Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Rio Kusviansyah
"Manajemen Rantai Pasok (MRP) memfasilitasi integrasi antar basis pelanggan, jaringan distribusi, aktivitas internal kepada perusahaan dan basis pasokan, sehingga praktik SCM sangat berpengaruh terhadap kinerja dan performa suatu organisasi, hal ini dirasakan oleh pemangku kepentingan eksternal perusahaan Supply chain quality management (SCQM) dipandang sebagai strategi manajemen yang berkembang yang mengintegrasikan manajemen rantai pasokan (SCM) dengan manajemen kualitas (QM) untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan kualitas produk dan layanan yang unggul melalui pengembangan kolaborasi antara jaringan internal (proodusen) dengan para pemangku kepentingan eksternal (yaitu konsumen dan distributor) Untuk menghasilkan nilai dan mengoptimalkan profitabilitas, membangun kemitraan yang sukses dengan organisasi rantai pasokan sangatlah penting. Hal ini dapat dicapai melalui model pelatihan, transfer pengetahuan, dan dukungan dari manajemen puncak. Penerapan praktik manajemen tingkat lanjut sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Dalam konteks ini, pendekatan terpadu terhadap manajemen kualitas, logistik, dan manajemen rantai pasokan (SCM) sangat penting. Dengan demikian, memanfaatkan sinergi antara Manajemen Mutu (QM) dan SCM sangat penting untuk meningkatkan dan mendorong kinerja organisasi. Selain itu, penelitian ini menguji signifikansi dan hubungan antara transfer pengetahuan, kapabilitas manajemen rantai pasokan, dan dukungan manajemen puncak dalam kaitannya dengan kinerja organisasi dengan menggunakan pendekatan Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dan Artificial Neural Network (ANN). Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dari 200 responden yang bekerja di industri manufaktur di Indonesia. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan PLS-SEM dengan SmartPLS 4.0, dan ANN dengan SPSS. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa praktik manajemen kualitas rantai pasokan dan dukungan manajemen puncak berdampak positif dan memiliki hubungan yang kuat dengan performa organisasi. Penelitian ini memberikan wawasan tentang peran manajemen kualitas rantai pasokan dalam performa organisasi, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membantu semua perusahaan manufaktur dalam meningkatkan kinerja organisasi mereka dengan menggabungkan praktik-praktik SCQM yang dipilih secara optimal dengan fokus pada performa organisasi.

Supply Chain Management (SCM) facilitates the integration of the customer base, distribution network, internal activities to the company and the supply base, so that SCM practices greatly affect the performance and performance of an organization, Supply chain quality management (SCQM) is seen as an evolving management strategy that integrates supply chain management (SCM) with quality management (QM) to improve customer satisfaction and superior product and service quality through developing collaboration between internal networks (manufacturers) and external stakeholders (i.e. consumers and distributors) To generate value and optimize profitability, building successful partnerships with supply chain organizations is essential. This can be achieved through training models, knowledge transfer, and support from top management. The application of advanced management practices is critical to achieving these goals. In this context, an integrated approach to quality management, logistics, and supply chain management (SCM) is essential. Thus, leveraging the synergy between Quality Management (QM) and SCM is essential to improve and drive organizational performance. In addition, this study examines the significance and relationship between knowledge transfer, supply chain management capability, and top management support in relation to organizational performance by using Partial Least Square-Structural Equation Modeling and Artificial Neural Network approaches. Primary data was collected through questionnaires from 200 respondents working in the manufacturing industry in Indonesia. Statistical analysis was conducted using PLS-SEM with SmartPLS 4.0, and ANN with SPSS. The results revealed that supply chain quality management practices and top management support have a positive impact and strong relationship with organizational performance. This research provides insight into the role of supply chain quality management in organizational performance, especially in developing countries such as Indonesia. This research aims to assist all manufacturing companies in improving their organizational performance by incorporating optimally selected SCQM practices with a focus on organizational performance."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhafin Naufal Salam
"

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efisiensi rantai pasok industri suku cadang otomotif. Pengukuran kinerja rantai pasok ini dilakukan untuk memahami kondisi perusahaan dalam hal rantai pasok. Metode yang digunakan adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR), yang digunakan sebagai kerangka pengukuran kinerja rantai pasok perusahaan. Penelitian ini fokus pada perbaikan masalah yang terjadi dalam rantai pasok. Untuk menentukan tingkat kepentingan atribut kinerja, para ahli menggunakan kuesioner perbandingan berpasangan dan pembobotan. Terdapat 27 indikator kinerja yang diukur, yang terbagi menjadi atribut dalam model SCOR. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok perusahaan pada tahun 2022 mencapai 60,07%, berada dalam kategori rata-rata dengan warna kuning dalam Traffic Light System Monitoring. Selanjutnya, setiap indikator dipetakan dalam kuadran Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengidentifikasi indikator dengan kinerja yang belum baik namun memiliki tingkat kepentingan yang cukup besar untuk diperbaiki atau ditingkatkan. Berdasarkan analisis IPA, terdapat 6 indikator dalam rantai pasok perusahaan yang perlu ditingkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk meningkatkan kinerja ini.


This research was conducted to measure the performance of the supply chain network of a spareparts automotive industry. Performance measurement of the supply chain is necessary to assess the condition of a company's supply chain. The method used is the Supply Chain Operations Reference (SCOR), which serves as a framework for measuring the performance of the company's supply chain. The improvement carried out in this research is related to the issues that occur within the supply chain network. The importance level of performance attributes is measured based on weighting using a pairwise comparison questionnaire by several experts. There are 27 performance indicators measured, divided into SCOR model attributes. From the measurement results, the company's supply chain performance in 2021 was found to be 60.07%, indicating an average performance categorized by a yellow color in the Traffic Light System Monitoring. Subsequently, each indicator is mapped into the Importance Performance Analysis (IPA) quadrant to identify indicators that have a performance that needs improvement and have a significant importance level to be enhanced. By using the IPA quadrant, six indicators in the company's supply chain were identified as needing improvement in their performance. Therefore, a strategy is needed to improve these performance areas.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Pratama Bina
"ABSTRAK
Kontribusi industri bahan kimia terhadap pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia memiliki peran signifikan. PT MIT merupakan salah satu industri bahan kimia yang kunci keberhasilannya adalah pada efektivitas manajemen rantai pasok. Penelitian ini membahas kinerja manajemen rantai pasok pada PT MIT dengan menggunakan model SCOR versi 11.0. Atribut kinerja yang diukur antara lain, reliability yang diukur dengan metrik perfect order fullfillment, cost yang diukur dengan metrik total cost to serve, dan asset management efficiency yang diukur dengan metrik days sales inventory. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja reliability dan total cost to serve pada PT MIT belum efektif.

ABSTRACT
Chemicals industry was significantly contribute to gross domestic product growth. PT MIT is one of chemicals industry which manage supply chain as success factor. This study discussed supply chain performance using SCOR model version 11.0. There are three attribute in this study. First, reliability which measured by metric perfect order fullfillment. Second, cost which measured by total cost to serve, and asset management efficiency which measured by days sales inventory. This study state that performance in attributes reliability and cost are not effective yet."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriardrey Salsabila Hadi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok perusahaan pelumas. Pengukuran kinerja rantai pasok perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi rantai pasok dari suatu perusahaan. Metode yang digunakan adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR) sebagai kerangka pengukuran kinerja rantai pasok perusahaan. Perbaikan yang dilakukan pada penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada rangkaian rantai pasok. Tingkat kepentingan atribut kinerja diukur berdasar pembobotan dengan kuesioner perbandingan berpasangan oleh beberapa expert. Terdapat 27 indikator kinerja yang diukur dan terbagi ke dalam atribut model SCOR. Dari hasil pengukuran didapatkan kinerja rantai pasok perusahaan pada tahun 2023 sebesar 51,04% yang menunjukkan kinerja perusahaan berada pada kategori average menurut Traffic Light System. Setelah itu, setiap indikator dipetakan ke dalam kuadran Importance Performance Analysis (IPA) untuk mendapatkan indikator yang memiliki Performance belum baik dan memiliki Importance cukup besar untuk diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan menggunakan kuadran IPA didapatkan 6 indikator pada rantai pasok perusahaan yang kinerjanya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, strategi perbaikan dirumuskan yang berupa pengintegrasian Supply Chain Management dengan Internet-of-Things untuk dapat meningkatkan kinerja rantai pasok keseluruhan.

This research aims to measure the supply chain performance of a lubricant manufacturing company. The measurement is crucial to understand the company's supply chain condition. The method used is the Supply Chain Operations Reference (SCOR) model as a framework for measuring supply chain performance. The study addresses issues in the supply chain by prioritizing performance attributes, weighted through pairwise comparison questionnaires filled out by experts. The study measures 27 performance indicators divided into SCOR model attributes. Results indicate the company’s supply chain performance in 2023 is 51.04%, categorizing it as average according to the Traffic Light System. Indicators are mapped into the Importance Performance Analysis (IPA) quadrant, identifying six indicators requiring improvement. A strategy integrating Supply Chain Management with the Internet of Things (IoT) is proposed to enhance overall supply chain performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiery Widiandito Martokoesoemo
"Manajemen risiko mencakup proses sistematis untuk mengenali, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko dalam semua aktivitas perusahaan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan ketahanan rantai pasok. Dalam studi ini, metode House of Risk (HOR) diterapkan. Metode ini diadaptasi dari Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan model korelasi Quality Function Deployment (QFD). Penelitian ini difokuskan pada proses rantai pasokan gudang perakitan di PT XYZ. Analisis risiko pada HOR 1 dimulai dengan mengidentifikasi risiko melalui diskusi dengan para ahli dan tinjauan literatur, diikuti dengan penilaian tingkat keparahan kejadian risiko dan nilai kejadian agen risiko. Temuan dari HOR 1 mengidentifikasi 18 kejadian risiko dan 27 agen risiko. Dengan menggunakan analisis Pareto, 13 agen risiko prioritas telah diidentifikasi, dengan agen risiko tertinggi adalah ketidaksesuaian kualitas material dari pemasok, yang memiliki nilai ARP sebesar 3216. HOR 2 merumuskan 13 tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko prioritas ini. Pemrosesan data pada HOR 2 mengungkapkan bahwa terdapat tiga kelompok tindakan pencegahan yang harus diimplementasikan yaitu tiga kelompok tindakan pencegahannya yaitu menyusun dan melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) yang komprehensif serta program pelatihan, mengevaluasi dan menerapkan sistem teknologi informasi terbaru, menerapkan Warehouse Management System (WMS) secara real-time.

Risk management includes a systematic process for identifying, evaluating, and controlling risks in all company activities to enhance overall effectiveness and efficiency in efforts to improve supply chain resilience. In this study, the House of Risk (HOR) methodology is applied. This method is adapted from the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and the Quality Function Deployment (QFD) correlation model. The research is focused on the assembly warehouse supply chain process at PT XYZ. The risk analysis in HOR 1 begins with identifying risks through expert discussions and literature review, followed by an assessment of the severity of risk events and the occurrence values of risk agents. The findings from HOR 1 indicate 18 risk events and 27 risk agents. Using Pareto analysis, 13 priority risk agents were identified, with the top risk agent being the unsuitability of material quality from suppliers, which has an ARP value of 3216. HOR 2 outlines 13 preventive measures to mitigate these priority risks. Data processing at HOR 2 revealed three groups of preventive measures to be implemented: developing and implementing comprehensive SOPs and training programs, evaluating and adopting the latest information technology systems, and implementing a real-time Warehouse Management System (WMS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Setiawan
"Pada 2013, PT. Trakindo Utama membentuk divisi baru Supply Chain Prime Products untuk meningkatkan Permintaan dan kinerja Pasokan dari Pabrik ke Pelanggan. Perbaikan dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kinerja, namun dalam implementasinya masih terdapat capaian KPI yang belum sesuai dengan target. Di industri alat berat, ini diduga karena perkiraan kontribusi penjualan yang tidak akurat. Selain itu, faktor pasar alat berat yang tidak sesuai dengan prediksi juga dianggap berkontribusi. Dalam tulisan ini, proses akan diidentifikasi dalam kinerja manajemen rantai pasokan yang dapat menyebabkan KPI persediaan tidak tercapai. Metode yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja rantai pasokan adalah model SCOR versi 12.0. Berdasarkan evaluasi kinerja, dapat disimpulkan bahwa rantai pasokan memiliki implementasi yang cukup efektif terutama dalam metrik Reliability. Sedangkan untuk area inventory itu sendiri masih perlu perbaikan di area Source dengan mengantisipasi proses waktu yang lama dan daerah Deliver sendiri dengan memberikan perkiraan yang akurat. Hal yang mendukung implementasi rantai pasokan yang efektif adalah komitmen manajemen melalui visi, misi dan strategi hingga level Divisi dan Departemen. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat yaitu kemampuan tim sales dalam melakukan forecast yang akurat. Pada akhirnya perusahaan diharapkan dapat menggunakan model SCOR versi 12.0 untuk melakukan pengukuran KPI agar penerapan supply chain management menjadi lebih komprehensif dengan hasil yang maksimal melalui peningkatan kompetensi tim.

In 2013, PT. Trakindo Utama formed a new division of Supply Chain Prime Products to improve Demand and Supply performance from Factory to Customer. Repairs are carried out continuously to boost performance, however in its implementation there are still achievements of KPIs that have not been in line with the target. In the heavy equipment industry, this was allegedly due to inaccurate sales contribution estimates. Besides that, the heavy equipment market factor that is not in line with predictions is also thought to have contributed. In this paper, a process will be identified in the supply chain management performance that can cause inventory KPIs to not be reached. The method that will be used to conduct supply chain performance evaluation is the SCOR model version 12.0 from level 1 to 3. Based on performance evaluation, it can be concluded that supply chain has quite effective implementation especially in Reliability metrics. While for inventory itself still need improvement in Source area by anticipating the long lead time process and Delivers own area by providing accurate forecast. Whereas the inhibiting factor is the ability of the sales team to make accurate forecasts. In the end the company is expected to be able to use the SCOR version 12.0 model to conduct KPI measurements so that the implementation of supply chain management becomes more comprehensive with maximum results through increasing team competency.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Rahmayanti
"Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) banyak digunakan untuk menilai kondisi rantai pasok suatu perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada PT. X yang merupakan salah satu industri pengemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SCOR sebagai kerangka penilaian, Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pendukung untuk memberikan bobot penilaian, dan metode analisis Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis hasil penilaian. Dalam menganalisis hasil penilaian kinerja, penelitian ini dibantu oleh sistem pengelompokkan Traffic Light System dan Prioritization Matrix untuk merancang usulan strategi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja rantai pasok dan memberikan usulan strategi perbaikan untuk indikator-indikator yang kurang baik. Terdapat 29 indikator kinerja yang tervalidasi untuk diukur dalam model. Dari hasil pengukuran kinerja rantai pasok pada PT. X tahun 2019, nilai yang didapatkan perusahaan yaitu sebesar 66,92% yang menunjukkan kinerja perusahaan hanya berada pada kategori rata – rata dengan warna kuning. Dengan menggunakan kuadran IPA, didapatkan 4 indikator kinerja rantai pasok yang kurang baik dan memerlukan perbaikan segera. Setelah dianalisis lebih lanjut, terdapat 10 usulan strategi untuk memperbaiki keempat indikator kinerja rantai pasok yang kurang baik. Usulan tersebut kemudian dihitung korelasi dan prioritasnya menggunakan prioritization matrix. Usulan strategi yang berada di peringkat pertama yaitu meningkatkan koordinasi antardepartemen, dan strategi di peringkat akhir yaitu meningkatkan proses quality control terhadap mesin dan bahan baku produksi.

Supply Chain Operation Reference (SCOR) model is widely used to determine the condition of a company's supply chain. This research was conducted at PT. X which is one of the packaging industry. The method used in this research is SCOR as the measurement framework, Analytical Hierarchy Process (AHP) as a supporting method for weighting indicators, and Importance Performance Analysis (IPA) as a method to analyze the calculated results. In analyzing the results, this study was assisted by a Traffic Light System grouping system and Prioritization Matrix to design a proposed strategy. The purpose of this study is to determine the performance of the supply chain and provide a proposed improvement strategy for indicators that are not good. There are 29 validated performance indicators to be measured in the model. The measurement results of the supply chain performance at PT. X in 2019, the company’s score was 66.92% which shows the company's performance is only in the average category with a yellow color. y using the IPA quadrant, there are 4 indicators of supply chain performance that are not good and require immediate improvement. After further analysis, there are 10 proposed strategies to improve the four indicators of supply chain performance that are not good. The proposed strategy is then calculated by its correlations and priorities using a prioritization matrix. The first rank strategy from the matrix is to improve interdepartmental coordination, and the final rank strategy is to improve the process of quality control of production machinery and raw materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tania Marcella
"Gudang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran dan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin tetap kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat perlu mengevaluasi dan memastikan terjadinya peningkatan berkelanjutan pada kegiatan gudang. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok gudang barang jadi sebuah perusahaan makanan dan minuman kesehatan di Indonesia sebagai acuan untuk mengusulkan strategi yang diperlukan dalam peningkatan kinerja. Terdapat 25 indikator kinerja yang diukur dalam penelitian ini yang terbagi ke dalam tiap level pada kerangka model Supply Chain Operation Reference (SCOR). Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai rata-rata kinerja rantai pasok gudang barang jadi perusahaan pada tahun 2023 sebesar 63.78% yang masuk ke dalam kategori ‘Average’ menurut sistem monitoring dengan traffic light system. Setiap indikator kinerja kemudian dipetakan ke dalam kuadran Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengidentifikasi indikator kinerja yang harus menjadi prioritas perbaikan. Berdasarkan kuadran IPA, diperoleh 4 indikator kinerja yang memiliki kepentingan cukup tinggi namun performanya belum baik, yaitu finished goods inventory level, inventory days on hand, orders received on time, dan delivery fill rate. Adapun strategi peningkatan kinerja yang diajukan kepada perusahaan yakni penggunaan metode peramalan yang lebih akurat dan penerapan sistem manajemen persediaan dengan integrasi IoT dan RFID.

Warehouse plays a strategic role in maintaining the smoothness and efficiency of the overall supply chain. Therefore, companies aiming to remain competitive in facing tough business competition need to evaluate and ensure continuous improvement in warehouse activities. This research was conducted to measure the supply chain performance of a finished goods warehouse in a health food and beverage company in Indonesia, as a reference to propose necessary strategies for improvement. There are 25 performance indicators measured in this study, categorized into each level of the Supply Chain Operation Reference (SCOR) model framework. The results show the average performance score of the company's finished goods warehouse supply chain in 2023 was 63.78%, classified as 'Average' according to the traffic light monitoring system. Each performance indicator was then mapped into the Importance Performance Analysis (IPA) quadrant to identify priority areas for improvement. Based on the IPA quadrant, 4 performance indicators were identified as having high importance but inadequate performance, namely finished goods inventory level, inventory days on hand, orders received on time, and delivery fill rate. The proposed strategies for performance improvement include the use of accurate forecasting methods and the implementation of inventory management systems with IoT and RFID integration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwiki Bramantyo
"House of Risk (HOR) merupakan metode yang mengintegrasikan antara dua model penelitian yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan House of Quality (HOQ) yang berfokus pada penentuan tindakan pencegahan terhadap sumber risiko yang telah tereliminasi. Pada penelitian ini, House of Risk digunakan sebagai alat untuk menangani risiko terkait proses supply chain PT Odyssey Shipping Lines. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi aktivitas rantai pasok menggunakan Supply Chain Operation Reference (SCOR) lalu menentukan kejadian risiko apa saja yang terjadi pada proses rantai pasok PT Odyssey Shipping Lines beserta memberikan langkah mitigasi yang tepat untuk risiko-risiko signifikan yang dialami PT Odyssey Shipping Lines. Proses identifikasi dan analisis tersebut dilakukan bersama dengan para ahli yang berpengalaman di bidangnya. Setelah melakukan pengolahan data dengan House of Risk (HOR) tahap 1 maka diperoleh 20 kejadian risiko dan 35 penyebab risiko. Berdasarkan perhitungan Pareto, terdapat 16 agen risiko yang mencakup 80% dari total Aggregate Risk Potential (ARP) dan dipilih sebagai prioritas mitigasi. Penyebab risiko dengan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) terbesar adalah kesalahan dalam kalkulasi forecasting yang telah ditetapkan dengan nilai sebesar 720. Lalu pada House of Risk (HOR) tahap 2 diperoleh nilai efektivitas tertinggi yaitu sebesar 5737 yaitu Pengawasan yang lebih dari supervisor untuk memastikan keberlangsungan pekerjaan.

House of Risk (HOR) is an integration between two research models, namely the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method and the House of Quality (HOQ) which focus on determining preventive measures for eliminated risk sources. In this study, the House of Risk is used as a tool to deal with risks related to the supply chain activity in PT Odyssey Shipping Lines. This research begins by identifying the activities of supply chain using Supply Chain Operation Reference (SCOR), determining the risk events and creating the mitigation strategy to the most significant risks. The process of identification and analysis is carried out together with experts who are experienced in their fields. After processing the data with the House of Risk (HOR) stage 1, 20 risk events and 35 risk causes were obtained. Based on Pareto calculations, there are 16 risk agents covering 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. The cause of the risk with the largest Aggregate Risk Potential (ARP) value is the miscalculation when forecasting that has been set with a value of 720. Then in the House of Risk (HOR) stage 2, the highest effectiveness value was obtained which was 5737, namely to give more supervising process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Riesna Dinawaty
"Tesis ini menganalisis kinerja dari pengiriman minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) model 11.0. Analisis ini dilakukan pada PT XYZ Tbk. yang merupakan salah satu perusahaan penghasil CPO terbesar di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat membantu PT. XYZ Tbk. untuk meningkatkan kinerja rantai pasok dengan tujuan mengurangi kekosongan persediaan (Zero Stock) seperti yang terjadi di tahun 2019 & 2020, serta waktu pengiriman yang panjang. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode SCOR model 11.0 dan hasilnya menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok dari PT. XYZ Tbk. dari sisi reability, responsiveness, dan assets management efficiency masih kurang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan kondisi persediaan yang kurang baik karena hanya kinerja responsiveness yang dapat memenuhi target perusahaan dan best in class dengan nilai rata-rata 7 hari untuk memenuhi permintaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan pentingnya cadangan pengaman dan membeli tambahan CPO dari pabrik lain untuk menjaga kemampuan perusahaan menciptakan supply chain yang baik.

This study analyzes the supply chain performance of CPO’s delivery using SCOR 11.0 method. This analysis is conducted at PT XYZ Tbk, one of the largest CPO producing companies in Indonesia. This research is expected to help PT XYZ Tbk. to improve supply chain performance with the aim of reducing zero inventory as happened in 2019 & 2020 and long lead time. The results show that in terms of reliability, responsiveness, and asset management efficiency attributes the performance is below from the company’s target because only responsiveness performance can meet the company's target and best in class with an average value of 7 days to meet the demand. The results also show that the inventory level management is adequate as there is no safety stock. The research suggestion, the management need to set the safety stock and buy CPO from other manufacturers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>