Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93333 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Martyo Ashari
"Pengertian, pemahaman, bentuk, serta segala pengetahuan tentang tubuh dewasa ini dibentuk oleh pemiliknya serta institusi sosial pula. Hal-hal itu mendorong seseorang memilki keinginan untuk membentuk tubuhnya dengan lebih baik. Kehadiran gym dan fitness center dijadikan sarana untuk mencapai hal itu. Konsep demikian dikenal pula dengan ideal man yang dapat dibentuk di dalam gym dan fitness center. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai gym dan fitness center yang membentuk gym culture dan pembentukan maskulinitas diri melalui perwujudan ideal man. Penelitian ini juga menjelaskan alasan perolehan identitas ideal man yang berakar dari pembentukkan ideal body. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, penelitian ini menggunakan metode etnografi dan dilakukan di Junior GYM yang terletak di Cibubur dan Pabrik Otot (PO-FC) yang terletak di daerah Bintara, Bekasi Barat. Penelitian ini menunjukkan proses latihan di dalam gym membentuk seseorang menjadi ideal man berdasarkan tiga indikator, yaitu visual, pengetahuan, dan kekuatan.

The understanding, comprehension, form and all knowledge of the body nowadays is shaped by its owners and social institutions as well. These things encourage a person to have the desire to better shape their body. The presence of a gym and a fitness center is used to achieve that goals. This concept is also known as the ideal man that can be trained in gyms and fitness centers. This study aims to provide an understanding of the gym and fitness center that forms a gym culture and the formation of self-masculinity through the realization of the ideal man concept. This study also explains the reasons for obtaining the ideal human identity which is rooted in the formation of the ideal body. To achieve these goals, this research uses ethnographic methods and is conducted at the Junior GYM which is located in Cibubur and Pabrik Otot (PO-FC) which is located in the region of Bintara, West Bekasi. This study shows that the process of training in the gym forms an ideal man based on three indicators; visual, knowledge, and strength."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Ceti Prameswari, suthor
"Kegemukan pada wanita merupakan salaii satu masaiah yang berhubungan dengan penampilan fisik, karena seiain mengganggu kesehatan, kegemukan juga dapat mengurangi daya tank fisik seseorang. Menurut Unger dan Crawford (1992), wanita cenderung dinilai berdasarkan penampilan fisiknya dan faktor tersebut dijadikan kriteria penting dalam memilih pasangan, terutama oleh kaum pria. Kondisi tersebut seolah-olah menutup kemungkinan bagi wanita gemuk untuk mendapatkan perhatian dan dipilih pria menjadi pasangannya. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara awal terhadap beberapa wanita gemuk diketahui bahwa ternyata tidak sedikit wanita gemuk yang dipilih pria sebagai pasangan.
Dengan latar belakang tersebut disusun suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dengan kecenderungan memilih pasangan. Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa dua buah kuesioner, untuk mengukur persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dan kecenderungan memilih wanita gemuk sebagai pasangan. Subyek penelitian terdiri dari 52 pria lajang, berusia antara 25 sampai 33 tahun, berpendidikan minimal SMU, bekerja dan berdomisili di Jakarta. Metode analisa masaiah utama berupa penghitungan korelasi dengan rumus Pearson Product Moment dan dari hasil penghitungan diperoleh nilai r sebesar 0,3168 dengan p<0,05.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dengan kecenderungan memilih pasangan. ini berarti subyek yang tidak menilai bentuk tubuh wanita gemuk sebagai sesuatu yang negatif, tidak berkeberatan memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Sebaliknya, subyek yang menilai bentuk tubuh wanita gemuk sebagai sesuatu yang negatif cenderung tidak mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Pada pengukuran persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita gemuk tidak ditemukan perbedaan frekuensi yang signifikan antara subyek yang mempersepsi wanita gemuk secara positif dan subyek yang mempersepsi wanita gemuk secara negatif.
Hasil lain yang juga diperoleh yaitu adanya perbedaan mean yang signifikan antara persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dan persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita langsing. Kemudian diketahui juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi subyek yang cenderung mau memilih dan frekuensi subyek yang cenderung tidak mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya.
Dari hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum pria cenderung lebih menyukai wanita bertubuh langsing daripada wanita gemuk. Namun secara kualitatif diketahui bahwa tidak sedikit pria yang mempersepsi wanita gemuk secara positif dan mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Untuk menambah bobot penelitian ini masih diperlukan pendekatan kualitatif berupa wawancara mendaiam terhadap beberapa subyek."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Biankarisia
"Skripsi ini membahas representasi maskulinitas yang ditampilkan dalam iklan-iklan produk perawatan wajah dan tubuh pria. Produk kosmetik tidak hanya dikonstruksikan dalam konsep feminin, melainkan juga dalam konsep maskulin. Perubahan konsep pria maskulin dalam iklan yang terjadi ketika pria direpresentasikan sebagai objek yang dilihat para pria maupun wanita. Hal ini terlihat pada pria masa kini yang menjadi lebih memerhatikan penampilan fisik baik bentuk tubuh maupun wajah yang direpresentasikan melalui iklan-iklan produk kosmetik khusus pria. Ketiga iklan yang telah dipilih sebagai korpus data akan dianalisis bagaimana representasi maskulinitas baru dalam iklan produk perawatan wajah dan tubuh pria. Pergeseran konstruksi maskulinitas tersebut akan menghasilkan identitas budaya metroseksual.

This study is about the changing of the idea of masculinity in Germany, which is represented by the advertisements of men rsquo s facial and body treatment products. Grooming products had been constructed into femininity, this construction is already changed now. There is a new idea of how masculinity is now defined, men are the objects being represented. They tend to be much more attentive to their physical facial appearances. By analyzing structures of each advertisement, this study tries to analyze how the three advertisements of men rsquo s facial and body treatment products represent the idea of the new and modern masculinity to society. The change of masculinity constructionism will produce cultural identity for metrosexual.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pustakawan terhadap profesi pustakawan berdasarkan pendidikan, masa kerja, usia, dan golongan pustakawan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 1997 di perpustakaan-perpustakaan di Kotamadya Medan mencakup perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan IKIP Medan, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan IAIN Medan, Perpustakaan STM Negeri I Medan, dan Perpustakaan SMEA Negeri I Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitan survai yang menguji hubungan antarpeubah. Populasi terdiri dari 66 pustakawan dari semua jenjang jabatan. Data dikumpulkan dengan metode angket atau kuesioner yang terlebih dahulu diuji kehandalannya dengan koefesien Korelasi Momen Tangkar Pearson. Data dianalisis dengan uji Korelasi Momen Tangkar Pearson dengan taraf significansi 5 %.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi pustakawan terhadap profesi pustakawan dan pendidikan, masa kerja, usia, serta golongannya tidak maknawi yang ditandai dari kurangnya nilai thitung daripada tmbti. Di samping itu juga digambarkan tugas sehari-hari yang dilakukan pustakawan seperti, layanan pustaka dan informasi, pengolahan bahan pustaka, publikasi perpustakaan, pembuatan karya ilmiah, melatih dalam bidang perpustakaan, dan kegiatan dalam organisasi profesi, dan permasalahan yang dihadapi dalam pengumpulan angka kredit berdasarkan waktu yang ditentukan, seperti kurangnya koleksi bahan pustaka baru, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dan pengetahuan pustakawan, batas-batas tugas belum jelas, bertugas hanya di satu bidang, dan pergantian tugas yang belum jelas. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T4909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sami`an El Faizi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan berdasarkan pengalaman diklat dan pengalaman kerjanya di bidang kearsipan. Di samping itu penelitian juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis dan kendala serta permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan profesinya.
Penelitian survei ini dilakukan dengan melibatkan sampel yang dipilih secara acak sejumlah n=217 responden. Populasi penelitian N=514 orang merupakan Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatan arsiparis yang terbesar di berbagai instansi pemerintah pusat (departemen) di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau angket. Uji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi dan kinerja arsiparis berdasarkan pengalaman kerja dan pengalaman pendidikan dilakukan menggunakan analisis "Kai Kuadrat" (Chi Square Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan sikap positif terhadap jabatan fungsional arsiparis. Di sisi lain sebagian besar responden arsiparis berpersepsi positif terhadap kegiatan kearsipan yang mencakup pengolahan dan pelayanan kearsipan, menilai dan menyeleksi arsip, memasyarakatkan kearsipan dan pengembangan profesi kearsipan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan baik antara mereka yang kursus dan tidak kursus kearsipan minimal 3 bulan, maupun antara mereka yang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan.
Dalam hal pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis, sebagian arsiparis memperlihatkan kinerja di atas standar minimal, artinya kinerja mereka cukup baik, walaupun ada sebagian arsiparis yang menunjukkan kinerja kurang baik yaitu berada di bawah standar minimal. Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kinerja arsiparis antara mereka yang pernah kursus dan tidak pernah kursus kearsipan minimal 3 bulan, kecuali dalam kegiatan pelayanan kearsipan. Namun ada perbedaan kinerja arsiparis antara mereka yang sekarang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan kecuali kegiatan pemasyarakatan kearsipan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi arsiparis dalam menjaiankan tugasnya, antara lain, adalah terbatasnya sarana dan peralatan kerja, kurangnya apresiasi/dukungan pimpinan, dan kurangnya kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan tugas.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keberadaan jabatan fungsional arsiparis dan profesi kearsipan memperoleh tanggapan positif dan memiliki harapan cukup baik untuk masa mendatang. Namun diakui, bahwa tugas-tugas dan kegiatan kearsipan yang tercantum dalam SK MENPAN Nomor: 36 7 ahun 1990 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh arsiparis, sehingga kinerja mereka belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan kinerja arisparis.

Archivists' Perception toward Archival Profession: A Survey Study on the Govermental Institutions (Ministries) in JakartaThis study is intended to illustrate the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background as related to their performance in handling archival activities. Constraints in carrying out their assignments in archival activities are also identified.
The sample of this study was n = 217 respondents randomly drawn from 514 archivists working in 15 public institutions in Jakarta. A set of questionnaire, used as the data collection instrument, was distributed directly to respondents in their working place. Descriptive statistical analysis was carried out in order to describe the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background. While the Chi Square Test was conducted to test the hypothesis on the relationship between perception toward profession and performance of archivists.
Results of this study indicated that in general, archivists have positive perception toward their profession. There is no significant difference of archivists perception based on their educational background and their "real" assignment - whether or not they are handling archival activities.
The results of this study also illustrate the general performance of archivists based on the performance criteria of SK MENPAN No. 36/199d. The general picture showed that most archivists are performing around 1-3 times of minimal criteria, and some of them are performing under the minimal criteria. Furthermore, in general, there is no significant difference of archivists performance based on their educational background. However, there is significant difference of archivists performance based on their "real" assignment, except in terms of socializing/promoting archive to public audience.
According to the archivists involved in this study, there are many constraints they are facing in carrying out their archival assignment, among others the lack of proper equipments, lack of appreciations and supports from managers toward their achievement, and insufficient knowledge and technical skills on the part of the archivists themselves.
In a general, the study concludes that archivists have positive perceptions toward their profession. They are seeing their profession as having a good future. However, there are still rooms for improvement, especially in maximizing their performance in archival activities, which at the end will improve the overall picture of archivists and archive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamhur Agus SAS
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat relevansi kurikulum Pelatihan Kader Produktivitas terhadap Tugas Penyelia, ditinjau dari Lulusan dan Pengguna Lulusan. Di samping itu, dalam penelitian ini juga ingin diketahui : ( 1 ) Perbedaan persepsi antara Lulusan dan Pengguna lulusan mengenai relevansi kurikulum Pelatihan Kader Produktivitas terhadap Tugas Penyelia. ( 2 ) Hubungan antara kepuasan kerja Lulusan dengan persepsinya mengenai relevansi kurikulum (3) Hubungan antara kuantitas pengalaman kerja lulusan dengan persepsinya mengenai relevansi kurikulum.
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat, di Perusahaan yang telah mengirimkan karyawannya pada Pelatihan Kader Produktivitas, pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan (Maret 1998 sampai dengan Mei 1998 ). Metode penelitian yang digunakan adalah survai dengan besar sampel untuk Lulusan 108 orang dan Pengguna Lulusan 55 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner, baik untuk lulusan maupun pengguna lulusan. Jumlah butir instrumen untuk lulusan 28 butir tentang materi kurikulum, 12 butir tentang kepuasan kerja dan 2 butir untuk kuantitas pengalaman kerja. Untuk pengguna lulusan, jumlah butir instrumen hanya menyangkut materi kurikulum. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis Deskriptif, Anova satu jalan, dan Regresi sederhana pada taraf signifkansi 0.05.
Hasil penelitian sebagai berikut : Pertama, menurut persepsi Lulusan dan Pengguna Lulusan kurikulum Pelatihan Kader Produktivitas tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap Tugas Penyelia. Kedua, terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja lulusan dengan persepsinya mengenai relevansi kurikulum Pelatihan Kader Produktivitas terhadap Tugas Penyelia. Ketiga, tidak terdapat hubungan antara kuantitas pengalaman kerja lulusan dengan persepsinya mengenai relevansi kurikulum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kurikulum Pelatihan Kader Produktivitas di Indonesia."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina R. Soedarno
"Kepadatan penduduk di perkotaan akan terus meningkat dan menjadi masalah yang sangat serius di masa yang akan datang. Terbatasnya lahan yang tersedia di kota bagi penduduk yang berpenghasilan rendah dan meningkatnya harga-harga perumahan, mengakibatkan mereka berdesak-desakan dalam bangunan-bangunan yang kebanyakan beruangan tunggal di daerah perkampungan kota.
Kebanyakan penduduk berpenghasilan rendah dipermukiman kota, hidup diruang yang berukuran antara 2-10 m2 per orang, bahkan sering dijumpai tujuh orang lebih hidup bersamaan dalam satu ruangan. Kondisi ini, memicu tingginya penyakit infeksi seperti penyakit kulit, saluran pernafasan bagian atas (Ispa), diare dan mata; kondisi gangguan psikologis seperti stress, pusing-pusing dan mual; gejala mal nustrisi dan turunnya kualitas lingkungan berikut mutu penduduk.
Sangatlah mengherankan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang, penanggulangan pembangunan dengan memperhatian aspek sosial budaya seperti dampak kepadatan yang berlebih (overcrowding) masih belum banyak mendapat perhatian. Padahal perhitungan kepadatan yang bertumpu kepada pengetahuan masyarakat merupakan aspek penting untuk mendukung argumentasi di balik perumusan kebijakan dan penyusunan program kesehatan, perumahan dan lingkungan.
Kepadatan diakui banyak ahli, memang berdampak negatif bagi perumahan, lingkungan dan kesehatan. Dalam ruang lingkup internasional, WHO (1974) menyatakan bahwa sudah waktunya memperhatikan aspek sosial budaya dari kepadatan.
Oleh karena kurangnya data mengenai indikator-indikator sosial budaya dari kepadatan, dibutuhkannya definisi yang terperinci dan spesifik dari masyarakat yang hidup di perkampungan. Maka disusunlah tesis ini yang berjudul : PERSEPSI "KEPADATAN" BAGI MASYARAKAT KALIANYAR (STUDI RASUS PERKAMPUNGAN KUMUH DI DKI JAKARTA).
Lokasi penelitian yang dipilih adalah sebuah pemukiman kumuh yang terletak di RW 01 dan RW 08, Kel. Kalianyar, Kec. Tambora, Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan komuniti yang terkumuh, terpadat dan di dalamnya terdapat berbagai jenis kegiatan ekonomi informal yang sudah relatif mapan. Studi ini menggunakan pendekatan kwalitatif dengan tehnik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut persepsi dan pengetahuan penduduk, kepadatan erat dengan pemahaman; (a) dalam rumah dan di luar rumah; (b) dalam pengertian untung rugi; (c) dalam pengertian fisik dan sosial; dan (d) dalam pengertian baik dan buruk. Selain itu, muncul peristilahan yang sering diucapkan berulang kali oleh masyarakat mengenai kata padat dan kepadatan, keempat batas diantaranya adalah : berdempetan, berderet, bergandengan, berjubel, kecil, mepet-mepet, padat, pengep, penuh, rame, rapet, sempi t, semrawut dan sumpek.
Dan pengetahuan kata-kata padat dan kepadatan dari pengukuran penduduk tersebut mewujudkan perilaku pemukiman sebagai berikut kebiasaan menggunakan kipas angin, kebiasaan tidur dan istirahat bergantian, kebiasaan hidup dengan suara bising, kebiasan membuka pintu sepanjang waktu, kebiasaan membeli barang-barang, kebiasaan merokok, kebiasaan mandi, kebiasaan makan, kebiasaan HAS, banyaknya binatang seperti tikus dan kecoa di dalam rumah membentuk pola hidup khas perkampungan kota. Pola hidup yang khas ini mempunyai dampak negatif dalam pemeliharaan kesehatan penghuninya di dalam rumah.
Keluarga-keluarga miskin di perkampungan kota seperti di Kalianyar tidak kuasa mengatasi pertambahan anggota keluarga akibat kelahiran (banyak kasus kehamilan yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh salah satu pasangan), perkawinan muda (lulus SMP sudah banyak yang menikah) dan kasus perceraian. Melestarikan pola hidup bersama beberapa rumah tangga di bawah satu atap dengan alasan akan memperluas dan memperkokoh tali persaudaraan dan pertemanan satu asal.
Berlandaskan pertimbangan ekonomi tidak segan-segan keluarga-keluarga di Kalianyar, menyewakan ruangan dalam rumahnya kepada orang lain untuk memperoleh penghasilan ekstra. Adapun umum menggunakan ruangan tunggalnya untuk kegiatan komersial, hal ini dilakukan untuk menggalang kesatuan ekonomi keluarga menjadi kuat. Kepadatan bisa diartikan menjadi beban dan juga bisa menjadi potensi, tergantung bagaimana masyarakat disini memainkannya.
Konsepnya kebersamaan dan sistem toleransi terhadap "keberjubelan" hunian dan "kerapetan" bangunan menjadi landasan moral, strategi dan perasaan bermasyarakat orangorang di kampung perkotaan. Dimasa yang akan datang, dimana kepadatan makin mendekati angka yang luar biasa, lingkungan Kalianyar akan semakin kumuh, dan semakin menurunnya kebugaran masyarakat yang hidup di dalamnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Nurjanto
"ABSTRAK
Dilakukan analisa persepsi informed concent (surat persetujuan tindakan medik) dikalangan dokter dan keluarga pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemahaman surat persetujuan pasien, yang akan menunjukkan/memperlihatkan pula pemahaman akan resiko suatu tindakan medik di kalangan para pelaksana khususnya dokter, maupun dari pasien/keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan di RS Panti Waluyo Solo, secara kualitatif.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan bantuan kuesioner dengan metoda wawancara mendalam. Yang menjadi responden adalah 38 orang pasien/keluarga pasien yang menjalani operasi, 14 orang dokter spesialis dan 14 orang dokter umum di RS Panti Waluyo Solo. Teknik analisis yang dipakai adalah deskriptif analitik.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien/keluarganya memahami informed concent sebagai pernyataan persetujuan untuk tindakan medik, untuk mereka yang berpendidikan SLTP kebawah, hal tersebut kurang dipahami baik mengenai isi maupun kegunaan informed concent. Pentingnya pemahaman akan resiko suatu tindakan, khususnya tindakan medik yang akan menyadarkan masyarakat tentang fungsi dan pentingnya informed concent tersebut.
Penelitian ini dikalangan dokter menunjukkan bahwa mereka mereka mengerti kegunaan informed concent secara benar tidak mereka ketahui. Untuk itu penulis mengusulkan agar rumah sakit membuat informed concent dengan ciri-ciri yang memenuhi tujuan yaitu melindungi penderita dan dokter. Disamping itu perlu dibuat aturan yang lebih jelas tentang prosedur permintaan informed concent, menentukan jenis tindakan apa yang perlu dimintakan informed concent, serta tindakan yang tidak perlu meminta informed concent tetapi cukup persetujuan secara lisan

ABSTRACT
Perception of informed concent among patients, or their relative and among doctors was analyzed. The aim of this study was to know more clearly about the understanding of informed concent, which also showed the understanding to risk, as is always found in any medical procedure. This study was done in Panti Waluyo Hospital Solo, a 100 beds hospital.
The data was collected by indepth interview with the help of two kinds of questionnaire designed specifically for the patients or their relatives and for the doctors. The first group of respondent were 38 patents or their relatives who underwent surgery, and the second group were 14 specialist and one general practitioner. Analysis was done by descriptive analysis technic.
The result showed that patient s or their relative with higher educational background, understood better informed concent as a consent for a certain medical procedure than those with lower education. Better understanding for risk in medical procedure will make people realize the purpose and the importance of informed concent. Study among the doctors shows that they know some concept of consent is but not the whole about informed concent.
It is suggested that Panti Waluyo Hospital produces a new informed concent from which fuIfill the need to protect both the patient and the doctor. It is also suggested to issue a more clear rule to obtain informed connect and to state explicitness which kind of medical procedures need a written one.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine
"Remaja dalam menyongsong masa depannya. memeriukan pendampingan dari orang-orang yang iebih tua dan berpengalaman. Pendampingan diperlukan remaja untuk mengarahkan keinginan dan cita-cita mereka secara optimal. Program bantuan seperti itu, telah diberikan di Sekoiah Menengah Umum, yang dikenal dengan program Bimbingan dan Konseling. Namun. dan penelitian terdahulu dan hasil wawancara singkat pada beberapa siswa SMU, dirasakan keberadaan program yang penting ini, tidak begitu mendapatkan perhatian siswa. Oleh karena itu, peneliti hendak mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan program BK sesungguhnya. Dalam peneletian ini juga akan dilihat perbedaan yang muncul antar kelompok jurusan program studi IPA dan IPS serta antar kelompok konsep diri tinggi dan rendah pada aspek kemampuan fisik. aspek daya tarik penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan dalam mata pelajaran sekoiah. Penelitian dilakukan pada 80 siswa/i SMU, yang duduk di kelas 111 dan sudah mendapalkan program BK selama dua tahun. Pengambrlan data dilakukan dengan penyebaran kuesloner. bertipe skala Liked.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMU mempersepsikan program BK panting dan bermanfaat, namun dalam pelaksanaannya program ini masih kurang diberikan eecara menarik, sehingga adakalanya menyebabkan srsvra metasa bosan dan mengantuk. Berdasarkan jurosan program studi, ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK dan pelaksanaan BK di sekolah. Namun, dalam persepsi tentang peranan BK di bidang bimbingan ptibadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kanr, tidak ditemukan adanya perbedaan yang slgnifikan.
Berdasarkan konsep dm, ditemukan tidak adanya pedtedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap program BK antar kelompok konsep din tinggi dan rendah dalam aspek kemampuan fisik. Dalam ketlga aspek konsep din lainnya, yaHu aspek daya tank penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan daiam mata pelajaian sekolah, tidak ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap guru pembimbing BK, dan peranan BK dalam kehidupan siswa d, bidang bimbingan pnbadi-sosial dan bidang bimbingan beiajar. Walaupun daiam ketiga aspek tersebut, ditemukan juga ada perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK, metode pelaksanaan BK dan peranan BK di bidang bimbingan karir."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budirahardjo
"Hasil penelitian Levitt dan Klassen di tahun 1970 menunjukkan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin dan pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Di tahun 1990-an makin banyak negara-negara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang antidiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, sehingga makin banyak pria gay yang berani membuka identitas homoseksual mereka. Jadi bukan hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif feminin yang berani membuka identitas homoseksual mereka, namun juga mereka yang melakukan pekerjaan-pekerjaan non kreatif feminin dan tidak bersifat feminin. Namun ini hanya terjadi di negaranegara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang tersebut. Sedangkan di negara-negara bagian yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut, pada umumnya hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif yang berani membuka identitas homoseksual mereka kepada lebih banyak orang.
Bagaimana dengan Indonesia yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut? Dapat diduga bahwa pria gay yang melakukan pekerjaan maskulin dan bersifat maskulin tidak banyak yang berani membuka identitas homoseksual mereka, dibandingkan dengan para pria gay yang bekerja di pekerjaan kreatif feminin dan bersifat feminin. Sehingga dapat diduga bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gqy memiliki sifat feminin dan melakukan pekerjaanpekerjaan kreatif feminin. Dugaan inilah yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini.
Penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat tentang pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay. Tujuan tambahan dari penelitian ini adalah mencari tahu apakah masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin, dan menemukan apakah ada korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin pada pria gay dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan skor gambaran persepsi masyarakat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Hasil ini didukung oleh adanya persepsi masyarakat bahwa pria gay bersifat feminin dan adanya korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian berikutnya dengan sampel para pria gay sendiri, sehingga dapat diteliti apakah menurut mereka sendiri pekerjaan yang sesuai untuk mereka adalah pekerjaan kreatif feminin dibandingkan dengan pekerjaan non kreatif feminin."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>