Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sharfina Deandra Kramadibrata
"Media sosial telah menjadi bagian penting dari masyarakat saat ini karena telah berkembang dan dapat memenuhi tujuan komunikasi, jaringan, memperoleh informasi, serta menciptakan dan berbagi konten. Barubaru ini, TikTok, sebuah aplikasi media sosial yang menyediakan konten berbasis video, telah menjadi salah satu aplikasi media sosial terkemuka yang digunakan orang sebagai sumber hiburan. Studi sebelumnya telah membuktikan bahwa penggunaan media sosial memiliki korelasi positif dengan materialisme serta perbandingan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan korelasi antara konsumsi TikTok dengan materialisme dan orientasi perbandingan sosial. Hasil penelitian ini (N = 381, Musia = 29.0, SDusia = 14.0) menunjukkan bahwa materialisme dan konsumsi TikTok menunjukkan korelasi positif dan perbandingan sosial dengan konsumsi TikTok juga tampak memiliki korelasi positif. Hasil ini memberikan wawasan baru dan lebih spesifik tentang konsumsi TikTok yang dapat diterapkan untuk penelitian di masa depan terkait TikTok atau media sosial secara umum, serta tujuan pribadi untuk pengembangan diri. Namun, terdapat juga beberapa keterbatasan yang diungkapkan dan dapat menjadi panduan untuk penelitian di masa depan.

Social media has become an important part of the community today as it has advanced and can fulfil the purpose of communication, networking, acquiring information, and creating as well as sharing contents. Recently, TikTok, a social media application that equips video-type contents, has been one of the prominent social media applications that people use as their source of entertainment. Previous studies had proven that the usage of social media has a positive correlation with materialism as well as social comparison. This study was to discover the correlation between TikTok consumption with materialism and social comparison orientation. The result of this study (N = 381, Mage = 29.0, SDage = 14.0) showed that materialism and TikTok consumption showed a positive correlation and social comparison with TikTok consumption also appeared to have a positive correlation as well. The results provided new and more specific insights towards TikTok consumption which can be applicable for future research related to TikTok or social media in general, as well as personal purposes for self-development. However, there were also some limitations that were reflected and can be a guide for future research as well. Keywords: Materialism; Social Comparison Orientation; Social Media; Social Psychology; TikTok Consumption"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifa Zahrani Kariza
"TikTok sebagai aplikasi media sosial terkini memungkinkan kita memberikan pemahaman baru tentang media sosial dan kesejahteraan psikologis individu. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara penggunaan media sosial TikTok terhadap orientasi perbandingan sosial sekaligus tingkat harga diri para penggunanya. Terdiri dari 381 peserta convenience sampling (M= 29.0, SD = 14.0), penelitian ini juga menggunakan survei korelasional daring sebagai metode penelitian. Hasil penelitian ini menemukan bahwa TikTok berkorelasi positif dengan perbandingan sosial dan berkorelasi negatif dengan harga diri. Individu menjadikan TikTok sebagai sarana untuk membandingkan diri mereka sendiri dan cenderung memandang diri mereka sendiri lebih rendah. Untuk mengurangi dampak negatif terhadap kesejahteraan individu, pengguna TikTok disarankan untuk lebih berhati-hati saat membandingkan diri dan menjaga harga dirinya dalam pengunaan sosial media.

TikTok as the new social media application allows us to bring new understanding about social media and psychological well-being. This research explores the uses of TikTok as social media and its relationship to social comparison and self-esteem. Consisting of 381 convenience sampling participants (M= 29.0, SD = 14.0), this research uses online correlational surveys to conduct the study. This research found TikTok to be positively correlated with social comparison and negatively correlated with self-esteem. Individuals facilitated by TikTok to compare themselves and perceive themselves less. To reduce the negative impact of social media on individuals' well-being, TikTok users should be more mindful in comparing themselves protect themselves from the effects of using TikTok as a social media towards their self-esteem"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Muthi Inandarahman
"TikTok adalah salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Selain sebagai platform untuk membuat dan menonton video singkat, orang sekarang juga dapat menggunakan TikTok sebagai pasar online. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki korelasi psikologis antara tingkat kesepian, kepercayaan diri, dan penggunaan TikTok. Sebanyak 381 peserta berusia antara 17-78 tahun dilibatkan dalam penelitian ini. Selanjutnya, para peserta diminta untuk melakukan survei evaluasi diri terkait tingkat kesepian, kepercayaan diri, dan penggunaan TikTok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kesepian dan penggunaan TikTok serta korelasi negatif antara harga diri dan penggunaan TikTok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat hasil yang lebih kuat dari korelasi tersebut.

TikTok is one of the most widely used social media platforms currently. People can now use Tiktok as a marketplace in addition to a platform for creating and viewing brief videos. The aim of this study is to investigate the psychological correlation between loneliness, self-esteem and TikTok consumption. 381 participants were included in this study ranging between the ages of 17-78. Participants were asked to do a selfevaluation survey regarding loneliness, self-esteem and TikTok consumption. The results of the study indicate that there is a positive correlation between loneliness and TikTok consumption and a negative correlation between self-esteem and TikTok consumption. Further study needs to be done in order to see a stronger result of the correlation."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Chairana
"Penelitian ini menganalisis pengaruh Electronic Word-of-Mouth terhadap Visit Intention yang terjadi pada pengguna media sosial TikTok. Penelitian ini difokuskan pada pengguna media sosial TikTok dalam minat berkunjungnya ke Cove at Batavia setelah terpapar e-WOM yang didapatkan melalui TikTok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara online menggunakan google form kepada 110 pengguna aktif media sosial TikTok yang merupakan calon wisatawan Cove at Batavia karena telah menerima e-WOM di TikTok. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier untuk menguji pengaruh variabel independent dengan variabel dependen pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Electronic Word-of-Mouth terhadap Visit Intention pada pengguna media sosial TikTok untuk mengunjungi Cove at Batavia

This study examined the effect of Electronic Word-of-Mouth on Visit Intention that occurs in TikTok users. This research is applied to social media users of TikTok and their interest in visiting Cove at Batavia after getting the exposure of e-WOM obtained through TikTok. This study used a quantitative approach by distributing questionnaires using a Google Form to 110 active users of TikTok as the potential visitor of Cove at Batavia after getting the exposure of e-WOM in TikTok. The data analysis technique used in this study is linear regression analysis to test the effect of the independent variables on the dependent variable. The results shows that there is a significant influence between Electronic Word-of-Mouth on Visiting Intention of TikTok users to visit Cove at Batavi"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Suhartono
"Tiktok adalah sebuah platform yang sedang meledak dalam popularitas. Salah satu fitur yang penting di aplikasi ini, halaman “For you”, telah menarik perhatian dari banyak pengguna harian setiap harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati bagaimana penggunaan TikTok berkorelasi dengan kepuasan tubuh dan gejala depresi. Dengan 381 partisipan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunaan TikTok berkorelasi negatif dengan kepuasan badan dan berkorelasi positif dengan gejala depresif. Oleh karena itu, studi ini dapat menjadi dasar untuk menyebarkan pemahaman tentang apa konsekuensi negatif yang berhubungan dengan konsumsi TikTok secara berlebihan. Temuan ini berkontribusi pada semakin banyaknya literatur mengenai implikasi kesehatan mental dari pengunaan media sosial, yang menekankan pada pengelolaan konsumsi digital mereka. Rekomendasi yang dapat diberikan termasuk menerapkan strategi detoks digital dan penetapan batas penggunaan untuk menurunkan dampak negatif dari penggunaan TikTok yang berlebihan. Dengan meningkatkan kesadaran dan mendorong penggunaan yang bertanggung jawab, pengguna TikTok dapat melindungi kesehatan mental mereka dengan lebih baik saat berinteraksi dengan platform media sosial tersebut.

TikTok is a platform that is currently exploding in popularity. A prominent feature of the app, the “For you” page, has attracted a lot of daily active users. This research aims to observe how TikTok consumption is correlated with body satisfaction and depressive symptoms. With 381 participants, the study results revealed that TikTok consumption correlated negatively with body satisfaction and correlated positively with depressive symptoms. As such, this study can serve as a basis to spread awareness of the possible negative consequences related with excessive TikTok consumption. These findings contribute to the growing body of literature on the mental health implications of social media use, emphasizing on managing their digital consumption. Recommendations include adopting digital detox strategies and setting usage limits to lower the negative effects of excessive TikTok use. By raising awareness and encouraging responsible usage, TikTok users can better protect their mental health whilst engaging with said social media platform."
Depok: Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prinindya Aisha Sumari
"

Gamifikasi merujuk kepada adaptasi elemen permainan ke dalam elemen non-permainan. Fenomena adaptasi gamifikasi semakin meningkat seiring dengan banyaknya developer aplikasi yang ingin meningkatkan interaksi pengguna dan menjadikan elemen game sebagai salah satu langkah peningkatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh elemen gamifikasi dalam meningkatkan keterlibatan pengguna seperti Gifting Intention dan Word of Mouth dalam platform TikTok Live dengan menggunakan kerangka Mechanics Dynamics Aesthetics (MDA). Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah mixed-methods yang diawali dengan metode kuantitatif kemudian kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan metode PLS-SEM dengan total sampel valid sebanyak 391 responden. Analisis kualitatif menggunakan metode wawancara dengan 7 responden. Hasil dari pengolahan analisis data menunjukkan bahwa Achievement Gamification Element dan Socialization Gamification Element memengaruhi Social Interaction Ties, Perceived Usefulness, dan Perceived Enjoyment dari penonton TikTok Live. Lebih lanjut, Social Interaction Ties dan Perceived Usefulness memiliki pengaruh terhadap Gifting Intention. Selain itu, Social Interaction Ties, Perceived Usefulness, dan Perceived Enjoyment berpengaruh terhadap Word of Mouth. Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyedia platform social live streaming mengetahui apakah gamifikasi yang sudah ada memiliki pengaruh signifikan terhadap niat pengguna memberikan virtual gift dan merekomendasikan platform kepada orang lain. Dengan adanya keterbatasan lingkup pada penelitian ini, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas lingkup demografi responden serta platform live streaming lainnya.


Gamification refers to the adaptation of game elements into non-game contexts. The phenomenon of gamification adaptation is increasing as more application developers seek to enhance user interaction and incorporate game elements as a means of improvement. This research aims to identify the impact of gamification elements toward the engagement of TikTok Live viewers through internal factors that influence the engagement such as Gifting Intention and Word of Mouth using the Mechanics Dynamics Aesthetics (MDA) framework. The research employs a mixed-methods analysis approach, starting with quantitative analysis followed by qualitative analysis. The quantitative data analysis utilizes the PLS-SEM method, with a valid sample of 391 respondents. The qualitative analysis utilizes interview method with 7 respondents. The results of the data analysis indicate that achievement and socialization gamification element significantly influence the dynamics of TikTok Live viewers. Furthermore, social interaction ties and perceived usefulness have a positive influence on gifting intention. Additionally, word of mouth is influenced by social interaction ties, perceived usefulness, and perceived enjoyment. The findings of this research are expected to assist social live streaming platform providers, especially TikTok, in understanding the significant impact of gamification elements implemented in TikTok Live on users' intention to give virtual gifts and recommend the platform to others. Given the limited scope of this research, further research is suggested to broaden the demographic scope of the respondents and other live streaming platforms.

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aulia Rahmawati
"

TikTok awalnya dirilis sebagai jaringan untuk konten video musik, tetapi kini telah berkembang sebagai tempat untuk konten-konten bermuatan promosi, informasi hingga anjuran opini tertentu. Dengan durasi video yang terbatas, para kreator konten berlomba-lomba membuat konten yang tentu saja harus mengkonsiderasi efisiensi waktu. Oleh karenanya, banyak konten yang tersebar dan didukung oleh mudahnya pengunduhan, pengunggahan, serta pengaksesan konten-konten yang ada di TikTok. Melalui tulisan ini, kemudahan serta kemasifan akses terhadap TikTok akan dielaborasi dengan analisis institusional Noam Chomsky dan Edward S. Herman, yakni Model Propaganda, untuk menunjukkan peluangnya sebagai suatu media propaganda. Model Propaganda menunjukkan keterlibatan media massa dalam manufakturisasi konsen masyarakat. Di era buku Manufacturing Consent, media massa yang dimaksudkan adalah televisi, radio, serta media cetak. Namun sekarang ini, kita mengenal internet sebagai salah satu sarana media massa yang memungkinkan interaksi sosial dan artifisial yang muncul pada jaringan media sosial. Propaganda konvensional kini telah menjadi propaganda komputasional. Dibanding dengan media sosial lain, TikTok memiliki potensi menjanjikan untuk menjadi media propaganda masa kini sebagai propaganda komputasional mendapatkan ruangnya seiring dengan kepopuleran dan fitur-fitur yang mendukung di dalamnya.


TikTok was originally released for music video content’s platform, but currently has grown to become the plate for various promotions, informations and certain opinion’s triggers’ content. By its duration’s limitation, content creators compete to create content(s) with time efficiency’s consideration. Thus, a lot of shortcut content(s) spreaded and supported by the ease of content’s downloading, uploading and accessing on TikTok. This paper will elaborate TikTok’s ease and massiveness with Noam Chomsky and Edwarrd S. Herman’s institutional analysis, the Propaganda Model, to show its opportunities as a propaganda media. The Propaganda Model shows the involvement of mass media in the manufacturing consent. In the Manufacturing Consent’s book era, the mass media were television, radio, and printed media(s). Nowadays, internet is one of leading mass media that also allows social and artificial interaction on social media’s platform. The conventional propaganda now has become the computational propaganda. Compared to other’s social media(s), TikTok has promising potential to become a nowadays propaganda media which accommodates computational propaganda during its popularity and its supportive feature

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fairuza Adnan
"TikTok memiliki komunitas BookTok yang telah berkontribusi dalam peningkatan penjualan buku, yang tidak dapat dicapai oleh komunitas membaca online lainnya. Kekuatan BookTok dimanfaatkan sebagai ladang pemasaran buku, salah satunya dengan cara menyebarkan konten yang mengandung emotional appeal. Namun, masih terdapat kurangnya penelitian yang secara khusus mengkaji tanggapan audiens terhadap penggunaan emotional appeal dalam konteks pemasaran buku di platform tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana audiens menanggapi emotional appeal yang terkandung dalam video pemasaran buku Shawn Warner di TikTok. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui data sekunder (komentar audiens) serta analisis tematik. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa video Shawn Warner yang viral tersebut mengandung emotional appeal (sad appeal), yang memperlihatkan penulis dalam situasi yang menyedihkan. Penelitian ini menemukan bahwa audiens menanggapi hal tersebut dengan tiga cara, yaitu memberikan dukungan untuk menaikkan penjualan buku penulis, menunjukkan empati dan apresiasi, serta menunjukkan ketertarikan terhadap kualitas buku. Temuan ini menekankan pentingnya penggunaan emotional appeal dalam strategi komunikasi pemasaran buku yang melibatkan penulis, terutama untuk membangun koneksi dengan audiens serta menggugah empati mereka, sehingga mereka terdorong untuk membantu penulis tersebut.

TikTok has a BookTok community that has significantly contributed to increased book sales, a feat unmatched by any other online reading community. The power of BookTok has been leveraged as a platform for book marketing, particularly by promoting content with emotional appeal. However, there is a lack of research specifically examining audience reception of emotional appeals in book marketing on this platform. This study aims to explore audience reception of emotional appeals in Shawn Warner's book marketing videos on TikTok. This qualitative research uses secondary data (audience comments) and thematic analysis for data collection and interpretation. The viral Shawn Warner video contains a sad emotional appeal, depicting the author in a sorrowful situation. The study found that the audience responded in three main ways: offering support to boost the author's book sales, showing empathy and appreciation, and expressing interest in the book's quality. The findings emphasize the importance of emotional appeals in book marketing communication strategies involving authors. Such appeals can build connections with the audience and evoke empathy, encouraging them to support the author."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shagita Imania Putri
"Makalah ini bertujuan untuk menganalisis electronic word of mouth (E-WOM) #racunskincare yang digunakan oleh male beauty influencers pada konten video online review produk kecantikan di TikTok. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis dimensi E-WOM pada video testimoni produk kecantikan male beauty influencers. Analisis dimensi E-WOM dilakukan terhadap lima konten video testimoni beserta isi komentarnya. Lima konten video testimoni tersebut didapatkan dari tiga akun male beauty influencers TikTok Indonesia, yaitu Andreas Lukita, Taufiqurrahman, dan Leo Giovanni. Hasil analisis menunjukkan bahwa dibanding dua akun lainnya, akun Andreas Lukita adalah akun yang paling banyak memenuhi dimensi E-WOM yaitu dimensi venting negative feelings, extraversion/ positive self-enhancement, dan advice seeking. Selain itu, komentar pengguna TikTok yang masuk ke dalam dimensi E-WOM bersifat positif lebih banyak dibandingkan dengan yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa TikTok telah menjadi platform yang cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan ekspresi identitas diri, interaksi sosial, informasi, dan edukasi para male beauty influencers.

This paper aims to analyze the electronic word of mouth (E-WOM) #racunskincare used by male beauty influencers in online video content reviewing beauty products on TikTok. The method used in this paper is a qualitative research with a descriptive approach to analyze the dimensions of E-WOM in the video testimonials of beauty products by male beauty influencers. E-WOM dimensional analysis was carried out on five video testimonial content along with the contents of the comments. The five video testimonial contents were obtained from three male beauty influencer accounts of TikTok Indonesia, namely Andreas Lukita, Taufiqurrahman, and Leo Giovanni. The results of the analysis show that if compared with the other two, Andreas Lukita's account is the one with more applied dimensions of E-WOM, namely the dimensions of venting negative feelings, extraversion/positive self-enhancement, and seeking advice. In addition, the comments of TikTok users in all three accounts that fall into the E-WOM dimension are more positive than negative ones. This shows that TikTok has become an ideal platform for male beauty influencers to fulfill the needs of self-expression of identity, social interaction, information, and education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Ramadhitaamadhita
"Platform media sosial TikTok telah menjadi salah satu platform terpopuler hanya dalam hitungan tahun sejak pertama kali dirilis. Aplikasi berbagi video ini telah berhasil menyatukan masyarakat secara global untuk berkreasi, mengonsumsi, dan berbagi konten di platform itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua faktor psikologis yaitu kesepian dan neurotisisme dengan konsumsi TikTok. Data dikumpulkan dari 381 peserta dan variabel diukur menggunakan survei korelasional yang dilakukan secara online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara konsumsi TikTok dengan kesepian dan neurotisisme. Ditemukan juga bahwa tingkat kesepian dan neurotisisme yang lebih tinggi dapat menyebabkan konsumsi TikTok yang lebih besar. Temuan dari penelitian ini telah memberikan wawasan mengenai dampak platform media sosial seperti TikTok dalam kehidupan masyarakat dengan menyoroti hubungan antara variabel psikologis dan penggunaan media sosial. Perkembangan TikTok yang pesat juga menekankan pentingnya dilakukan penelitian berkelanjutan untuk memahami perubahan perilaku dan preferensi pengguna dalam platform tersebut.

The social media platform, TikTok, has become one of the most popular platforms with only a few years since its release. This video-sharing application has succeeded in uniting people globally to create, consume, and share contents on the platform itself. This study aims to investigate the relationship between two psychological factors, which are loneliness and neuroticism, with TikTok consumption. Data were gathered from a convenience sample of 381 participants and the variables were measured using an online correlational survey. The results showed that there was a significantly positive correlation between TikTok consumption with both loneliness and neuroticism. It was also found that the higher level of loneliness and neuroticism can lead to greater TikTok consumption. These findings provide insights into the impact of social media platforms like TikTok in people’s lives by highlighting the relation between psychological variables and social media usage. The rapid development of TikTok also emphasizes the importance of ongoing research to understand the changes in users’ behaviours and preferences within the platform."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>