Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilo
"Pendahuluan: Penilaian triase pasien oleh perawat harus dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga dapat meminimalkan angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pasien. Pengetahuan, keterampilan perawat dan kecepatan (response time) dalam melakukan tindakan triase adalah salah satu kunci dalam keberhasilan pelayanan di instalasi gawat darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, persepsi keterampilan triase dan response time tindakan perawat dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit X.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional. Total sampling digunakan pada variabel tingkat pengetahuan dan persepsi keterampilan didapatkan sampel sebanyak 54 responden melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Metode purposive sampling pada variabel response time diambil dari populasi rata-rata jumlah kunjungan pasien setiap bulan didapatkan sebanyak 107 sampel response time tindakan dengan cara observasi. Data dianalisis menggunakan analisis univariat.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan (51,9%) dan persepsi keterampilan triase (53,7%) pada kategori baik dengan response time 60,7% kategori cepat.
Rekomendasi: Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat melalui pendidikan dan pelatihan bagi perawat perlu dilakukan secara berkala oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di instalasi gawat darurat, salah satunya meningkatkan response time tindakan triase oleh perawat.

Introduction: Patient triage assessment by nurses must be carried out quickly and accurately, in order to minimize patient morbidity, disability, and even mortality. Nurses' knowledge, skills, and response timeĀ  in carrying out triage actions are one of the keys to successful services in emergency installations. This study aims to analyze the knowledge, perception of triage skills and response time of nurses' actions in providing emergency services at the Emergency Installation of X Hospital.
Method: This study used a descriptive cross-sectional design. Total sampling was used on the variables of knowledge level and skill perception, obtaining a sample of 54 respondents through inclusion and exclusion criteria. The purposive sampling method for the response time variable was taken from the average population of the number of patient visits each month, obtaining 107 response time samples using the observation method. Data were analyzed using univariate analysis.
Results: The study showed that most nurses had a level of knowledge (51.9%) and perception of triage skills (53.7%) in the good category with a response time of (60.7%) in the fast category.
Recommendation: Increasing the knowledge and skills of nurses through education and training for nurses needs to be carried out periodically by the hospital to improve the quality of nursing services in emergency installations, one of which is increasing the response time for triage actions by nurses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmita Frizanggi
"Hal yang pertama kali dilakukan oleh perawat ketika pasien dengan kondisi gawat darurat datang ke instalasi gawat darurat yaitu melakukan triase. Pengetahuan dan persepsi keterampilan triase perawat memiliki pengaruh besar dalam efisiensi fungsional instalasi gawat darurat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan persepsi keterampilan triase pada perawat di instalasi gawat darurat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan metode purposive sampling sebanyak 62 perawat instalasi gawat darurat rumah sakit di Kota Depok. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, pelatihan kegawatdaruratan, pengetahuan triase, dan persepsi keterampilan triase. data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan (58,1%) dan persepsi keterampilan triase (67,7%) kategori cukup. Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit dapat melakukan evaluasi terhadap kemampuan triase perawat dan memfasilitasi para perawat untuk mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan secara berkala untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

The first action taken by nurses when a patient come with an emergent issue to the emergency unit is triage. Nurse's triage knowledge and skill perception have a significant impact to the functional efficiency of emergency unit. The purpose of this study is to determine the description of triage knowledge and skill perception among nurses in emergency unit. This study used descriptive cross-sectional design with a purposive sampling method to 62 emergency unit nurses in Depok. The variables examined in this study were age, gender, level of education, length of work, emergency training, triage knowledge, and perception of triage skills. Data were analyzed using univariate analysis. The results of this study indicate that the majority of respondents have a sufficient level in both of knowledge (58.1%) and triage skills perception (67.7%). Therefore, the Hospital can evaluate the ability of triage nurses and facilitate nurses to get emergency training on a regular basis to improve the quality of nursing services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evlyn Agustina
"Tuntutan kerja yang tinggi dapat menjadi faktor resiko stres kerja bagi perawat yang bekerja di ruang IGD. Mekanisme koping yang adaptif sangat penting bagi perawat dalam menghadapi masalah kerja yang terjadi. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat stres kerja dan mekanisme koping perawat IGD RS Husada. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 23 responden. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis univariat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 14 orang (60.9%) perawat di IGD mengalami tingkat stres kerja sedang dan perawat yang memiliki mekanisme koping adaptif berjumlah 14 orang (60,9%). Penelian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi perawat, sehingga perawat IGD memiliki mekanisme koping yang adaptif dalam menghadapi stres kerja di IGD.

High work demands in Emergency Department may be the risk factor that increasing job stress for the nurses. The adaptive coping mechanism is an important thing to hold for nurses to face their problems at work. This descriptive research is made for identifiying the stage of job stress and coping mechanism in Husada Hospital Emergency Department nurses. The respondents of its research contains of 23 respondents in total population. The methode of analysis which applied in this research is univariat analysis.
As the result, there are 14 nurses (60,9%) have a middle stage of job stress and 14 nurses have an adaptive coping mechanism. Hopefully, this research might be the reference for nurses, so they may have an adaptive coping mechanism that usefull for dealing with their job stress in Emergency Department.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dwi Purnamasari
"Early Warning System EWS merupakan alat skoring yang digunakan untuk memantau kondisi pasien di ruang perawatan maupun di Instalasi Gawat Darurat IGD. Pada IGD yang cenderung overcrowded dan memiliki arus perpindahan pasien yang lambat penggunaan EWS digunakan untuk memantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital sehingga perburukan kondisi pasien dapat segera dikenali.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang initial assessment dengan penatalaksanaan EWS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan kepada 70 perawat IGD.
Hasil menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat terhadap initial assessment dengan penatalaksanaan EWS di IGD p= 0.001 yang menunjukan semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang EWS yang terdapat dalam initial assessment maka penatalaksanaan EWS yang dilakukan semakin baik, sehingga peningkatan pengetahuan melalui pelatihan perlu ditingkatkan agar penatalaksanaan EWS yang baik dapat dilaksanaakan secara menyeluruh.

Early warning system EWS is a physiological scoring to observe the patients condition not only in hospital wards but also in Emergency Department ED. At an overcrowded ER that have slow of patient flow, EWS is use as an early detection of patients deterioration by observing the vital signs.
The purpose of this study is to identify the relationship between nurses knowledge of initial assessment and the application of EWS at emergency department. This is a quantitative study that used descriptive correlative with cross sectional design toward 70 emergency nurses.
The result showed there is a relationship between Nurses Knowledge of Initial Assessment and The Use of Early Warning System at Emergency Room p 0 .001 that show that the higher the level of nurses knowledge, their behavior is better. It is recommended to maintain the use of EWS in ED that already good through training regularly re sertification.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sasmiyati
"Keputusan triage sangat penting dalam menentukan kesegeraan pemberian pertolongan kepada pasien yang datang ke IGD. Kesalahan pengambilan keputusan triage berdampak pada risiko keselamatan pasien. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi ketepatan pelaksanaan triase adalah beban kerja mental. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dan hubungan beban kerja mental perawat dengan ketepatan triage di RS X. Penelitian dilakukan dengan 47 sampel, diambil menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil analisis didapatkan gambaran karakteristik perawat rata-rata berusia 35.04 tahun dengan masa kerja 12.63 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan DIII serta memiliki jenjang karier PK 3 dan tidak ada hubungan antara beban kerja mental perawat dengan ketepatan triage di RS X (p = 0.352, ? > 0.05). Penelitian ini merekomendasikan upaya peningkatan kemampuan triage perlu dilakukan dengan memberi kesempatan perawat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yaitu melanjutkan pendidikan menjadi Sarjana Keperawatan (Ners).

Triage decisions are very important in determining the immediate provision of assistance to patients who come to the emergency room. Errors in triage decision making have an impact on patient safety risks. One of the external factors that can affect the accuracy of triage is the mental workload. This research is a quantitative study with a cross-sectional approach that aims to identify the description and relationship between the mental workload of nurses and the accuracy of triage at X Hospital. The study was conducted with 47 samples, taken using inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis show that the average age of nurses is 35.04 years with a working period of 12.63 years, most of them are female with a DIII education level and have a PK 3 career path and there is no relationship between the mental workload of nurses and the accuracy of triage at X Hospital (p = 0.352, ? > 0.05). This research recommends that efforts to increase triage skills need to be carried out by giving nurses the opportunity to develop knowledge, namely continuing their education to become Bachelors of Nursing (Ners)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Eka Putri
"Skripsi ini membahas masalah MSDs yang dialami oleh perawat di Rumah Sakit X yang dinilai dengan metode REBA dan NBM. Hasil penilaian menunjukkan bahwa terdapat tiga (3) aktivitas yang berisiko tinggi yaitu, mengangkat pasien, mendorong branchar, dan menarik branchar. Sedangkan tiga (3) aktivitas lain menunjukkan tingkat risiko yang sedang, yaitu pada aktivitas mendorong kursi roda, memasang infus, dan mengukur tensi darah. Adapun keluhan subjektif paling banyak dirasakan perawat pada bagian leher bagian atas, bahu kiri, bahu kanan, punggung, pinggang bagian atas, pinggang bagian bawah, lutut kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri. Oleh karena itu diperlukan pengendalian baik secara engineering maupun administratif untuk mencegah cedera.

Focus of this study is problem of MSDs experienced by nurses at Hospital X as assessed by the REBA and NBM methods. The results of the assessment showed that there were three (3) high-risk activities, namely lifting the patient, pushing the branchar, and pulling the branchar. Meanwhile, three (3) other activities showed a moderate level of risk, namely pushing a wheelchair, placing an infusion, and measuring blood pressure. The subjective complaints were mostly felt by nurses in the upper neck, left shoulder, right shoulder, back, upper waist, lower waist, right and left knees, right and left legs. Therefore it is necessary to control both engineering and administrative to prevent injury."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ariadi
"Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu instalasi Rumah Sakit yang melayani pasien 24 jam dengan tujuan memberikan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian, kecacatan. Hal yang paling penting dari pelayanan IGD adalah respon time, berbagai kondisi dan banyaknya pasien yang datang secara bersamaan untuk segera mendapatkan pelayanan secara cepat dan tepat, sehingga dapat memberikan kepuasan pasien salah satunya. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara response time perawat dengan tingkat kepuasan pasien di zona kuning Instalasi Gawat Darurat (IGD). Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional. Responden dipilih dengan metode consecutive sampling dengan jumlah 108 responden. Cara untuk mendapatkan hasil dengan pengamatan menggunakan stopwatch digital, lembar observasi respon time dan kuesioner kepuasan pasien dengan CECSS (Consumer Emergency Care Satisfaction Scale). Pada penelitian ini ditemukan tidak adanya hubungan antara response time perawat dengan tingkat kepuasan pasien di zona kuning Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan p value 0,410. Kesimpulan dari penelitian ini menjadi sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. Sehingga dapat menganalisis faktor-faktor yang dapat berhubungan terhadap variabel-variabel yang telah diteliti.

Emergency Department (ED) is one of the hospital installations that serves patients 24 hours with the aim of providing immediate assistance to prevent death, disability. The most important thing from the emergency services is the response time, various conditions and the number of patients who come together to immediately get services quickly and precisely, so that one can provide patient satisfaction. The purpose of this study was to examine the relationship between nurse response time and level of patient satisfaction in the yellow zone of the Emergency Department. The research design was a quantitative approach with cross sectional method. 108 respondents were recruited using consecutive sampling method. Response time was measured using a digital stopwatch and filled in the observation sheet and patient satisfaction was measured Consumer Emergency Care Satisfaction Scale (CECSS). The result found no relationship between nurse response time with patient satisfaction in the yellow zone of the Emergency Department (ED) with p value 0,410. The conclusions of this study serve as the basis for further research. So that it can analyze the factors that can be related to the variables that have been studied."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Nurseptiani
"Waktu tunggu menjadi indikator penilaian mutu pelayanan di IGD. Waktu tunggu pasien diIGD mempengaruhi tingkat keparahan pasien dan kenyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan. Triase menjadi bagian proses penting dalam melakukan pemilahan pasien dan pemberian intervensi medis sesuai dengan kondisi kegawatannya sehingga dapat menurunkanangka mortalitas dan morbiditas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pasien di IGD RSUD Kramat Jati serta melihat hubungan triase terhadap waktu tunggu. Penelitian dilakukan di IGD RSUD Kramat Jati pada tanggal 15-30Mei 2017 secara kuantitatif n=230 , dan secara kualitatif dengan wawancara mendalam 4 Informan sebagai pendalaman informasi mengenai SPO Triase, Formulir Triase, dan Kebijakan Penetapan Waktu Tunggu.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yangbermakna antara warna triase dengan waktu tunggu dengan p-value sebesar 0,014.Diharapkan dalam penelitian ini dilakukan perbaikan terhadap SPO Triase, sosialisasi triasekepada petugas IGD, penyesuaian ruangan IGD sesuai standar Departemen Kesehatan.

Waiting time is part of the indicator of quality of service in Emergency Room. Waiting time patients in ER affect the severity of patients and comfort patients in treatment. Triage is part of important process for sorting patients and medical intervention based on their severity and illness so that it can reduce mortality and morbidity rate in ER.
This study attempts to analyze factors which can affect waiting time in ER at Kramat Jati Hospital and relation between triage and waiting time. Research was conducted on 15 30 May 2017 using quantitativ method n 230 and qualitative method through in depth interview 4 informants about SPO Triage, Form Triage, and policy about waiting time.
The result showed that are correlation between colors triage and waiting time with p value 0,014. Expectation from this research are improvement for SPO Triage, share information about triage for nurse and doctor at ER, and adjusment room of ER according to standard the ministry of health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faruq Fauzi
"Febrile neutropenia merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi yang harus diperlakukan sebagai keadaan darurat medis onkologi. Febrile neutropenia 80% terjadi pada pasien pasca kemoterapi agresif yang diberikan untuk keganasan hematologi. Kemoterapi agresif dapat menyebabkan neutropenia ditambah dengan adanya pencetus lain seperti infeksi. Pengetahuan perawat yang rendah mengenai faktor risiko septikemia dan tempat infeksi utama pada pasien neutropenia sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut akan menyebabkan perawatan dan pengobatan yang diberikan pada pasien febrile neutropenia dengan syok septik akan lebih sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang febrile neutropenia pada pasien leukemia pasca kemoterapi di Rumah Sakit Kanker di Jakarta. Desain penelitian adalah croos sectional deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random. Jumlah sampel sebanyak 150 perawat rawat inap dimana pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan uji frekuensi dengan persentase atau proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat 71,3% memiliki pengetahuan yang cukup tentang febrile neutropenia. Hasil analaisis juga menunjukkan bahwa usia, pendidikan, pengalaman kerja, serta pelatihan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan perawat tentang febrile neutropenia. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan secara berkala seperti pelatihan khusus tentang febrile neutropenia serta evaluasi kompetensi secara berkala penting untuk meningkatkan pengetahuan perawat.

Febrile neutropenia is a side effect of chemotherapy that could be treated as a medical oncology emergency. Febrile neutropenia occurs in 80% of patients' post-aggressive chemotherapy for haematological malignancies. aggressive chemotherapy cause neutropenia coupled with other triggers such as infection. Nurses' low knowledge of risk factors for septicaemia and the main site of infection in neutropenic patients is very worrying. This makes the care and treatment given to febrile neutropenic patients with septic shock more difficult. This study aimed to describe the level of knowledge of nurses about febrile neutropenia in post-chemotherapy leukaemia patients at Cancer Hospital in Jakarta. The research design was descriptive. The sample was recruited using the Proportionate Stratified Random technique. The total sample is 150 nurses. The results showed that most of the nurses 71, 3% have a moderate knowledge of febrile neutropenia. The results of the analysis also showed that age, education, work experience, and training have a significant relationship with nurses' knowledge about febrile neutropenia. The importance of regular efforts to improve knowledge, such as special training on febrile neutropenia and periodic competency evaluations, is important to increase nurse knowledge"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Saepulmulya Sukmana
"Pelayanan pre-hospital berorientasi kepada layanan gawat darurat untuk cidera atau sakit yang parah sebelum mencapai rumah sakit atau selama proses transfer. Salah satu yang membedakan uraian tugas antara perawat ambulans gawat darurat dengan perawat rumah sakit adalah dalam memberikan asuhan kepada pasien. Perawat rumah sakit memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan dan terjadwal, sedangkan asuhan keperawatan oleh perawat ambulans gawat darurat diberikan berdasarkan panggilan (permintaan sesuai kebutuhan). Perbedaan pemberian asuhan ini seringkali berpengaruh terhadap kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur perawat ambulans gawat darurat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 100 perawat ambulans gawat darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39 perawat ambulans gawat darurat memiliki kualitas tidur yang baik, dan 61 perawat ambulans mempunyai kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar indikator pengetahuan perawat dan rekomendasi pengetahuan dasar mengenai kualitas tidur untuk perawat yang bekerja di instansi ambulans gawat darurat.

Pre-hospital services (emergency ambulance) are oriented towards the emergency medical services for the severely ill or injured before reaching the hospital or during transfer. One that distinguishes the job description between an emergency ambulance nurse and a hospital nurse is in providing nursing care to patients. Hospital nurses provide nursing care on a continuous and scheduled basis, while the provision of nursing care by emergency ambulance nurses is applied based on call (request as needed). This difference in the provision of nursing care often affects the quality of nurse's sleep. This study aims to describe the sleep quality among the nurses working on the emergency ambulance service. The design of this study is descriptive using a cross-sectional approach. This study was conducted on 100 emergency ambulance nurses. The results showed that 39 emergency ambulance nurses had good sleep quality, and 61 ambulance nurses had poor sleep quality. This research can be used as an indicator basis of knowledge and recommendations for basic knowledge regarding sleep quality for nurses working in emergency ambulance institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>