Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurshahira Ibrahim
"According to recent literature that relates to organizational leadership, transformational leadership consists of three
important elements: idealized influence, individual consideration, and intellectual stimulation. Extant studies in this area
highlighted that the ability of the leaders in implementing these transformational processes (to execute organizational
functions) may have a significant impact on individual outcome especially organizational commitment. Although this
relationship has been studied, the mediating role of psychological empowerment has taken a less prominent part in
organizational leadership model. The purpose of this paper is to examine the influence of psychological empowerment
in the relationship between transformational leadership and organizational commitment. A survey method was
employed to gather data from employees who worked at a foreign manufacturing company in free trade zone, Malaysia.
Results of SmartPLS path model analysis confirm that psychological empowerment does act as an important mediating
variable in the relationship between transformational leadership and organizational commitment in the studied
organizations. In the succeeding sections, discussion, implications and conclusion are elaborated.
Berdasarkan kajian yang sudah ada yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam berorganisasi, kepemimpinan
transformasional terdiri dari tiga unsur yang penting: pengaruh ideal, pertimbangan individual dan stimulasi intelektual.
Penelitian yang sudah ada fokus dalam kemampuan para pemimpin untuk benar-benar menerapkan proses transformasional
dalam melaksanakan fungsi-fungsi organisasi yang mungkin memiliki dampak yang signifikan pada aspek psikologis
individu terutama dalam komitmen berorganisasi. Meskipun hubungan ini telah dipelajari, peran mediasi pemberdayaan
psikologis kurang ditekankan dalam model kepemimpinan berorganisasi. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji
pengaruh pemberdayaan psikologis dalam hubungan antara kepemimpinan transformational dan komitmen berorganisasi.
Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data dari karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan manufaktur
asing di zona perdagangan bebas, Malaysia. Hasil analisis model jalur SmartPLS mengkonfirmasi bahwa pemberdayaan
psikologis bertindak sebagai variabel mediasi penting dalam hubungan antara kepemimpinan transformasional dan
komitmen organisasi dalam organisasi yang dikaji. Selanjutnya, diskusi, implikasi dan kesimpulan akan turut dijelaskan."
Universiti Kebangsaan Malaysia. Institut Islam Hadhari ; Universiti Kebangsaan Malaysia. Faculty of Economic & Management, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurshahira Ibrahim
"Berdasarkan kajian yang sudah ada yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam berorganisasi, kepemimpinan transformasional terdiri dari tiga unsur yang penting: pengaruh ideal, pertimbangan individual dan stimulasi intelektual. Penelitian yang sudah ada fokus dalam kemampuan para pemimpin untuk benar-benar menerapkan proses transformasional dalam melaksanakan fungsi-fungsi organisasi yang mungkin memiliki dampak yang signifikan pada aspek psikologis individu terutama dalam komitmen berorganisasi. Meskipun hubungan ini telah dipelajari, peran mediasi pemberdayaan psikologis kurang ditekankan dalam model kepemimpinan berorganisasi. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji pengaruh pemberdayaan psikologis dalam hubungan antara kepemimpinan transformational dan komitmen berorganisasi. Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data dari karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan manufaktur asing di zona perdagangan bebas, Malaysia. Hasil analisis model jalur SmartPLS mengkonfirmasi bahwa pemberdayaan psikologis bertindak sebagai variabel mediasi penting dalam hubungan antara kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi dalam organisasi yang dikaji. Selanjutnya, diskusi, implikasi dan kesimpulan akan turut dijelaskan.

According to recent literature that relates to organizational leadership, transformational leadership consists of three important elements: idealized influence, individual consideration, and intellectual stimulation. Extant studies in this area highlighted that the ability of the leaders in implementing these transformational processes (to execute organizational functions) may have a significant impact on individual outcome especially organizational commitment. Although this relationship has been studied, the mediating role of psychological empowerment has taken a less prominent part in organizational leadership model. The purpose of this paper is to examine the influence of psychological empowerment in the relationship between transformational leadership and organizational commitment. A survey method was employed to gather data from employees who worked at a foreign manufacturing company in free trade zone, Malaysia. Results of SmartPLS path model analysis confirm that psychological empowerment does act as an important mediating variable in the relationship between transformational leadership and organizational commitment in the studied organizations. In the succeeding sections, discussion, implications and conclusion are elaborated."
Universiti Kebangsaan Malaysia. Faculty of Economic & Management, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wustari Larasati Mangundjaya
"Perubahan sudah menjadi salah satu keharusan bagi organisasi untuk dapat bertahan dan berkembang. Meskipun demikian masih banyak terdapat kegagalan dan rintangan dalam menerapkan perubahan organisasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perubahan organsiasi adalah faktor manusia, antara lain karena adanya penolakan dari anggota organisasi dan kurangnya komitmen untuk perubahan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model mengenai pengaruh positif dari kepemimpinan perubahan terhadap komitmen afektif untuk perubahan melalui kepercayaan pada organisasi dan rasa berdaya psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi/penjaminan dengan jumlah responden sebanyak 539 orang. Pengambilan data dilakukan melalui empat kuesioner, yaitu: (a) komitmen perubahan afektif, berdasarkan Herscovitch dan Meyer, (2002) (b) kepemimpinan perubahan, berdasarkan Liu (2010) (c) kepercayaan pada organisasi berdasarkan Cummings dan Bromiley (1996), dan (d) rasa berdaya psikologis berdasarkan Spreitzer (1995,2007). Untuk menganalisis data digunakan SEM sebagai alat pengujian model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan perubahan memiliki pengaruh positif terhadap komitmen afektif untuk perubahan melalui kepercayaan pada organisasi dan rasa berdaya psikologis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua dimensi kepemimpinan perubahan, yaitu perilaku menjual-perubahan dan perilaku mengimplementasi-perubahan keduanya berperan sebagai indikator kepemimpinan perubahan. Untuk itu, dalam memimpin perubahan perlu adanya dua kegiatan, yaitu sosialisasi dan implementasi perubahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu tentang perubahan organisasi, serta bagi praktisi dan organisasi dalam mengelola perubahan organisasi, khususnya dalam membangun komitmen afektif untuk perubahan

In order to survive and exist, organizational change is a must. However, there are many organizational changes that were not successful, which one of the reasons is due to the lack of organizational change commitment from employees. The objective of this research is to test the model about the positive impact of change leadership on affective commitment to change through psychological empowerment and organizational trust. This research was conducted at 2 (two) financial state-owned company with 539 respondents. Data was collected using 4 questionnaires, namely: 1) Affective Commitment to Change based on Herscovith and Meyer (2002); 2) Change Leadership, based on Liu (2010); 3) Organizational Trust based on Cummings and Bromiley (1996). A statistical technique namely Statistical Equation Method (SEM) was used to analyse the data. Results showed that change leadership had positive impact on affective commitment to change, through psychological empowerment and organizational trust. Results also showed that both dimensions of change leadership, namely change-selling behavior and change-implementing behavior had the same role as change leadership indicators. As a result, in leading organizational change there are two activities should be undertaken, namely socialization and implementation the organizational change. Implications and contribution of this research can be used both for theory development as well as practical purposes for organization, on the way they manage the organizational changes, especially on the development of affective commitment to change"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Christian Baharaja
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh Psychological Empowerment dan Organizational Trust terhadap Commitment To Change di PT. Hutama Karya. Penelitian ini melakukan studi pengaruh Psychological Empowerment menurut Gretchen M. Sprettzer, Organizational Trust menurut Gilbert dan Tang dan Commitment To Change menurut Herscovitch dan Meyer. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi yang menjadi sampel penelitian ini adalah karyawan kantor pusat PT. Hutama Karya yang dipilih secara random dengan teknik sampel menggunakan snowball sampling dengan jumlah sampel 127 responden. Setelah dilakukan penelitian maka hasil dari penelitian ini adalah affective commitment change di pengaruhi oleh psychological empowerment. Selain itu hasil dari penelitian ini adalah continuance commitment change dan normative commitment change dipengaruhi oleh organizational trust.

This research discusses the influence of psychological empowerment according to Gretchen M. Sprettzer and organizational trust according to Gilbert and Tang for commitment to change by Herscovitch and Meyer at PT Hutama Karya (Persero). The study was conducted using a quantitative approach by distributing questionnaires. The population of this study are employees of the headquarters of PT Hutama Karya (Persero) randomly using convenience sampling technique with a sample of 127 respondents. After doing research, the results of this research are affective commitment to change is influenced by psychological empowerment. Beside that, the results of this research are continuance commitment to change and normative commitment to change is influenced by organizational trust.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazhira Mutiara Recsamia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja dan kepemimpinan transformasional terhadap peningkatan komitmen organisasi serta menganalisis peran kepuasan kerja sebagai mediator dalam hubungan tersebut pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  structural equation modeling (SEM). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif melalui kuesioner digital untuk mengumpulkan data primer. Penelitian ini diikuti oleh 269 responden yang merupakan pegawai Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Responden yang terlibat ditentukan dengan metode non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi. Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel pada penelitian ini sebanyak 46 item, yang terdiri dari 13 item beban kerja, 18 item kepemimpinan transformasional, 4 item kepuasan kerja, dan 13 item komitmen organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, kepemimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terbukti mampu memediasi secara parsial pengaruh beban kerja dan kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi. Penelitian ini berkontribusi secara praktis dengan memberikan umpan balik dan saran kepada organisasi terkait faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi guna peningkatan  komitmen organisasi pegawainya.

This study aims to analyze the effect of job demands and transformational leadership on increasing organizational commitment and to analyze the role of job satisfaction as a mediator in this relationship at the Directorate General of Fiscal Balance. The data processing method used in this study is the structural equation model (SEM). The approach used in this study is a quantitative approach through digital questionnaires to collect primary data. This research was attended by 269 respondents who were employees of the Directorate General of Fiscal Balance. The respondents involved were decided by the non-probability sampling method, namely a sampling technique that does not provide equal opportunities or opportunities for each element or member of the population. The indicators used to measure variables in this study were 46 items, consisting of 13 job demands items, 18 transformational leadership items, 4 job satisfaction items, and 13 organizational commitment items. The results showed that job demands had a negative and significant effect on organizational commitment, transformational leadership had a significant positive effect on organizational commitment, and job satisfaction was proven to be able to mediate partially the effect of job demands and transformational leadership on organizational commitment. This research contributes practically by providing feedback and suggestions to organizations regarding the factors that influence organizational commitment in order to increase the organizational commitment of its employees.

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astriani Dwi Aryaningtyas
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 114 orang karyawan yang sedang menjalani program pengembangan karyawan di bank dengan rentang usia 21-26 tahun. Penelitian ini menggunakan alat ukur kepemimpinan transformasional Multifactorial Leadership Questionnaire (MLQ) yang dikembangkan oleh Bass dan Avolio (1994) dan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Sari (2012) yang disesuaikan dengan kondisi karyawan bank. Alat ukur kesejahteraan psikologis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu The Ryff’s Scales of Psychological Well-being (SPWB) yang dikembangkan oleh Ryff (1995) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Larasati (2012). Dari hasil penelitian didapatkan nilai pengaruh sebesar 0,232 dengan signifikansi 0,013 pada level of significant (LoS) 0,05 yang berarti kepemimpinan transformasional secara signifikan positif memengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank. Nilai yang positif dapat disimpulkan bahwa pola hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kesejahteraan psikologis adalah searah. Semakin tinggi kepemimpinan transformasional, semakin tinggi kesejahteraan psikologis, begitu pula sebaliknya. Variasi perubahan kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional. Masing-masing dimensi dari kepemimpinan transformasional tidak signifikan memengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalani program pengembangan karyawan di bank.

This research was conducted to find the effect of transformational leadership to psychological well-being of employee with officer development program at bank. The participants in this research are 114 employees who are participating in officer development program (ODP) in 21-26 years old range. This research used Multifactorial Leadership Questionnaire (MLQ) for transformational leadership which is developed by Bass and Avolio (1994) and has been adapted into Bahasa Indonesia by Sari (2012) which has been adjusted with bank employee condition and The Ryff’s Scale of Psychological Well-being (SPWB) by Ryff (1995) that has been adapted into Bahasa by Larasati (2012). Results from this study indicate transformational leadership will inflluence psychological well-being with a correlation coefficient 0, 232 and the significance of 0.013 (p <0.05). That is, the higher transformational leadership, the higher employee psychological well-being. The change varians of psychological well-being influenced by transformational leadership. Each dimensions of transformational leadership couldn’t significantly influenced to psychological well-being of employee with ODP at bank."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tessa Anugrah Putri
"

Dewasa ini, industri kreatif memiliki potensi yang besar guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Sugiarto, 2018). Meski memiliki pengaruh yang besar terhadap Negara, namun nyatanya karyawan yang bekerja di bidang tersebut memiliki pendapatan yang relatif rendah. Bekerja sesuai passion diketahui merupakan hal yang membuat karyawan menikmati pekerjaannya di bidang industri kreatif. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk meneliti peran basic psychological needs terhadap hubungan antara perceived autonomy support dan harmonious passion. Penelitian ini melibatkan karyawan penuh waktu yang bekerja di bidang industri kreatif (N = 133). Alat ukur yang digunakan adalah Work Climate Questionnaire, Passion Scale, dan Basic Psychological Needs at Work Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung antara perceived autonomy support terhadap harmonious passion melalui basic psychological needs (r = 0,28 , p < 0,01) dan masih terdapat efek langsung antara perceived autonomy support terhadap harmonious passion melalui basic psychological needs (r = 0,55, p < 0,01). Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa basic psychological needs dapat secara parsial memediasi hubungan antara perceived autonomy support dan harmonious passion.


Nowadays, creative industy has a big potention for supporting the growth of economy in Indonesia (Sugiarto, 2018). Although it considers having big impact to the country, employee in creative industrial in fact have a relative low income. Passion is known as one of a factor that can make employee enjoy to their work. This correlational research is aim to investigate the role of basic psychological needs toward the relationship between perceived autonomy support and harmonious passion at work. This research involves full-time employees that work in creative industry (N = 133). The instruments which had used were Work Climate Questionnaire, Passion Scale, and Basic Psychological Needs at Work Scale. The results show that there is an indirect effect between perceived autonomy support toward harmonious passion through basic psychological needs (r = 0,28 , p < 0,01) and also direct effect between perceived autonomy support toward harmonious passion through basic psychological needs (r = 0,55, p < 0,01). Finally, it can be concluded that basic psychological needs could be partially mediate the relationship between perceived autonomy support and harmonious passion. 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Puteri Ismarini
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah efek pengamat (audience effect) mempengaruhi kinerja tugas visual pada individu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan dua kelompok independen. Partisipan dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa dari The University of Queensland (UQ) yang dibagi rata ke dalam dua grup berbeda secara acak. Partisipan dalam kelompok pertama mengerjakan tugas visual, yaitu Spot the Difference Task di bawah pengamatan evaluatif dari eksperimenter sedangkan partisipan dalam kelompok kedua mengerjakan tugas yang sama tanpa pengamatan evaluatif dari eksperimenter. Keberadaan pengamatan evaluatif di kelompok pertama diprediksi menurunkan kinerja partisipan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal kinerja antara dua kelompok partisipan.
Dengan demikian, efek pengamat pada kinerja tugas visual tidak dapat ditunjukkan dalam penelitian ini. Selain itu juga tidak ada perbedaan perasaan dievaluasi antara kedua kelompok, yang menunjukkan bahwa pengamatan evaluatif di salah satu kelompok tidak cukup untuk menghasilkan penurunan kinerja seperti yang diperkirakan berdasarkan teori evaluation apprehension dan penelitian-penelitian yang lalu.

The present study attempted to examine whether or not audience effect had an effect on individuals visual task performances. This study was an independent-groups experiment. Participants were 30 UQ students randomly assigned into two different groups. They were asked to do a Spot the Difference Task under the presence of evaluative observers in one group, and without the presence of evaluative observers in the other. The present study found no group difference in task performance; suggesting no audience or evaluation apprehension effect on task performance could be shown in this study. It also appears that there was no difference in the feeling of perceived evaluation between participants in two groups suggesting that the evaluative observation in one group did not elicit enough audience effect to deteriorate task performance as predicted based on evaluation apprehension theory and past findings."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Indrasari
"Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara Transformational
Leadership terhadap Organizational Citizenship Behavior dengan mengeksplorasi
potensi mediasi Psychological Empowerment dan Affective Commitment. Studi ini
memberikan pemahaman mengenai pemimpin publik sektor dalam menciptakan sikap
atau perilaku pegawai yang mendukung aktivitas organisasi Organizational Citizenship Behavior. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif antara transformational leadership dengan psychological empowerment dan affective commitment sebagai mediasi terhadap organizational citizenship behavior.

The focus of this research is to examine the relationship between Transformational Leadership to Organizational Citizenship Behavior by exploring the potential mediation of Psychological Empowerment and Affective Commitment. This study provides an understanding of public sector leaders in creating employee attitudes or behaviors that
support organizational activities Organizational Citizenship Behavior. The results
show a positive relationship between transformational leadership with psychological
empowerment and affective commitment as mediation towards organizational
citizenship behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fef Rama Jaya Wijaya
"PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2016 dan masih tergolong ke dalam perusahaan start-up. Sebagai perusahaan start-up masalah yang paling menonjol di PT. ABC adalah permasalahan sumberdaya manusia. Dari hasil wawancara dan FGD yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa orang karyawan, permasalahan yang muncul adalah rendahnya komitmen afektif pada organisasi yang dimiliki oleh karyawan. Disamping itu juga terlihat rendahnya tingkat pemberdayaan psikologis karyawan dan tingginya tingkat job insecurity. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada para karyawan toko/outlet. Sebanyak 25 orang responden mengisi kuesioner yang disebarkan.  Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi menggunakan Pearson Product Moment. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pemberdayaan psikologis adalah Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ), Job Insecurity Questionnaire (JIQ) untuk variabel job insecurity, dan Affective Commitment Scale (ACS) untuk variabel komitmen afektif pada organisasi. Intervensi yang akan dilakukan adalah coaching. Responden intervensi coaching sebanyak 1 orang yakni kepala toko/outlet yang akan dilanjutkan dengan sosialisasi kepada 25 orang yakni seluruh karyawan toko/outlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif namun tidak signifikan antara variabel pemberdayaan psikologis dan komitmen afektif pada organisasi, serta adanya korelasi negatif namun tidak signifikan antara variabel job insecurity dan komitmen afektif pada organisasi. Hasil dari pemberian kedua intervensi terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan komitmen afektif pada organisasi, serta penurunan job insecurity pada karyawan.

PT. ABC was founded in 2016 and is still classified as a start-up company. As a start-up company the most prominent problem at PT. ABC is a problem of human resources. From the results of interviews and FGD conducted by researchers to several employees, the problem that arises is the low affective commitment to the organization. Besides that, it also shows the low level of psychological empowerment of employees and the high level of job security. Data retrieval of this research is done by distributing questionnaires to the store / outlet employees. A total of 25 respondents filled in the questionnaire distributed. The analysis technique used is the correlation technique using Pearson Product Moment. The measuring instrument used for psychological empowerment variables is Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ), Job Insecurity Questionnaire (JIQ) for job insecurity variables, and Affective Commitment Scale (ACS) for affective commitment variables in organizations. The intervention that will be carried out is coaching. Respondents for coaching interventions were 1 person, namely the store/outlet head, which would be continued with socialization to 25 people, namely all store/outlet employees. The results showed that there was a negative but not significant correlation between psychological empowerment variables and affective commitment to the organization, as well as a negative but not significant correlation between job insecurity variables and affective commitment to the organization. The results of giving both interventions proved to have a significant influence on increasing affective commitment to the organization, as well as decreasing employee job insecurity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>