Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Haris Budiman
"ASPIRA merupakan merek yang dikeluarkan oleh PT. Astra Komponen Indonesia, dan mencakup berbagai jenis suku cadang sepeda motor seperti: kampas rem, shock breaker, hingga oli. Merek ASPIRA sebelum bulan Februari tahun 2001, merupakan satu-satunya merek yang dicap sebagai komponen asli untuk sepeda motor merek Honda. Namun sejak bulan Februari 2001, menyusul dengan perubahan kepemilikan saham di PT. Astra Honda Motor, yang Sebelumnya saham mayoritas dimiliki oleh PT. Astra lnternasional dan sisanya dimiliki Honda Jepang, selanjutnya menjadi 50% milik :PT. Astra Internasional dan 50% milik Honda Jepang. maka pihak PT. Astra Honda Motor mulai mengeluarkan produk komponen sepeda motor merek Honda dengan menggunakan merek Honda Genuine Part.
Sehingga di pasar yang dulunya hanya mengenal merek ASPIRA sebagai satu-satunya merek onderdil asli untuk sepeda motor Honda, kini dikenal pula merek Honda Genuine Part. Hal ini tentu saja mempenganihi persepsi konsumen dalam memilih onderdil asli untuk sepeda motor Honda-nya.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Mendeskripsikan tingkat kekuatan merek ASPIRA di benak konsumen, (2) Mendeskripsikan persepsi konsumen produk suku cadang sepeda motor terhadap nilai dari produk-produk merek ASPIRA, (3) Menguji seberapa besar dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel pengetahuan konsumen terhadap merek tersebut dan ( 4) Memberikan rekomendasi untuk strategi pemasaran bagi merek ASPIRA dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap merek ASPIRA berdasar pengetahuan tentang hubungan-hubungan antara variabel tersebut.
Obyek yang diteliti meliputi hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel-variabel pengetahuan merek konsumen (brand knowledge). Penelitian ini terutama untuk lima jenis suk.ll cadang sepeda motor yang memiliki angka penjualan tinggi untuk merek ASPIRA yaitu kampas rem, piston, gear depan/belakang, kabel, dan ring set. Model yang digunakan adalah model ekuitas merek berbasis konsumen (Customer-based brand equity). Model ini dikemukakan oleh Kevin Lane Keller dalam buk.'Unya betjudul "Strategic Brand Management" yang diterbitkan tahun 1998. Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (I) Statistik deskriptif sederhana. (2) Uji Chi-Square dan (3) Uji Korelasi kanonik.
Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek (unsur-unsur merek, stimulus pemasaran dan leverage dari perusahaan) dan kelompok variabel pengetahuan terhadap merek (brand knowledge) meliputi tingkat kekuatan dan persepsi terhadap merek.
Dari hasil penelitian, tingkat kekuatan (brand recall) merek ASPIRA relatif kuat. Hal ini dapat dilihat dari jurnlah responden yang menyebutkan merek ASPIRA di urutan pertama (top of mind) lebih besar dibanding yang menyebut di urutan ke-2 atau ke-3. Kekuatan ini juga dapat dilihat relatif besar jika dibanding merek lain, merek ASPIRA menempati urutan pertama sebagai top of mind yaitu mencapai 38 orang, sedang di urutan kedua (13 orang) adalah Astra dan ututan ketiga (10 orang) yaitu Honda Genuine Part. Merek ASPIRA juga relatif dikenal luas oleh pengguna sepeda motor dari berbagai merek sepeda motor.
Image merek ASPIRA relatif baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, secara keseluruhan, 85% responden memberikan penilaian positif (setuju hingga sangat setuju) terhadap persepsi niiai (perceived value) dari produk merek ASPIRA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janova Evi Lavita
"Skripsi ini menganalisis unsur-unsur yang mempengaruhi ekuitas merek berbasis konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi unsur ekuitas merek berbasis konsumen pada Telkomsel operator jaringan seluler di Jakarta. Elemen faktor yang diteliti adalah Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Kepercayaan terhadap Merek, dan Loyalitas terhadap Merek.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability sampling, wilayah penelitian di Jakarta. Teknik dari pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, data yang diperoleh dari 110 responden, diolah dengan menggunakan SPPS 17,0 menggunakan metode Pearson Corellation, Cochran, Uji Asumsi Klasik, dan Regresi Berganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kesadaran Merek, Loyalitas terhadap Merek dan Kercayaan terhadap Merek memilik dampak yang positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel, sedangkan Asosiasi Merek dan Persepsi Kualitas tidak mempengaruhi secara positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel.

This essay analyzes the elements that affect the consumer-based brand equity. The purpose of this study was to analyze the factors that affect the elements of consumer-based brand equity on the mobile network operator Telkomsel in Jakarta. Factor elements that researched are Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Trust, and Brand Loyalty.
This research uses research methods descriptive with technique sampling using method Non-probability sampling, territory research in Jakarta. Technique of data collection is done through the deployment questionnaires, the data obtained from the 110 respondents, processed with using the SPPS 17.0 using method Pearson Correlation, Cochran, Test Assumptions Classical, and Multiple Regression.
From the results of this study concluded that Brand Awareness, Brand Loyalty and Brand Trust in a positive effect on Consumer-Based Brand Equity on Telkomsel, while the Brand Association and Perceived Quality does not affect positively the Consumer-Based Brand Equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makarim Hirdzi
"Penelitian ini menguji pengaruh ekuitas merek berbasis pelanggan seperti loyalitas merek, kesadaran merek, persepsi kualitas dan citra merek terhadap sikap merek dan niat beli konsumen terhadap hotel mewah di Jakarta. Penelitian ini mengumpulkan 213 responden yang tinggal di sekitar wilayah JABODETABEK untuk mengisi kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loyalitas merek, persepsi kualitas tidak berpengaruh positif terhadap sikap merek konsumen. Di sisi lain, kesadaran merek dan citra merek secara positif mempengaruhi sikap merek terhadap hotel mewah. Selain itu, seluruh dimensi model CBBE tidak berpengaruh positif terhadap niat beli konsumen terhadap hotel mewah di Jakarta. Dalam penelitian ini, sikap merek juga tidak memediasi pengaruh antara dimensi-dimensi CBBE dan niat pembelian konsumen sedangkan kinerja merek sebagai moderasi mempengaruhi hubungan antara sikap merek dan niat pembelian konsumen. Penelitian ini menerapkan teori CBBE di hotel-hotel mewah di Jakarta untuk mengetahui perbedaan reaksi konsumen di negara berkembang seperti Indonesia dengan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung dari masing-masing dimensi CBBE terhadap sikap merek dan niat membeli.

This research examines the effect of customer based brand equity such as brand loyalty, brand awareness, perceived quality and brand image toward brand attitude and consumer purchase intention toward luxury hotels in Jakarta. This study collected 213 respondents who live around the JABODETABEK to fill the questionnaire. The research shows that brand loyalty and perceived quality do not have positive effect on consumer brand attitude. On the other hand, brand awareness and brand image positively influence the brand attitude toward luxury hotels. In addition, the whole dimensions of CBBE model do not positively affect the consumer 39 s purchase intention toward luxury hotels in Jakarta. In this research, brand attitude does not mediate the effect of the CBBE dimensions and consumer purchase intention while brand performance as moderation affects the relationship between brand attitude and consumer purchase intention. This research applied the CBBE theory in luxury hotels in Jakarta to know the different reaction of the consumers in the developing country such as Indonesia by analyzing the direct and indirect effect of each CBBE dimension on brand attitude and purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Anggia
"Tight competition on the motorcycle industry has shown by the distribution of numerous motorcycle brands in Indonesia. The variety of brand names in nowadays market puzzles the customers. In order to survive and get the biggest share, motorcycle producers have to develop new products that are unique and differ from their competitors. Honda motorcycle has been leading the market Indonesia for more than 30 years. However, PT Astra Honda Motor, as the sole agent and distributor of Honda motorcycle, should take heed since its main competitor Yamaha has grown in the market significantly. The objective of this research, which focuses on customer-based of brand equity, is to illustrate the strength of Honda?s brand equity comparing with other competitors specifically Yamaha and Suzuki. Brand equity is said to be high if the customers recognize the brand and they have strong associations, advantageous, and recognize the uniqueness or superiority of the brand. Customer-based brand awareness roots on brand awareness and brand image. This research is using quantitative descriptive approaches. There are two types of research designs that have been conducted, i.e. exploratory research and conclusive research. Exploratory research has main intention to acknowledge, discover and understand the idea and problems, particularly to picture how customers associate the big three motorcycle brands with a number of associations, product related or non-product related. Conclusive research is used to help writer for choosing, evaluating and selecting the best steps to manage problems. Literature studies used for analysis research output concentrate on customer-based brand equity illustrated by Keller, with the basis of brand awareness and brand image in place of brand associations, both productrelated and non-product related. Research on top mind awareness describes that Honda?s cub type motorcycle has been the brand with the top of mind awareness. In the research of brand associations, Honda has the strongest product association, i.e. fuel saver, strong and durable engine, tough in any road conditions, advance and innovative technology, comparative price and quality, high resale value, spare parts are available in many outlet, affordable service or maintenance cost, broad service networks, sympathetic and helpful customer service, and high availability of leasing. Besides, from the perspective of non-product association, Honda has strongly associated with well-known brand mark, film or opera soap actors and actresses are fit to be the advertising model, familiar, pleasant, humble, charismatic and extrovert. Honda has positive associations on its customers. Though, Yamaha has achieved much more non-product associations. Therefore, PT Astra Honda Motor has to be more innovative on its product and technology, strong engine but still efficient, to generate Honda?s competitive advantage, more aggressive on promotion activities, both in media activities and marketing events, maintain good relationship with Honda motorcycle clubs and bloggers which have important roles in spreading information and positive image of Honda. Honda should also be more intelligent in selecting its endorser. The endorser should be well known among the wide society and has good influence towards products.

Tingginya persaingan dalam industri sepeda motor saat ini ditandai dengan bermunculannya berbagai merek sepeda motor di Indonesia. Banyaknya merek yang ada di pasar saat ini tentu saja dapat membingungkan konsumen. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan merek, para produsen sepeda motor harus membangun merek yang unik dan berbeda dari merek lainnya. Meskipun merek Honda adalah merek yang selama puluhan tahun telah mendominasi pasar sepeda motor di Indonesia, namun PT Astra Honda Motor selaku pemilik merek Honda harus berhati-hati karena merek Yamaha sebagai pesaing utama Honda terus mengalami peningkatan pangsa pasar yang cukup signifikan. Tujuan dilakukannya penelitian terhadap ekuitas merek berbasis konsumen pada sepeda motor merek Honda terhadap Yamaha dan Suzuki ini adalah untuk melihat kekuatan ekuitas merek Honda tersebut. Ekuitas merek dikatakan tinggi apabila konsumen menyadari keberadaan merek dan konsumen memiliki asosiasi yang kuat, menguntungkan, dan menyadari keunikan atau keunggulan merek tersebut. Ekuitas merek berbasis konsumen bersumber pada brand awareness dan brand image. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Ada dua jenis desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu (i) Desain riset exploratory research, yang bertujuan untuk mengetahui, menggali, memahami ide dan masalah, terutama untuk mengetahui bagaimana konsumen mengasosiasikan ketiga merek sepeda motor yang menjadi objek penelitian, dengan berbagai asosiasi, baik produk (product-related association) maupun non produk (non product-related associations); (ii) Desain riset conclusive research, yang bertujuan membantu penulis untuk menentukan, mengevaluasi dan memilih tindakan yang terbaik untuk mengatasi permasalahan. Telaah pustaka yang digunakan sebagai panduan untuk menganalisis hasil penelitian berfokus pada ekuitas merek berbasis konsumen yang dijelaskan oleh Keller, yang bersumber pada kesadaran merek dan citra merek yang melihat asosiasi merek, baik yang berhubungan dengan produk, maupun yang tidak berhubungan dengan produk. Hasil penelitian terhadap top of mind awareness menunjukkan bahwa merek yang menjadi top of mind awareness untuk sepeda motor jenis CUB adalah merek Honda. Sedangkan hasil penelitian secara keseluruhan pada asosiasi yang berhubungan dengan produk menunjukkan bahwa merek Honda paling kuat asosiasinya dengan berbagai asosiasi produk, seperti irit bahan bakar, mesin kuat dan tahan lama, tangguh di segala medan, teknologi mutakhir dan inovatif, harga sebanding dengan kualitas sepeda motornya, nilai jual kembali yang tinggi, suku cadang asli mudah didapat, biaya perawatan yang terjangkau, tempat servis banyak dan ada dimana-mana, pelayanan customer service yang ramah dan sangat membantu, serta pembelian secara kredit mudah dilakukan. Sementara itu dari segi asosiasi non-produk, merek Honda paling kuat diasosiasikan dengan logo merek yang mudah dikenali, tokoh artis sinetron/film paling cocok menjadi bintang iklan, sangat mudah dikenali dari penampilannya, berwibawa, ramah, rendah hati, karismatik dan ekstrovert (terbuka). Meskipun merek Honda memiliki asosiasi yang positif di dalam benak konsumen, namun merek Yamaha memperoleh asosiasi non-produk yang jenis lebih banyak dari Honda. Oleh karena itu, PT Astra Honda Motor hendaknya lebih inovatif dalam menghasilkan produk dengan teknologi yang lebih inovatif, yaitu mesin yang kencang namun tetap irit bahan bakar sehingga dapat menambah keunggulan daya saing Honda, lebih agresif dalam menjalankan aktivitas promosinya, baik melalui media, maupun event-event marketing, dan menjalin hubungan baik dengan klubklub sepeda motor Honda dan para blogger yang memiliki peran penting dalam penyebaran informasi dan citra positif merek Honda serta lebih bijaksana dalam memilih endorser yang telah dikenal baik di kalangan masyarakat luas dan memberi pengaruh positif pada produk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26605
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Hredaya
"[Penelitian ini merupakan replikasi model penelitian yang dilakukan oleh Boo (2009)
tentang aplikasi ekuitas merek pelanggan terhadap tenpat atau tujuan pariwisata,
dalam penelitian ini, Bali dan Lombok dijadikan tujuan pariwisata yang akan diteliti.
Penelitian ini termasuk kategori penelitian kuantitatif dengan deskriptif, cross
sectional studies. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat dua cara untuk
meningkatkan loyalitas pengunjung dalam bentuk keinginan untuk kembali
berkunjung dan mengatakan hal yang positif terhadap destinasi yang bersangkutan.
Pertama dengan meningkatkan kualitas dalam segi performa dimana itu akan
meningkatkan loyalitas pengunjung. Kedua dengan meningkatkan imej merek
pariwisata dengan memperkaya atau membuat imej yang lebih bervariasi yang
menampilkan berbagai fitur dari destinasi dengan tujuan membuat lebih banyak
pengunjung merasa ada kecocokan antara imej diri sendiri dan imej destinasi dimana
hal tersebut akan menghasilkan loyalitas dari lebih banyak pengunjung.;This research replicate the model proposed by Boo (2009) which is about applying
customer based brand equity towards a destination or places, in this research the
destination used are Bali and Lombok as destination brand. This research is
categorized as quantitative research with descriptive, cross-sectional studies. The
result of this research found that there are two ways to improve destination brand
loyalty or increasing the intention to re-visit or having a positive word of mouth. First
is by increasing the quality in terms of performance which will increase consumer?s
loyalty. Second is by improving destination brand image by enrich or creating more
image variation regarding the destination feature in order to suit more consumer?s
self-image which will results in loyalty from more consumers.;This research replicate the model proposed by Boo (2009) which is about applying
customer based brand equity towards a destination or places, in this research the
destination used are Bali and Lombok as destination brand. This research is
categorized as quantitative research with descriptive, cross-sectional studies. The
result of this research found that there are two ways to improve destination brand
loyalty or increasing the intention to re-visit or having a positive word of mouth. First
is by increasing the quality in terms of performance which will increase consumer?s
loyalty. Second is by improving destination brand image by enrich or creating more
image variation regarding the destination feature in order to suit more consumer?s
self-image which will results in loyalty from more consumers.;This research replicate the model proposed by Boo (2009) which is about applying
customer based brand equity towards a destination or places, in this research the
destination used are Bali and Lombok as destination brand. This research is
categorized as quantitative research with descriptive, cross-sectional studies. The
result of this research found that there are two ways to improve destination brand
loyalty or increasing the intention to re-visit or having a positive word of mouth. First
is by increasing the quality in terms of performance which will increase consumer?s
loyalty. Second is by improving destination brand image by enrich or creating more
image variation regarding the destination feature in order to suit more consumer?s
self-image which will results in loyalty from more consumers., This research replicate the model proposed by Boo (2009) which is about applying
customer based brand equity towards a destination or places, in this research the
destination used are Bali and Lombok as destination brand. This research is
categorized as quantitative research with descriptive, cross-sectional studies. The
result of this research found that there are two ways to improve destination brand
loyalty or increasing the intention to re-visit or having a positive word of mouth. First
is by increasing the quality in terms of performance which will increase consumer’s
loyalty. Second is by improving destination brand image by enrich or creating more
image variation regarding the destination feature in order to suit more consumer’s
self-image which will results in loyalty from more consumers.]"
2015
S59322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatullah
"Perkembangan suatu tren gaga hidup baru dalam pasar Indonesia dapat dicermati dari bermunculannya produk-produk yang diklaim produsennya dapat membantu menjaga kesehatan konsumen. Menjamurnya tempat-tempat kebugaran, spa, dan produk-produk elektronik seperti pendingin udara yang dapat membunuh bakteri dan mengeluarkan vitamin C menandakan konsumen Indonesia mulai memperhatikan prodk-produk yang menawarkan value kesehatan.
Demam health-conscious ini juga tidak mau dilewatkan dengan begitu raja oleh pemain-pemain di industri part moving consumer goods. Bermunculannya banyak merek minuman isotonik seakan-akan tidak mau membiarkan sang pioneer Pocari Sweat menikmati tren ini sendirian. Mayora sengaja memilih timing seperti ini untuk pada tahun 2006 membuka divisi baru, divisi beverage, dan mengeluarkan Vitazone pada bulan Naret sebagai produk pertama dari divisi tersebut. Walaupun Vitazone hadir dengan kemasan botol yang sama dengan kemasan head on competitor Mizone, Mayora mencoba untuk tidak secara head-to-head menantang merek-merek yang sudah ada terlebih dulu. Mayora mencoba membuka kategori baru lewat Vitazone dalam industri minuman ringan, kategori Air Minum Bertivitamin (Vitamin Water).
Pemasaran dewasa ini mulai berusaha untuk mensinergikan pesan-pesan yang ingin disampaikan ke konsumen melalui berbagai media/saluran komunikasi yang berbeda yang bertujuan untuk memaksimalkan impact atas segmen yang dituju. 1MC memberikan alternatif bagaimana pemasar menggabungkan secara optimal berbagai alat dalam bauran promosi dan komunikasi pemasaran sebuah merek sehingga tercipta sinergi yang mempunyai nilai lebih tinggi dalam memberi impact yang lebih kepada konsumen sehingga dapat mementuk image yang diinginkan. Dania pemasaran sudah menerima kenyataan bahwa komunikasi yang efektif sangat signifikan dalam membentuk brand awareness dan brand image yang membangun dan menguat brand equity suatu merek, dimana terjadi peningkatan kepekaan terhadap merek, timbul asosiatif positif terhadap merek, meningkatkan loyalitas konsumen, dan persepsi terhadap kualitas yang baik. Brand equity telah menjadi satu sumber yang berharga dalam membentuk keunggulan bersaing bagi banyak perusahaan.
Sebagai pemain termuda dalam kategori minuman isotonik, Vitazone meluncurkan serangkaian program komunikasi above the line dan below the line yang cukup gencar. Atas dasar pemahaman di atas, penulis tertarik untuk memilih Vitazone menjadi obyek penelitian dibatasi pada penilaian brand equity- Vitazone dari hasil komunikasi pemsarannya berdasarkan konsep Cusrotner-Based Brand Equity yang melihat elemen-elemen dari brand equity (brand envareness. brand loyalty, perceived quality, hi-and association) dari merek Vitazone. Selain iru juga penulis meneliti atribut-atribut apa saja yang dipersepsikan konsumen panting terdapat dalam minuman isotonik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode riset, yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif yang menggunakan sumber data primer mela1ui metode sample survey dengan instrumen utama berupa kuisioner dengan skala Likert dimana variable-variabel dalam diambil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Riset eksploratori dilakukan melakui studi pastaka. Focus group discussion dengan beberapa konsumen yang berasai dari Large pasar Vitazone, dan wawancara dengan pihak perusahaan dalam hal ini PT. Mayora Indah, Tbk.
Dari hasil analisa riset pemasaran yang dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13.0 diperoleh beberapa temuan panting. Bahwa dari lima hipotesis yang diungkapkan hanya tiga hipotesis yang terbukti, yaitu Hipotesis 0 bahwa image Vitazone sebagai 'Vitamin Water' kurang kuat terbentuk sebagai hasil dari komunikasi pemasaran Vitazone; Hipotesis Od bahwa Harga premium Vitazone dipersepsikan tidak sebanding dengan kualitas dan value yang ditawarkan; Hipotesis Ot bahwa unique selling proposition Vitazone tidak membangun loyalitas merek. Kemudian atribut-atribut minuman isotonik terpenting menurut persepsi konsumen dari basil penelitian adalah mengganti ion tubuh, bebas bahan pengawet, dan ada informasi produk.
Saran-saran yang diberikan penulis dalam karya akhir ini ditujukan untuk pihak produsen Vitazone, dalam hal ini Mayora. Agar mendapatkan gambaran yang image Vitazone dari kacamata target konsumennya serta menjadi masukan untuk implementasi strategi komunikasi pemasaran di masa yang akan datang.
Penelitian ini memiliki kelemahan terbatasnya jumlah responden serta metode sampling yang bersifat non probability. Untuk mendapatkan basil yang lebih maksimal perlu dilakukan riset sejenis dengan metode pemilihan sampling secara acak atau yang bersifat probabititas dan dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilman Fachrian Fadli
"Nilai sebuah brand equity dari sebuah produk rokok sangat penting peranannya. Integrated marketing communication (IMC) adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam membangun brand equity sebuah merek. Sehingga peranan suatu program IMC sangat krusial untuk industry rokok mild/lights yang saat ini sangat banyak pemainnya untuk membedakan suatu brand dengan yang lainnya melalui brand equity. Perlu adanya upaya dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan brand equity yang tepat agar tidak terjebak di dalam kumpulan merek yang generik dan seiring dengan waktu menjadi merek yang terlupakan.

The value of brand equity of tobacco products holds a very important role. Integrated marketing communications (IMC) is one of the strategy that can be done in building the brand equity of a brand. The role of IMC program is very crucial for mild/lights cigarette industry especially with the amount of players playing in the category. When the players have a lot to differentiate over one brand to another, there needs to develop the right brand equity in order not to get stuck in the generic brand and be forgotten over time."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28119
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Dahananto Ariyadi
"Tren menggunakan platform streaming daring saat ini muncul secara terus menerus secara bersamaan. Vidio.com adalah salah satu bisnis media digital yang menyediakan layanan secara langsung atau streaming secara daring dan memiliki salah satu basis pengguna resmi terbesar di Indonesia. Untuk mengembangkan loyalitas menggunakan perusahaan sebagai platform streaming maka ada variable yang dapat mempengaruhi variable tersebut seperti kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa variable seperti persepsi kualitas, nilai yang dirasakan, identifikasi merek, kepercayaan, dan keselarasan gaya hidup. Dalam penelitian ini, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran persepsi kualitas (PQ), nilai yang dirasakan (PV), identifikasi merek (BI), kepercayaan (TR), keselarasan gaya hidup (LC), dan kepuasan pelanggan (CS) terhadap loyalitas merek (BL) untuk Vidio.com. Untuk penelitian ini, data empiris dikumpulkan melalui instrument survey tertulis dari responden yang menggunakan Vidio.com sebagai platform mereka.Hipotesis ini dianalisa dengan model persamaan structural menggunakan estimasi kemungkinan maksimum. Hasil temuan menunjukan bahwa PQ dan BI tidak berpengaruh signifikan terhadap CS sedangkan PV, TR, dan LC berpengaruh secara signifikan terhadap CS dan juga dari CS terhadap BL. Dari penelitian ini, peneliti menghimbau para praktisi untuk meningkatkan nilai yang dirasakan, kepercayaan, dan keselarasan gaya hidup untuk meningkatkan tingkat kepuasan dari pelanggan.

The trend of using an online streaming platform currently emerged in a constant way simultaneously. Vidio.com is a digital media business that provides live/online streaming services and has one of the biggest official user bases in Indonesia. To develop the loyalty for using the company as a streaming platform then there are variables that can affect the loyalty such as the customer satisfaction. The customer satisfaction itself can be affected by some of the varaibles such as perceived quality, perceived value, brand identification, trust, and lifestyle congruence. In this research, the aim of the study is to investigate the role of perceived quality (PQ), perceived value (PV), brand identification (BI), trust (TR), lifestyle congruence (LC), and customer satisfaction (CS) on brand loyalty (BL) towards Vidio.com. For this purpose, the empirical data were collected through an online survey to those who are using Vidio.com as their streaming platform. The hypotheses were analyzed with the structural equation modelling using the maximum-likelihood estimation. The findings revealed that PQ and BI did not have a significant impact to CS while there are significant effects of PV, TR, and LC on CS and also of CS on BL. From this research, the researcher suggest that the practitioners should increase the perceived value, trust, and lifestyle congruence in order to enhance the customer satisfaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Chrismanaria
"Tingkal kompetisi dalam industri selular kian hari kian meningkat. Pertumbuhan industri selular yang sedemikian tinggi dipacu antara lain oleh tingkat mobilitas masyarakat, harga ponsel yang semakin terjangkau, dan tarif kartu perdana dari operator selular yang murah. Saat ini, operator berlomba mempertahankan dan menambah pelanggannya dengan promosi yang memicu permasalahan baru yaitu menurunnya margin. Alternalif solusinya adalah dengan membangun ekuitas merek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program pemasaran yaitu price deals. intensitas iklan dan intensitas distriibusi terhadap ekuites merek dan dimensi-dimensinya dengan menggunakan analisis regresi. Penelitian membuktikan pula bahwa program pemasaran memberikan pengaruh positif terhadap dimensi-dimensi ekuitas merek yang selanjutnya memberikan efek positif terhadap ekuitas merek. Elemen price deals yang diduga berpengaruh negatif terhadap persepsi kualitas dan brand awareness tcmyata justru berpengaruh positif. Intensitas iklan berpengaruh paling dominan diikuti intensitas dislribusi dan price deals. Oleh sebab itu disarankan kepada operator selular untuk berhati-hati dalam memberikan price deals, terutama dengan adanya potensi turunnya tingkal revenue dan profit perusahaan. Proporsi iklan untuk mengkomunikaslkan keunggulan kompetitif, positioning dan image merek perlu ditingkatkan. Hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai mitra saluran distribusi seperti outlet ritel operaror dan bank, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Day by day competition level of cellular industry is growing. This growth was accelerated by the mobility of the people, low handset price. and low subscription fee. Nowadays operators are competing in maintain and adding customers by using promotions which gives operators a new problem that is the decrease of profit margin. An alternative solution to this situation is brand equity.
This research objectives was to analyze the effects of marketing activities (consist of : price deals, advertising intensity dan distribution intensity) upon brand equity and its dimensionality by using regression analysis. The research proves that marketing activities correlates positively to dimensionality of brand equity and brand equity itself as well. Although price deals was Hypothezed to correlate negatively to perceived quality and brand awareness, it turns out that the research proves it correlates positively. Advertising intensity has the biggest effects to brand equity, followed by distribution intensity and price deals. Operator should implement price deals carefully, especially by the possibility of revenue and profit decrease. Proportion of advertising to communicate competitive advantage, positioning, and brand image must be elevated. Good relationships and cooperations with channel partners such as banking and outlets must be kept and increased all the time.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Chrismanaria
"Tingkat kompetisi dalam industri selular kian hari kian meningkat. Pertumbuhan industri sclular yang sedemikian tinggi dipacu antara lain oleh tingkat mobilitas masyarakat, harga ponsel yang scmakin terjangkau, dan tarif kartu perdana dari operator sclular yang mural'. Saat ini, operator berlomba mempertahankan dan menambah pelanggannya dengan promosi yang memicu permasalahan baru yaitu menurunnya margin. Alternatif solusinya adalah dengan membangun ekuitas merek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program pemasaran yaitu price deals, intensitas iklan dan intensitas distribusi terhadap ekuitas merek dan dimensidimensinya. dengan menggunakan analisis regresi.
Penelitian membuktikan pula bahwa program pemasaran memberikan pengaruh positif terhadap dimensi-dimensi ekuitas merek yang selanjutnya memberikan efek positif terhadap ekuitas merek. Elemen price deals yang diduga berpengaruh negatif terhadap persepsi kualitas dan brand awareness ternyata justru berpengaruh positif. Intensitas iklan berpengaruh paling dominan diikuti intensitas distribusi dan price deals.
Oleh sebab itu disarankan kepada operator selular untuk berhati-hati dalam memberikan price deals, terutama dengan adanya potensi turunnya tingkat revenue dan profit perusahaan. Proporsi iklan untuk mengkomunikasikan keunggulan kompetitif, positioning dan image merek perlu ditingkatkan. Hubungan baik dan kerjasama dengan berbaggai mitra saluran distribusi seperti outlet ritel operator dan bank, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Day by day competition level of cellular industry is growing. This growth was accelerated by the mobility of the people, low handset price and low subscription fee. Nowadays operators are competing in maintain and adding customers by using promotions which gives operators a new problem that is the decrease of profit margin. An alternative solution to this situation is brand equity.
This research objectives was to analyze the effects of marketing activities (consist of: price deals, advertising intensity and distribution intensity) upon brand equity and its dimensionality by using regression analysis.
The research proves that marketing activities correlates positively to dimensionality of brand equity and brand equity itself as well. Although price deals were hypotheses to correlate negatively to perceived quality and brand awareness, it turns out that the research proves it correlates positively. Advertising intensity has the biggest effects to brand equity, followed by distribution intensity and price deals.
Operator should implement price deals carefully, especially by the possibility of revenue and profit decrease. Proportion of advertising to communicate competitive advantage, positioning, and brand image must be elevated. Good relationships and cooperation with channel partners such as banking and outlets must be kept and increased all the time.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>