Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindia Nahardita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan mengasuh dengan empati dapat meningkatkan pengetahuan 'parental empathy' ibu-ibu Bhayangkari. Penelitian ini berbentuk pelatihan dengan dasar pikiran 'experiential learning' yang diberikan pada sekelompok ibu-ibu Bhayangkari yang memiliki anak usia 3-5 tahun, dan merupakan penelitian dengan 'one group pretest' dan 'posttest design'. Penelitian ini dilakukan sebanyak 10 sesi dalam waktu 4 hari dengan melibatkan partisipan sebanyak 13 orang. 'Pretest' dan 'posttest' diberikan sebelum dan setelah pelatihan dengan instrumen yang mengukur kemampuan 'parental empathy' berdasarkan Eagle dan Bylund Makoul yang dirancang oleh peneliti. Hasil 'pretest' dan 'post test' diuji dengan uji 'non parametric Wilcoxon Signed Rank 'menunjukkan level signifikansi 'p.value' 0,003 (<0,05). Hasil ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai 'pre-test' dan 'post-test. 'Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan mengasuh dengan empati dapat meningkatkan pengetahuan 'parental empathy' ibu. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah dikembangkan pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan 'parental empathy'.

This study aims to determine whether the parenting with empathy training can improve parental empathy knowledge among mothers. This study is based on experiential learning, and is a one group pretest and posttest design study. This  study consisted of 10 training session within 4 days. The pretest and posttest instruments that measure parental empathy are designed based on the concept of parental empathy from Eagle and Bylund Makoul. This instruments was created by researchers. The results of the pretest and post test were tested by the non-parametric Wilcoxon Signed Rank test (p.value=0.003<0.05). This result means that there is a significant difference between the value of the pre-test and post. In conclusion, parenting with empathy training can improve parental empathy knowledge for Bhayangkari mothers. For further research, it is necessary to develop training aimed at improving parental empathy skills.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Hanifa
"Perundungan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia, bahkan di dalam lingkungan pendidikan. Perundungan terbukti memiliki dampak negatif, baik pada korban maupun pelakunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri untuk menurunkan perilaku perundungan, serta meningkatkan empati dan kontrol diri. Peserta pelatihan adalah empat siswa sekolah dasar yang merupakan pelaku perundungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Teknik analisis data menggunakan wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan kondisi peserta pelatihan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri dapat menurunkan perilaku perundungan secara signifikan berdasarkan penilaian oleh teman-teman partisipan (Z=-2.103, p=0.035). Meski demikian, hasil self-report dan penilaian guru menunjukkan penurunan perilaku perundungan yang tidak signifikan (Z=-1.826, p=.068; Z=-1.826, p=.068). Selain itu, program pelatihan ini tidak dapat meningkatkan kemampuan berempati secara signifikan, baik empati secara umum (Z=-1.826, p=0.068), afektif (Z=-1.604, p=0.109), maupun kognitif (Z=-1.826, p=0.068), serta hanya dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta secara memadai.

Bullying is a phenomenon that often occurs in Indonesia, even within the educational environment. Bullying proved to have a negative impact on both the victims and the perpetrators. This study aims to evaluate the effectiveness of the Empathy and Self Control Training Program to reduce bullying behavior and increase empathy and self control. The participants were four elementary school bullies. The research method used was quasi-experimental with the design of one group pre-test post-test. Data analysis techniques used Wilcoxon signed-rank test to see differences in the conditions of participants before and after the intervention. The results indicate that the Empathy and Self Control Training Program can reduce bullying behavior significantly based on peer evaluations (Z = -2.103, p = 0.035). However, the results of the self-report and teacher assessment showed a non-significant decrease in bullying behavior (Z = -1.826, p = .068; Z = -1.826, p = .068). In addition, this training program cannot significantly improve empathy skills, both empathy in general (Z = -1.826, p = 0.068), affective (Z = -1.604, p = 0.109), and cognitive (Z = -1.826, p = 0.068), and can only improve the ability of participants to control themselves adequately."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parapat, Veronica Novelina
"Kasus perundungan ialah salah satu masalah interaksi sosial yang sering terjadi di lingkungan sekolah, terutama pada tingkat sekolah dasar (Novianto, 2018). Hal ini disebabkan oleh individu yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok pertemanan dan berada dalam periode pencarian identitas sosial (Craig, 2016). Kasus perundungan juga menjadi perhatian bagi Sekolah Dasar X di Jakarta. Adanya sikap saksi yang enggan melindungi korban dan memberikan penguatan pada pelaku membuat perundungan terus terjadi (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). Salah satu metode menurunkan perundungan melalui intervensi pada saksi membawa dampak yang lebih signifikan (Lee, 2004). Oleh karena itu, program pelatihan mengubah siswa yang merupakan saksi/bystander menjadi pembela sangat penting untuk dilakukan. Program STAC Plus merupakan serangkaian sesi pelatihan yang diadaptasi dari penelitian Midgett dan Doumas (2016). Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental dengan desain penelitian pre-test/post-test. Jumlah partisipan penelitian adalah 22 siswa kelas VI SD. Teknik analisis data Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk melihat perbandingan skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok yang sama. Hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus dapat secara efektif meningkatkan pengetahuan peran pembela (Z = -3.923b, p = 0.000). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus tidak efektif meningkatkan empati (Z = -1.909b, p = 0.056).

Bullying is one of the problems of social interaction that often accurs in school environment, especially in elementary school (Novianto, 2018). This is caused by individuals are spend more time with peers and in a period of searching for social identity (Craig, 2016). Bullying is also a concern for X Elementary School in Jakarta. Their reluctance to protect the victims and reinforcement are main factors that encourage the occurrence of bullying (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). One method to reduce bullying by intervention through bystander has more significant impact (Lee, 2004). Therefore, training program to transform bystander students to be defender is very important. The STAC Plus program is a series of training sessions adapted by previous research from Midgett and Doumas (2016). This study used a quasi-experimental method with a pre-test / post-test research design. The number of participants in the study were 22 students in 6th grade. Wilcoxon Signed Rank Test data analysis technique was used to see the comparison of scores before and after intervention in the same group. The results shows that the STAC Plus intervention program could effectively increase defender knowledge (Z = -3.923b, p = 0.000). However, the study shows that the STAC Plus intervention program does not effectively increase empathy (Z = -1.909b, p = 0.056)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Starlettia Viorensika
"Psikologi merupakan salah satu jurusan perkuliahan yang diminati saat ini. Untuk menjadi seorang psikolog yang baik, diperlukan kemampuan untuk berempati agar dapat memahami kliennya (Rogers, 1975). Oleh karena itu, empati dianggap sebagai karakteristik mendasar yang harus dimiliki psikolog. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran empati mahasiswa psikologi dan melihat manfaat pendidikan psikologi dalam mengembangkan empati mahasiswa psikologi. Davis (1996) mendefinisikan empati sebagai sekumpulan konstruk yang berkaitan dengan respon seseorang terhadap pengalaman orang lain. Konstruk ini secara spesifik yaitu meliputi proses yang terjadi pada pengamat serta bentuk afektif dan non-afektif yang dihasilkan dari proses tersebut. Pengukuran empati menggunakan alat ukur Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1980). Partisipan penelitian berjumlah 181 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan psikologi membantu mahasiswa mengembangkan empatinya namun tingkat empati mahasiswa tingkat awal lebih tinggi daripada tingkat empati mahasiswa tingkat akhir. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan empati untuk meningkatkan empati yang dimiliki mahasiswa.

Psychology is one of the popular college majors nowadays. To be a good psychologist, required the ability to empathize in order to understand their clients (Rogers, 1975). Therefore, empathy is considered as the fundamental characteristics that must be owned by psychologist. This research was conducted to find the overview of empathy among psychology undergraduate students and to find the benefits of psychological education in order to develop empathy of psychology undergraduate students. Davis (1994) defined empathy as a set of constructs having to do with the responses of one individual to the experiences of others. These constructs specifically include the process taking place within the observer and afective and non-affective outcomes which results from those processes. Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1986). The participants of this research are 181 University of Indonesia undergraduate psychology students. The main results of this research show that psychological study is useful for the development of empathy, however first year’s empathy level is higher than last year’s empathy level. Therefore, empathy training is needed to improve empathy level of undergradute psychology students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Chairunnisa
"Bencana alam tidak dapat dihindari, terutama dengan perubahan cuaca yang ekstrim secara sporadis. Baru-baru ini, Brisbane mengalami kerusakan parah akibat banjir, memicu sekumpulan perilaku prososial untuk membantu orang lain pada masyarakat. Studi ini dilakukan untuk menguji hubungan antara empati dan jiwa gotong royong, dan perannya dalam kecenderungan prososial masyarakat. Kami menyelidiki empati dan jiwa gotong royong sebagai variabel yang dianggap berhubungan dengan motivasi dibalik perilaku psososial. Data kami dikumpulkan dari 327 peserta. Kami menggunakan Toronto Empathy Questionnaire (Spreng et al., 2009) untuk penyelidikan empati, Brief Sense of Community Scale (Peterson et al., 2008) untuk penyelidikan jiwa gotong royong, dan Helping Behaviour Scale (Bistricky et al., 2019) untuk penyelidikan perilaku prososial. Temuan kami mengilustrasikan bahwa korelasi antara empati dan jiwa gotong royong bersifat positif dan signifikan dalam mendukung munculnya perilaku prososial pada masyarakat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa mereka yang memiliki tingkat empati dan jiwa gotong royong yang tinggi, meskipun tidak harus dirasakan secara bersamaan, memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan perilaku prososial.

Natural disasters are inevitable, especially with the sporadic extreme changes of weather. Recently, Brisbane suffered great damage due to flooding, stimulating a flock of prosocial behaviour of helping from others. This study was conducted to examine the relationship between both empathy and sense of community, and its viable role in people’s prosocial tendencies. We investigate both empathy and sense of community as the variables thought to be responsible for the underlying motivation behind prosocial behaviour. Our data was collected from 327 participants. We utilized the Toronto Empathy Questionnaire (Spreng et al., 2009) to investigate the variable of empathy, Brief Sense of Community Scale (Peterson et al., 2008) to investigate sense of community, and Helping Behaviour Scale (Bistricky et al., 2019) to investigate natural disaster helping. Our findings illustrated that the correlation between empathy and sense of community are both positive and significant in favour of prosocial behaviour. Based on the results, it can be inferred that those with prominent levels of empathy and sense of community, though not obligatory to be in tandem, have greater tendency to perform prosocial behaviour."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Indira Artha
"Perilaku membantu rekan kerja di luar uraian pekerjaan utama berdampak positif pada pencapaian organisasi. Perilaku ini dalam penelitian psikologi industri sebagai perilaku kewargaan antarpribadi. Perilaku kewargaan antarpribadi merupakan tindakan karyawan yang bukan merupakan bagian dalam uraian tugas utamanya yang difokuskan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pribadi atau menyelesaikan tugas rekan kerja. Untuk itu dilakukan penelitian guna mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Kepedulian empatik merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan munculnya perilaku kewargaan antarpribadi. Kepedulian empatik adalah respons emosional belas kasih dan keprihatinan yang dialami karyawan ketika melihat rekan kerja yang sedang membutuhkan. Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang terdiri dari Studi 1 dan Studi 2. Studi 1 dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi pada karyawan Direktorat A Bank XYZ. Data dikumpulkan dari 40 karyawan menggunakan kuesioner yang terdiri atas Interpersonal Citizenship Behavior Scale (Settoon & Mossholder, 2002) dan Empathic Concern Subscale dari Intepersonal Reactivity Index (Davis,1980). Diketahui terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi (r = 0,54, p < 0,01). Hasil Studi 1 ditindaklanjuti melalui Studi 2 dengan melaksanakan pelatihan Empathy at Work. Berdasarkan evaluasi terhadap lima peserta diketahui program ini efektif. Terdapat peningkatan yang signifikan pada pemahaman peserta mengenai kepedulian empatik (Z = -2,03, p < 0,05). Peserta juga menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap kepedulian empatik (Z = -2,06, p < 0,05) dan perilaku kewargaan antarpribadi (Z = -2,03, p < 0,05). Berdasarkan pengamatan rekan kerja dan atasan langsung diketahui peserta mampu menunjukkan kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi dengan memenuhi lebih dari 60 persen indikator perilaku yang diharapkan.

Helping coworkers outside ones main job description has a positive impact on organizational achievement this behavior in industrial psychology research known as interpersonal citizenship behavior. Interpersonal citizenship behavior is an employees activities that are not part of their main tasks, focused on helping to solve personal problems or complete the work of colleagues. For this reason, research is conducted to determine the factors associated with these behaviors. Empathic care is an important factor related to the emergence of interpersonal citizenship behavior. Empathic care is the emotional response of compassion and concern experienced by employees when they see colleagues in need. This research is applied research consisting of Study 1 and Study 2. Study 1 was conducted to determine the relationship between empathic concern and interpersonal citizenship behavior among XYZ Bank Directorate A employees. Data were collected from 40 employees using a questionnaire consist of the Interpersonal Citizenship Behavior Scale (Settoon & Mossholder, 2002) and the Empathic Concern Subscale of the International Reactivity Index (Davis, 1980). There is a significant positive relationship between empathic care and interpersonal citizenship behavior (r = 0,54, >p <0,01). Study 1 results were followed up through Study 2 by conducting Empathy at Work training. Based on the evaluation of five participants, it was found that the program was effective. There was a significant increase in participants understanding of empathic care (Z = -2.03, p <0.05). Participants also showed a more positive attitude towards empathic care (Z = -2.06, p <0.05) and interpersonal citizenship behavior (Z = -2.03, p <0.05). From the observations of coworkers and direct supervisors, the research found that participants were able to demonstrate empathic concern and interpersonal citizenship behavior by meeting more than 60 percent of expected indicators."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashma Nur Afifah
"Penggunaan peralatan komunikasi elektronik seperti telepon seluler dan internet cenderung membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah membantu remaja dalam berhubungan dengan teman, dan salah satu dampak negatif adalah cyberbullying. Salah satu penyebab terjadinya cyberbullying adalah empati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan empati dan komponen di dalamnya yaitu empati afektif dan empati kognitif dengan perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja yang menjadi siswa di Sekolah Menengah Atas. Partisipan penelitian ini terdiri dari 169 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang terlibat dalam perilaku cyberbullying.
Empati diukur dengan menggunakan Basic Empathy Scale dari Joliffe dan Farrington (2006) dan perilaku cyberbullying diukur dengan Revised Cyber Bullying Scale (RCBI) dari Topcu dan Erdur-Baker (2010) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara empati dengan perilaku cyberbullying yang diterima maupun dilakukan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dan perlu diteliti lebih lanjut.

The increasing use of electronic gadgets such as handphone or internet has positive and negative effect. On the positive side it does help adolescence to communicate with their friends but one of negative effect is cyberbullying. One factor that correlates to cyberbullying behavior is empathy. The purpose of this study is to identify the correlation between empathy and its component, the affective empathy and cognitive empathy and cyberbullying behavior among adolescence in senior high school. The participants are 169 students in senior high school in Jakarta who do cyberbullying behavior.
Empathy is measured with Basic Empathy Scale by Joliffe and Farrington (2006) and cyberbullying behavior is measured with Revised Cyber Bullying Scale (RCBI) by Topcu and Erdur-Baker (2010) which has been adapted and modified in this study. The result indicates that the correlation is not significant because there are other factors that more contributes to cyberbullying behavior than empathy that need to be studied further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Fabiola Serepina Lalu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 494 siswa Sekolah Menengah Atas di daerah Jakarta. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) untuk mengukur empati dan Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow, 2000) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Kedua alat ukur ini direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif signifikan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah dibandingkan dengan emosi malu saat gagal memenuhi standar sosial.

This study aimed to determine the correlation of empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The participants of this study are 494 students in senior high school in Jakarta. This quantitative study used Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) to measure empathy and Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow, 2000) to measure shame emotion and guilt emotion. Both of these measuring instruments had been revised to adjust the adolescent context. The results of this study showed the existence of positive and significant correlation between empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The results also showed that adolescent are more likely to feel guilt emotion rather than shame emotion when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Permata Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji program intervensi dramatic play untuk meningkatkan empati anak usia 5-6 tahun. Desain penelitian ini adalah non-experimental within subject. Pelaksanaan rangkaian aktivitas penelitian dilakukan secara tatap muka di sekolah RA Al Ikhlas Kabupaten Bandung. Penelitian ini melibatkan guru sebagai fasilitator yang menyampaikan rangkaian aktivitas. Penelitian diawali dengan praintervensi berupa pemberian materi kepada guru terkait empati, dramatic play, dan rancangan intervensi. Partisipan penelitian adalah anak-anak kelas B berusia lima hingga enam tahun (n=5). Alat ukur yang digunakan saat pre-test dan post-test adalah Skala Empati Anak. Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata anak pada waktu pre-test (M=7, SD=1.78) dan post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak efektif meningkatkan empati anak. Hasil analisis statistik kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata post-test 1 dan rata-rata post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak memberi pengaruh setelah jangka waktu tertentu.

This study aims to examine the intervention program “dramatic play” to improving kindergarten’s empathy. This research design is on-experimental within subject. The implementation of research activities was carried out by face-to-face at RA Al Ikhlas School, Bandung Regency. This study involved the teacher as the person who delivered the activities. This study began with pre-intervention to providing materials for teacher related to empathy, dramatic play, and manual program research. The participants were kindergarten children age 5-6 years old (n=5). The measuring instrument used during pre-test and post-test is Skala Empati Anak. Statistical analysis used Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference on kindergarten’s emotional understanding mean score in pre-test (M=7, SD=1.78) and post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play is no effective in increasing kindergarten’s emotional understanding. The result of the second statistical analysis show that there was no significant difference in the mean score of post-test 1 and post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play doesn’t take effect certain amount of time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Nadhifa Sydra Tsany
"Penelitian ini melibatkan survei untuk menguji hubungan antara penggunaan Facebook dan tiga faktor psikologis, yaitu empati, narsisisme, dan tingkat penghargaan diri pengguna. Skor rata-rata 3 variabel dari sampel 852 peserta (M = 28,94, SD = 13,98) diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang mengukur intensitas penggunaan Facebook, empati, narsisisme, dan tingkat penghargaan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan Facebook dengan ketiga sifat tersebut. Penggunaan Facebook berkaitan secara positif dengan peningkatan sifat empati, narsisisme dan penghargaan diri.

The present study conducted a survey to examine the relationship between Facebook use and three psychological factors, such as empathy, narcissism, and self-esteem level of the users. A sample of 852 participants’ (M = 28.94, SD = 13.98) averaged scores of aforementioned variables were obtained using measures of the intensity of Facebook use, empathy, narcissism, and self-esteem. Results showed that there were significant relationships between Facebook use and the three traits. Facebook use has a positive association with the increase of empathy, narcissism, and self-esteem level"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>