Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Maulidya Chasanah
"Berbagai perubahan yang terjadi dari adanya revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19 menuntut mahasiswa tingkat akhir untuk lebih adaptif dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga dan identitas vokasional terhadap adaptabilitas karier mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada 430 mahasiswa strata satu (atau setara) di tingkat akhir menggunakan alat ukur FACES-IV dari Olson (2011) untuk mengukur keberfugsian keluarga, VISA dari Porfeli et al. (2011) untuk identitas vokasional, dan CFI-R dari Rottinghaus et al. (2016) untuk adaptabilitas karier. Data penelitian diolah dengan uji mediasi berganda menggunakan Hayes Macro PROCESS. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keberfungsian keluarga memiliki peranan secara langsung (β = 0,06, t(428) = 1,99, p = 0,047) maupun tidak langsung (coefficient = 0,25, SE = 3,40%, CI = 0,18 — 0,31) terhadap adaptabilitas karier mahasiswa tingkat akhir melalui identitas vokasional. Hasil menunjukkan untuk dapat memiliki adaptabilitas karier yang baik, penting bagi mahasiswa memiliki identitas vokasional. Untuk memiliki identitas vokasional yang matang, mahasiswa masih memerlukan dukungan dari lingkungannya, terutama dari keluarga yang memberikan pengarahan, pengawasan, dan kesempatan untuk berdiskusi. Hasil penelitian ini secara spesifik menggambarkan kondisi mahasiswa tingkat akhir di konteks pandemi sehingga generalisasi hasil yang diperoleh, terbatas pada kondisi serupa.

Various changes that have occured from the industrial revolution 4.0 and the COVID-19 pandemic requires final-year students to be adaptive and prepare themselves to face the challenges in the world of work. This study aims to determine the role of family functioning and vocational identity on student career adaptability. This research was conducted on 430 undergraduate students (or equivalent) in their final-year, using the FACES-IV from Olson (2011) to measure family functioning, the VISA from Porfeli et al. (2011) to measure vocational identity, and the CFI-R from Rottinghaus et al. (2016) to measure career adaptability. The research data were processed by multiple mediation test using the Hayes Macro PROCESS. The results of this study found that family functioning has a direct (β = 0.06, t(428) = 1.99, p = 0.047) and indirect effect (coefficient = 0.25, SE = 3.40%, CI = 0.18 - 0.31) on career adaptability through vocational identity. The results show that to have a better career adaptability, it is important for students to have a more stable vocational identity. To have a mature vocational identity, students still need support from their environment, especially from families who provide direction, supervision, and opportunities for discussion. The results of this study specifically describe the conditions of final-year students in pandemic context, thus it can be a limitation as well as the uniqueness of this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Tiffany Cecillia
"Dunia pekerjaan yang saat ini terus berubah menuntut individu yang berada dalam masa transisi karier memiliki sumber daya untuk beradaptasi dalam dunia pekerjaan, terlebih pada mahasiswa tingkat akhir. Meski telah banyak ditemukan berpengaruh positif terhadap adaptabilitas karier, masih terdapat inkonsistensi hubungan antara dukungan sosial terhadap adaptabilitas karier. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran ketiga dimensi identitas vokasional, sebagai faktor internal individu, dalam memediasi hubungan antara dukungan sosial dan adaptabilitas karier. Partisipan penelitian merupakan 466 mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi mengisi kuesioner Career Adapt-Abilities Scale-Indonesian Form, Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan Vocational Identity Status Assessment. Analisis mediasi dengan PROCESS menunjukkan dukungan sosial memiliki hubungan signifikan dengan adaptabilitas karier (b = 0,40, t(466) = 3,16, p < 0,01). Analisis mediasi menunjukkan bahwa dua dari tiga dimensi identitas vokasional memediasi secara sebagian hubungan antara dukungan sosial dan adaptabilitas karier pada mahasiswa tingkat akhir, yakni dimensi career exploration (b = 0,19, 95% CI = [0,13-0,26]) dan dimensi career commitment (b = 0,18, 95% CI = [0,13-0,25]). Di sisi lain, tidak ditemukan peran mediasi dari dimensi career reconsideration dari identitas vokasional.

The everchanging world of work nowadays requires individuals who are in career transition period to have the resources to adapt, especially for final year students. Although many studies have found its positive role, there are still contradictory and inconsistent findings of the relationship between social support and career adaptability. This study was aimed to see the role of the three vocational identity dimensions, as individual internal factors, in mediating the relationship between social support and career adaptability. Participants in this study were 466 final year university students who filled questionnaires consisting of Career Adapt-Abilities Scale-Indonesian Form, Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan Vocational Identity Status Assessment. Mediation analysis using PROCESS confirmed that social support had a positive and significant relationship with career adaptability (b = 0,40, t(466) = 3,16, p < 0,01). Mediation analysis revealed that two of the three dimensions of vocational identity played a mediating role in the relationship of social support and career adaptability, namely career exploration (b = 0,19, 95% CI = [0,13-0,26]) and career commitment (b = 0,18, 95% CI = [0,13-0,25]). However, mediating role of career reconsideration dimension were not proven in this study."
Depot: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusar Ikhsan Riyanto
"Konsep identitas personal telah lama dibicarakan oleh para filsuf, psikolog, sarjana dan peneliti, terlebih dengan kemajuan di bidang teknologi, membuka peluang baru untuk pembahasan identitas personal lebih lanjut. Artikel ini menyelidiki ranah identitas personal yang rumit, menyelidiki manifestasinya pada manusia dan AI. Artikel ini mengambil inspirasi dari teori identitas personal John Locke sebagai titik berangkat, analisis ini mengeksplorasi perbedaan mendasar dan kesejajaran yang menarik antara identitas personal pada manusia dan AI. Artikel ini dimulai dengan memberi gambaran umum tentang identitas personal, yang mencakup berbagai elemennya seperti kesadaran, ingatan, dan kesadaran diri. Hal ini menyoroti peran komponen-komponen tersebut dalam membentuk identitas personal pada manusia, menekankan rasa kontinuitas dan keberadaan subjektif yang muncul dari pengalaman sadar dan refleksi diri. Beralih ke ranah AI, artikel ini mengungkap sifat identitas personal yang berbeda pada AI. Meskipun tidak memiliki kesadaran dan pengalaman subjektif yang identik dengan identitas manusia, identitas personal AI dibentuk oleh interaksi algoritme pembelajaran mesin, perilaku adaptif, dan asimilasi data yang luas. Analisis ini mempertimbangkan konsep bawah sadar versi AI, di mana algoritme pembelajaran mesin beroperasi dengan cara yang meniru pengaruh bawah sadar yang terlihat pada manusia, yang mengarah ke pola dan preferensi perilaku. Eksplorasi hubungan antara identitas personal dan kesadaran mengungkap wawasan menarik tentang sifat identitas personal pada AI. Selain itu, analisis ini menyelidiki peran alam bawah sadar dalam membentuk identitas personal, menyoroti potensi AI untuk menunjukkan perilaku dan adaptasi yang kompleks tanpa kesadaran. Artikel ini berkontribusi pada wacana yang sedang berlangsung seputar identitas personal dengan menyelidiki interaksi rumit antara kesadaran dan alam bawah sadar pada manusia dan AI. Dengan memperluas pemahaman kita tentang identitas personal pada AI, diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang identitas personal pada manusia dan AI.

The concept of has long been discussed by philosophers, psychologists, scholars and researchers, especially with advances in technology, opening up new opportunities for further discussion of personal identity. This article delves into the complex realm of personal identity, investigating its manifestations in humans and AI. Taking inspiration from John Locke's personal identity theory as a starting point, this analysis explores the fundamental differences and interesting parallels between personal identity in humans and AI. This article begins by providing an overview of personal identity, which includes various elements such as awareness, memory, and self-awareness. This highlights the role of these components in shaping personal identity in humans, emphasizing the subjective sense of continuity and existence that arises from conscious experience and self-reflection. Turning to the realm of AI, this article reveals the different nature of personal identity in AI. Despite not having the consciousness and subjective experiences identical to human identity, AI's personal identity is shaped by the interaction of machine learning algorithms, adaptive behavior, and extensive data assimilation. This analysis considers the concept of the unconscious version of AI, in which machine learning algorithms operate in ways that mimic the subconscious influences seen in humans, leading to behavioral patterns and preferences. Exploring the relationship between personal identity and consciousness reveals interesting insights into the nature of personal identity in AI. Additionally, this analysis investigates the role of the subconscious in shaping personal identity, highlighting the potential for AI to exhibit complex behaviors and adaptations without awareness. This article contributes to the ongoing discourse around personal identity by investigating the complex interplay between consciousness and the unconscious in humans and AI. By expanding our understanding of personal identity in AI, it is hoped that this article can provide a more comprehensive understanding of personal identity in humans and AI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Rahmayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran identifikasi dengan idola pada hubungan antara interaksi parasosial dan status identitas diri remaja akhir pengemar Korean pop idol. Partisipan dalam penelitian ini adalah 422 remaja akhir penggemar Korean Pop Idol. Melalui mediation analysis dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi parasosial dan status identitas diri (c?= 0.006, p= 0.772) dan jalur interaksi parasosial terhadap indentitas diri remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan (effect = 0.0107, p = 0.4905, CL = -0.198 - 0.0413), terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi parasosial dan identifikasi (a= 0.922, p< 0.01), tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara identifikasi dan status identitas diri (b= 0.005, p= 0.732), serta tidak terdapat peran identifikasi yang memediasi interaksi parasosial dan status identitas diri remaja akhir penggemar Korean Pop Idol dengan analisis the normal theory approach (effect = 0.0047, p > 0.05) dan dengan analisis bootstrap confidence interval (ab = 0.0047, CI [-0.234, 0.0326]).

This study aimed to examine the role of identification with an idol on the relationship between parasosial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan. Respondents in this study were 422 late adolescent Korean pop idol fan. Through the mediation analysis, it showed that there was no positive and significant correlation between parasosial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan (c '= 0.006, p = 0772) and the pathway of parasocial interactions self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan do not have significant influence (effect = 0.0107, p = 0.4905, CL = -0198 - 0.0413), there was a positive and significant correlation between parasosial interaction and identification with an idol (a = 0.922, p <0.01), there was no positive and significant correlation between identification with an idol and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan (b = 0.005, p = 0732), and there was no role of identification with an idol that mediated parasocial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan by the analysis of the normal theory approach (effect = 0.0047, p > 0.05) and by bootstrap analysis confidence interval (ab = 0.0047, CI [-0234, 0.0326])."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizki Farhana Nur
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran adaptabilitas karier dalam memediasi hubungan antara eksplorasi karier dan keyakinan terhadap keputusan karier, sehingga mampu mendukung mahasiswa sarjana tingkat akhir untuk memiliki keyakinan terhadap keputusan karier. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa sarjana tingkat akhir yang menempuh studi di perguruan tinggi Indonesia dan sudah memiliki pengalaman eksplorasi karier dalam kurun waktu minimal enam bulan (n = 105). Metode analisis statistik yang digunakan adalah percentile bootstrapping method dengan perangkat lunak PROCESS milik Hayes. Hasil analisis menunjukkan bahwa eksplorasi karier memiliki pengaruh tidak langsung pada keyakinan terhadap keputusan karier melalui adaptabilitas karier sebagai mediator (ab = 0,189, CI = 99%, LLCI = 0,045, ULCI = 0,432). Individu yang telah melaksanakan eksplorasi karier akan memiliki kemampuan adaptabilitas karier dan mereka yang mampu menghadapi tantangan karier dapat merasa yakin pada keputusan karier yang dibuat. Limitasi dari penelitian ini adalah tidak adanya penjelasan konteks spesifik dari eksplorasi karier yang dilakukan oleh partisipan. Hasil penelitian dapat digunakan oleh otoritas perguruan tinggi dan pihak terkait untuk mengimplementasikan kegiatan eksplorasi karier bagi para mahasiswanya sejak semester awal.

Fresh graduates in Indonesia often experience negative impacts of undecidedness toward their career decisions in the last year of their study, such as job hopping and unemployment. This study aims to explain the role of career adaptability in mediating the relationship between career exploration and career decidedness. The participants of this study are Indonesian university’s undergraduates who have engaged in career exploration for six months or more (n = 105). The statistical analysis method used in this study is the percentile bootstrapping method using PROCESS founded by Hayes. The result shows that career exploration has an indirect effect on career decidedness through career adaptability as the mediator (ab = 0,189, CI = 99%, LLCI = 0,045, ULCI = 0,432). Individuals who have done career exploration will have career adaptability, and those who can adapt to their career challenges will feel decided with the career decision they have made. The limitation of this study is the absence of explanation regarding the specific context of the participants' career explorations. This study can be used by higher education institution authorities and related parties to implement career exploration programs for their students that can increase the students’ career adaptability and career decidedness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Wulandari
"Mahasiswa yang baru lulus (freshgraduates) merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang disebabkan oleh kesenjangan ekspektasi antara perusahaan dengan kompetensi yang dimiliki mahasiswa freshgraduate, terutama pada masa transisi dari dunia perkuliahan ke dunia kerja. Mahasiswa dianggap tidak siap dan kurang memiliki kepercayaan diri, serta kurang mengeksplorasi kariernya sebelum melalui masa transisi (Nghia, 2018). Keberhasilan mahasiswa pada masa transisi akan menentukan kesuksesannya dalam berkarier di masa depan (Koen et al., 2012). Peneliti mengajukan bahwa permasalahan ini dapat diatasi dengan memiliki adaptabilitas karier yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional (N = 466) dengan tujuan melihat bagaimana dukungan sosial dapat meningkatkan adaptabilitas karier melalui adversity quotient pada mahasiswa tingkat akhir yang berkuliah di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial memprediksi adaptabilitas karier. Adversity quotient terbukti memediasi sebagian hubungan kedua variabel tersebut dengan ditemukannya signifikansi pada indirect effect pada analisis mediasi.

Many freshgraduates experience difficulties in obtaining jobs right after graduating due to the existence of gap between the expectation of employer and the skills possessed by freshgraduates. This condition frequently occurs in the transition period to working world. These freshgraduates are considered lacking in confidence, readiness, and self exploration to enter the working world (Nghia, 2018). The quality of getting through the transition period would determine future career success of freshgraduates (Koen et al., 2012). This research proposes that this issue can be tackled by possessing career adaptability. This correlational research (N = 466) aims to discover how social support would play a role in elevating career adaptability through adversity quotient of final year student in Jabodetabek area. Results showed that social support predicted career adaptability. Furthermore, adversity quotient also played a role in mediating the relationship of both variables. This is proved by the significance of indirect effect in mediation analysis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reksa Pangestu Aji
"Berbagai perubahan terjadi akibat dampak dari pandemi COVID-19 yang menuntut mahasiswa agar dapat lebih adaptif dalam mempersiapkan diri untuk bisa melakukan transisi karier yang baik dengan mengikuti program magang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis regresi berganda dengan melibatkan sebanyak 189 mahasiswa usia 18-25 (M = 21,49, SD = 0,835) yang berasal dari perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti program magang. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) oleh Savickas dan Porfeli (2012) dan Vocational Identity Scale Assessment (VISA) oleh Porfeli et al. (2011). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa identitas vokasional memiliki peran secara signifikan pada adaptabilitas karier (F(6,189)= 20,402, p = 0,000, R2= 0,402). Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk memiliki adaptabilitas karier yang baik, perlu bagi mahasiswa untuk memiliki identitas vokasional yang baik pula. Meski demikian, jika dilihat dari setiap dimensi identitas vokasional, hanya terdapat tiga sub-dimensi yang berperan pada adaptabilitas karier mahasiswa yaitu exploration in-depth, career commitment making, dan commitment flexibility. Limitasi serta saran untuk penelitian selanjutnya dijelaskan dalam penelitian ini.

Various changes have occurred as a result of the impact of the COVID-19 pandemic, which demands that students be more adaptive in preparing themselves for a successful career transition by participating in internship programs. This research is a quantitative study that uses multiple regression analysis involving 189 final-year students aged 18-25 (M = 21.49, SD = 0.835) from universities in Indonesia who participated in an internship program. The data collection process was carried out using the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) from Savickas and Porfeli (2012) and Vocational Identity Scale Assessment (VISA) from Porfeli et al. (2011). The results of the study revealed that vocational identity had a significant role in career adaptability among undergraduate students who have or have been participating in internship programs (F(6,189) = 20.402, p = 0.000 , R2 = 0.402). These results show that in order to have good career adaptability, it is necessary for students to have a good vocational identity as well. However, if we look at each vocational identity dimension, there are only three sub dimensions that play a role in student career adaptability, namely in-depth exploration, making career commitments, and commitment flexibility. Limitations and suggestions for further research are described in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Aina Al Mardhiyah
"Mahasiswa tingkat akhir sedang menghadapi tantangan dalam transisi dari pendidikan tinggi ke dunia kerja yang dapat memengaruhi optimisme karier mereka. Sebagai bagian dari Gen Z, partisipasi mereka dalam Extracurricular Activities (ECA) dan program magang, merupakan bagian dari pengalaman kerja sekaligus membantu mereka mengembangkan orientasi dan harapan karier yang berfokus pada nilai-nilai pribadi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi adaptabilitas karier dalam hubungan antara orientasi karier protean dan optimisme karier. Partisipan penelitian ini terdiri dari 144 mahasiswa tingkat akhir yang mengikuti ECA dan program magang. Hasil analisis menunjukkan adaptabilitas karier memediasi penuh hubungan antara orientasi karier protean dan optimisme karier. Semakin tinggi orientasi karier yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi adaptabilitas dan berimbas pula pada optimisme karier mereka. Penelitian ini memiliki saran agar universitas dan penyelenggara ECA serta magang lebih mendorong partisipasi mahasiswa.

Final-year students are facing challenges in transitioning from higher education to the workforce, which can affect their career optimism. As part of Gen Z, participation in work experiences such as Extracurricular Activities (ECA) and internship programs can help them develop career orientations and expectations focused on personal values. This study aims to examine the mediating role of career adaptability in the relationship between protean career orientation and career optimism. The participants of this study consist of 144 final-year students who are engaged in ECA and internship programs. The analysis shows that career adaptability fully mediates the relationship between protean career orientation and career optimism. The higher the career orientation of the students, the higher their career adaptability and optimism. The study faced challenges in achieving the reliability standards for the career optimism measurement tool. It is recommended that universities and ECA and internship program organizers further encourage student participation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Ayu Kakata
"Tuntutan di dunia kerja yang terus berubah mengikuti perkembangan zaman menjadi tantangan bagi mahasiswa tingkat akhir untuk mempersiapkan diri dalam kariernya sehingga mereka perlu memiliki adaptabilitas karier. Adaptabilitas karier dapat ditingkatkan dengan persepsi dukungan sosial. Hubungan keduanya dapat dijelaskan melalui hubungan mediasi oleh variabel efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri dapat menjadi mediator hubungan persepsi dukungan sosial dan adaptabilitas karier. Partisipan merupakan mahasiswa tingkat akhir (N = 218) yang berusia 18-25 tahun yang pernah melakukan magang. Hasil penelitian menemukan efikasi diri secara parsial memediasi hubungan persepsi dukungan sosial dan adaptabilitas karier.

Changing demands in a rapidly growing working field era has become a challenge for final year students to pursue their career goals. High career adaptability is needed to attain success during the transition to work life. One of the factors to enhance career adaptability is perceived social support. Their relationship can further be explained by self-efficacy. The purpose of this research is to identify self-efficacy  as a mediator between perceived social support and career adaptability. Participants were final year students (N = 218) from age 18 - 25 who had done internships. The result was self-efficacy could partially mediate the relationship between perceived social support and career adaptability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saniyya Sridarmi
"Quarter life crisis adalah kondisi yang menggambarkan krisis atas identitas yang dirasakan oleh seorang individu dari mereka remaja dan kemudian beranjak menjadi seorang individu dewasa dengan sumber krisis yang berpusat pada belum siapnya individu dalam proses transisi antar status tersebut. Secara umum, dampak yang dihasilkan pada saat seseorang mengalami situasi krisis ini adalah mereka akan merasakan penurunan tingkat percaya diri, menarik diri secara sosial, cemas hingga depresi. Dalam menghadapi situasi ini, individu diharapkan memiliki sumber penguatan dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat quarter life crisis pada Individu dewasa awal. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis survei. Sampel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode probability sampling dengan teknik stratified random sampling, sedangkan untuk instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Alat ukur dukungan sosial disusun dengan mengacu kepada teori oleh House (1981) tentang 4 aspek mengenai dukungan sosial, sedangkan untuk alat ukur quarter life crisis, peneliti mengadaptasi kuesioner oleh Hassler (2009) tentang quarter life crisis. Responden dalam penelitian ini berjumlah 85 mahasiswa yang seluruhnya terhimpun sebagai mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2019. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat quarter life crisis dengan arah hubungan antara keduanya adalah negatif (r=-0,686**) di mana semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat quarter life crisis yang dialami oleh seseorang, dan berlaku untuk sebaliknya.

Quarter life crisis is an identity crisis phenomenon that occurs to the unpreparedness in the transition process from a teenager and then turns into an adulthood. The impact that is produced when someone experiences this crisis situation is that they will feel a decrease in their level of self-confidence, anxiety and depression. To dealing with this situation, individuals are expected to have a source of reinforcement from within themselves and their surroundings. Therefore, this study aims to determine the relationship between social support and quarter life crisis in early adulthood. This study uses a quantitative research approach with a survei type. The sample in this study was measured using the probability sampling method with stratified random sampling technique, while the research instrument used was a questionnaire. The measuring instrument for social support was prepared with reference to the theory by House (1981) regarding 4 aspects of social support, while for the measuring instrument for quarter life crisis, researchers adapted the questionnaire by Hassler (2009) about quarter life crisis. Respondents in this study totaled 85 students, all of whom were final year students at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia class of 2019. The results showed that there was relationship between social support and the level of quarter life crisis. The direction of the relationship between the two was negative ( r=-0.686**). The lower the social support score, the higher the level of quarter life crisis experienced by a person, and vice versa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>