Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Nurul Firdausi
"ABSTRAK
Outness merupakan seberapa jauh seseorang terbuka mengenai orientasi seksualnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa outness mampu mengurangi gejala depresi pada homoseksual. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah outness memiliki hubungan secara signifikan dengan gejala depresi pada homoseksual di Indonesia. Studi korelasional dengan analisis korelasional menggunakan Pearsons correlation dilakukan terhadap partisipan gay dan lesbian di Indonesia N = 231). Instrumen penelitian adalah Outness Inventory (OI) dan Beck Depression Inventory (BDI). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa outness (M = 5,72, SD = 2,94) dengan gejala depresi tidak berkorelasi secara signifikan (M = 17,96, SD = 12,87),  r(231) = 0,043, p < 0,05. Dengan kata lain, tinggi rendahnya tingkat outness tidak memiliki hubungan dengan tinggi rendahnya tingkat gejala depresi pada homoseksual di Indonesia.
ABSTRACT
Outness is the extent to which someone is open about his or her sexual orientation. Previous research has shown that apparently outness can reduce depression symptoms in homosexuals. This study aims to examine whether outness has a significant relationship with depressive symptoms in homosexuals in Indonesia. Correlational studies with correlational analysis using Pearsons correlation were conducted with gays and lesbians in Indonesia (N = 231). Research instruments are Outness Inventory (OI) and Beck Depression Inventory (BDI). The results obtained showed that outness (M = 5.72, SD = 2.94) with depressive symptoms did not correlate significantly (M = 17.96, SD = 12.87), r (231) = 0.043, p <0 , 05. In other words, the level of outness does not have a relationship with the levels of depressive symptoms in homosexuals in Indonesia."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanka Ardiya
"Individu homoseksual kerap menerima sikap negatif dari masyarakat. Sikap negatif tersebut dapat diinternalisasi oleh individu dan menjadi sebuah stres minoritas bernama internalized homophobia. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa internalized homophobia berhubungan dengan gejala depresi melalui sense of belonging. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi, hubungan antara sense of belonging dan gejala depresi, serta efek mediasi sense of belonging terhadap hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi pada individu homoseksual di Indonesia. Partisipan terdiri dari 295 gay dan lesbian berusia 18-37 tahun yang berwarga negara Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia berhubungan positif dan signifikan dengan gejala depresi (r = 0,211, p < 0,05) dan sense of belonging berhubungan negatif dan signifikan dengan gejala depresi (r = -0,563, p < 0,05). Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan sense of belonging memediasi hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi secara parsial. Melalui hasil dari penelitian ini, individu homoseksual dapat mengenali internalized homophobia sebagai sebuah faktor risiko dari gejala depresi dan mengetahui pentingnya sense of belonging dalam mengurangi gejala-gejala tersebut.

Homosexual individuals often receive negative attitudes from society. These negative attitudes can be internalized by individuals and become a minority stress called internalized homophobia. Previous research has found that internalized homophobia is associated with depressive symptoms through sense of belonging. This study aims to determine the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms, the relationship between sense of belonging and depressive symptoms, and the mediating effect of sense of belonging on the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms among homosexual individuals in Indonesia. Participants consisted of 295 gays and lesbians aged 18-37 years who are Indonesian citizens.
Results showed that internalized homophobia was positively and significantly associated with depressive symptoms (r = 0,211, p <0,05) and sense of belonging was negatively and significantly associated with depressive symptoms (r = -0,563, p <0,05). Multiple regression analysis using PROCESS for SPSS model 4 shows that sense of belonging partially mediates the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms. Through the results of this research, homosexual individuals can identify internalized homophobia as a risk factor of depressive symptoms and learn the importance of sense of belonging in reducing those symptoms.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Akbar Al Rofiq
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara outness dan subjective well-being pada laki-laki homoseksual dewasa muda di wilayah JABODETABEK. Penelitian ini diikuti oleh responden yang berjumlah 100 orang yang terdiri dari laki-laki homoseksual dewasa muda yang berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk malegisi kuesioner outness dan subjective well-being. Variabel dalam penelitian diukur dengan menggunakan alat ukur Outness Inventory yang dikembangkan oleh Mohr & Fassinger (2000) dan The Satisfaction With Life Scale karya Diener et al. (1985). Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kedua variabel yaitu sebesar r = 0.223, yang artinya semakin tinggi skor outness laki-laki homoseksual dewasa muda maka semakin tinggi pula subjective well-being mereka.

This research was conducted to examine the correlation between outness and subjective well-being among homosexual young adult male in JABODETABEK. The number of participants in this study were 100 homosexual young adult male, aged 20-40, who reside in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. This research was carried out quantitatively using a questionnaire to assess the outness and subjective well-being of the participants. The variables in this research were measured using the Outness Inventory by Mohr & Fassinger (2000) and the Satisfaction With Life Scale by Diener et al. (1985). Analysis of the results proved that there is a significant positive correlation between the two variables with a Pearson?s coefficient of r = 0.540, which means that the higher the outness, the higher the subjective well-being of the homosexual young adult male.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isabella Sasqia Mulya
"Individu dengan orientasi homoseksual seringkali mendapatkan prasangka, diskriminasi, dan kekerasan berkenaan dengan orientasi seksual yang dimilikinya. Oleh karena itu, individu homoseksual mengalami salah satu stressor spesifik yaitu stres minoritas yang dapat termanifestasi dalam bentuk kesadaran akan stigma yang akan mengarahkan individu homoseksual pada gejala depresi. Namun, sebelum memiliki pengaruh kepada gejala depresi, kesadaran akan stigma terlebih dahulu mempengaruhi kualitas intrapersonal dari individu homoseksual, yaitu persepsi dukungan sosial dan resiliensi. Penelitian kali ini dilakukan untuk melihat efek mediasi dari persepsi dukungan sosial dan resiliensi pada hubungan antara kesadaran dan gejala depresi. Terdapat 116 partisipan dalam penelitian ini dengan kriteria; memiliki orientasi homoseksual, berusia minimal 18 tahun, warga negara Indonesia, dan cisgender. Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini didukung data yaitu persepsi dukungan sosial dan resiliensi memediasi hubungan antara kesadaran akan stigma dan gejala depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi individu homoseksual, masyarakat, dan praktisi untuk memahami stres minoritas serta mengidentifikasi faktor-faktor yang turut berpengaruh pada kemunculan gejala depresi yang dapat pada  individu homoseksual.

Homosexuals often experience prejudice, discrimination, and violence regarding their sexual orientation. Therefore, homosexuals experience one specific stressor, namely minority stress which can be manifested in the form of stigma consciousness which will lead homosexuals to depressive symptoms. However, the environment can provide a protective factor in the form of social support and at the intrapersonal level there is a protective factor from the emergence of depressive symptoms, namely resilience. The present study was conducted to examine the mediating effect of perceived social support and resilience on the relationship between stigma consciousness and depressive symptoms. There were 116 participants in this study with the criteria; homosexual, at least 18 years old, Indonesian citizens, and cisgender. Multiple regression analysis using the PROCESS for SPSS model 4 shows that the research hypothesis is supported by data, perceived social support and resilience fully mediate the relationship between stigma consciousness and depressive symptoms. Based on the results of this study, it is important for homosexual individuals, the public, and practitioners to understand the stress of minorities and identify the factors that contribute to the emergence of depressive symptoms that can occur in homosexual individuals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Amin
"ABSTRACT
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman depresif dengan gejala depresi pada dewasa awal. Pengalaman depresi meliputi kritisi diri dan ketergantungan, dimana pengalaman depresi ini jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan seseorang mengalami gejala depresi yang semakin buruk. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur, yaitu untuk pengukuran pengalaman depresif digunakan alat ukur Depressive Experience Questionnaire (DEQ) dan untuk mengukur gejala depresi digunakan Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur ini diadministrasikan melalui media daring. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 partisipan yang merupakan mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara kedua variabel ini. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman depresi dan gejala korelasi dengan nilai r (113) = 0,468, p < 0,001. Selain itu ditemukan juga bahwa jumlah partisipan yang memiliki skor kritisi diri yang tinggi jumlahnya lebih banyak daripada jumlah partisipan yang memiliki skor ketergantungan yang tinggi.

ABSTRACT
This quantitative research focuses on the relationship between Depressive Experiences and Depressive Symptoms among emerging adults. The experience of depression involves self-criticism and dependence, if the experience of depression is not handled properly will make a person get the worst symptoms of depression. Depressive experiences are measured by Depressive Experience Questionnaire (DEQ) and Depressive Symptoms are measured by Beck Depression Inventory (BDI) and managed online. 113 students from the University of Indonesia participated in this study. This study uses Pearson correlation to determine the relationship between depressive experiences and depressive symptoms. The result is r (113) = 0.468, p <0.001, which means that there is a correlation between depressed experience and depressive symptoms. Other results from this study are participants who have higher self-criticism scores higher than participants who have high dependency scores."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Adiputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi dukungan sosial berperan sebagai mediator dalam hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan KTD. Hal ini mengingat masih minimnya penelitian terkait kondisi psikologis perempuan yang mengalami KTD di Indonesia. Selain itu, penelitian terkait mekanisme hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi juga masih sangat terbatas. Penelitian berdesain korelasional ini dilakukan pada 89 perempuan Indonesia usia 17 tahun ke atas yang pernah mengalami KTD dalam lima tahun terakhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beck Depression Inventory BDI, The Gratitude Questionnaire-Six Item Form GQ-6, and Multidimensional Scale Of Perceived Social Support MSPSS. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa: a terdapat hubungan yang signifikan antara rasa syukur dan gejala depresi ? = -1,04, p

This study aims to find out whether perceived social support has a mediating role in the relationship between gratitude and depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy. This came from the fact that theres a lack of research studies investigating the psychological conditions of women with unintended pregnancy. Furthermore, researches about the relationship mechanism between gratitude and depressive symptoms are also limited. This current correlational research involved 89 Indonesian women who are older than 17 years old and have experienced unintended pregnancy in the past five years. Research instruments are Beck Depression Inventory BDI, The Gratitude Questionnaire Six Item Form GQ 6, and Multidimensional Scale Of Perceived Social Support MSPSS. Result of the mediation analysis shows that a there rsquo s a significant relationship between gratitude and depressive symptoms 1,04."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Chiquita Astana
"Fenomena mengenai kehamilan yang tidak diinginkan KTD menjadi sebuah isu yang dihadapi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa studi telah menemukan bahwa KTD berdampak negatif terhadap gejala depresi perempuan yang mengalaminya. Ditemukan juga bahwa rasa syukur dapat menjadi faktor protektif terjadinya gejala depresi karena dapat meningkatkan harga dirinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah harga diri berperan sebagai mediator hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada perempuan yang pernah mengalami KTD. Penelitian ini bersifat korelasional yang dilakukan pada 88 perempuan berusia 17 tahun keatas yang mengalami KTD selama lima tahun terakhir.
Pada penelitian ini, gejala depresi diukur menggunakan Beck Depression Inventory BDI Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, 1961 , rasa syukur diukur dengan The Gratitude Questionnaire-Six Item Form GQ-6 McCullough, Emmons, Tsang, 2002 dan harga diri menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale RSES Rosenberg, 1965 .
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara rasa syukur dan gejala depresi B = -1,09, p 0,05 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasa syukur berfungsi sebagai faktor protektif terjadinya gejala depresi melalui peningkatan harga diri, khususnya pada perempuan yang pernah mengalami KTD.

Unintended pregnancy has become a global phenomenon, and Indonesia is no exception. Previous research studies found that unintended pregnancy affects depressive symptoms among women who experience it. It has also been suggested that gratitude acts as a protective factor against depression because gratitude increases self esteem.
The purpose of this research is to study the role of self esteem in mediating the relationship between gratitude and depressive symptoms among women with unintended pregnancy. This is correlational study involved 88 Indonesian women who have experienced unintended pregnancy in the past five years.
In this research, depressive symptoms measured by Beck Depression Inventory BDI Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, 1961, gratitude measured with The Gratitude Questionnaire Six Item Form GQ 6 McCullough, Emmons, Tsang, 2002 dan self esteem measured with Rosenberg Self Esteem Scale RSES Rosenberg, 1965.
Results of the statistical analysis showed that there's a significant relationship between gratitude and depressive symptoms B 1,09, p 0,05 . These results show the role of gratitude as a protective factor in reducing depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy through self esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neira Ardaneshwari
"Kehamilan Tidak Diinginkan KTD merupakan suatu kejadian hidup yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya gejala depresi pada perempuan. Literatur sebelumnya menunjukkan bahwa rasa syukur dapat menjadi faktor protektif yang menurunkan gejala depresi, sebab rasa syukur meningkatkan kemampuan individu melakukan coping adaptif dan menurunkan kecenderungan individu melakukan coping maladaptif. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah coping adaptif dan maladaptif secara signifikan memediasi hubungan antara rasa syukur dan gejala depresi pada populasi perempuan yang pernah mengalami KTD. Studi korelasional dengan analisis mediasi menggunakan model parallel multiple mediation dilakukan N = 88. Instrumen penelitian adalah Gratitude Questionnaire-6, Brief COPE, dan Beck Depression Inventory. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan dari coping adaptif a1b1 = -0,33.

Unintended pregnancy is considered a life event that can increase the probability of depressive symptoms among women. Previous literature suggested that gratitude can be a protective factor that alleviates depressive symptoms, because gratitude increases adaptive coping and decreases maladaptive coping. This research study aims to test whether adaptive and maladaptive coping significantly mediate the relationship between gratitude and depressive symptoms among women who experienced unintended pregnancy. This correlational study conducted mediation analysis with the parallel multiple mediation model. Participants N 88 filled out questionnaires, namely Gratitude Questionnaire 6, Brief COPE, and Beck Depression Inventory. Mediation analysis revealed that there is significant indirect effect from adaptive coping a1b1 0,33."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmalia
"Adanya pandemi Covid-19 menjadi stresor terhadap individu yang berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap pengalaman gejala depresi. Hubungan romantis merupakan salah satu sumber daya dalam mengurangi depresi karena dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Meskipun begitu, persepsi dukungan sosial adalah fenomena yang kompleks dan dapat ditentukan oleh faktor individu, seperti attachment. Pola attachment seseorang akan mewarnai ekspektasi dan preferensinya terhadap dukungan sosial yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model perceived social support sebagai mediator pada hubungan antara pola attachment dengan gejala depresi, pada dewasa muda di Indonesia yang sedang menjalani hubungan romantis. Sebanyak 279 partisipan mengisi instrumen Experiences in Close Relationships-Revised untuk mengukur tingkat attachment anxiety dan attachment avoidance, instrumen Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk mengukur tingkat persepsi dukungan sosial, dan instrumen Center for Epidemiologic Studies-Depression untuk mengukur gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pola attachment (melalui tingkat attachment anxiety dan tingkat attachment avoidance) terhadap gejala depresi dimediasi secara parsial oleh tingkat perceived social support individu. Perbedaan jenis kelamin dan status hubungan yang sedang dijalani (status hubungan romantis pranikah atau hubungan pernikahan) juga ditemukan signifikan menjadi kovariat dalam kedua model mediasi.

The existence of the Covid-19 pandemic is a stressor for individuals that has the potential to increase susceptibility to experiencing depressive symptoms. Based on the literature review, romantic relationships can be a resource in dealing with depression through a stable social support network in the relationship, primarily if the social support is conceptualized as perceived social support. However, perceived social support is a complex phenomenon and can be determined by individual factors such as attachment styles since attachment style will affect individual expectations and preferences for social support. This study examines perceived social support as a mediator of attachment style and depressive symptoms among young adults in Indonesia in a romantic relationship. A total of 279 participants completed the Experiences in Close Relationships-Revised to measure the level of attachment anxiety and attachment avoidance, Multidimensional Scale of Perceived Social Support to measure the perceived social support, and Center for Epidemiologic Studies-Depression to measure reports of depressive symptoms. The results showed that the effect of the attachment style (through the level of attachment anxiety and the level of attachment avoidance) on depressive symptoms was partially mediated by perceived social support. Differences in gender and the type of relationship (premarital and marital relationship) were also significant covariates in both mediation models."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>