Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelia Hutami Sundaur
"

Pneumonia pada anak sangat rentan terjadi terutama pada negara berkembang. Biasanya pada pneumonia tanda gejala yang muncul adalah terdapat sekret berlebih pada jalan napas, batuk, terdapat retraksi dada dan napas cuping. Mayoritas masalah keperawatan yang sering muncul anak dengan pneumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Karya ilmiah itu bertujuan untuk melihat keefektifan pemberian intervensi keperawatan postural drainase pada anak dengan pneumonia. Hasil yang didapatkan anak pneumonia yang diberikan intervensi postural drainase efektif terhadap perubahan status pernapasan daripada anak yang tidak dilakukan intervensi keperawatan postural drainase. Salah satu indikasi status perubahan pada anak terdiri dari frekuensi napas dalam rentang normal (<40x/menit pada anak usia 1-5 tahun, dan <60x/menit pada anak usia <1 tahun), tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada napas cuping hidung, serta suara napas normal (vesikuler), selain status pernapasan hal yang dapat dilihat yaitu hasil rontgen toraks menunjukkan tidak ada infiltrasi pada lapang paru. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi terhadap tenaga kesehatan untuk menerapkan secara efektif pada lahan praktik rumah sakit untuk meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia.


Pneumonia in children is very vulnerable, especially in developing countries. Usually the symptom pneumonia that appears is there is hypersecretion in the airway, coughing, trouble breathing, there is chest retraction and nasal flaring. The most problem related with pneumonia is ineffective airway clearance. The scientific aimed to look the effectiveness of giving postural drainage intervention in children with pneumonia. It was found that pneumonia children who were given postural drainage intervention would be more effective than children who were only given inhalation and suction interventions without postural drainage. One of indicated is respiration status child with pneumonia with normal scale (<40 times per minutes in child 1 until 5 years old, and <60 times per minutes in child ages under 1 year), no chest retraction and nasal flaring, and breathing normally. Beside respiration status, the result of Rontgen thorax is no infiltrate in lungs area. The results of this scientific are expected to be used as information for health workers to apply effectively to the hospital practice area to streamline the airway clearance in children with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maharani
"Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan masalah utama yang sering muncul pada anak dengan pneumonia. Tindakan clapping adalah salah satu intervensi mandiri keperawatan untuk masalah bersihan jalan napas. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas clapping dalam penanganan masalah bersihan jalan napas. Intervensi berupa tindakan clapping untuk penanganan bersihan jalan napas diharapkan dapat menggerakkan sekret yang tertahan pada jalan napas. Metode yang digunakan berupa edukasi, pendampingan, memantau status respirasi, serta evaluasi. Hasil ditemukan bahwa ada perbaikan status respirasi setelah pemberian clapping dan terapi jalan napas lainnya. Berdasarkan studi ini diharapkan institusi rumah sakit memaksimalkan peran perawat untuk memberikan edukasi, pendampingan, dan evaluasi mengenai clapping sebagai tindakan penting untuk meningkatkan perbaikan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is a major problem that often occurs in children with pneumonia. Clapping chest physiotherapy is one of nursing interventions for improving airway clearance. This study aims to determine the effectivity of clapping chest physiotherapy for improving airway clearance. Clapping chest physiotherapy techniques are expected to move secretion out of the lungs. The methods used are education, assistance, and evaluation of clapping chest physiotherapy, and monitoring status of respiration. The result found that there was an improvement in respiratory status after administration of clapping and other airway clearance therapy. This paper is expected to be the hospitals consideration in maximizing nurses role in education, assistance, and evaluation of clapping as an important measure to improve airway clearance. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada usia dewasa, yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, mycoplasma, dan virus, termasuk Coronavirus Disease-19 (Covid-19) yang saat ini menjadi pandemic. Klinis pasien dengan pneumonia akibat infeksi Covid-19 adalah demam, batuk, kesulitan bernapas, dan keluhan sesak memberat. Salah satu masalah keperawatan yang adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dikarenakan akumulasi sekret berlebih sebagai akibat reaksi inflami jaringan paru, yang ditandai dengan batuk, keluhan susah mengeluarkan dahak, terdengar ronchii, hingga timbulnya sesak napas. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien pneumonia terkonfirmasi positif Covid-19, dengan penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai upaya meningkatkan bersihan jalan napas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu yaitu 2kali dalam sehari (pagi pukul 06.00 dan sore pukul 16.00) maka terjadi perbaikan kondisi dan masalah teratasi di hari ke III rawat inap dibuktikan dengan frekuensi napas 20x.menit, irama napas reguler, kedalaman napas normal, suara napas vesikuler, tidak terdapat keluhan sesak, dan pasien mampu melakukan batuk efektif dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif dapat diberikan pada pasien Covid-19 dan menjadi intervensi mandiri bagi perawat isolasi kepada pasien sesuai indikasi.

Pneumonia is the main cause of morbidity and mortality in adulthood, caused by infectious agents such as bacteria, mycoplasma, and viruses, including Coronavirus Disease-19 (Covid-19) which is currently becoming a pandemic. Clinical signs of patients with pneumonia due to Covid-19 infection are fever, cough, difficulty breathing,and severe shortness of breath. One of the nursing problems is the ineffective airway clearance caused by accumulation of excess secretions as the result of the reaction of lung tissue inflami, which is characterized by coughing, difficulty in expelling phlegm, sound of ronchii, to the onset of shortness of breath. This paper aims to analyze nursing care in patients with pneumonia confirmed positive for Covid-19, with the application of chest physiotherapy and effective-cough as the nursing intervention for improving the airway clearance. After regular and continuous nursing intervention, which 2 times a day (morning at 6:00 a.m. and 4:00 p.m. in the afternoon), there was an improvement in the conditionThe problems resolved in the third day of hospitalization evidenced by the frequency of breath 20x.minutes, regular breathing rhythm, normal breathing depth, vesicular breath sounds, no complaints of shortness of breath, and the patient is able to cough effectively properly and correctly. This shows that chest physiotherapy and effective-cough can be given to Covid-19 patients and become an independent intervention for isolation nurses to patients as indicated."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Muhammad Yanuar Abdurrahman
"Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan fisik akibat dampak urbanisasi. Intervensi manajemen jalan nafas dengan mengajarkan anak napas dalam merupakan intervensi yang bertujuan untuk mengatasi masalah hambatan pertukaran gas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia dan menganalisis penerapan intervensi manajemen jalan napas melalui napas dalam. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa intervensi manajemen jalan napas melalui teknik napas dalam sangat efektif dilakukan pada anak dengan Pneumonia dibuktikan denganĀ  status pernapasan dan status oksigenasi anak yang membaik. Rekomendasi karya ilmiah ini adalah penerapan intervensi manajemen jalan napas pada anak dengan Pneumonia secara teratur dan terencana di ruang rawat anak di rumah sakit.

Pneumonia is a lower respiratory tract infection that can be triggered by damage to the physical environment due to the impact of urbanization. An airway management intervention by teaching children to conduct deep breathe is an intervention aimed at overcoming the problem of gas exchange. This paper aims to describe nursing care in children with Pneumonia and analyze the application of airway management interventions through deep breathing. The results of deep breathing implementation show that airway management intervention through deep breathing techniques was very effective in children with Pneumonia as evidenced by respiratory status and improved oxygenation status of children. The recommendation is that to implement airway management interventions in children with Pneumonia regulary and planned."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tama Benita
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi salah satu masalah respirasi paling umum terjadi pada anak dengan pneumonia akibat terjadinya inflamasi pada alveolus. Pada anak-anak, peningkatan produksi sekret dan ketidakefektifan batuk semakin memperparah kepatenan jalan napas sehingga memerlukan bantuan dalam sekresi sputum. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas fisioterapi dada pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas. Pasien An. D (11 tahun) dengan pneumonia mengalami takipnea dengan frekuensi napas 31x/menit, saturasi oksigen 95-97% dengan nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi nadi 128x/menit, ronkhi pada kedua lapang paru, dan tingkat kesadaran stupor GCS E1M2V1. Setelah diberikan fisioterapi dada selama 4 hari, terdapat perbaikan pada frekuensi napas pasien, frekuensi nadi, saturasi oksigen, suara ronkhi yang berkurang, dan sekresi sputum mencapai 60 cc pada hari terakhir intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan bagi ners untuk memberikan fisioterapi dada sebagai intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is one of the most common respiratory problems in children with pneumonia due to inflammation of the alveoli. In children, increased production of secretions and ineffective coughing further exacerbate airway patency, hence sputum secretion assistance is required. This study aims to analyze the effectiveness of chest physiotherapy in children with pneumonia with airway clearance problems. Patient D (11 years old) with pneumonia had tachypnea with a respiratory rate of 31x/minute, oxygen saturation 95-97% with nasal cannula 2 liters per minute, pulse rate 128x/minute, rhonchi, and LOC stupor GCS E1M2V1. The patient's respiratory rate, pulse rate, oxygen saturation, ronchi, and sputum secretion is improved during 4 days of administered chest physiotherapy. The results of this study are expected to be an additional reference for nurses to provide chest physiotherapy as an independent nursing intervention for patients with airway clearance problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Rumiyani
"ABSTRAK
Pneumonia merupakan suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit . Pneumonia dapat menyebabkan masalah pernapasan yaitu bersihan napas, pola napas tidak efektif, maupun gangguan pertukaran gas. Penatalaksanaan yang dilakukan selain farmakologi dapat dilakukan pemberian intervensi keperawatan positioning/postural drainase untuk manajemen jalan napas. Penulis melakukan penerapan intervensi positioning/postural drainase dalam 2 kali sehari yaitu 1 jam sebelum makan pagi dan 1 jam sebelum tidur malam. Pelaksanaan positioning dilakukan selama 3-10 menit sesuai letak sekret. Penulis melakukan intervensi manajemen jalan napas selama satu minggu. Hasil yang didapatkan dari intervensi tersebut adalah kepatenan jalan napas meningkat yang dibuktikan dengan adanya penurunan frekuensi pernapasan, saturasi oksigen yang adekuat, serta penurunan tarikan dinding dada. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat menjadi informasi dalam pemberian intervensi manajemen jalan napas dan respirasi dengan positioning.

ABSTRACT
AbstractPneumonia is a lung inflammation caused by microorganisms bacteria, viruses, fungi, parasites . Pneumonia can cause respiratory problems of respiratory, ineffective breathing patterns, and gas exchange disruptions. Management performed in addition to pharmacology can be done nursing positioning / postural drainage intervention for airway management. The author conducted the application of positioning / postural drainage intervention in 2 times a day ie 1 hour before breakfast and 1 hour before bed night. Implementation of positioning performed for 3-10 minutes according to the location of the sekretions. The authors intervened for airway management for one week. The results obtained from these interventions are increased airway patency as evidenced by decreased respiratory frequency, adequate oxygen saturation, and decreased chest wall attractiveness. The authors hope this scientific work can be informed in the provision of airway management and respiratory management with positioning."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Wijayati
"ABSTRAK
Nama : Riris WijayatiProgram Studi : Profesi KeperawatanJudul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pemberian Posisi Pronasi terhadap Status Oksigenasi pada Bayi dengan Pneumonia Pneumonia merupakan masalah kesehatan yang sering menyerang sistem pernapasan pada balita. Masalah yang muncul pada anak dengan pneumonia salah satunya adalah masalah oksigenasi. Karya ilmiah akhir ini memberi gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada pneumonia dengan masalah keperawatan utama gangguan oksigenasi. Intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan adalah positioning dengan posisi pronasi. Pemberian posisi pronasi dilakukan setiap hari minimal setiap 2 jam sekali dengan pengukuran status oksigenasi meliputi frekuensi napas, nadi, saturasi oksigen, dan capillary refill time CTR yang dilakukan sebelum dan sesudah posisi pronasi. Hasil evaluasi menunjukkan intervensi keperawatan posisi pronasi efektif meningkatkan saturasi oksigen. Kata kunci: pneumonia, status oksigenasi, posisi pronasi

ABSTRACT
Name Riris WijayatiMajor NursingTitle Analysis of Nursing Practiceabout the Effect of Prone Position for Oxygenation Status in Infants with Penumonia Pneumonia is the disease that often attack respiratory system in infants. The problem that affected child with pneumonia was oxygenation. This study was made to describing about nursing care in child with pneumonia,with the main problems was oxygenation.Nursing interventions that could be given is positioning with pronation position. Pronation positioning could be given every day and minimum in two hours with measurement of oxygenation which is include respiration frequency, pulse, oxygen saturation, and capillary refill time CTR before and after pronation positioning. The evaluation result showed that pronation position was effective to increased oxygen saturation. Keywords pneumonia, oxygenation status, pronation position. "
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dicka Adhitya Kamil
"Latar Belakang Pneumonia adalah suatu penyakit akibat infeksi pada paru yang menjadi masalah serius, dengan tingkat mortalitas yang mencapai 42,4% di Indonesia sendiri. Pneumonia dikaitkan dengan mortalitas tinggi, salah satunya pada kondisi kegagalan ekstubasi yang terjadi pada pasien yang memerlukan intubasi. Proses patologis ini dikaitkan dengan peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 yang dapat ditemukan pada serum ataupun bilasan bronkoalveolar. Penelitian-penelitin terdahulu belum menentukan kaitan sitokin IL-6 dengan prognosis pasien terkait mortalitas dan kegagalan ekstubasi, serta belum menentukan korelasi kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan pasien gagal ekstubasi.
Tujuan Mengetahui perbandingan kadar IL-6 pada serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien sesuai dengan status mortalitas dan ekstubasi pada pasien pneumonia berat, serta korelasi kadar IL-6 sersum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan gagal ekstubasi.
Metode Penelitian dengan desain kohort prospektif dilakukan pada 40 pasien pneumonia berat yang terintubasi dan menjalani tindakan bronkoskopi di IGD dan ruang intensif RSCM sejak November 2020 hingga Januari 2021. Kadar IL-6 pada pemeriksaan serum dan pemeriksaan bilasan bronkoalveolar kemudian dianalisis dengan observasi keberhasilan ekstubasi selama 20 hari dan status mortalitas selama 28 hari. Analisis univariat pada karakteristik pasien dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji perbedaan dua rerata tidak berpasangan dengan data skala numerik dilakukan pada data sebaran normal dan uji Mann-Whitney dilakukan pada data sebaran tidak normal.
Hasil Dalam penelitian, didapatkan rasio gagal ekstubasi dan mortalitas sebesar 80% dan 75% secara berurutan. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar IL-6 serum ataupun bilasan bronkoalveolar pada status mortalitas dan ekstubasi pasien. Namun, ditemukan korelasi positif antara kadar IL-6 serum dan kadar IL-6 bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal (r=0,551) dan gagal ekstubasi (r=0,567).
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar antara pasien meninggal dan hidup, serta pasien berhasil atau gagal ekstubasi. Namun, terdapat hubungan positif antara kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan gagal ekstubasi.

Background. Pneumonia is a disease caused by infection in the lungs which has become a serious health issue, with a mortality rate of 42.4% in Indonesia itself. Pneumonia is associated with high mortality, one of which is in conditions of extubation failure that occurs in patients who require intubation. This pathological process is associated with an increase in pro-inflammatory cytokines such as IL-6 that can be found in serum or bronchoalveolar lavage. Previous studies have not determined the association of the IL6 cytokine with the prognosis of patients related to mortality and extubation failure, nor have they determined the correlation of serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage in patients dying and patients failing to extubate.
Purpose. To analyze the comparison of IL-6 levels in serum and bronchoalveolar lavage in patients based on their mortality and extubation status in severe pneumonia patients, as well as the correlation of IL-6 levels in serum and bronchoalveolar lavage in patients who died and failed extubation.
Method. The study with a prospective cohort design was conducted on 40 severe pneumonia patients who were intubated and underwent bronchoscopic procedures in the emergency room and intensive room of RSCM from November 2020 to January 2021. IL6 levels were examined on serum and bronchoalveolar lavage sample, which then analyzed with the observation for extubation status for 20 days and mortality status for 28 days. Univariate analysis on patient characteristics was followed by bivariate analysis with unpaired two-mean difference tests with numerical scale data performed on normal distribution data and Mann-Whitney test performed on abnormal distribution data
Result. In the study, the ratio of extubation failure and mortality was 80% and 75% respectively. No significant difference was found between serum IL-6 levels or bronchoalveolar lavage IL-6 levels based on the mortality and extubation status of patients. However, a positive correlation was found between serum IL-6 levels and IL-6 levels of bronchoalveolar lavage in patients who died (r=0.551) and failed extubation (r=0.567).
Conclusion. There were no significant differences in serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage between deceased and living patients, as well as patients succeeded or failed to be extubated. However, there was a positive correlation between serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage IL-6 levels in patients who died and failed extubation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Setiowati
"Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah akut yang secara khusus mempengaruhi fungsi paru. Penyakit ini merupakan penyebab kematian balita terbesar setelah diare. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada kelompok balita sebesar 4,8%, angka ini berada diatas prevalensi pneumonia nasional yaitu 4,0%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Indonesia pada tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 13.855. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian pneumonia pada balita dengan tempat tinggal, jenis dinding, jenis atap, usia 12-23 bulan, usia 24-35 bulan, status imunisasi DPT-Hib, berat badan lahir, dan balita dengan ibu berstatus pendidikan lulus SD. Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017 adalah jenis dinding.

Pneumonia is acute lower respiratory tract infection that affect lung function in particular. This disease is a leading mortality on under-five children after diarrhea. According to Basic Health Research (Riskesdas) 2018, prevalence of pneumonia on group of under-five children is 4,8%, high than the national pneumonia prevalence which is 4,0%. This study aims to analyse factors related to pneumonia on under-five children in Indonesia on 2017. Cross-sectional design study was chosen with 13.855 samples included. This study is an extension analysis of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 data. The data analysis in this study used chi square test and logistic regression. Result found that there is a statistically significant relationship between pneumonia under-five children with type of residence, type of wall, 12-23 months old, 24-35 months old, DPT-Hib immunisation, birth weight, and elementary school graduated mother. Dominant influencing factors of pneumonia on under-five children in Indonesia based on IDHS 2017 data is type of wall."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Harti Utami
"Pneumonia adalah penyebab kematian kedua pada bayi dan balita setelah diare dan penyebab kematian nomor tiga pada neonatus. Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan kejadian pneumonia, tingkat keparahan bahkan kematian. Penelitian ini membahas gambaran karakteristik kejadian pneumonia pada balita dan faktor pada balita yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 346 balita yang diambil dari data e-puskesmas NG Puskesmas Kecamatan Duren Sawit periode Januari hingga April 2020. Analisa hubungan menggunakan uji chi square dengan p value 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita adalah status gizi dengan nilai RR = 0,62 (95% CI = 0,41-0,94), riwayat ASI eksklusif dengan nilai RR = 1,51 (95% CI = 1,08-2,11), dan riwayat imunisasi dengan nilai RR = 0,57 (95%CI 0,39-0,83). Maka dari itu, puskesmas dapat terus mempertahankan kinerjanya dalam peningkatan upaya promotif dan preventif dalam pengendalian fakor risiko pada kejadian pneumonia balita.

Pneumonia is the second leading cause of death in infants and toddlers after diarrhea and the third leading cause of death in neonates. Various risk factors can increase the incidence of pneumonia, severity and even death. This study discusses the characteristic description of pneumonia incidence in children under five years and the factors associated with the incidence of pneumonia. This study is quantitative with cross sectional design, total sample of 346 toddlers taken from the e-puskesmas NG Duren Sawit Sub-District Health centers from January to April 2020. Analysis of the relationship using the chi square test with a p value 0,05. The results of statistical tests showed that the variables associated with the incidence of pneumonia in children under five years were nutritional status with RR = 0.62 (95% CI = 0.41-0.94), record of exclusive breastfeeding with RR = 1.51 (95% CI = 1.08-2.11), and record of immunization with RR = 0.57 (95% CI 0.39-0.83). Therefore, the health center can continue to maintain its performance in increasing promotional and preventive in controlling risk factors in the incidence of under-five years pneumonia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>