Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sophia Purwaningsih S.
"Suatu iklan merupakan percakapan dengan konsumen tentang suatu produk, sehingga iklan diperhatikan dan berusaha dipahami konsumen. Dari proses ini terbentuklah kognisi mengenai maksud iklan. Sebagian besar perhatian penerima iklan dapat diarahkan pada klaim yang dibuat sehingga mereka bisa memahami dan menginterpretasikannya secara benar. Jika interpretasi seperti yang diinginkan pengiklan terjadi, maka mereka disebut "bersikap kognitif positif1 terhadap klaim tersebut. Untuk mewujudkan pikiran demikian sering kali pengiklan menggunakan klaim implikasi (implied claim) yang tercermin dari pernyataan-pernyataan dalam iklannya, dari pada klaim langsung (asserted claim). Karena itulah timbul pertanyaan klaim manakah yang lebih efektif, asserted atau implied claim, dilihat dari sikap kognitif khalayak. Agar tidak bias, peneliti menciptakan sendiri iklan real estate "Kebon Jeruk Indah" yang dikatakan dibangun oleh Ciputra Group. Produk real estate dipilih karena dalam pembelian rumah terlibat pengambilan keputusan bersama antara suami-istri, sementara nama "Ciputra Group" dipinjam karena dianggap memiliki kredibilitas yang baik. Dengan asumsi bahwa dalam kerangka latar belakang yang relatif sama khalayak bersikap kognitif berbeda terhadap asserted dan implied claim, penelitian ini dilakukan. Metodologi penelitian adalah eksperimen lapangan berdisain "after-only, no control group". Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok 1 yang menerima treatment klaim langsung dan kelompok 2 yang menerima treatment klaim implikasi. Dengan membandingkan pengaruh dua independent variable pada dua sampel, kesimpulan tentang efek independent variable dapat diambil. Yang penting di sini adalah dua kelompok tersebut serupa dalam karakteristik demografik yang penting, sehingga digunakan penarikan sampel purposif. Pengukuran sikap dilakukan dengan mengisi pernyataan-pernyataan menurut skala Likert, sedangkan hipotesa dibuktikan melalui Wilcoxon's Matched-Pairs Signed-Rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian lebih dapat memahami dan menginterpretasikan secara benar (bersikap kognitif positif terhadap) klaim implikasi (implied claim) dari pada klaim langsung (asserted claim), sehingga dapat dikatakan bahwa implied claim lebih efektif dari pada asserted claim. Hal-hal yang menyebabkan lebih banyak subyek eksperimen bersikap kognitif positif terhadap klaim implikasi dari pada klaim langsung dapat dijelaskan melalui teori disonansi kognitif. Selama ini, berdasarkan pengalaman terpajannya mereka terhadap iklan-iklan, subyek penelitian telah memiliki pengetahuan mengenai sikap mereka terhadap klaim iklan-iklan tersebut. Dengan menerima treatment iklan ini, subyek memiliki pengetahuan kedua, yakni mengenai sikap yang baru dibangunnya terhadap klaim iklan yang bersangkutan. Jika pengetahuan sebelumnya terhadap klaim itu positif dan pengetahuan tentang klaim yang baru diterimanya juga positif, maka subyek mengalami perasaan konsonan (adanya kekonsistenan). Sedangkan jika pengetahuan pertamanya negatif dan ternyata klaim yang baru dilihatnya ini bersifat positif, subyek mengalami disonansi (ketidak konsistenan) dan berusaha melakukan tindakan tertentu untuk menghindarinya. Lebih banyaknya subyek eksperimen yang mengalami perasaan konsonan terhadap klaim implikasi dari pada klaim langsung menyebabkan lebih banyak subyek yang bersikap kognitif positif terhadap klaim implikasi/tidak langsung."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Irma F.
"Belakangan ini para produsen menyadari bangunnya sebuah pangsa pasar yang potensial, yakni pasar anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan membanjirnya barang-barang produksi yang khusus ditujukan bagi mereka, seperti pasta gigi, shampoo, dan sebagainya. Pasar ini menjanjikan karena mempunyai prospek yang besar, sebab anak menempati prosentasi yang cukup besar dari seluruh penduduk Indonesia. Keluguan anak serta rasa ingin tahu yang besar sering membuat anak mudah sekali tergoda. Jika seorang anak tergoda untuk memiliki produk yang diiklankan, maka biasanya mereka meminta serta berusaha mempengaruhi orang tuanya supaya mau membelikan produk tersebut. Kemampuan anak sebagai faktor yang mempengaruhi inilah yang menyebabkan pengusaha memasarkan produknya dengan memanfaatkan keluguan anak. Karena melihat fakta di atas, maka penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh anak terhadap pembelanjaan orang tua yang terutama dilihat dan nilainya. Sebagai faktor yang bisa menambah pengaruh, penulis melihat bahwa selain iklan (terutama iklan TV); teman, usia anak, serta pendidikan dalam keluarga juga turut berpengaruh terhadap kemampuan anak untuk menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pembelanjaan orang tuanya. Sedangkan sebagai pelengkap, penulis ingin juga mengetahui bagaimana perlindungan anak terhadap iklan-iklan yang memanfaatkan anak tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei sebagai data primer untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh iklan TV, teman, serta usia anak; terhadap 40 orang anak kelas 4 dan kelas 6. Sedangkan untuk mendapat gambaran mengenai pendapat para orang tua terhadap influence anak mereka, serta pendapat pihak-pihak yang berkepentingan dengan 0 kesejahteraan anak yakni psikolog anak, YKAI, dan YLKI; maka digunakan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa iklan TV berpengaruh terhadap keinginan anak untuk memiliki produk yang diiklankan (67,5 % sering ingin). Sedangkan teman yang merupakan sumber informasi ke dua setelah iklan; berpengaruh terhadap perilaku konsumen anak di segala tingkatan usia, karena anak cenderung ingin beridentifikasi dengan kelompoknya. Di lain pihak, cara orang tua mendidik anak adalah penyumbang terbesar bagi perilaku konsumen anak. Jika orang tua mendidik anaknya dengan permisif, maka anak cenderung berpotensi besar menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pembelanjaan orang tua (41,2 % minta 4 - 5 kali dalam 2 minggu). Demikian pula sebaliknya, jika orang tua mendidik anak dengan. otoriter (40 % minta 1 kali dalam 2 minggu), sedangkan bagi orang tua yang mendidik anak secara demokratis, terdapat kecenderungan yang merata yakni berkisar antara 22,2 % (minta <1 dan 1 kali dalam 2 minggu dan 27,8 % minta 2 - 3 dan 4 - 5 kali dalam 2 minggu). Dan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh anak terhadap nilai pembelanjaan orang tua bervariasi menurut karakter orang tua. Jika orang tua lebih demokratis, maka influence anak dapat lebih dikontrol dengan baik, dan lebih mudah untuk mengadakan evaluasi. Sedangkan jika orang tua cenderung permisif, pengaruh anak dapat dikatakan besar dan bisa-bisa hampir menghabiskan setengah uang belanja hanya dalam 1 akhir pekan. Setelah karakter orang tua, barn kemudian iklan TV dan lingkungan teman menyumbangkan pengaruhnya terhadap perilaku konsumen anak yang memungkinkan anak menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pembelanjaan orang tua. Namun demikian hasil-hasil di atas tidaklah terlalu mengherankan mengingat minimnya pendidikan mengenai perilaku konsumen yang baik pada anak, entah dari orang tua ataupun dari sekolah; serta kurang efisiennya peraturan-peraturan yang ada sekarang (baik dari persatuan perusahaan iklan atau dari pemerintah) sehingga belum dapat melindungi anak dari eksploitasi iklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4196
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eriyani Kurnita
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin pentingnya fungsi kemasan sebagai media komunikasi serta ketertarikan peneliti terhadap desain kemasan. Untuk itu peneliti memilih satu jenis produk yang masih dalam kategori baru luncur (pada saat penelitian dilakukan) dan memiliki desain kemasan yang unik, guna melihat bagaimana hubungan antara persepsi visual tentang desain kemasan dan minat beli terhadap produk, serta bagaimana faktor persepsi tentang harga jual dapat mempengaruhi hubungan antara kedua variabel tersebut. Produk yang dijadikan objek penelitian adalah mie instant dengan merk Cinta-mi, sebagai produk mie instant merk baru luncur di pasaran (path saat penelitian dilakukan) dan mempunyai desain kemasan yang lain dari desain kemasan para kompetitornya. Beberapa teori yang berkaitan dengan persepsi, antara lain menurut Henry Assael, teori tentang desain kemasan produk oleh Herbert M. Meyer, teori tentang perilaku konsumen antara lain oleh James F. Engel, dan beberapa teori pendukung lainnya, digunakan untuk membuktikan hipotesa penelitian bahwa wanita konsumen yang mempunyai persepsi positif terhadap desain kemasan produk cenderung berminat untuk membeli produk, juga sebaliknya. Selain itu, faktor persepsi tentang harga jual produk dijadikan sebagai variabel kontrol (variabel penekan) dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif yang menggunakan metode penelitian survei Populasi penelitian adalah wanita konsumen mie instant yang datang berbelanja mie instant di Pasar Swalayan Hero cabang Bogor, dengan sampel penelitian sebesar 100 responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik penarikan sampel nonprobabilita secara kebetulan (accidental) terhadap wanita konsumen yang sedang berbelanja mie instant. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur/kepustakaan dan tanya jawab dan diskusi dengan pihak yang kompeten. Selain statistik univariat, uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat (Chi-Square) dan uji multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik (Logistic Regression). Dari data lapangan yang diperoleh diketahui bahwa:
1). terdapat hubungan antara persepsi visual tentang desain kemasan produk dan minat membeli produk. Dengan demikian hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa wanita konsumen yang mempunyai persepsi positif terhadap desain kemasan produk cenderung berminat membeli produk, diterima dan
2). faktor persepsi tentang harga jual produk tidak berpengaruh sebagai variabel kontrol (variabel penekan). Dengan demikian hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa persepsi tentang harga jual produk dapat mempengaruhi hubungan antara persepsi visual tentang desain kemasan dan minat membeli produk, ditolak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Emilda Setyorini
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Larasati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5969
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Abdurahman
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vashty Ghassany Shabrina
"[ ABSTRAK
Untuk mengetahui makna tanda dalam iklan BCA “Gebyar Tahapan BCA 2014 #Menanglebih” versi bola ini diperlukan sebuah pendekatan yang dilakukan dengan proses semiotika. Charles Sanders Pierce membagi tanda menurut hubungan tanda dan objeknya yang terbagi atas ikon, indeks, dan simbol. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana penulis melaporkan meaning of events dari apa yang diamati, laporannya berisi amatan berbagai kejadian dan interaksi yang diamati secara langsung dan mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap ikon, indeks, dan simbol memiliki makna berupa identitas Bank BCA selaku pengiklan, target audiens program Gebyar Tahapan BCA, serta tujuan beriklan yang ingin disampaikan yaitu mempromosikan program berhadiah Gebyar Tahapan BCA yang mana iklan ini dikemas dengan memanfaatkan fenomena Piala Dunia sebagai tema beriklannya.
ABSTRACT
To know the meaning of the sign in TVC BCA "Gebyar Tahapan BCA 2014 #Menanglebih" soccer version we need an approach that is done with the semiotics. Charles Sanders Pierce divide sign into icons, index, and symbols. This study uses descriptive qualitative approach in which the authors report the meaning of events of what is observed, the report contains observations of events and interactions are observed directly and deeply. The results showed that each icon, index, and symbols have meaning in the form of Bank BCA identity as advertisers, the target audience of Gebyar Tahapan BCA program, as well as the purpose of advertising is to be conveyed, namely promoting the lottery program Gebyar Tahapan BCA which this ad is packed with utilizing the phenomenon of World Cup as a theme in advertising., To know the meaning of the sign in TVC BCA "Gebyar Tahapan BCA 2014 #Menanglebih" soccer version we need an approach that is done with the semiotics. Charles Sanders Pierce divide sign into icons, index, and symbols. This study uses descriptive qualitative approach in which the authors report the meaning of events of what is observed, the report contains observations of events and interactions are observed directly and deeply. The results showed that each icon, index, and symbols have meaning in the form of Bank BCA identity as advertisers, the target audience of Gebyar Tahapan BCA program, as well as the purpose of advertising is to be conveyed, namely promoting the lottery program Gebyar Tahapan BCA which this ad is packed with utilizing the phenomenon of World Cup as a theme in advertising.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Safina
" ABSTRAK
Media pemasaran interaktif dengan menggunakan social media merupakan suatu inovasi untuk memasarkan sebuah produk, juga menjalin interaksi antara brand dengan konsumennya. Banyak perusahaan telah memanfaatkan social media, khususnya Twitter, tidak hanya untuk memasarkan produknya, namun juga untuk membangun engagement dengan para konsumennya, salah satunya Starbucks Indonesia. Melalui artikel ini, penulis berfokus pada bagaimana Starbucks Indonesia menggunakan Twitter @SbuxIndonesia sebagai media pemasaran interaktif untuk membangun customer engagement melalui kampanye #sbuxmakemyDAY dengan meggunakan metode observasi online dengan penyajian data yang bersifat deskriptif. Starbucks Indonesia. Temuan dari analisis ini adalah Starbucks Indonesia dapat mencapai customer engagement karena telah menerapkan konsep-konsep media pemasan interaktif yang berkaitan, seperti e-CRM, Customer Engagement, karakteristik social media menurut Mayfield (2010), dan juga tahapan mencapai customer enagagement menurut Hunt (2009).

ABSTRACTMedia interactive marketing using social media is an innovation to market a product, also to establish the interaction between the brand and its consumers. Many companies already used social media, especially Twitter, not only to market their products, but also to build engagement with customers, one of companies that already used Twitter as Interactive Media Marketing is Starbucks Indonesia.. Through this article, the author focuses on how Starbucks Indonesia using Twitter @SbuxIndonesia as interactive media marketing to build customer engagement through #sbuxmakemyDAY campaign by using online observation method with descriptive data presentation. Starbucks. The findings of this analysis is Starbucks Indonesia can achieve customer engagement by implementing the concepts that related to interactive media marketing, such as e-CRM, Customer Engagement, characteristics of social media by Mayfield (2010), and also stages to achieve customer enagagement by Hunt (2009 )."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>