Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Purwanto
"Keluhan utama pasien dengan pascapembedahan fraktur ektremitas bawah adalah nyeri. Nyeri yang dialami pasien dapat menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan pada pasien pasca pembedahan fraktur. Edukasi nyeri dan terapi dzikir dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan. Penelitian ini Mengidentifikasi pengaruh edukasi nyeri dan terapi dzikir terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien pascapembedahan fraktur ekstremitas bawah.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pretest-posttest with control group design dan teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling, yaitu randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan edukasi nyeri dan dzikir dengan p value= 0.0000. Nilai kenyamanan pasien juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kenyamanan sebelum dan sesudah diberikan edukasi nyeri dan terapi dzikir Penelitian ini merekomendasikan penerapan edukasi nyeri dan terapi dzikir untuk membantu pasien pascapembedahan fraktur ektemitas bawah untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanannya.

Pain is the most common problem on patient with a lower extremity post operative fracture. Pain becomes one aspect that makes patient with fracture experience discomfort. Pain education and dhikr theraphy can to reduce pain and impoved comfort. The purpose of this study was to examine the influence pain education and dhikr theraphy y to pain and level of comfort in patient with closed fracture. This is quasi experiment pretest-posttest with control study using probability sampling (block randomization) recruiting 40 respondents. The result shows that there was a significant difference in pain level before and after pain education and dikr theraphy (p value=0.000). There was also significant difference on level of comfort before and after pain education and dikr theraphy (p value=0.000). It is recommended that pain education and dikr theraphy should be applied to decrease pain and level of discomfort in patient with fracture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Yuni Sunaryanti
"Nyeri merupakan masalah yang sering dialami pasien setelah menjalani operasi bedah ortopedi. Intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan setelah menjalani operasi bedah ortopedi yaitu pemberian terapi komplementer dan alternatif. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh kompres dingin (cold pack) terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah. Desain penelitian quasi eksperimen pretest posttest with control group. Metode pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 32 responden, dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan kompres dingin menggunakan media cold pack, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan intervensi standar rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kompres dingin (cold pack) terhadap skor nyeri dan kenyamanan setelah diberikan intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p < 0,05; α 0.05). Kompres dingin memberikan pengaruh terhadap nyeri dan kenyamanan, sehingga dapat direkomendasikan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah.

Pain is a common problem experienced by patients after undergoing orthopedic surgery. Several interventions to reduce pain and increase comfort after undergoing orthopedic surgery include the provision of complementary and alternative therapies. This research sought to investigate the effect of applying cold pack on pain and comfort of post-operative lower extremity fracture patients. This research employed a quasi-experimental design, using pretest posttest with control group. The samples were selected through consecutive sampling technique, with a total of 32 respondents assigned into intervention and control groups. The respondents in the intervention group were given cold compresses using cold pack, while the control group respondents received standard hospital intervention. The research results revealed that there is a significant effect of cold pack on pain and comfort scores after the intervention was given between the control group and the intervention group (p < 0.05; 0.05). Cold compress affects pain and comfort of experienced by patients, so it can be recommended as a therapy to reduce pain levels and increase comfort in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Uli
"Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan karena kontak langsung dengan sumber-sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada anak-anak. Kehidupan ekonomi lemah dan keinginan membantu perekonomian keluarga kadangkala membuat anakanak usia sekolah lebih mengutamakan bekerja dibanding sekolah. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan anak dengan luka bakar grade II `dengan teknik perawatan luka modern. Perawatan luka bakar merupakan hal yang komplek yang meliputi pembersihan luka, debridemen, dan pembalutan luka. Perawatan luka modern baik secara terbuka maupun tertutup difokuskan untuk mempercepat penyembuhan luka dan memandirikan pasien dan keluarga. Penerapan teknik perawatan luka modern pada anak luka bakar grade II diharapkan mampu mengurangi hari perawatan dan dengan hasil yang lebih baik. Trauma fisik dan psikologis yang dialami penderita setelah cedera dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita maupun keluarga serta orang lain yang dianggap penting.

The burn is damage or loss tissue caused by direct contact with sources of heat such as a fire, hot water, chemicals, electricity, and radiation. Burns often occur in life, especially in children. Weak of economy and desire to help the family economy sometimes makes schoolage children prefer to work than school. The aim of this paper was to describe nursing care in children with burn by applying with modern wound care techniques. Accuracy of calculation varies according to the method used and the experience of a person in determining the extent of burns. Burn care is a complex which includes wound cleansing, debridement, and wound dressings. Wound care either open or closed is focused to accelerate wound healing and the patient's independence and family. Application techniques of modern wound care in children grade II burns is expected to reduce the treatment is usually long and with better results. Physical and psychological trauma experienced by patients after suffering an injury can cause both for patients and families as well as others that are considered important."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal D. Husain
"Laporan ini bertujuan menganalisis pelaksanaan praktik tahap residensi keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta dan RSO Prof. Soelarso Surakarta. Sebagai pengelola pelayanan keperawatan, penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah fraktur ekstremitas bawah dengan menerapkan Teori Self care Orem. Laporan ini juga menganalisis pelaksanaan praktik keperawatan berbasis bukti (Evidence Based Practice Nursing) melalui intervensi keperawatan tehnik relaksasi Benson untuk menurunkan nyeri pasca bedah fraktur ekstremitas bawah.
Hasil yang didapatkan bahwa relaksasi Benson efektif untuk menurunkan nyeri pasien pasca bedah fraktur ekstremitas bawah. Sebagai innovator, penulis melakukan kegiatan inovasi berupa edukasi terstruktur menggunakan bookleat. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan perawat di ruangan praktik. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah fraktur ekstremitas bawah, perawat harus memahami konsep dasar penyakit dan melakukan intervensi berdasarkan pembuktian ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan manajemen rumah sakit sebagai pengambil kebijakan.

This report aims to analyze the implementation of nursing practice residency stage in Fatmawati General Hospital Jakarta and RSO Prof. Soelarso Surakarta. As a manager of nursing services, the authors conducted a nursing care in patients with post-surgical lower limb fractures by applying the theory of Orem self care. The report also analyzes the implementation of evidence-based nursing practice through nursing interventions Benson relaxation techniques to reduce postoperative pain lower extremity fractures.
The results showed that the relaxation Benson effective in reducing postoperative pain lower extremity fractures. As an innovator, author of innovation activities in the form of structured education using bookleat. This activity was carried out together with the nurses in the practice room. In implementing nursing care in patients with post-surgical lower limb fractures, nurses must understand the basic concepts of disease and interventions based on scientific evidence. This can be done by involving hospital management as policy makers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Mayasari
"Kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keluarga berkontribusi bagi mutu pelayanan keperawatan, kepuasan keluarga merupakan indikator yang dapat digunakan dalam menilai kualitas pelayanan kunjungan rumah sebagai hasil kinerja tenaga keperawatan. Di Indonesia Kemandirian juga merupakan indikator keberhasilan pelayanan dari asuhan keperawatan, terutama pelayanan keperawatan di rumah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja perawat dengan kepuasan dan kemandirian keluarga. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Responden pada penelitian ini sebanyak 112 keluarga. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Analisa Data menggunakan Chi Square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kinerja perawat dengan kepuasan p=0.000 , dan setelah dikontrol oleh variabel perancu umur OR = 0,143,CI;0,060-0,340. Selanjutnya ada hubungan antara kinerja perawat dengan kemandirian keluarga p=0.047 dan setelah dikontrol oleh variabel perancu pelatihan OR = 3,104,CI;1,181-8,156.
Dapat disimpulkan hubungan kinerja dengan kepuasan dan kemandirian keluarga diperkuat dengan umur dan pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat. Hasil ini memberikan rekomendasi optimalisasi penilaian kemandirian keluarga serta evaluasi untuk terus meningkatkan performa kerja perawat dalam melaksanakan kunjungan rumah/pelayanan berfokus pada keluarga.

Nurse's performance in providing family services contribute to the quality of nursing care. Family satisfaction is also indicator that can be used in assessing the quality of services of home visits as a result of the performance of nursing professional. In Indonesia family independency also becomes an highlight indicator to be evaluated.
This study aimed to determine the correlation of nurses performance to family as client satisfaction and nurse's performances to family independency. This study used cross sectional study. Respondents in this study were 112 family. The sampling technique use cluster sampling technique. Statistical analysis used Chi Square and Multiple logistic regression.
The results showed that there were a significant correlation between the nurses performances to family satisfaction p 0.000, and after controlled by confounding age variables OR 0.143, CI 0.060 0.340 and a significant correlation between the nurses performances to family independency p 0.047, and then after controlled by confounding variables was training OR 3.104,CI 1.181 8.156.
It conclude, there are correlation between nurse performance to family satisfaction and family independency is strengthened by age and training who once followed by nurse's. These results recommend for optimalization independency, and nurses to improve the performance by using family focused care approach in services home visits.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiif Ahmidati
"Guided imagery sebagai intervensi komplementer untuk mengurangi nyeri diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kinesiofobia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas guided imagery terhadap nyeri, kenyamanan, dan kinesiofobia pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre-test dan post-test. Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling berjumlah 60 responden, terdiri dari 30 untuk kelompok kontrol dan 30 untuk kelompok intervensi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mengalami fraktur ekstremitas bawah dan telah menjalani pembedahan pada hari pertama, mendapatkan ketorolak, berusia lebih dari 18 tahun, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, tanda vital dalam rentang stabil, sadar penuh, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah ada gangguan pendengaran, multiple fracture, dirawat di ICU, mengalami diabetes mellitus dan neuropati perifer. Kelompok kontrol diberi analgetik, sedangkan kelompok intervensi diberi analgetik dan guided imagery selama 3 hari dengan durasi selama 20 menit. Pengukuran hasil dilakukan sebelum intervensi dan 3 hari setelah intervensi menggunakan Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), dan TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). Penelitian ini diikuti oleh responden laki-laki (61,7%), berpendidikan SMA (45,0%), memiliki riwayat nyeri pembedahan sebelumnya (68,3 %), dan mengalami fraktur femur (46,7 %). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan skor kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p < 0,05; α 0,05). Selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Disimpulkan, guided imagery dapat menurunkan skala nyeri dan skor kinesiofobia, serta meningkatkan skor kenyamanan, sehingga perawat dapat mengimplementasikan guided imagery pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan.

Guided imagery as a complementary intervention can reduce post-operative pain, increase comfort, and reduce kinesiophobia. The purpose of this study is to identify the effectiveness of guided imagery on pain, comfort, and kinesiophobia in post-operative lower extremity fracture patients. The research design used was quasi-experiment with pre-test and post-test. Samples were selected by consecutive sampling method totaling 60 respondents, consisting of 30 for control groups and 30 for intervention groups. The inclusion criteria were having a lower extremity fracture and had undergone surgery on the first day, received ketorolac, were more than 18 years old, able to communicate in Indonesian, vital signs in the stable range, fully conscious, and willing to participate in the study. The exclusion criteria for this study were hearing loss, multiple fractures, being treated in the ICU, had diabetes mellitus and peripheral neuropathy. The control group was given analgesics, while the intervention group was given analgesics and guided imagery for 3 days with a duration of 20 minutes. Outcome measurements were taken before the intervention and 3 days after the intervention using Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), and TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). This study was attended by male respondents (61.7%), high school education (45.0%), had a history of previous post-operative pain (68.3%), and had femur fracture (46.7%). The results of this study showed a significant difference in the mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia score before and after the intervention between the control group and the intervention group (p < 0.05; α 0.05). The mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia before and after treatment in the intervention group was greater than that in the control group. It was concluded that guided imagery can reduce pain scales and kinesiophobia scores, and increase comfort scores, so nurses can implement guided imagery in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Muhsinah
"Keluhan utama pasien pasca bedah orthopedi adalah nyeri. Nyeri yang dialami pasien juga dapat menyebabkan kecemasan. Terapi musik religi merupakan intervensi pelengkap nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi musik religi terhadap nyeri dan kecemasan pada pasien fraktur pasca bedah orthopedi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen dengan pre and post test control group, menggunakan consecutive sampling. Jumlah sampel adalah 32 orang 16 kelompok kontrol dan 16 kelompok intervensi.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat nyeri p value = 0,01; ? = 0,05 , tidak ada pengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan p value = 0,796; ? = 0,05 . Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, dan riwayat operasi sebelumnya terhadap tingkat nyeri dan kecemasan. Penelitian ini merekomendasikan terapi musik religi sebagai salah satu intervensi alternatif mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri pasca bedah orthopedi.

Pain is the most common problem on orthopaedic surgery. Pain becomes one aspect that make patient feeling anxious. Religious music therapy is a nonfarmakologic intervention to decrease pain and anxiety. The purpose of this studi was examine the effect of religious music therapy to reduce pain and anxiety on fracture patient`s post orthopaedic surgery. This study used quasi experimen pre and post test control group using consecutive sampling, recuiting 32 respondents.
The result shows, that there was a significant effect on reducing pain level p value 0,01 0,05 , but there was no significant effect to anxiety p value 0,796 0,05 . There was no significant correlation between age, sex and previous surgery with pain level and anxiety. Recomendation, religious music therapy becomes one of the nursing intervention in reducing post orthopaedic surgery`s pain."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T47013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Purwanty
"Pembedahan Open Reduction and Internal Fixation menimbulkan pembengkakan jaringan dan nyeri hebat pada area pembedahan. Salah satu upaya nonfarmakologis mengurangi pembengkakan dan nyeri adalah melakukan elevasi bagian distal yang dilakukan pembedahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh elevasi 20 derajat terhadap pembengkakan dan tingkat nyeri pada pasien pascabedah Open Reduction and Internal Fixation ekstremitas bawah. Penelitian dilakukan dengan desain quasi eksperimental rancangan two group pretest-posttest with control group dengan subyek penelitian sebanyak 34 responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengukuran circumference pembengkakan menggunakan pita meter dan tingkat nyeri dengan skala Numeric Rating Scale. Penggunaan uji statistik dengan uji T dependen, uji T independent dan korelasi Pearson. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan selisih rerata penurunan circumference pembengkakan sebesar 1,93 cm dan tingkat nyeri sebesar 1,29 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Elevasi 20 derajat ekstremitas bawah dapat menjadi alternatif tindakan keperawatan mandiri dalam menurunkan pembengkakan dan nyeri.

Surgery for Open Reduction and Internal Fixation causes tissue swelling and severe pain in the surgical area. One nonpharmacological effort to reduce swelling and pain is to perform distal elevation in the area of surgical. The purpose of this study was to determine the effect of a 20 degrees elevation on swelling and the level of pain in patients after surgery for Open Reduction and Internal Fixation of the lower extremities. The study with a quasi-experimental design of two group pre-test and post-test with control group with 34 subjects was divided into intervention and control groups. Swelling circumference measurements using tape meters and the level of pain with the scale of the Numeric Rating Scale. This study used dependent T test, independent T test and Pearson correlation. The results of the study showed that there were significant differences in the mean difference in the swelling circumference of 1.93 cm and the pain level of 1.29 between the intervention group and the control group. Elevation of 20 degrees of lower extremity can be an alternative for nursing intervention in reducing swelling and pain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaningtyas Maharani
"Pelaksanaan komunikasi efektif merupakan salah satu sasaran dalam International Patient Safety Goals (IPSG) yang dicanangkan oleh The Joint Commission International (JCI) pada tahun 2006. Proses serah terima pasien antar perawat merupakan salah satu area implementasi komunikasi efektif. Di dalam serah terima pasien terjadi proses transfer informasi spesifik terkait pasien yang bersifat akrual untuk memastikan kontinuitas dan keamanan asuhan pasien. Kesenjangan komunikasi saat proses serah terima pasien dapat menimbulkan cedera. Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan komunikasi efektif dalam proses serah terima pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengetahuan dan sikap perawat, serta fungsi pengawasan kepala perawat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan perawat, mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat serta fungsi pengawasan kepala perawat terhadap kepatuhan perawat, serta memperoleh strategi untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan komunikasi efektif dalam proses serah terima pasien. Metode penelitian ini adalah mixed methods, yaitu menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap perawat, dan fungsi supervisi kepala perawat. Sementara yang menjadi variabel dependen adalah kepatuhan perawat. Jenis kelamin, usia, pendidikan, dan masa kerja menjadi variabel perancu. Jumlah sampel untuk metode kuantitatif adalah 89 orang perawat yang bertugas di instalasi rawat inap dan instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan lembar observasi. Sementara untuk metode kualitatif digunakan teknik wawancara dengan beberapa informan yang dipilih (purposive sampling).
Hasil analisa univariat menunjukkan 11.2% perawat memiliki kepatuhan baik, 13.5% perawat memiliki pengetahuan baik, 24.7% perawat memiliki sikap baik, dan 24.7% perawat menjawab bahwa fungsi supervisi kepala perawat baik. Hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap perawat, dan fungsi supervisi kepala perawat terhadap kepatuhan perawat. Sementara hasil dari wawancara mendalam diperoleh beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan perawat dalam pelaksanaan komunikasi efektif dalam proses serah terima pasien, yaitu belum adanya standar prosedur operasional (SPO) serah terima pasien sesuai dengan rekomendasi WHO, belum adanya sistem evaluasi pelaksanaan prosedur serah terima pasien antar perawat, perawat belum menguasai prosedur serah terima pasien dan tidak memahami atensi pasien, format penulisan serah terima pasien hanya berfokus pada rencana tindakan, model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang diterapkan serta jumlah ketenagaan yang belum terpenuhi menyebabkan fungsi supervisi kepala perawat tidak optimal.
Saran rekomendasi yang dapat diterapkan adalah revisi SPO serah terima pasien sesuai rekomendasi WHO, pembuatan sistem evaluasi pelaksanaan SPO serah terima pasien, revisi format penulisan serah terima pasien, meningkatkan pengetahuan perawat dengan membuat target jumlah sosialisasi SPO dan asuhan keperawatan dalam program mutu instalasi, merubah model MAKP, serta pemenuhan kebutuhan ketenagaan.

In 2006, The Joint Commission declared International Patient Safety Goals, where effective communication is one of the goals. Patients handoff between nurses can be achieved through effective communication implementation. A successfull handoff defined as a transfer and acceptance of responsibility for patient care and it is a real-time process of passing relevant patient information to ensure continuity and safe patient care. Communication's breakdown in handoff procedures can lead to serious impacts in the patient's care, inappropriate treatment, and potential harm to the patient. Nurse compliance in effective communication implementation in patient handoff procedure is influenced by several factors, such as knowledge, perception, and supervision of the head nurse.
The aim of this study is to know the description of nurse compliance, the relationship between knowledge, perception, supervision and nurse compliance, and also to gain strategy to improve the nurse compliance in effective communication implementation in patient handoff procedure. This study used mixed methods (quantitative and qualitatitve) with cross sectional approach. The independent variables in this study are nurse knowledge, perception, and the supervision of head nurse. The dependent variable is nurse compliance. Gender, age, level of education, and years of working are the confounder. The sample size for the quantitative method is 89 nurses that served in the inpatient installation. Questionnaire and observation form are used as instruments. The qualitative method used interview technique with purposive sampling.
The univariate analysis results showed that 11.2% nurses have good compliance, 13.5% nurses have good knowledge, 24.7% nurses have good perception in the implementation of effective communication in patient handoff procedure and 24.7% nurses have good perception about the head nurse supervision. The bivariate analysis results showed there are no relationship between knowledge, perception, supervision and nurse compliance. Based on the interview results, there are several factors that cause nurse disobedience in effective communication implementation in patient handoff procedure. These factors are lack of Standard Operational Procedure (SOP) about patient handoff based on WHO recommendation, the absence of evaluation system for patient handoff procedure implementation, lack of nurse knowledge about patient handoff procedure and patient's critical issues, handoff documentation more contain of plan to do than the patient's critical issues, proffessional nursing care model can not produce optimal supervision of the head nurse, and lack amount of nurse.
Several recommendations that can be used as strategy to improve nurse compliance in effective communication implementation in patient handoff procedure are handoff procedure revision based on WHO recommendation, evaluation system for patient handoff procedure implementation, handoff documentation revision that contain patient's critical issues, make target number of SOP and nursing care training due to improve the nurse knowledge, revision of proffessional nursing care model, and fulfillment of human resource needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baso Yulistir
"Nyeri merupakan masalah utama pada pasien post operasi laparatomi. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 76 pasien post operasi laparatomi yang diambil dengan cara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi p=0,002. Semakin baik kemampuan komunikasi terapeutik perawat maka akan menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Rekomendasi penelitian ini, sebagai tambahan pengetahuan bagi perawat khususnya terkait komunikasi terapeutik dan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi dengan cara melakukan evaluasi dan pelatihan bagi perawat terkait komunikasi terapeutik.

Pain is the main problem in patients post operation laparatomi. Non pharmacological pain management can be done with using a good therapeutic communication. The purpose of this research was to know the correlation between therapeutic communication with pain levels in patients post laparatomi. This research uses descriptive analytic design with cross sectional approach on 76 patients post laparatomy taken by means of purposive sampling.
The results has shown that was any correlation between therapeutic communication with pain levels in patients post operation laparatomi p 0.002. It means that a good therapeutic communication skill will decrease the level of pain in patients post laparatomi. The recommendations of this study will improve the knowledge of nurses especially therapeutic communication and related pain levels in patients post laparatomy by way of doing evaluation and training for nurse related therapeutic communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>