Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fallon Victoryna
"Kualitas hidup merupakan indikator penting bagi kesehatan dan banyak aspek kehidupan ODHA LSL. Kualitas hidup dapat terganggu karena berbagai kondisi stres yang dialami ODHA LSL. Stres pada ODHA LSL terjadi karena masalah yang terkait dengan penyakit dan status orientasi seksual. Kondisi stres yang terus menerus terjadi, dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purposive sampling, jumlah sampel penelitian 176 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Perceived Stress Scale dan WHOQOL-HIV BREF. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun, berpendidikan menengah SMP-SMA, sebagian besar bekerja, terbanyak sebagai karyawan swasta, dan rata-rata terdiagnosis HIV selama 12 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL p=0,021. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan aspek psikososial ODHA LSL, mengembangkan intervensi yang berkontribusi lebih positif dalam menurunkan stres serta mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA LSL.

Quality of life is an important indicator for health and many aspects of MSM living. Quality of life can be disrupted due to various stress conditions experienced by PLWHA MSM. Stress on MSM is due to problems related to disease and sexual orientation status. Stressful conditions that occur continuously can have an impact on the decline in quality of life.
The purpose of this study was to see the relationship between stress level and quality of life of PLWHA in Medan City. This research uses cros sectional design with purposive sampling method, the number of research sample is 176 respondents. The instruments used are the Perceived Stress Scale questionnaire and WHOQOL HIV BREF. The average early adult respondents 18 40 years old, middle schooled SMP SMA, mostly worked, most were private employees, and were on average diagnosed with HIV for 12 months.
The result of this research that there is a correlation between stress level and quality of life of PLWHA p 0,021. This study recommends the importance of taking into account the psychosocial aspects of PLWHA MSM, developing interventions that are more positive in reducing stress and identifying other factors that affect the quality of life of PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Jayanthi Desyani
"Kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS ODHA pada Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-Laki LSL telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stigma, tingkat stres dan kepatuhan terapi ARV terhadap kualitas hidup ODHA LSL di kota Medan.
Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dengan pengambilan data primer meliputi data demografi, stigma, tingkat stres, kepatuhan terapi ARV dan kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April- Mei 2018 dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 175 subjek.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stigma dengan kualitas hidup p=0.004, terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup p value=0.030. Sedangkan pada analisis multivariat didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pada ODHA LSL di kota Medan adalah penghasilan p value=0.001.
Temuan ini menunjukkan bahwa stigma dan stres merupakan prediktor kualitas hidup yang kurang baik, sementara penghasilan perbulan yang lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan interdisipliner diperlukan dalam perencanaan perawatan kesehatan dan layanan sosial sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada ODHA LSL.

The quality of life of People Living with HIV AIDS PLWHA in Men Who Have Sex with Men LSL has been a concern in recent years. This study aimed to determine the relationship between stigma, stress level and antiretroviral therapy adherence to the quality of life of PLWHA in Medan.
This was an analytic observational study with cross sectional approach. Demographic data, stigma, stress level, ARV adherence and quality of life were obtained directly from the samples. Data were taken from April to May 2018. There were 175 subjects who met the criteria.
Bivariate analysis found that there was a significant correlation between stigma with quality of life p 0.007, there was relationship between stress level and quality of life p value 0.030. While in the multivariate analysis found that the most influential variable on the quality of life in PLWHA in Medan was income p value 0.001.
These findings suggest that stigma and stress are a predictor of poor quality of life, while higher monthly income is associated with better quality of life. An interdisciplinary approach is needed in health care planning and social services to improve the quality of life of PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivi Maharani Amri
"Prevalensi kejadian HIV pada kelompok lelaki seks lelaki LSL secara global termasuk di Indonesia terjadi peningkatan. Faktor yang menyebabkan kenaikan prevalensi HIV pada LSL antara lain adalah perilaku seks berisiko yang dilakukan. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa perilaku pencegahan yang juga telah dilakukan oleh LSL tersebut maupun oleh petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara perilaku berisiko dan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan status HIV pada lelaki seks lelaki LSL di 6 kota di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang Cross Sectional dari data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun 2015 pada kelompok LSL di 6 kota di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi serta analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi perilaku berisiko usia seks pertama, jenis pasangan seks pertama, jenis dan status pasangan seks, usia seks komersial pertama, durasi seks komersial, serta mobilisasi hubungan seks dan perilaku pencegahan konsistensi penggunaan kondom, kehadiran program intervensi HIV, penerimaan kondom gratis, serta keikutsertaan tes HIV. Sedangkan variabel dependen adalah status HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi LSL yang memiliki status HIV positif sebesar 34,7. LSL dengan status HIV positif yang melakukan perilaku berisiko HIV tertinggi pada LSL dengan usia seks pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, jenis pasangan seks pertama laki-laki, jenis dan status pasangan seks adalah pasangan seks tetap laki-laki, usia seks komersial pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, durasi seks komersial lebih dari 2 tahun, serta pernah melakukan mobilisasi hubungan seks. Sedangkan yang melakukan perilaku pencegahan HIV tertinggi pada LSL yang konsisten menggunakan kondom, hadir dalam program intervensi HIV, pernah menerima kondom gratis, serta pernah mengikuti tes HIV. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan status HIV pada LSL adalah jenis pasangan seks pertama PR= 1,23; 95 CI 1,02 ndash; 1,47, jenis dan status pasangan seks PR= 1,42; 95 CI 1,12-2,49 dan PR= 1,35; 95 CI 1,01-1,07, usia seks komersial pertama PR= 0,69; 95 CI 0,51-0,96, serta durasi seks komersial PR= 1,49; 95 CI 1,11-2,03. Sedangkan perilaku pencegahan yaitu penerimaan kondom gratis PR= 0,84; 95 CI 0,71-0,99 dan keikutsertaan tes HIV PR= 0,69; 95 CI 0,57-0,86.

The prevalence of HIV among population of Men Who Have Sex with Man MSM has increased globally including in Indonesia. Factor leading to an increase in HIV prevalence among MSM is, among other things, risky sex behaviors. In addition, there are also some preventive behaviors that have been done by the MSM group and the health workforce to prevent HIV transmission. This study aims to determine the Association between Risk Behavior and Preventive Behaviors of HIV AIDS and the Status of HIV among Men Who Have Sex with Man MSM in Six Cities of Indonesia in 2015. This study used cross sectional design from Integrated Biological and Behavioural Surveillance IBBS 2015 on MSM groups in 6 cities in Indonesia. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution and bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables. Independent variables includes risk behaviors age of first sexual intercourse, gender of first sexual partner, gender and status of sexual partner, age of first commercial sex, commercial sex duration mobilization of sexual activity and preventive behaviors consistency of condom use, participation in HIV intervention program, received a free condom, participation in HIV testing. While the dependent variable is the HIV status. The result of this study showed that 34.7 of MSM have a positive HIV status. MSM with HIV positive status who perform the highest HIV risky behaviors are the MSM group with the age of first sexual intercourse are more than or equal to 20 years, the gender of first sexual partner is men, status of the sex partners are male fixed sex partners, first commercial sex age are more than or equal to 20 years, commercial sex duration are more than 2 years, and have ever conducted in sexual mobilization. While those who did the highest HIV preventive behavior in MSM are the ones who consistently used condoms, participated in HIV intervention program, had received free condoms, and had done HIV test. In conclusion, significance risk behaviors associated with HIV status in MSM are the gender of first sexual partner PR 1,23 95 CI 1,02-1,47 , gender and status of sexual partner PR 1,42 95 CI 1,12-2,49 dan PR 1,35 95 CI 1,01-1,07, age of first commercial sex PR 0,69 95 CI 0,51-0,96, and commercial sex duration PR 1,49 95 CI 1,11-2,03. While the preventive behaviors that are statistically significant is free condom acceptance PR 0,84 95 CI 0,71-0,99 and HIV test participation PR 0,69 95 CI 0,57-0,86."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzul Fahmi Afriyanto
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh yang dapat terjadi pada populasi berisiko seperti Lelaki Berhubungan Seks Dengan Lelaki (LSL). Kasus LSL yang terinfeksi HIV/AIDS menempati posisi pertama terbanyak di Kabupaten Gresik dibandingkan dengan populasi berisiko lainnya. Hal ini diperlukan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada LSL. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi LSL dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan disain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022 pada 8 informan meliputi 6 LSL, seorang staf Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, dan seorang staf Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Gresik. Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan LSL adalah penggunaan kondom saat berhubungan seksual, melakukan pemeriksaan VCT, dan melakukan pengobatan ARV bagi yang HIV (+). Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan dan persepsi bahaya/kesakitan terhadap HIV/AIDS, persepsi manfaat dan hambatan untuk melakukan perilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat melakukan perilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya yang berasal dari teman dekat, keluarga, pasangan, dan petuhgas kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan teori perilaku HBM terhadap petugas puskesmas dan menerapkan pendidikan sebaya kepada komunitas LSL tentang perilaku pencegahan HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells which causes a decrease in immunity that can occur in at-risk populations such as Men Who Have Sex With Men (MSM). MSM cases infected with HIV/AIDS occupy the first position in Gresik Regency compared to other at-risk populations. The purpose of this study was to analyze the perception of MSM in HIV/AIDS prevention in Gresik Regency. This research uses a qualitative approach, with a case study design. Data collection was carried out by in-depth interviews carried out in April-May 2022 with 8 informants including 6 MSM, 1 staff from the Gresik District Health Office, and 1 staff from the Gresik District AIDS Commission. The results showed that HIV/AIDS prevention behaviors carried out by MSM were using condoms during sexual intercourse, conducting VCT examinations, and taking ARV treatment for those who were HIV (+). These behaviors are influenced by perceptions of vulnerability and perceptions of harm/illness to HIV/AIDS, perceptions of the benefits and barriers to performing these behaviors, having the belief that they can perform these behaviors, and the presence of cues to do so from close friends, family, partners, and health workers. Therefore, there is a need for training in the theory of HBM behavior for health workers and applying peer education to the MSM community about HIV/AIDS prevention behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efa Fathurohmi
"Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 menyebabkan daya tahan tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit. Puskesmas Bogor Timur merupakan puskesmas tertinggi angka kasus HIV oleh kelompok LSL. Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Bogor Timur, terdapat LSL yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, ditemukan LSL yang sudah positif HIV namun masih berganti-ganti pasangan, terdapat LSL yang berpendidikan Diploma III tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, terdapat LSL dengan pendidikan terakhir SMA sudah memiliki istri namun menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan LSL.Tujuan:mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko.Sampel penelitian berjumlah 88 responden yang diambil dengan melalui teknik snowball, menggunakan analisis univariate dan bivariate.Hasil:Terdapat hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko pada kelompok LSL dengan nilai p=0,000 (a=0,05).

Human Immunodeficiency Virus is a virus that damages the immune system by infecting and destroying CD4 cells, causing the body's immune system to weaken and become susceptible to various diseases. East Bogor Community Health Center is the community health center with the highest number of HIV cases among MSM groups. Based on the results of interviews at the East Bogor Community Health Center, there were MSM who did not use condoms when having sex, there were MSM who were HIV positive but still changed partners, there were MSM with a Diploma III education who did not use condoms when having sex, there were MSM with a high school education.Already has a wife but uses condoms when having sex with MSM.Objective: to find out the relationship between HIV/AIDS knowledge and risky sexual behavior.The research sample consisted of 88 respondents taken using the snowball technique, using univariate and bivariate analysis.Results: There was a relationship between HIV knowledge /AIDS with risky sexual behavior in the MSM group with p value = 0.000 (a = 0.05)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edianto
"Perilaku seksual beresiko pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki dengan HIV/AIDS ODHA LSL sangat penting diperhatikan, mengingat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang penularannya mudah terjadi pada orang dengan perilaku yang tidak sehat. Tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel sebanyak 180 responden menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 51,7 memiliki tingkat religi yang baik, 52,8 mendapatkan penerimaan keluarga yang baik, 56,1 mendapatkan dukungan kelompok sebaya yang baik dan 56,7 memiliki perilaku seksual beresiko yang tinggi. Pada uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko p=0,002, p=0,000 dan p=0,000; =0,05 . Analisis dengan regresi logistik didapatkan bahwa penerimaan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko dengan nilai OR=5,337.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi keperawatan yang melibatkan anggota keluarga untuk selalu menerima kondisi pasien ODHA LSL agar mencegah perilaku seksual beresiko.

Sexual behavior risk in MSM LWHA is very important to be noticed, given that HIV AIDS is an infectious disease that is easily transmitted to people with unhealthy behavior. Religious level, family acceptance and peer support are the factors that influence sexual behavior risk. The purpose of this study was to determine the relationship of religious level, family acceptance and peer group support with sexual behavior risk in MSM LWHA. This study uses crossectional design with 180 respondents using purposive sampling technique.
The results showed that most respondents 51.7 had a good religious level, 52.8 received good family acceptance, 56.1 received good peer group support and 56.7 had high risk sexual behavior . The chi square test showed significant correlation between religious level, family acceptance and peer group support with risky sexual behavior p 0,002, p 0,000 and p 0,000 0,05 . Analysis with logistic regression was found that family acceptance was the most dominant factor related to risky sexual behavior with OR 5,337.
The recommendation of this study is the need for nursing interventions involving family members to always accept the condition of MSM patients in order to prevent sexual behavior risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di Bandar Lampung, khususnya yang bergabung dalam LSM Sakurai Support Group, yang berjumlah 54 orang. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian untuk sumber dukungan didapatkan bahwa keseluruhan responden menyatakan mendapat dukungan, balk dari keluarga, teman, tenaga profesional dan non profesional. Dimensi dukungan materil instrumental, dukungan emosi/psikologis dan dukungan penghargaan didapatkan jumlah yang berimbang antara yang mendapat dukungan balk dan tidak balk. Sedangkan untuk dimensi dukungan integritas sosial dan informasi, sebagian besar responden mendapatkan dukungan baik. Jumlah responden yang memiliki kualitas hidup baik juga berimbang antara yang baik dan tidak balk. Analisis hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup dengan menggunakan uji Chi Square dengan a < 0,05, terlihat ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosi, penghargaan dan informasi dengan kualitas hidup (p Value 0,05). Uji regresi Iogistik terhadap 5 (lima) variabe! yang memenuhi syarat untuk analisis multivariat ditemukan bahwa ada 2 (dua) variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup yaitu dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Hasil akhir analisis multivariat didapatkan bahwa dukungan penghargaanlah yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (p = 0,000). Pihak pemerintah maupun institusi pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas disarankan dapat membuat program dukungan sosial bagi ODHA baik program jangka panjang maupun jangka pendek. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan berperan aktif dalam memberikan dukungan sosial bagi ODHA. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan desain eksperimen maupun penelitian kualitatif untuk mengetahui efektifitas dukungan sosial yang diberikan pada ODHA dan dimensi dukungan yang paling diharapkan ODHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

The purpose of this study is to examine the correlation between social support and quality of life of people with HIV/AIDS (PHlV/AIDS) in Bandar Lampung, especially those who joined in Saburai Support Group's non-governmental organization (NGO). The total respondent of this study were 54 persons, male and female. This study used correlation descriptive design with cross sectional approach. The method of data analysis was univariate, bivariate, and multivariate. The descriptive results showed that all respondents got the social support from all sources such as from family, friends, professionals, and non-professionals. It also showed that respondents got an equal support for instrumental/material, emotional/psychological, and esteem dimensions of social support. Therefore, all respondents categorized in good social support both from social integrity and informational dimensions of social support. For the quality of life variable, this study showed that respondents had an equal result both from good and bad category. To measure the correlation between social support and quality of life, this study using the Chi Square test with cc < 0.05. The result indicated that there is a significant correlation between emotional, esteem and informational support with quality of life (p<0.05). The multiple logistic regression analysis informs that 5 variables could be used in multivariate analysis properly, and 2 variables -that are esteem and informational support- were significantly correlated to quality of life. This study - using multivariate analysis-found that esteem support is the dominant factor to quality of life of PHIVIAIDS (p=0.000). This finding of this study suggests that the government and the health service institutions should make short and long programe about social support for PHIVIAIDS. The suggestions for the community are to encourage for H1V/AIDS information actively, minimize the discrimination and develop new health centre/ NGO which are concern to PHIVIAIDS. The new researcher can used disaign eksperiment research or kualitative research. So then, social support from any kind of sources could be optimized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>