Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanny Mustikaningtyas
"Stroke merupakan penyakit neurologis yang kasusnya meningkat setiap tahun di dunia dan dapat menyebabkan kematian serta kecacatan. Keluhan yang muncul pada pasien stroke adalah kelemahan ekstremitas tubuh. Masalah kelemahan ekstremitas tubuh dapat diselesaikan dengan latihan kekuatan otot seperti menggunakan latihan Range of Motion ROM. Latihan ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. Latihan ROM pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 3x8 hitungan untuk masing-masing sendi dan durasi 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi dilakukan menggunakan manual muscle testing MMT dan penilaian Rentang Pergerakan Sendi RPS.
Hasil karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas. Terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas kanan pasien dari 0 tidak terdapat kontraksi otot menjadi 2 mampu menggerakkan tanpa melawan gravitasi pada persendian jari-jari tangan, dan dari 0 menjadi 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi pada persendian pergelangan tangan, siku dan bahu. Implikasi dari karya ilmiah ini menunjukkan bahwa latihan kekuatan otot pada pasien stroke penting untuk dilakukan dengan rutin pada pasien dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melatih ROM pada pasien.

Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. Patient with stroke generally complains about muscle weakness in extremities. Muscle weakness may be treated by muscle strength exercise such as Range of Motion ROM exercise. ROM exercise is a set of movements which is performed on part of the joint to promote muscle flexibility and strength. ROM exercises in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 3x8 moves on each joint and duration about 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using manual muscle testing MMT and assessment of Range of Joints Movement RPS.
The result indicated that ROM exercise was effective for increasing muscle strength in patient with stroke and muscle weakness in limbs. There was an increase in muscle strength in the right limb of patient from 0 no muscle contraction to 2 capable of moving without opposing gravity on the joints of the fingers, and from 0 to 1 no joint motion, but muscle contraction can be palpated on the joints of wrists, elbows and shoulders. The implication of this paper is that muscle strength training should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for ROM implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Purnamasari
"Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan terhadap berbagai fungsi organ tubuh. Salah satu organ yang mengalami penurunan fungsi pada usia lanjut adalah muskuloskeletal. Penyakit muskuloskeletal banyak dialami oleh lansia diperkotaan yang disebabkan faktor pola makan, aktivitas dan stress. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hambatan mobilitas fisik melalui latihan range of motion di Panti Sosial Trena Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Intervensi range of motion dilakukan terhadap lansia selama 4 minggu dengan durasi 15 sampai 30 menit dalam satu kali sesi, dan dengan gerakan 8 kali untuk setiap gerakan. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa derajat rentang sendi meningkat setelah dilakukan intervensi yang diukur dengan menggunakan Goniometer, peningkatan juga terjadi pada skor Barthel indeks 75, dan Berg Balance Test dengan skor 8. Pemberi pelayanan di panti dapat menerapkan intervensi latihan range of motion sebagai upaya dalam mengatasi masalah pada hambatan mobilitas fisik.

The aging process can cause a decrease in the various functions of organs. One of the systems affected by the degenerative process in the elderly is musculosceletal. Many musculosceletal diseases happens in urban elderly is caused by dietary factors, activities, and stress. This paper aimed to analyze the nursing care of the elderly with physical mobility barriers trough the range of motion in Budi Mulia 1 Cipayung nursing home. The intervention of range of motion is performed on the elderly for 4 weeks with duration of 15up to 30 minutes in a single session, and with a movement of 8 times for each movement. The result showed that the degree of joint range increased after the intervention measured by goniometer, the results of barthel index increased to 75 and berg balance test score increased to 8. Care providers in the nursing home can implement range of motion exercises as an effort to address problems of physical mobility impediment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lufiyani
"Kejadian disfagia ditemukan lebih dari 50 persen pada pasien stroke di fase akut. Penangan disfagia sering kali tertunda dan berdampak pada ketidakadekuatan pemenuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi bahkan malnutrisi. Selain itu, Pasien stroke dengan disfagia rentan mengalami pneumonitis aspirasi. Sehingga penganan yang cepat difase akut sangat dibutuhkan. Tujuan dari karya tulis ini untuk menganalisis pemberian latihan menelan dengan metode sucking lollipop. Metode yang dilakukan diawali dengan skrining disfagia menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) dan penentuan derajat keparahan disfagia dengan The Dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Kemudian dilakukan latihan menelan sebanyak sehari satu kali sebelum makan siang dengan durasi 10 menit. Selama tiga hari berturut-turut dilakukan penilaian kekuatan sucking lollipop dengan format Candy Sucking Test (CST). Hasil studi kasus ini ditemukan adanya peningkatan fungsi oral yaitu pergerakan lidah. Penilaian pada hari keempat MBS negatif dan DOSS menjadi normal diet skala 7. Selain itu, tidak terdapat aspirasi saat dilakukan pemberian makan secara bertahap dan pernyataan secara verbal makanan yang tersangkut di tenggorokan, serta tidak ditemukan demam. Untuk itu, pemberian lollipop mampu menjadi salah satu intervensi yang dapat perawat gunakan untuk mempercepat pengembalian kemampuan menelan pada pasien stroke di fase akut.

The incidence of dysphagia is found to be more than 50 percent in stroke patients in the acute phase. Handlers of dysphagia are often delayed and have an impact on the inability to fulfill basic needs such as dehydration and even malnutrition. In addition, stroke patients with susceptible dysphagia experienced aspiration pneumonitis. So fast-paced acute feeding is needed. The purpose of this paper is to analyse the giving of exercises swallowing with the method of sucking lollipop. The methods initiated by screening were dysphagia using the Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) and determining the severity of dysphagia with The dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Then, practice swallowing as much as a day once before lunch with a duration of 10 minutes. For three consecutive days conducted an assessment of the power sucking lollipop in the format of Candy Sucking Test (CST). The results of this case study found that an increase in oral function was tongue movement. Assessment on the fourth day of MBS is negative and DOSS become a normal diet scale 7. In addition, there are no aspiration during gradual feeding and verbal statements of food stuck in the throat, and no fever is found. For that, giving Lollipop is capable of being one of the interventions that nurses can use to accelerate the return of swallowing ability in stroke patients in the acute phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
"Masyarakat perkotaan memiliki perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan peningkatan penyakit tidak menular, seperti stroke. Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Salah satu gejala stroke adalah kelemahan otot pada bagian ekstremitas, sehingga dapat berdampak pada gangguan nyeri otot hingga kontraktur.
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi asuhan keperawatan dilakukan selama 5 minggu dengan intervensi unggulan latihan rentang pergerakan sendi dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dan peningkatan mobilitas yang ditandai peningkatan sudut sendi dan kekuatan otot ekstremitas. Intervensi ini disarankan kepada perawat untuk melakukan intervensi kepada pasien stroke dan keluarga dengan gangguan rasa nyaman dan mobilitas fisik paska stroke.

Urban people have a risk factors associated with increased non-infectious diseases, such as stroke. Stroke is one of cardiovascular diseases that can cause sensory and motor disturbances. One of the symptoms of stroke is muscle weakness on the limb, that it can produce pain to muscle weakness or contractures.
The purpose of the publication of this work is to give meaning when nursing to families with problems of physical mobility. The main nursing interventions were given undertaken for 5 weeks with range of motion with deep breathing recording techniques and heat compresses.
The results of interventions can be improved for the strength of the extremities post stroke patient. This intervention is recommended for use by nurses in assisting post stroke patients and caregiver families with discomfort and post-stroke physical mobility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Martina Suminar
"Kehidupan masyarakat perkotaan yang semakin modern tanpa sengaja telah mengubah gaya hidup masyarakat, termasuk kebutuhan pangannya. Perubahan gaya makan yang dikonsumsi mengakibatkan masalah gout arthritis yang menyebabkan hambatan mobilitas fisik pada lansia. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini yaitu menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga lansia dengan hambatan mobilitas fisik. Intervensi unggulan yang dilakukan adalah latihan range of motion (ROM) pada lansia. Intervensi ini dilakukan selama 2 minggu. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi unggulan yang dilakukan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi, kekuatan otot, dan meningkatkan mobilitas klien. Latihan ROM disarankan untuk digunakan perawat untuk membantu lansia meningkatkakan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot sehingga dapat meningkatkan mobilitas fisik di pelayanan keperawatan keluarga.

The life of urban communities that is more and more modern has accidentally changed people's lifestyles, including their food needs. Changes in the style of food consumed have resulted in the problem of gout arthritis which causes immobility physical in the elderly. The purpose of writing this final scientific paper is to describe nursing care in elderly families with immobility physical. A feature-type intervention is the Range of Motion (ROM) exercises for the elderly. This intervention was carried out for 2 weeks. The results of the evaluation showed that the intervention can improve joint flexibility, muscle strength, and increase client mobility. ROM exercises are recommended for the use of nurses to help elderly improve the flexibility of joints and muscle strength so that it can increase physical mobility in family nursing service.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atsari Nurshabrina Prasetianingsih
"ABSTRAK
Penurunan kemampuan motorik akibat stroke menyebabkan keterbatasan gerak bagi individu sehingga mobilitas fisiknya terganggu. Stimulasi gerak diperlukan untuk mengatasi keterbatasan gerak yang timbul akibat pasca stroke. Lansia D pasca stroke diobati dengan kondisi hemiparese dan dilakukan berbagai latihan gerak (RPS). Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke dengan menerapkan berbagai latihan gerak untuk mengatasi masalah tersebut
gangguan mobilitas di tempat tidur. Intervensi pelatihan berbagai gerakan dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari pengobatan dengan durasi kurang lebih 15 menit. Hasil intervensi tidak menunjukkan penurunan kekuatan otot dan peningkatan kemampuan gerakan sendi. Ini menunjukkan bahwa latihan rentang gerak bisa Direkomendasikan untuk menjadi intervensi dalam mengatasi masalah gangguan mobilitas di tempat tidur pada pasien pasca stroke.
ABSTRACT
The decrease in motor skills due to stroke causes limited motion for individuals so that their physical mobility is impaired. Motion stimulation is needed to overcome the limitations of motion that arise from post-stroke. Elderly D after stroke was treated with hemiparese conditions and performed various motion exercises (RPS). This case study aims to determine nursing care in post-stroke patients by applying various motion exercises to overcome this problem impaired mobility in bed. Various movement training interventions were carried out 2 times a day for 3 days of treatment with a duration of approximately 15 minutes. The results of the intervention did not show a decrease in muscle strength and an increase in the ability to move joints. This suggests that range of motion exercises can be recommended as an intervention in addressing the problem of mobility problems in bed in post-stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Julianto
"

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan tingkat mortalitas dan morbiditas tinggi di Indonesia. Pemberian asuhan keperawatan yang tepat melalui intervensi keperawatan non farmakologi memiliki peran dalam mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas yang banyak ditemui pada pasien CHF. Latihan fisik active range of motion adalah salah satu dari banyak intervensi keperawatan yang dapat diterapkan. Tujuan dari pelaksanaan latihan aktif ROM ini adalah untuk mengatasi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tubuh. Dengan memperhatikan kondisi klien sebelum dilakukannya intervensi dan waktu pelaksanaan setelah pemberian terapi farmakologi antihipertensi, maka dapat dianalisis melalui evaluasi setelah dilakukan selama empat hari dalam waktu 20 menit setiap kali intervensi dilakukan. Hasil evaluasi tersebut secara subjektif klien tidak melaporkan adanya keluhan dan klien menunjukkan parameter tanda-tanda vital dan hemodinamik dalam batas normal sebagai bagian dari aspek penilaian dari capaian tujuan masalah keperawatan penurunan curah jantung.


Congestive Heart Failure (CHF) are progressive health problems with high mortality and morbidity in Indonesia. The provision of appropriate nursing care through non-pharmacological nursing interventions has a role in overcoming the nursing problem of activity intolerance as the major problem of CHF. Active range of motion is one of many nursing interventions that can be applied. The purpose of performing active ROM exercises is to overcome the imbalance between the bodys oxygen supply and demand. By paying attention to the clients condition before the intervention and the time of implementation after the administration of antihypertensive pharmacological therapy, evaluation of the evaluation can be carried out for four days within 20 minutes of each intervention. The results of the subjective evaluation that the client did not report complaints and the client showed vital signs and hemodynamic parameters within normal limits as part of the report on nursing goals that determine the reduction in cardiac output.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riszky Pertiwi Ramadhanty
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang dan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Paper ini dibuat menggunakan pendekatan studi kasus, pada pasien stroke yang dirawat di salah satu RS di Jakarta. Berdasarkan hasil pengkajian selama merawat pasien, diagnose keperawatan utama yang ditemukan adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral akibat interupsi aliran darah ke otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Selain kolaborasi pemberian medikasi obat antihipertensif dan antiplatelet, salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan untuk memperbaiki perfusi jaringan serebri pada pasien adalah memberikan posisi elevasi kepala 30o, dengan tujuan untuk memfasilitasi aliran balik darah balik ke otak agar lebih optimal. Hasil intervensi posisi elevasi kepala 30o yang telah dilakukan selama 3 hari parke, menujukkan hasil bahwa terjadi penurunan nilai Mean Arterial Pressure (MAP), dari  hari pertama perawatan, nilai  MAP 123mmHg, menurun mejadi  94mmHg dihari ketiga. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa posisi elevasi kepala 30 terbukti mampu menurukan TIK pasien stroke dan akan berdampak pada perbaikan perfusi serebal pasien dengan stroke.  

Stroke is a major cause of long-term disability and one of the leading causes of death worldwide. This paper was created using a case study approach, on stroke patients who were treated at a hospital in Jakarta. Based on the results of the assessment while treating the patient, the main nursing diagnoses found were ineffective cerebral tissue perfusion due to interruption of blood flow to the brain and increased intracranial pressure. In addition to the collaboration of administering antihypertensive and antiplatelet drugs, one of the independent nursing interventions that is carried out to improve cerebral tissue perfusion in patients is provide a 30° head elevation position, with the aim of facilitating the return of back flow blood to the brain to be more optimal. The results of the 30° head elevation position intervention that had been carried out for 3 days of treatment, showed that there was a decrease in the Mean Arterial Pressure (MAP) value, from the first day of treatment, the MAP value was 123mmHg, decreased to 94mmHg on the third day. Thus, it shows that the 30° head elevation position is proven to be able to reduce the ICP of stroke patients and will have an impact on improving cerebal perfusion of patients with stroke. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A`an Haryono
"Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan neurologis seperti paralisis, afasia, disfagia, gangguan sensorik. Suwita (2012), mengatakan bahwa 30-50% pasien stroke sering mengalami disfagia. Tingginya kejadian disfagia, membuat penderita stroke memiliki resiko tinggi dalam aspirasi dan terjadinya infeksi pernapasan. Sehingga perawatan mulut (Oral Hygiene) sangat diperlukan bagi pasien stroke. Studi kasus ini merupakan penerapan oral hygiene menggunakan Chlorhexidine 0,2 % dalam menjaga kebersihan mulut dan mencegah infeksi. Metode yang dilakukan dalam melakukan studi ini adalah dengan melakukan pengkajian tentang tingkat kebutuhan perwatan pasien. Kemudian dilakukan dengan pengkajian tingkat kebersihan mulut pasien dengan instrument AOG (oral assessment guide ), dan pasien dilakukan perawatan mulut menggunakan sikat gigi anak dan menggunakan Chlorhexidine 0,2%. Perawatan mulut dilakukan selama 3-5 menit dua kali dalam sehari dan dievaluasi setelah 6 hari. Evaluasi dilakukan menggunakan AOG (oral assessment guide). Setelah dilakukan perawatan mulut selama 6 hari didapatkan nilai AOG menurun yang menandakan terjadi perbaikan dalam tingkat kebersihan mulut

Stroke is a neurological disease that can cause various neurological damage such as paralysis, aphasia, dysphagia, sensory disorders. Suwita (2012), said that 30-50% of stroke patients often experience dysphagia. The high incidence of dysphagia, making stroke patients have a high risk of aspiration and respiratory infections. So that oral care (Oral Hygiene) is very necessary for stroke patients. This case study is the application of oral hygiene using Chlorhexidine 0.2% in maintaining oral hygiene and preventing infection. The method used in conducting this study is to conduct an assessment of the level of patient needs. Then it was carried out by assessing the level of oral hygiene of the patients with the AOG instrument (oral assessment guide), and the patients having oral care using a childs toothbrush and using Chlorhexidine 0.2%. Oral care is carried out for 3-5 minutes twice a day and evaluated after 6 days. Evaluation is done using AOG (oral assessment guide). After 6 days of oral care, the AOG value was decreased which indicated improvement in the level of oral "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>