Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goro Binardjo
Abstrak :
Pembangunan berarti menciptakan kondisi-kondisi untuk merealisasikan human person utility. Menurut Seers (1972), evaluasi pembangunan difokuskan pada tiga kreteria yang saling berhubungan, yaitu reduksi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Ditegaskan juga bahwa target pendapatan nasional dianggap tidak relevan sebagai indikator yang baik tentang pembangunan. Alasannya kenaikan pendapatan nasional tidak otomatis mengurangi ketimpangan karena pembangunan dapat disinominkan dengan konsep perbaikan. Variabel penduduk baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi laju pembangiman. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi, apabila tidak diimbangi dengan sumber daya manusia (human. resources) yang memadai justru akan menjadi bumerang bagi laju pembangunan. Oleh karena itu pengupayaan pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia harus mempunyai penakanan yang lebih serius. Pengembangan sumber daya manusia mempunyai dimensi yang luas, sepertinya; mutu modal manusia, sosial ekonomi, sampai pada budaya manusia. Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan semata, akan tetapi adanya kebebasan dalam menentukan pilihan yang akan diambil, sepertinya kebebasan dalam soal memilih jenis pekerjaan yang akan dipilih. Menurut Wirosuhardjo (1988), kecenderungan makin tingginya persentase penganggur yang berpendidikan strata satu (Sarjana) ini salah satu penyebabnya adalah makin tinggi pendidikan, aspirasi untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja yang sesuai juga lebih tinggi. Menurut Ananta dan Sugiharso (1993) meningkatnya persedian tenaga kerja yang berpendidikan tinggi juga akan menurunkan penghargaaan terhadap ijasah dan segala tanda tamat mengikuti suatu pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa gelar seorang pencari kerja buka satu-satunya jaminan untuk memperoleh pekerjaan di masa yang akan datang.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauled Mulyono
Abstrak :
The study analyzed the behavior of the labor force participation in the labor market, and the impact of occupational mismatch to the decision of workers continued to. Job search even they have employed by using The Job Search Model. However, the application of the Job Search Model to deal with the characteristics of labor market today, i.e. the highly of disguised unemployment, the gap in labor market, the increasing mobility of workers from informal to. Formal sector the education attainment of job searchers increased rapidly, and some phenomena's of the occupational mismatch and on-the job-search. The raw data in the study used the data SUPAS 1985 (Intercensal Population Survey 1985) was conducted by Biro Pusat Statistik (Central Statistic Bureau) especially for South Sulawesi province. The labor force in this sample amount 23,967 and out of these only 9,982 employed and remains still unemployed. In The Job Search Model or Search Theory argued that to analyzed individual decision to participate in the labor market or to analyzed the returns could be obtain during job searching process could be measured by using the reservation wage they received after deducted from the expenses they spend during job searching activities. Empirically, the reservation wage was influenced by the individual characteristic and the other factors that engage in labor market. The decision of job searchers whether they will accept or rejected each job that offered to them it will be influenced by individual characteristic and another factors as mentioned above. Since the data above not available in the Intercensal Population Survey 1985, this study will emphasize on job searching which influences by individual characteristic (namely, education level, marital and migrant status, age and residence) and labor market characteristic. The types of occupation, which a proxy of wage, categorized into professional, white collar, blue collar and others. For analysis purposes, all the categorized was assume "stratum". It's means that the workers who have job searching, will be consider a higher job levels or at least at the same level only. By-using Multinomial Logit Model, it's conclude that the higher level of education workers, the probability to achieved blue collar and others tend to decrease, while probability to achieved white collar and professional tend to increase. The average probability to keep engage in this job concentrated more on farmer and menial workers (others). Another conclusion, which have participated in the same job category, the probability of higher education workers to get higher or the same of job level was higher if compared to lower education workers.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Nurlina Henny M.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara femininitas-maskulinitas dan konsep diri dengan minat pilihan pekerjaan pada siswi-siswi sekolah menengah tingkat atas. Pemilihan pokok permasalahan dilandasi fakta yang ditemukan peneliti bahwa kebanyakan para wanita bekerja pada pekerjaan-pekerjaan tradisional. Jenis pekerjaan tradisional ini adalah pekerjaan yang didominasi wanita sejak dahulu sampai sekarang, seperti sekretaris, guru, dan perawat. Dominasi ini dipengaruhi oleh peran jenis kelamin yang mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, sifat-sifat femininitas-maskulinitas diperkirakan ada hubungannya dengan konsep diri dan minat pilihan pekerjaan pada anak-anak perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cartwright seperti yang dilaporkan Betas dan Fitzgerald (1987), bahwa anak-anak perempuan yang memiliki skor maskulinitas tinggi ternyata sangat berminat pada hal-hal yang bersifat matematis dan sains. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi pada kemampuannya sendiri sehingga mereka berani dan yakin untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang non-tradisional. Sedangkan anak-anak perempuan yang skor femininitasnya tinggi, menilai diri mereka tidak mampu dan tidak pantas melakukan pekerjaan yang biasa didominasi oleh pria. Hal ini menggiring minat mereka pada pekerjaan-pekerjaan yang tradisional saja. Penelitian ini dilakukan di Jakarta, tahun 1994, pada sebuah sekolah menengah tingkat atas. Subyek penelitian adalah seluruh siswi kelas tiga dari keempat jurusan. Diperoleh 190 orang subyek penelitian. Alat pengumpul data pada penelitian ini memakai kuesioner, skala femininitas-maskulinitas, skala konsep diri dan inventarisasi minat RMIB U-90 versi wanita_ Kuesioner digunakan sebagai data kontrol, dibuat di bawah bimbingan dosen pembimbing. Skala femininitas-maskulinitas untuk mengetahui ada tidaknya serta tinggi rendahnya aspek feminin-maskulin pada individu. Skala ini adalah adaptasi dari Bem's Sex Role Inventory (1984). Skala konsep diri digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya konsep diri pada individu. Skala ini adalah adaptasi dari skala yang disusun oleh William H. Fitts (1964). Sedang inventarisasi minat dibentuk Rothwell-Miller Interest Blank Revisi U-90, digunakan untuk mengetahui minat pekerjaan pada individu. Inventarisasi minat ini juga adalah hasil adaptasi yaitu dari Rothwell-Miller Interest Blank. Metode analisis data menggunakan korelasi koefisien phi untuk melihat ada tidaknya hubungan antara femininitas-maskulinitas dengan minat pilihan pekerjaan. Korelasi point :biserial digunakan untuk - melihat ada tidaknya hubungah, tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan yang tradisional-non tradisional, sedang analisis varian s digunakan untuk melihat perbedaan konsep diri antara mereka yang feminin-maskulin dan androgini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara femininitas-maskulinitas dengan minat pilihan pekerjaan tidak terbukti secara signifikan pada penelitian ini. Demikian pula hubungan antara tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional tidak terbukti secara siginifikan. Dalam penelitian ini juga tidak terdapat perbedaan konsep diri antara mereka yang feminin-maskulin-androgini. Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa semua subyek penelitian berkeinginan untuk bekerja. Keinginan ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti kebutuhan ekonomi, menjauhi kejenuhan rumah tangga, kepuasan diri atau tekanan masyarakat. Mungkin juga sebagai tempat sementara sebelum mereka menikah dan disibukkan oleh urusan rumah tangga. Jenis pekerjaan tradisional juga masih kental mewarnai pilihan pekerjaan Para subyek penelitian. Namun hal ini tidak menggambarkan hubungan yang siginifikan antara femininitas maskulinitas - androgini dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional, juga tidak menggambarkan hubungan yang signifikan antara tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akhirnya peneliti mengajukan beberapa saran yang berguna untuk mengarahkan dan mempersiapkan anak-anak perempuan untuk terjun ke dunia kerja, antara lain untuk bimbingan dan konseling. Untuk pengguna tenaga kerja hendaknya menginformasikan peluang atau kesempatan kerja yang ada. Untuk sekolah atau guru bidang studi perlu memberi wawasan yang luas mengenai dunia kerja. Untuk orang tua, hendaknya tidak mengkotak-kotakkan anaknya berdasarkan jenis kelamin dan untuk media massa hendaknya memperbanyak informasi pekerjaan-pekerjaan non tradisional dan memperkenalkan lebih banyak wanita karir yang berkecimpung dalam pekerjaan non tradisional. Dengan demikian, diharapkan tumbuh image baru atau tokoh idola baru pada remaja putri, sehingga memperbanyak alternatif pilihan pekerjaan pada mereka.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Yuliana Favorieta
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa dan alumni atas pengaruh magang terhadap perkembangan kemampuan dan kesempatan karier di kantor akuntan publik di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji hubungan dan pengaruh antara pengalaman magang dan IPK yang dimiliki dengan kesempatan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online kepada seluruh mahasiswa akuntansi FEB UI angkatan 2012 dan alumni akuntansi FEB UI angkatan 2010 dan 2011 yang sedang bekerja di kantor akuntan publik. 308 data responden dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan independent sample t-test, Mann-Whitney test, dan regresi logistik (logit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dan alumni berpersepsi positif terhadap pengaruh magang dan tidak terdapat perbedaan persepsi di antara keduanya. Pengalaman magang, keputusan seseorang untuk menerima atau menolak tawaran pekerjaan yang didapatkan dari perusahaan tempat magang, dan IPK seseorang ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan. Namun, seseorang yang memiliki pengalaman magang sebelumnya, tetapi tidak mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan tempat magang, akan memiliki kemungkinan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan yang lebih kecil dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki pengalaman magang. ...... This research aims to investigate the perception of accounting students and alumni of FEB UI towards the influence of internship to skill development and career opportunities in public accounting firms. This research also aims to examine the relationships between internship experience and opportunities to get multiple job offers. Online questionaires were distributed to accounting students of FEB UI batch 2012 and alumni batch 2010 and 2011 who are working in public accounting firms. 308 data were analyzed by using independent sample t-test, Mann-Whitney test and logistic regression. The result indicates that both accounting students and alumni have positive perceptions towards the influence of internship to skill development and career opportunities in public accounting firms. The results also indicates that there is no significant relationship between internship experiences during college, decision to reject offer from internship company, and GPA scores on the probability to get multiple job offers. When someone do not get any job offer from the internship company, the probability to get multiple job offers is lower than someone who has no internship experiences.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Sekar Ayu Dian Kusumaningtyas
Abstrak :
Masalah pengangguran dan diberlakukannya pasar tenaga kerja MEA 1 Januari 2016 menuntut pencari kerja untuk menjadi lebih kompetitif dalam mencari kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Trait Kompetitif terhadap Intensitas Mencari Kerja pada pencari kerja Generasi Y melalui keempat dimensi Trait Kompetitif dari Newby dan Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity, dan Personal Enhancement Competitiveness. Sebanyak 254 partisipan yang merupakan pencari kerja mengisi kuesioner online Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi Dominant Competitiveness terhadap dua fase dari Intensitas Mencari Kerja individu, yaitu Persiapan Mencari Kerja (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) dan Aktif mencari kerja (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pencari kerja Generasi Y di Indonesia dengan kecenderungan kompetitif yang tinggi karena keinginan untuk mendominasi orang lain mempengaruhi seberapa besar intensitas mencari kerja mereka. ...... The problem of unemployment and implementation of labor market MEA in January 1st 2016 requires job seekers to become more competitive in job search. This research was conducted to see the influence of trait competitiveness on job search intensity through four dimensions by Newby and Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity and Personal Enhancement Competitiveness. A total of 254 participants were seeking job filled out the online questionnaire of Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). There was an influence from Dominant Competitiveness dimension on two phases of Job Search Intensity, Preparatory Job Search (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) and Active Job Search (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). This result indicates that Indonesian job seekers from Y Generation with high level tendencies of competitiveness caused by the desire to dominate other people influenced their level of intention to seek job.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardana
Abstrak :
Karir harus direncanakan. Karir adalah strategi. Membahas karir berarti mempersiapkan kehidupan. Perencanaan karir berguna bagi seseorang untuk menyelidiki minat, motivasi, mengembangkan kemampuan pribadi, meningkatkan ketrampilan, mengubah perilaku, mampu memasarkan diri sendiri, meningkatkan pengalaman kerja, menetapkan tujuan realistis, membangun relasi, menghimpun informasi dan membuat pilihan atas karirnya.

Masalah terbatasnya lapangan kerja, kesulitan mencari kerja sudah menjadi masalah nasional. Ada beberapa faktor seseorang kesulitan mendapat kerja, antara lain faktor ketidakseimbangan ekonomi dan industri nasional, terbatasnya lowongan kerja dengan jumlah pencari kerja, rendahnya mutu belajar dan kualitas lulusan sekolah, minimnya ketrampilan pencari kerja, serta faktor ketidaksiapan diri pribadi. Para pencari kerja tidak memiliki perencanaan karir di masa depannya.

Sementara itu, banyak perusahaan kesulitan mencari prang yang ingin bekerja. Hal ini dicirikan dari banyaknya iklan lowongan kerja di media cetak/elektronik, acara career day dan berkembangnya lernbaga jasa penyedia tenaga kerja. Mencari orang yang bisa kerja sudah menjadi industri. Melihat masalah sosial diatas maka dibuat penelitian pengaruh perencanaan karir dan perilaku mencari kerja terhadap hasil pencarian kerja. Penelitian ini harus bisa menjawab pertanyaan: (1) Apakah ada pengaruh antara perencanaan karir terhadap hasil pencarian kerja? (2) Apakah ada pengaruh antara perilaku mencari kerja terhadap hasil pencarian kerja? (3) Apakah ada pengaruh antara perencanaan karir dan perilaku mencari kerja terhadap hasil pencarian kerja?

Penelitian ini replikasi dari penelitian Stephen A Stumpf & Stephen M Colarelli dari New York University di tahun 1981, dengan beberapa penyesuaian mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk menjawab permasalahan, Stumpf melakukan penelitian eksperimen quasi longitudinal terhadap mahasiswa akhir pasca sarjana administrasi bisnis. Tahun 2005, penelitian ini dilakukan lagi secara deskriptif terhadap perorangan yang telah diterima kerja, apakah mereka memiliki perencanaan karir dan perilaku mencari kerja. Obyek penelitian adalah perusahaan customer goods multinational PT FFI, populasi penelitian adalah seluruh karyawan PT FFI dan sampel penelitian adalah karyawan PT FFI yang dinyatakan baru diterima bekerja periode tertentu atau mampu menjawab pertanyaan kilas balik tentang rencana karirnya.

Kerangka pemikiran penelitian ini meliputi pengintegrasian konsep dan teori perencanaan karir, perilaku mencari kerja dan hasil pencarian kerja menjadi suatu model analisis. Perencanaan karir membahas konsep self assessment, membuat perencanaan, penyesuaian lingkungan, perubahan nilai/ orientasi kerja, mencari sumberinformasi karir, career feedback, self development dan Result oriented.

Perilaku mencari kerja membahas konsep mencari lowongan kerja, mengirim lamaran, mempelajari menulis lamaran, mempelajari menulis resume, mempelajari menulis soal tes, mempelajari menjawab wawancara, menjaga kesehatan & Berdoa. Hasil pencarian kerja membahas konsep mendapat panggilan tes seleksi, mendapat panggilan wawancara, mengikuti tes kesehatan, menerima gaji, mendapatkan lingkungan kerja yang sesuai dan mendapatkan pekerjaan sesuai minat.

Berdasarkan konsep diatas maka dibuat variable independent yakni perencanaan karir dan perilaku mencari kerja dan variable dependen yakni hasil pencarian kerja. Setiap variable dibuat indikator untuk menghasilkan 52 pernyataan dalam kuesioner. Dad 44 kuesioner yang kembali pengolahan data dilakukan melalui analisis linier berganda, uji statistic regresi menggunakan software SPSS versi 10.

Hasil pengolahan data menyimpulkan ada keterkaitan yang kuat antara Perencanaan Karir dan Perilaku Mencari Kerja terhadap Hasil Pencarian Kerja tetapi setiap variable memiliki hubungan yang rendah atau bisa berjalan sendiri-sendiri. Perencanaan Karir memiliki hubungan kuat dengan Hasil Pencarian Kerja sementara perilaku Mencari Kerja memiliki hubungan kurang kuat dengan Hasil Pencarian Kerja.

Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian Stumpf & Colarelli tahun 1981 yang menyimpulkan pendidikan karir berhubungan positif dengan perilaku mencari kerja dan karir awal seseorang. Pencarian kerja yang sistematis secara signifikan berhubungan dengan rata-rata gaji yang diterima; sementara perilaku mencari kerja berhubungan dengan jumlah wawancara. Perilaku mencari kerja lainnya kurang berpengaruh terhadap hasil pencarian kerja.

Berdasarkan analisis dan kesimpulan, penelitian ini merekomendasikan hal-hal seperti (1) Karyawan harus memiliki perencanaan karir yang baik dan strategi bagaimana mencapai sukses karir dalam kehidupan. (2) Perusahaan harus mensosialisasikan ke sekolah-sekolah tentang pentingnya perencanaan karir bagi siswa. (3) Pencari kerja harus mengenali potensi diri, lingkungan dan mengembangkan kemampuan diri terus menerus apabila ingin diterima bekerja. (4) Sekolah-sekolah harus menyediakan bimbingan karir untuk siswanya. (5) Dilakukan penelitian lanjutan sejenis dengan jumlah sampel lebih banyak bersamaan dengan metode kualitatif.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqoh Wahyu Armadhani
Abstrak :
Berakhir dengan pekerjaan yang mismatch dengan kualifikasi pendidikannya atau menjadi pengangguran, kedua skenario tersebut merupakan realita yang dihadapi para pencari kerja di Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia telah mencoba untuk mendayagunakan Technical and Vocational Education and Training (TVET) untuk menjawab masalah tersebut. Namun keputusan tersebut dipertanyakan efektivitasnya mengingat kualitas sistem TVET di Indonesia yang cenderung kurang baik. Penelitian ini mencoba melihat dampak riwayat partisipasi TVET terhadap vertical mismatch dan durasi pencarian kerja yang digunakan sebagai proxy kedua skenario tersebut menggunakan SAKERNAS 2017 dan 2020. Hasil analisis Multinomial Logit Regression untuk vertical mismatch menemukan bahwa riwayat partisipasi TVET pada tingkat pendidikan tersier, khususnya melalui program pelatihan, dapat menurunkan peluang seseorang untuk mengalami vertical mismatch. Namun riwayat partisipasi pada tingkat pendidikan sekunder justru meningkatkan peluang tersebut. Lebih lanjut, analisis Cox Proportional Hazard Regression menemukan bahwa riwayat partisipasi TVET tidak memiliki pengaruh signifikan untuk memperpendek durasi pencarian pekerjaan lulusannya. Berdasarkan temuan penelitian ini, masyarakat Indonesia disarankan untuk lebih banyak berpartisipasi dan memanfaatkan program pelatihan untuk menyelesaikan masalah ketenagakerjaan terkait vertical mismatch dan durasi pencarian kerja. ......Ended up with a job that mismatches their educational qualifications or becomes unemployed, both scenarios are the reality faced by job seekers in Indonesia. The Government of the Republic of Indonesia have tried to utilize Technical and Vocational Education and Training (TVET) to address these problems. However, the effectiveness of this decision is questionable, considering the quality of the TVET system in Indonesia tends to be poor. Using SAKERNAS 2017 and 2020, this study examines the impact of the TVET participation history on vertical mismatch and job search duration. The Multinomial Logit Regression analysis results for vertical mismatch found that a history of TVET participation at the tertiary education level, mainly through training programs, can reduce a person's probability of experiencing vertical mismatches. However, TVET participation history at the secondary education level tends to increase those probability. Furthermore, the Cox Proportional Hazard Regression analysis found that TVET participation history did not significantly shorten graduates’ job searching durations. Based on the findings of this study, it is advised for Indonesians to utilize or participate in more training programs to resolve employment problems related to vertical mismatch and the duration of job searches.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayan Jamal Alkatiri
Abstrak :
Di era modernisasi dimana segelintir masyarakat beruntung dapat mengakses dunia luar termasuk terhadap pendidikan dengan mudah. Dengan hal ini, persaingan antara para pencari kerja menjadi kian mengetat, terlebih lagi saat pandemi COVID-19 melanda. Adanya peningkatan dalam ketidakstabila keadan sosio-economy sebagai efek dari adanya fenomena ini membuat adanya ketimpangan yang besar. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mengeluarkan Kartu Prakerja yang dapat diperoleh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Inisiasi tersebut memprovide seluruh masyarakat banyak keuntungan, salah satunya adalah untuk dapat mengakses dan mengembangkan kualitas diri sebagai tenaaga kerja. Dengan menggunakan Probability Test, penelitian ini mencoba untuk menganalisa apakah kepemilikan Kartu Prakerja dapat berpengaruh terhadap durasi lamanya pencari pekerjaan di Indonesia. ......In the era of modernization where a few lucky people can easily access the outside world including education. With this, the competition between job seekers is getting tougher, especially when the COVID-19 pandemic hit. There is an increase in socio-economic instability as a result of this phenomenon which results in large inequality. To overcome this, the government has taken a strategic step to issue Pre-Employment Cards that can be obtained by all Indonesian people. This initiative provides the whole community with many benefits, one of which is to be able to access and develop self-quality as workers. By using the Probability Test, this study attempts to analyze whether possession of a Pre-Employment Card can affect the duration of job seekers in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Aldian Prasetio
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap tingkat self efficacy mencari kerja pada fresh graduate. Temuan studi sebelumnya Kanfer (2001) menyebutkan seseorang dengan tingkat efikasi diri dalam mencari kerja yang tinggi akan mengalami waktu pengangguran relatif singkat. Dukungan sosial menjadi bagian yang terpenting dalam pembentukan sikap efikasi diri fresh graduate dalam mendapatkan kerja, studi sebelumnya menjelaskan bahwa tingkat efikasi diri seseorang mencari pekerjaan membutuhkan dukungan sosial dari kerabat terdekat seperti keluarga dan teman, hal tersebut dikarenakan oleh dukungan sosial menjadikan individu lebih merasa nyaman, meningkatkan kepercayaan diri, dan merasa berkompeten atau bernilai dalam menghadapi kendala atau kesulitan dalam kegiatan pencaharian kerja pada fresh graduate. Studi ini berhipotesis bahwa dukungan sosial memiliki hubungan positif terhadap tingkat efikasi diri mencari kerja pada kalangan fresh graduate di Jabodetabek, hal tersebut sebab kemampuan mencari kerja tak lepas dari faktor eksternal seperti pemberian dukungan sosial yang mendorong pada sikap percaya diri, membangkitkan harga diri, dan membantu kebutuhan dalam pencaharian kerja, sehingga terbangunnya kepercayaan untuk peluang mendapatkan kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner online untuk mengukur tingkat dukungan sosial terhadap tingkat efikasi diri mencari kerja fresh graduate. Hasil penelitian menjelaskan terdapat hubungan positif antara tingkat dukungan sosial dengan Tingkat Job Search Self Efficacy pada fresh graduate di Jabodetabek. Sumber dukungan sosial keluarga memiliki signifikansi paling besar karena keluarga merupakan agen sosial primer dan mengetahui rangkaian awal proses pencarian kerja para fresh graduate, dan keluarga dapat memberikan semua jenis dukungan yang diperlukan saat mencari kerja. Temuan lainnya adalah dukungan penghargaan memiliki signifikansi paling tinggi dikarenakan dukungan tersebut mendukung keyakinan untuk memperoleh pekerjaan sebab terdapat penilaian atas harga diri (self esteem) yang didapat dari validasi orang lain. ......This study to analyze the relationship between the level of social support and job search self efficacy among fresh graduates. The findings of previous research Kanfer (2001), someone with a high level of self-efficacy in looking for work will experience a relatively short time being unemployed. Social support is the most important part in the formation of a fresh graduate's self-efficacy attitude in getting a job, previous research explains that a person's level of self-efficacy in seeking or getting a job requires social support from closest relatives such as family and friends, this is because social support makes individuals feel more comfortable, increases self-confidence, and feels competent or worthy in dealing with obstacles or difficulties in working life activities for them. This study argues that social support has an influence on the level of self-efficacy in looking for work among fresh graduates in Jabodetabek, this is due to the ability to find independence from external factors such as by offering social support that encourages self-confidence, raises self-esteem, and help their needs in work activities so that they have more chances to build trust to get a job. This study uses a quantitative method with online survey to measure the level of social support and the job search self efficacy. The results of the study explain that there is a positive relationship between the level of social support and the level of Job Search Self Efficacy in fresh graduates in Jabodetabek. In addition, sources of family social support and appreciation support have the highest significance, this is because the family is the primary social agent and knows the initial sequence of the job search process for fresh graduates, plus the family can provide all kinds of support needed when looking for job. Another finding from this study is that reward support has the highest significance from other types of social support (emotional, instrumental, and information) this is because it supports the belief to get a job because of self-esteem (self- esteem) obtained from validation from others.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Aziza Zabidi
Abstrak :
Teori strength of weak ties merupakan teori yang mengatakan bahwa ikatan lemah (weak ties) pada jaringan sosial dapat lebih menguntungkan dibanding hubungan dengan ikatan kuat pada kondisi tertentu yang mana sering digunakan untuk mencari peluang pekerjaan (Granovetter, 1973). Perkembangan teknologi komunikasi menciptakan cara baru dalam memanfaatkan ikatan lemah pada jaringan sosial. Dalam beberapa tahun ke belakang, teori ini digunakan untuk melihat fenomena berjejaring di situs jejaring sosial. Makalah ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan pemanfaatan teori strength of weak ties pada konteks pencarian pekerjaan melalui situs jejaring sosial Linkedin. Penelitian dilakukan dengan kajian literatur dari 4 artikel penelitian dalam jangka publikasi 2003-2023 yang membahas Linkedin sebagai medium pencarian pekerjaan dengan pandangan kekuatan ikatan lemah. Hasil kajian menunjukkan bahwa Linkedin memudahkan penggunanya untuk memelihara dan memanfaatkan hubungan ikatan lemah dalam perluasan jaringan saat mencari pekerjaan. Hal ini secara konsisten ditemukan pada semua penelitian yang ditinjau. Terdapat keterbatasan penelitian terkait dengan perbedaan metode penelitian yang digunakan pada penelitian terkait berbeda-beda. Keterbatasan ini membuat signifikansi dari kajian bersifat umum. ......Strength of weak ties theory stated that weak ties in social networks can be more beneficial than relationships with strong bonds under certain conditions which are often used to find job opportunities (Granovetter, 1973). Developments in communications technology create new ways of exploiting weak bonds in social networks. In the past few years, this theory has been used to look at networking phenomena on social networking sites. This paper aims to identify the development of the use of the theory of strength of weak ties in the context of job search through social networking site LinkedIn. Data was gathered by literature review from 4 research articles within 2003-2023 publication which discusses LinkedIn as a job search medium with weak ties viewpoint. Result shows that LinkedIn helps user to maintain and utilize weak ties in network expansion in job search. The result is consistently found in all studies reviewed. There are research limitations related to different research methods used. This limitation makes this paper have general significance.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>