Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170545 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winda Chiquita Astana
"Fenomena mengenai kehamilan yang tidak diinginkan KTD menjadi sebuah isu yang dihadapi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa studi telah menemukan bahwa KTD berdampak negatif terhadap gejala depresi perempuan yang mengalaminya. Ditemukan juga bahwa rasa syukur dapat menjadi faktor protektif terjadinya gejala depresi karena dapat meningkatkan harga dirinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah harga diri berperan sebagai mediator hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada perempuan yang pernah mengalami KTD. Penelitian ini bersifat korelasional yang dilakukan pada 88 perempuan berusia 17 tahun keatas yang mengalami KTD selama lima tahun terakhir.
Pada penelitian ini, gejala depresi diukur menggunakan Beck Depression Inventory BDI Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, 1961 , rasa syukur diukur dengan The Gratitude Questionnaire-Six Item Form GQ-6 McCullough, Emmons, Tsang, 2002 dan harga diri menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale RSES Rosenberg, 1965 .
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara rasa syukur dan gejala depresi B = -1,09, p 0,05 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasa syukur berfungsi sebagai faktor protektif terjadinya gejala depresi melalui peningkatan harga diri, khususnya pada perempuan yang pernah mengalami KTD.

Unintended pregnancy has become a global phenomenon, and Indonesia is no exception. Previous research studies found that unintended pregnancy affects depressive symptoms among women who experience it. It has also been suggested that gratitude acts as a protective factor against depression because gratitude increases self esteem.
The purpose of this research is to study the role of self esteem in mediating the relationship between gratitude and depressive symptoms among women with unintended pregnancy. This is correlational study involved 88 Indonesian women who have experienced unintended pregnancy in the past five years.
In this research, depressive symptoms measured by Beck Depression Inventory BDI Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, 1961, gratitude measured with The Gratitude Questionnaire Six Item Form GQ 6 McCullough, Emmons, Tsang, 2002 dan self esteem measured with Rosenberg Self Esteem Scale RSES Rosenberg, 1965.
Results of the statistical analysis showed that there's a significant relationship between gratitude and depressive symptoms B 1,09, p 0,05 . These results show the role of gratitude as a protective factor in reducing depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy through self esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Adiputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi dukungan sosial berperan sebagai mediator dalam hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan KTD. Hal ini mengingat masih minimnya penelitian terkait kondisi psikologis perempuan yang mengalami KTD di Indonesia. Selain itu, penelitian terkait mekanisme hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi juga masih sangat terbatas. Penelitian berdesain korelasional ini dilakukan pada 89 perempuan Indonesia usia 17 tahun ke atas yang pernah mengalami KTD dalam lima tahun terakhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beck Depression Inventory BDI, The Gratitude Questionnaire-Six Item Form GQ-6, and Multidimensional Scale Of Perceived Social Support MSPSS. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa: a terdapat hubungan yang signifikan antara rasa syukur dan gejala depresi ? = -1,04, p

This study aims to find out whether perceived social support has a mediating role in the relationship between gratitude and depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy. This came from the fact that theres a lack of research studies investigating the psychological conditions of women with unintended pregnancy. Furthermore, researches about the relationship mechanism between gratitude and depressive symptoms are also limited. This current correlational research involved 89 Indonesian women who are older than 17 years old and have experienced unintended pregnancy in the past five years. Research instruments are Beck Depression Inventory BDI, The Gratitude Questionnaire Six Item Form GQ 6, and Multidimensional Scale Of Perceived Social Support MSPSS. Result of the mediation analysis shows that a there rsquo s a significant relationship between gratitude and depressive symptoms 1,04."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neira Ardaneshwari
"Kehamilan Tidak Diinginkan KTD merupakan suatu kejadian hidup yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya gejala depresi pada perempuan. Literatur sebelumnya menunjukkan bahwa rasa syukur dapat menjadi faktor protektif yang menurunkan gejala depresi, sebab rasa syukur meningkatkan kemampuan individu melakukan coping adaptif dan menurunkan kecenderungan individu melakukan coping maladaptif. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah coping adaptif dan maladaptif secara signifikan memediasi hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada populasi perempuan yang pernah mengalami KTD. Studi korelasional dengan analisis mediasi menggunakan model parallel multiple mediation dilakukan N = 88. Instrumen penelitian adalah Gratitude Questionnaire-6, Brief COPE, dan Beck Depression Inventory. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan dari coping adaptif a1b1 = -0,33.

Unintended pregnancy is considered a life event that can increase the probability of depressive symptoms among women. Previous literature suggested that gratitude can be a protective factor that alleviates depressive symptoms, because gratitude increases adaptive coping and decreases maladaptive coping. This research study aims to test whether adaptive and maladaptive coping significantly mediate the relationship between gratitude and depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy. This correlational study conducted mediation analysis with the parallel multiple mediation model. Participants N 88 filled out questionnaires, namely Gratitude Questionnaire 6, Brief COPE, and Beck Depression Inventory. Mediation analysis revealed that there is significant indirect effect from adaptive coping a1b1 0,33."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmalia
"Adanya pandemi Covid-19 menjadi stresor terhadap individu yang berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap pengalaman gejala depresi. Hubungan romantis merupakan salah satu sumber daya dalam mengurangi depresi karena dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Meskipun begitu, persepsi dukungan sosial adalah fenomena yang kompleks dan dapat ditentukan oleh faktor individu, seperti attachment. Pola attachment seseorang akan mewarnai ekspektasi dan preferensinya terhadap dukungan sosial yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model perceived social support sebagai mediator pada hubungan antara pola attachment dengan gejala depresi, pada dewasa muda di Indonesia yang sedang menjalani hubungan romantis. Sebanyak 279 partisipan mengisi instrumen Experiences in Close Relationships-Revised untuk mengukur tingkat attachment anxiety dan attachment avoidance, instrumen Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk mengukur tingkat persepsi dukungan sosial, dan instrumen Center for Epidemiologic Studies-Depression untuk mengukur gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pola attachment (melalui tingkat attachment anxiety dan tingkat attachment avoidance) terhadap gejala depresi dimediasi secara parsial oleh tingkat perceived social support individu. Perbedaan jenis kelamin dan status hubungan yang sedang dijalani (status hubungan romantis pranikah atau hubungan pernikahan) juga ditemukan signifikan menjadi kovariat dalam kedua model mediasi.

The existence of the Covid-19 pandemic is a stressor for individuals that has the potential to increase susceptibility to experiencing depressive symptoms. Based on the literature review, romantic relationships can be a resource in dealing with depression through a stable social support network in the relationship, primarily if the social support is conceptualized as perceived social support. However, perceived social support is a complex phenomenon and can be determined by individual factors such as attachment styles since attachment style will affect individual expectations and preferences for social support. This study examines perceived social support as a mediator of attachment style and depressive symptoms among young adults in Indonesia in a romantic relationship. A total of 279 participants completed the Experiences in Close Relationships-Revised to measure the level of attachment anxiety and attachment avoidance, Multidimensional Scale of Perceived Social Support to measure the perceived social support, and Center for Epidemiologic Studies-Depression to measure reports of depressive symptoms. The results showed that the effect of the attachment style (through the level of attachment anxiety and the level of attachment avoidance) on depressive symptoms was partially mediated by perceived social support. Differences in gender and the type of relationship (premarital and marital relationship) were also significant covariates in both mediation models."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pandan Enggarwati
"Penderita diabetes tipe 2 berisiko mengalami depresi yang secara negatif memengaruhi penurunan aktivitas perawatan diri. Bukti terbaru menunjukkan dukungan sosial bermanfaat dalam menurunkan risiko depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek mediasi dukungan sosial antara hubungan gejala depresi terhadap aktivitas perawatan diri penderita diabetes tipe 2 melalui pendekatan cross sectional pada 94 responden. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan komplikasi penyakit diabetes tipe2 signifikan memengaruhi aktivitas perawatan diri (p=0,000; R2=0,515). Hasil analisis jalur dan tes sobel menunjukkan bahwa dukungan sosial memediasi efek secara signifikan pada hubungan gejala depresi terhadap aktivitas perawatan diri (z=-0,162 > ttabel 1.96; pengaruh langsung -0,499; pengaruh tidak langsung= -0,0789; total efek=40,3%). Skrining gejala depresi dan intervensi yang melibatkan dukungan sosial perlu dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 yang dicurigai mengalami penurunan aktivitas perawatan diri.
People with type 2 diabetes are at risk of experiencing depression which which affects in self-care activities. Recent evidence shows that social support is beneficial in reducing the risk of depression and positively affect the increase in self-care activities. This study aims to determine the mediating effect of social support on the relationship between depressive symptoms and self-care activities of people with type 2 diabetes through a cross sectional approach on 94 respondents. The results of multiple linear regression analysis showed that complications of type 2 diabetes significantly affects activities related to depression treatment (p = 0,000; R2 = 0.515). The results of path analysis and the sobel test show that social support significantly mediates the effect of relationship between depressive symptoms and self-care activities (z = -0,162> table 1.96; direct effect -0,499; indirect effect = -0,0789; total effect = 40, 3%). Screening for depressive symptoms and interventions which involves social support are strongly suggested for patients with type 2 diabetes who are suspected of showing decline in self-care activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Anggi Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self control sebagai mediator hubungan antara self esteem dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa. Cybersex merupakan fenomena yang banyak dijumpai belakangan ini khususnya pada mahasiswa. Cybersex merupakan penggunaan internet untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan seksual. Salah satu variabel yang menjadi prediktor terhadap adiksi cybersex adalah self esteem. Mahasiswa yang memiliki self esteem yang rendah akan membuat dirinya terus menerus melakukan kegiatan cybersex. Hal ini menandakan self-control yang rendah pada mahasiswa tersebut. Peneliti menduga bahwa self control menjadi mediator hubungan antara self esteem dan kecenderungan adiksi cybersex. Penelitian kali ini adalah penelitian kuantitatif. Terdapat 245 mahasiswa dengan rentang usia 18 – 23 tahun yang didapatkan melalui teknik accidental. Peneliti menggunakan alat ukur ISST (Internet sex screening Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), dan BSCS (Brief Self Control Scale) untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self control memediasi secara signifikan hubungan antara self esteem dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa. Peran dari self control dalam penelitian ini adalah mediasi penuh, artinya self esteem tidak berhubungan dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa tanpa melalui variabel self control.

The aim of the study is to examine self control as a mediator between self esteem and symptoms of cybersex addiction among college students. Cybersex becomes more likely to be found among college students recently. Cybersex describes as any activities using internet that related with sexual content. Self esteem has been seen as one of the predictor toward cybersex addiction. Low self esteem among college students will increase the possibility of their cybersex related behavior.  This also means that the self control among college students are low. This study assumes that self control have a role as mediator between the self esteem and symptoms of cybersex addiction. This study is a quantitative reseach. With accidental sampling method,  there are 245 college students with the range of age between 18 – 23 years old. Instruments used in this study are ISST (Internet sex screening Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), and BSCS (Brief Self Control Scale) for collecting datas. This study shows that self control has a role to mediate the relation between self esteem and symptoms of cybersex addiction among college students.The role of self control in this study known as full mediation, it means that self esteem will not be correlated directly with symptoms of cybersex addiction among college student without self control as a mediator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Nur Shabrina
"Dampak trait neurotisisme yang tinggi adalah depresi. Semakin tinggi tingkat neurotisisme seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami depresi. Hubungan ini juga ditemui pada populasi mahasiswa. Kecenderungan depresi pada mahasiswa dapat disebabkan oleh gangguan tidur atau insomnia Taylor dkk., 2005; Baglioni dkk., 2010; Riemann dkk., 2010 . Hal ini karena mahasiswa memiliki sumber kecemasan yang khas terkait kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Pada sisi lain insomnia dapat disebabkan oleh trait neurotisisme. Orang neurotik memiliki kecenderungan ruminasi. Ruminasi ini menyebabkan insomnia terutama bila pada malam hari dan mengganggu waktu tidur Carney dkk., 2010 . Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran insomnia sebagai mediator dalam hubungan antara trait neurotisisme dan kecenderungan depresi pada mahasiswa Indonesia. Melalui analisis mediasi ditemukan bahwa insomnia memediasi secara parsial hubungan antara trait neurotisisme dan kecenderungan depresi F 2,447 = 124,694, adjusted R2= 0,355, p

One effect of neuroticism is depression. The higher the neuroticism, the more likely that a person becomes depressed. This relationship is also applicable in college student population. Depression tendency in college students can be influenced by insomnia Taylor et al., 2005 Baglioni et al., 2010 Riemann et al., 2010 . This is so due to the students 39 obligations. On the other hand, insomnia is influenced by neuroticism. Neurotic people tend to ruminate, and nightly rumination can lead to the onset of insomnia. Carney et al., 2010 . This study aimed to examine the role of insomnia as mediator between neuroticism and depression in college students. Depression in this study refered to depressive tendency. Using mediation analysis, it was found that insomnia partially mediated the relationship between neuroticism and depressive tendency F 2,447 124,694, adjusted R2 0,355."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa
"Salah satu tugas perkembangan individu dewasa awal adalah membina relasi intim dengan lawan jenis. Sayangnya tidak sedikit individu dewasa awal yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas perkembangannya tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan relasi intim dengan pasangan adalah kelekatan di masa dewasa awal. Kelekatan di masa dewasa (usaha untuk mendapatkan kedekatan secara fisik, emosional, da psikologis dari orang lain) dan regulasi emosi marah (upaya pengendalian amarah yang mengakibatkan munculnya ketidak seimbangan psikologis) pun dikaitkan dengan harga diri (persepsi individu secara positif atau negatif terhadap keberhargaan dirinya).
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan dimensi kelekatan (cemas dan menghindar) dengan regulasi emosi marah melalui mediasi harga diri pada individu dewasa awal dalam hubungan pacaran. Penelitian ini melibatkan 335 partisipan melalui tiga pengukuran yaitu Experiences in Close Relationships- Scale, Rosenberg Self Esteem Scale, dan Anger Management Scale Short Form. Dari analisis data didapatkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kelekatan cemas dan menghindar dengan regulasi emosi marah secara langsung maupun tidak langsung melalui mediasi harga diri pada individu dewasa awal dalam hubungan pacaran.

One of task development of early adult individuals is to foster intimate relations with others (opposite sex). Unfortunately not a few early adult individuals have difficulty complete their developmental tasks. One factor that influences the formation of intimate relationships with partners in early adult individuals is adult attachment. Adult attachment (attempts to get physical, emotional, and psychological closeness from others) and regulation of angry emotions (anger control efforts that result in psychological imbalances) are also associated with self esteem (positive or negative individual perceptions of his worth).
The purpose of this study was to find out the relationship between the dimensions of attachment (anxiety and avoidance) and regulation of angry emotions through mediating self-esteem in early adult individuals in dating relationships. This study involved 335 early adult individual participants through three measurements ; Experiences in Close Relationships-Scale, Rosenberg Self Esteem Scale, and Anger Management Scale - Short Form. From the data analysis, it was found that there was a relationship between the dimensions of anxiety and avoidance with regulation of anger directly or indirectly through mediating self-esteem in early adult individuals in dating relationships.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara harga diri dan
gratitude pada remaja putus sekolah yang bekerja. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Rosenberg Self Esteem
Scale (RSES) yang diciptakan oleh Rosenberg pada tahun 1965 dan kemudian
sudah diterjemahkan serta divalidasi oleh Ariyani pada penelitiannya tahun 2004.
Untuk variabel kedua, alat ukur gratitude yang digunakan adalah The Gratitude
Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang diciptakan oleh McCullough, Emmons,
dan Tsang pada tahun 2002 untuk melihat kualitas atau kondisi bersyukur dalam
kehidupan sehari-hari. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik
statistika deskriptif, Pearson Product-Moment Correlation, Independent Sample
T-Test, dan One-Way Analysis of Variance (ANOVA). Partisipan dalam penelitian
ini berjumlah 68 orang remaja putus sekolah yang bekerja dengan rentang usia
11-22 tahun dan belum menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan gratitude pada remaja
putus sekolah yang bekerja., This research was conducted to find the correlation between self esteem
and gratitude in school drop out adolescents who worked. This research used a
quantitative approach using a measuring instrument Rosenberg Self Esteem Scale
(RSES) developed by Rosenberg in 1965 and then it was translated and validated
by Ariyani on her research in 2004. For the second variable, measuring
instruments of gratitude used was The Gratitude Questionnaire-Six Item Form
(GQ-6) which was created by McCullough, Emmons, and Tsang in 2002 to see
the quality or condition of grateful in everyday life. Data were analyzed by using
the techniques of descriptive statistics, Pearson Product-Moment Correlation,
Independent Sample T-Test, and One-Way Analysis of Variance (ANOVA).
Participants in this research were 68 school drop out adolescents who worked
with the age range of 11-22 years old and unmarried. The results of this research
showed that there were not significant correlation between self-esteem and
gratitude in school drop out adolescents who later worked.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Perceraian di Indonesia sedang meningkat yang diantaranya disebabkan oleh hubungan yang sudah tidak harmonis dan kecemburuan. Hal itu disebabkan karena kurangnya intimacy di dalam sebuah hubungan. Lamanya sebuah hubungan membuat intimacy semakin tinggi. Intimacy yang tinggi akan membuat kepuasan hubungan juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-esteem dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 1024 orang. Laki-laki berjumlah 298 orang dan perempuan berjumlah 726 orang dengan karakteristik berusia 20-39 tahun, sedang berpacaran, dan belum menikah. Melalui program PROCESS by Andrew Hayes, diperoleh hasil bahwa self-esteem dapat memediasi penuh hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran b= 0.26, t 1021 = 2.29, p= 0,022 . Hal itu disebabkan oleh individu yang memiliki persepsi yang baik mengenai hubungan dengan orangtuanya saat kecil, ia akan memiliki gambaran baik pula mengenai diri sendiri yang mengakibatkan tingginya self-esteem. Self-esteem yang tinggi membuat individu percaya terhadap pasangannya dan membuat mereka lebih terbuka, nyaman, merasa aman karena dihargai, dekat, lebih menyayangi satu sama lain, serta saling memberikan dukungan. Hal itu yang akan membuat intimacy dalam hubungan mereka menjadi lebih tinggi.

The divorce rate in Indonesia has been rising, which is a result of inharmonic relationships and jealousy. This is caused by the lack of intimacy in relationships. The duration of a relationship can make the intimacy level higher. The higher the intimacy level, the higher the satisfaction of the relationship. The purpose of this research is to acknowledge self esteem role to mediate relationship of family functioning and intimacy among dating young adults. The total respondent in this research is 1024 respondents. Consist of 298 men and 726 women, with following characteristics aged 20 39 years old, in relationship, and not married yet. Using PROCESS program by Andrew Hayes, the result of this research pointed out that self esteem can fully mediate the relationship of family functioning and intimacy among dating young adults b 0.26, t 1021 2.29, p 0,022. It is caused by individuals who have a good perception about their relationship with their parents in their childhood, will have a good perception about themselves, and will raise their self esteem levels. High self esteem makes individuals trust their partner and make them more open, comfortable, secure, close, love, and support each other. This will cause intimacy levels higher."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>