiko terjadinya konstipasi pada pasien CKD. Kurangnya asupan cairan dalam tubuh dan kurangnya aktivitas fisik akibat fatigue dapat mengakibatkan konstipasi. Salah satu intervensi mandiri berbasis bukti dalam mengatasi konstipasi yakni dengan pijat abdomen. Pijat abdomen dapat secara efektif merangsang gerak peristaltik usus dan meningkatkan frekuensi buang air besar serta mengurangi kesulitan buang air besar.

Chronic Kidney Disease (CKD) is an irreversible and progressive decline in kidney tissue function. The inability of the body to maintain metabolism and fluid-electrolyte balance leads to uremia or retention of urea and other nitrogenous wastes in the blood. Fluid restriction policies in patients with chronic renal failure disease may affect the patient's fluid intake needs and prolonged bed rest may increase the risk of constipation in CKD patients. Lack of fluid intake in the body and lack of physical activity due to fatigue can lead to constipation. One of the evidence-based self-interventions in overcoming constipation is abdominal massage. Abdominal massage can effectively stimulate intestinal peristalsis and increase the frequency of bowel movements and reduce the difficulty of defecation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hadi Suwarno
"Penderita penyakit ginjal kronis stadium lanjut akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Mual dan muntah merupakan gejala yang paling umum dan ditemukan pada penyakit gagal ginjal. Penyebab mual sangat beragam seperti gangguan metabolisme, masalah gastrointestinal, dan efek dari obat-obatan tertentu. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronis yang mengalami mual. Akupresur merupakan salah satu bagian dari terapi non farmakologi yang berbasis bukti dan telah digunakan untuk mengurangi mual. Area penekanan pada terapi akupresur ini adalah titik P6 (Pericardium 6). Terapi ini diberikan selama 7 hari perawatan dan dievaluasi secara subyektif dengan menggunakan Numerik Rating Scale (NRS) setelah pemberian intervensi. Dari hasil intervensi akupresur pada pasien didapatkan adanya penurunan rasa mual dari skala 5 menjadi skala 3. Kesimpulannya, penerapan akupresur direkomendasikan untuk mengurangi mual pada pasien CKD.

Patients with advanced stage chronic kidney disease will experience some disturbing symptoms and affect their quality of life. Nausea and vomiting are the most common symptoms and are found in chronic kidney disease. The causes of nausea are as varied as metabolic disorders, gastrointestinal problems, and the effects of certain medications. The purpose of this paper is to analyze interventions in providing nursing care to chronic kidney disease patients who experience nausea. Acupressure is a part of evidence-based non-pharmacological therapy and has been used to reduce nausea. The area of emphasis in this acupressure therapy is point P6 (Pericardium 6). This therapy was given for 7 days of treatment and evaluated subjectively using the Numeric Rating Scale (NRS) after the intervention. The results of the acupressure intervention in patients showed a decrease in nausea from a scale of 5 to a scale of 3. In conclusion, the application of acupressure is recommended to reduce nausea in CKD patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Apitri
"Penurunan laju filtrasi glomerulus merupakan satu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan dan membutuhkan terapi hemodialisa sebagai pengganti fungsi ginjal. Pembatasan cairan perlu dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa. Pembatasan cairan ini menyebabkan rasa haus yang tidak terkontrol sehingga pasien sulit untuk mengontrol pemasukan cairan. Rasa haus menyebabkan pasien sulit dalam membatasi cairan serta dapat meningkatkan kelebihan volume cairan diantara sesi hemodialisa salah satu intervensi untuk mengtasi rasa haus pada pasien GGK adalah dengan berkumur penyegar mulut rasa mint. Oleh karena itu tujuan dari studi kasus ini adalah untuk melihat kefektifan Intervensi berkumur dengan penyegar mulut rasa mint adalah untuk mengatasi rasa haus dalam rangka menjga keseimbangan cairan tubuh pada pasien gagal ginjal kronik. Metodologi studi kasus yang dilakukan selama 7 hari perawatan 2-7 kali sehari hasil intervensi tersebut didapatkan bahwa intervensi ini terbukti mampu mengurangi rasa haus yang dialami pasien yang di tunjukkan dengan kepatuhan dalam rstriksi cairan dan balance cairan yang selalu minus pada evaluasi selama intervensi. Pasien merasa terbantu dalam mengatasi rasa haus dalam manajemen pembatasi cairan sehingga tidak terjadi komplikasi dan peningkatan volume cairan diantara sesi hemodialisa sehingga intervensi ini dapat menjadi salah satu rekomendasi bagi perawat untuk melakukan intervensi mandiri dalam mengatasi kelebihan volume cairan pada pasien gagal ginjal kronik.

The decrease of glomerular filtration rate is a condition where kidney function has decreased in chronic renal failure patient requires hemodialysis therapy to replace renal function. Fluid restriction which implemented in chronic renal failure patients with hemodialysis could lead to uncontrolled feeling of thirst. During hemodialysis session, the thirst in patient could enhance excess fluid volume because difficult to manage the water intake. One of the interventions to treat thirst in patients with chronic renal failure is by gargling with mint freshen. The purpose of this case study is to look at the effectiveness of the gargling intervention with mint flavored freshener to overcome thirst in order to maintain body fluid balance in patient with chronic renal failure. The methodology of the case study performed in 2-7 times a day as a result of the intervention found that this intervention proved to be able to reduce the thirst with shown the thirst has decreased among hemodialysis session. The evaluation result in adherence of controlling and balancing fluid after the intervention always showed minus score. The result of this case study is expected to be useful for the development of nursing science in the future about managing the thirst to prevent the complication of increasing fluid volume through gargling with mint freshener especially in patient with chronic renal failure among hemodialysis session. This intervention is expected to be one of recommendations for independent nursing intervention to overcome excess fluid volume in patients with chronic renal failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"Pembatasan cairan merupakan masalah yang belum optimal dilakukan oleh pasien penyakit ginjal kronik. Rasa haus sering muncul pada pasien yang harus melakukan pembatasan cairan. Studi kasus ini mendeskripsikan proses berkumur dengan mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus akibat pembatasan cairan. Hasil yang didapatkan setelah penggunaan mouthwash mint pada pasien bahwa skala haus pasien berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik penting dilakukan sebagai manajemen rasa haus. Karya ilmiah ini merekomendasikan perawat untuk mengajarkan takaran yang tepat dalam penggunaan mouthwash mint non alcohol kepada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus.

Fluid restriction is a problem that has not been optimally performed by patients with chronic kidney disease. Thirst distress usually appears in patient with fluid restriction. This case study describes the process of gargling with mint mouthwash in chronic kidney disease patients to reduce thirst due to fluid restriction. The evaluation of using mint mouthwash in patients showed that the patient's thirst scale reduced from 5 to 3. The results of this study showed that mint mouthwash in patients with chronic kidney disease is important as thirst management. This paper recommend nurses to educate chronic kidney disease patients for using right dose in the use of non alcoholic mint mouthwash to reduce thirst.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Amalia Mutiara Dewi
"Hipertensi intradialitik merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan prevalensi kejadian sebesar 38%, kejadian hipertensi intradialitik yang tidak diatasi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi intradialitik pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 57 orang. Analisis data menggunakan Chi-square dan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara transfusi darah saat hemodialiasis (p= 0,001), interdialytic weight gain (IDWG) (p= 0,002), laju ultrafiltrasi (UFR) (p= 0,037) dan pemberian erythropoetin stimulating agents (ESA) (p= 0,048). Hasil analis multivariat regresi logistik berdasar nilai Odd Ratio menunjukkan IDWG ≥ 3% dan transfusi darah saat hemodialisis merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi intradialitik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan intervensi keperawatan terkait pembatasan cairan pada pasien hemodialisis sebagai salah satu upaya pencegahan kejadian hipertensi intradialitik.

Intradialytic hypertension is the most common complication in patients undergoing hemodialysis with a prevalence of 38%, untreated intradialytic hypertension can increase patient morbidity and mortality. This study aims to analyze the factors associated with the incidence of intradialytic hypertension in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy. The design of this research is analytic cross sectional with a sample size of 57 people. Data analysis using Chi-square and Logistic Regression. The results showed that there was a relationship between blood transfusion during hemodialysis (p= 0.001), interdialytic weight gain (IDWG) (p= 0.002), ultrafiltration rate (UFR) (p= 0.037) and the administration of erythropoetin stimulating agents (ESA) (p= 0.048). ). The results of multivariate logistic regression analysis based on Odd Ratio values ​​showed IDWG 3% and blood transfusion during hemodialysis was the most associated factor with the incidence of intradialytic hypertension in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy. Based on the results of this study, it is necessary to carry out nursing interventions related to fluid restriction in hemodialysis patients as an effort to prevent the incidence of intradialytic hypertension."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Melawati
"ABSTRAK
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit gagal ginjal kronik, terjadi penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversible. Hipertensi dan diabetes mellitus adalah faktor resiko utama penyebab CKD. Pada klien CKD terjadi ketidakmampuan ginjal untuk memfiltrasi cairan tubuh dan penumpukan zat sisa hasil metabolisme yang dapat berpengaruh terhadap metabolik tubuh. Berbagai komplikasi dapat terjadi pada klien dengan CKD, seperti overload cairan menjadi masalah utama yang terjadi. Sehingga klien membutuhkan terapi pengganti ginjal, salah satunya berupa Hemodialisis (HD) dan kontrol faktor resiko sangat penting dilakukan oleh perawat dalam asuhan keperawatan. Untuk itu, penting penatalaksanaan pembatasan cairan, kontrol faktor resiko yaitu kontrol tekanan darah, kontrol glikemik dan edukasi guna pencegahan komplikasi dan overload cairan. Hasil analisa menunjukan terdapat penurunan overload cairan, kadar ureum dan kreatinin setelah dilakukan Hemodialisis, intervensi kontrol teknanan darah, kontrol glikemik dan edukasi diharapkan mampu mengurangi komplikasi.

ABSTRACT
Chronic Kidney Dieseas (CKD) is a chronic kidney failure disease, there is a progressive and such decrease in renal function. Hypertension and Diabetes Mellitus are the major risk factors for CKD. In CKD client there is inability of the kidney to filter body fluid and accumulation of residual substance of metabolism which can affect to metabolic body. Various complications can occur in clients with CKD, such as fluid overload being the main problem that occurs. So the client needs renal replacement therapy, one of which is Hemodialysis (HD) and risk factor control is very important done by nurses in nursing care. Therefore, it is important to manage fluid restrictions, control of risk factors such as blood pressure control, glycemic control and education for the prevention of complications and fluid overload. The results showed that there was a decrease in fluid overload, urea and creatinine levels before and after Hemodialysis, blood pressure control, glycemic control and intervention education were expected to reduce complications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>