Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosita Jusuf Sumintapura
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan bisnis eceran mengalami kemajuan yang pesat dewasa ini. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah pengecer modern yang berskala seperti jarrngan pasar swalayan, convenience store, dam toko serba ada, yang semakin mendominasi bisnis eceran dan menggeser pengecer tradisional contohnya pasar swalayan. Tetapi karena adanya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut para pengusaha harus pandai-pandai mencari strategi. Strategi yang dilakukan yaitu dengan membuat private labels untuk produk-produk tertentu dengan tujuan meningkatkan daya beli konsumen.

Definisi private label atau private brand atau house brand menurut Fitzell(1982), adalah : "House brand yaitu produk-produk dengan merek pribadi yang hanya dipasarkan dalam rumah pengecer, grosir, maupun distributor tertentu dan sama sekali tidak dijual ditempat lain".

Penelitian ini bertujuan untuk memahami jenis private label yang dikeluarkan oleh supermarket & hypermarket di Indonesia. Mengetahui jenis produk private label yang dibeli oleh konsumen. Terakhir mengetahui atribut yang mempengaruhi konsumen dalam pemilihan private label. Menurut Harvard Business Review jika suatu perusahaan memproduksi private label, hal yang penting yang harus dilakukan ialah memperkirakan efek private label pada bisnis mereka secara keseluruhan dan mengontrol operasi private label. Untuk kesuksesan private label, retailer harus memperhatikan kualitas produk yang berhubungan dengan private label seperti packaging, labeling, brand image, termasuk image dari toko itu sendiri yang mungkin akan mentransfer persepsi konsumen terhadap kualitas private label.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah exploratory research dan descriptive research. Exploratory research bertujuan untuk memberikan gagasan, wawasan dan pemahamam atas situasi permasalahan yang dihadapi peneliti. Descriptive research yaitu tipe tipe riset konklusif yang bertujuan utama mencari informasi data primer berupa data kuantitatif. Pengumpulan data primer dlakukan dengan melakukan cross sectional study, yaitu pengukuran populasi dalam waktu tertentu. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode kuantitatif sample survey, yaitu mengambil sample dengan jumlah tertentu untuk menjelaskan keseluruhan populasi yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data didalam sample survey ini adalah kuesioner. Dalam penelitian ini, responden mengisi sendiri kuesioner (selfadministered survey), yang diberikan kepadanya dengan cara drop-off Metode analisis data yang digunakan dalam descriptive research adalah descriptive analysis, paired sample t-test dan top of two boxes.

Dari hasil penelitian ditemukan produk private label yang dikeluarkan oleh Hero dan Makro merupakan low involvement product. Atribut yang dipentingkan oleh konsumen adalah harga. Hal ini sesuai dengan positioning dari private label yaitu menjual produk dengan harga murah tetapi kualitasnya setara atau lebih baik dari merek pabrikan. Produk yang sering dibeli konsumen adalah produk yang dikonsumsi secara. teratur (frequency of use/consumption), misalnya beras, minyak goreng, gula, garam, kecap (sembako) dan produk-produk toiletries seperti sabun, shampoo, tisu dan kapas. Keputusan pembelian produk diputuskan di supermarket/hypermarket.

Merek private label Hero dan Makro hendaknya mencantumkan merek supermarket/ hypermarketnya sebagai penyokong. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan image dan kredibilitas kepada merek tersebut serta meyakinkan konsumen. Supermarket/hypermarket sebaiknya melakukan packaging dan point of purchase advertising untuk meningkatkan awareness konsumen. Misalnya dengan memperbaiki disain kemasan menjadi menarik, menampilkan motion display, poster, POP, radio shopping, cart advertising, shelf talkers dan memberikan kupon. Hero dan Makro sebaiknya melakukan komunikasi positioning penggunaan produk secara teratur/berkala (position for frequent or regular use) untuk produk-produk private labelnya.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakyah Eryunia
Abstrak :
Masalah perlindungan konsumen dalam hal makanan dan minuman sejak lama menjadi perhatian balk oleh Pemerintah, kalangan lembaga konsumen, masyarakat, maupun kalangan pelaku usaha sebagai pihak yang memproduksi dan mengedarkan produk makanan dan minuman. Produsen harus dapat mempertanggungjawabkan produksi den barang dan/atau jasa yang dihasilkannya. Dalam dunia perdagangan dewasa ini, suatu produk tidak dapat secara langsung dapat diperoleh oleh konsumen dari produsen, namun harus melalui berbagai jalur distribusi seperti distributor, sub distributor, grosir, pengecer dan termasuk pedagang asongan. Dengan keadaan seperti ini konsumen mendapat kesulitan dalam akan melakukan tuntutan atas timbulnya kerugian atas mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan dan/atau mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan konsumen, seperti halnya makanan dan minuman yang telah kadaluwarsa. Penentuan tingkat kualitas produk makanan dan minuman yang masih aman untuk dikonsumsi merupakan masalah yang mendesak untuk dibicarakan, karena penurunan kualitas dapat menyebabkan produk makanan dan minuman menjadi tidak layak lagi untuk dikonsumsi oleh manusia. Dengan kata lain, penetapan kadaluwarsa produk makanan dan minuman menjadi sangat penting baik untuk produsen maupun untuk konsumen. Bagi produsen masalah penetapan tanggal kadaluwarsa terletak pada peraturan-peraturan serta aspek teknologi apa yang perlu diperhatikan dalam menetapkan batas kadaluwarsa, sedangkan bagi konsumen timbulnya rasa aman dengan mengetahui batasan produk makanan dan minuman yang masih mempunyai kualitas balk untuk dimakan. Hukum positif yang diterapkan dalam permasalahan produk makanan dan minuman kadaluwarsa adalah Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), khususnya Pasal 8 ayat (1) huruf g. Dari isi pasal tersebut, walaupun tidak secara tegas ditentukan pihak mana yang menentukan tanggal kadaluwarsa produk makanan dan minuman, tetapi tersirat bahwa pihak produsenlah yang harus menentukan tanggal kadaluwarsa produk makanan dan minuman dengan menggunakan salah satu metode yang ada, salah satunya yaitu Accelerated Self Life Test (ASLT). Pertanggungjawaban produsen atas kerugian konsumen akibat mengkonsumsi produk makanan dan minuman kadaluwarsa berupa Product Liability, dengan menganut asas strict liability yaitu pertanggungjawaban mutlak, namun hal tersebut tidak secara konsisten dilaksanakan, karena adanya kerancuan dalam pasal 19 UUPK. Upaya konsumen yang merasa dirugikan akibat mengkonsumsi produk makanan dan minuman kadaluwarsa dapat menempuh berbagai cara. Menurut Undangundang Perlindungan Konsumen terdapat 2(dua) cara yaitu melalui pengadilan dan melalui luar pengadilan (secara damai antara para pihak atau melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Dengan adanya UUPK dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan dengan masalah pernyataan kadaluwarsa oleh produsen, diharapkan dapat memberikari kepastian hukum bagi konsumen walaupun pada kenyataannya belum sepenuhnya berjalan efektif.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Sulasri
Abstrak :
Graf G terdiri atas himpunan simpul V(G) dan himpunan busur E(G). Graf G dengan V(G)={v_1,v_2,v_3,…,v_n} dan E(G)={v_1 v_2,v_2 v_3,…,v_(n-1) v_n} disebut sebagai graf lintasan yang dinotasikan sebagai P_n. Pelabelan graceful (disebut juga sebagai β-valuation) adalah pemetaan injektif dari himpunan simpul dari G ke himpunan bilangan bulat {0,1,…,|E(G)|} sedemikian sehingga jika untuk setiap busur 𝑢𝑣 diberikan label |𝑓(𝑢) − 𝑓(𝑣)|, label tersebut berbeda untuk setiap busurnya. Pelabelan antiajaib dari graf G adalah pemetaan bijektif dari himpunan busur E(G) ke himpunan bilangan bulat {1,…,|E(G)|} sedemikian sehingga bobot simpul (jumlahan dari label busur yang hadir pada simpul yang diberikan) berbeda untuk tiap simpulnya. Pada perkembangannya, terdapat variasi pada pelabelan antiajaib, salah satunya adalah pelabelan simpul antiajaib lokal. Pelabelan antiajaib lokal adalah pemetaan bijektif dari himpunan busur E(G) ke himpunan bilangan bulat {1,…,|E(G)|} dengan bobot simpul yang berbeda untuk tiap simpul yang bertetangga. Nilai minimum dari banyaknya bobot berbeda pada pelabelan simpul antiajaib lokal pada graf G disebut sebagai bilangan kromatik dan dinotasikan sebagai χ_la (G). Untuk kelas graf lintasan, nilai χ_la (P_n )=3. Varian lain dari pelabelan antiajaib ialah pelabelan antiajaib yang diinduksi oleh pelabelan graceful. Pelabelan ini disebut sebagai pelabelan antiajaib graceful. Pelabelan-pelabelan yang telah disebutkan memberikan ide untuk konsep pelabelan antiajaib lokal graceful, yaitu pelabelan antiajaib graceful yang memiliki bobot simpul berbeda untuk tiap simpul yang bertetangga. Penelitian ini akan membahas pelabelan antiajaib lokal graceful untuk graf lintasan P_n. Kemudian, akan ditunjukkan pula bilangan kromatik χ_gla (P_n). ......The graph G consists of a set of vertices V(G) and a set of edges E(G). A graph G with V(G)={v_1,v_2,v_3,…,v_n} and E(G)={v_1 v_2,v_2 v_3,…,v_(n-1) v_n} is called a path graph and denoted as P_n . The graceful labeling (also known as β-valuation) is an injective mapping of the set of vertices from G to the set of integers {0,1,…,|E(G)|} such that if for each edge uv is assigned a label |f(u) - f (v)|, the label is different for each edge. The antimagic labeling of a graph G is a bijective mapping from the set of edges E(G) to the set of integers {1,…,|E(G)|} such that the vertex weights (sum of the edge labels incident at a given vertex) are different for each vertex. In its development, there are variations on antimagic labeling, one of which is local antimagic vertex labeling. Local antimagic labeling is is a bijective mapping from the set of edges E(G) to the set of integers {1,…,|E(G)|} with a different node weight for each neighboring vertex. The minimum value of the number of different weights in the local antimagic vertex labeling on a graph G is called the chromatic number and is denoted as χ_la (G). For path graph, the value of χ_la (P_n)=3. Another variant of antimagic labeling is an antimagic labeling which is induced by graceful labeling. This labeling is called graceful antimagic labeling. These labelings lead to the idea for the concept of graceful local antimagic labeling, namely graceful antimagic labeling that has different weight for each neighboring vertex. This research will discuss about graceful local antimagic labeling on path graphs P_n. It will also be shown the chromatic number χ_gla (P_n).

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan
Abstrak :
Misalkan G = (V, E) adalah suatu graf dengan himpunan simpul V(G) dan himpunan busur E(G), serta |V(G)| menyatakan banyak simpul dan |E(G)| menyatakan banyak busur. Pelabelan dari graf G adalah suatu pemetaan f dari himpunan simpul atau busur ke suatu himpunan label yang umumnya berisi bilangan bulat positif. Suatu pelabelan dari graf G disebut pelabelan total jika domain dari pemetaan tersebut adalah himpunan simpul dan himpunan busur. Suatu pelabelan dari graf G disebut pelabelan total busur antiajaib-(a,d) jika terdapat bijeksi f dari gabungan V(G) dan E(G) ke himpunan {1, 2, …, |V(G)|+|E(G)|} sedemikian sehingga himpunan dari bobot busur {f(u)+f(uv)+f(v) | uv ∈ E(G)} sama dengan {a, a+d, …, a+(|E(G)|-1)d} untuk suatu bilangan bulat a > 0 dan d ≥ 0. Suatu pelabelan total busur antiajaib-(a,d) pada graf G disebut super jika label pada simpul adalah 1, 2, …, |V(G)|. Pada studi literatur ini, diberikan bukti lengkap dari pelabelan total super busur antiajaib-(a,d) dari gabungan dua graf lintasan dengan banyak simpul yang sama. ......Let G = (V, E) be a graph with vertex set V(G) and edge set E(G), where |V(G)| denotes the number of vertices and |E(G)| denotes the number of edges. A labeling of graph G is a mapping f from the vertex set or the edge set to a set of labels, which usually is positive integers. A labeling is called total labeling if the domain of the mapping is the union of vertex set and edge set. A labeling of graph G is called (a,d)-edge antimagic total labeling if there exists a bijection f from the union of V(G) and E(G) to the set {1, 2, …, |V(G)|+|E(G)|} such that the set of edge weights {f(u)+f(uv)+f(v)│uv ∈ E(G) } is {a, a+d, …, a+(|E(G)|-1)d} for some positive integer a > 0 and d ≥ 0. An (a,d)-edge antimagic total labeling of G is called super if the labels on the vertices are 1, 2, …, |V(G)|. This literature study will include complete proof of super (a,d)-edge antimagic total labeling of disjoint union of two paths.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donnelly, Daniel
Singapore: Page One Publishing, 2011
R 741.69 DON n
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Pieter Erastus Yestandha
Abstrak :
Penulisan Tesis ini memiliki tujuan untuk dapat menjelaskan bagaimana penegakan hukum perlindungan konsumen dalam industri pangan dari sisi pelaku usaha maupun dari sisi konsumen. Penelitian ini juga berusaha untuk dapat menjabarkan bagaimana pelaku usaha dapat memberikan tanggung jawab produk kepada konsumen dan memberikan label produk yang menyajikan informasi yang benar atas produknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis Normatif dengan melalui dua tahapan, yaitu mengkaji hukum normatif yang berlaku di Indonesia maupun dinegara lain dan kemudian melihat kesesuaian hukum normatif yang sudah dikaji dengan Putusan Pengadilan Negeri Batam Nomor 70/PDT.Sus.BPSK/2017/PN.BTM yang berkaitan dengan aspek pertanggungjawaban produk serta permasalahan label produk pangan yang tidak sesuai dengan kondisi asli produknya. Hasil atas penelitian ini menunjukkan bahwa Putusan Pengadilan Negeri Batam Nomor 70/PDT.Sus.BPSK/2017/PN.BTM tersebut masih belum mengakomodasi konsumen dengan masih dikesampingkannya aturan Hukum Perlindungan Konsumen serta peraturan lainnya yang berlaku bagi pelaku usaha industri pangan untuk produk air mineral. ......This thesis aims to explain how consumer protection laws are enforced in the food industry from both the producers side and the consumer's side. This research also seeks to explain how producers can give product responsibility to consumers and provide product labels that provide correct information about their products. This research uses the Normative Juridical research method through two stages, namely reviewing the normative law that applies in Indonesia and other countries and then looking at the conformity of the normative law that has been studied with the Batam District Court Decision Number 70/PDT.Sus.BPSK/2017/PN. BTM which relates to aspects of product liability as well as problems with food product labels that do not match the original condition of the product. The results of this research show that the Batam District Court Decision Number 70/PDT.Sus.BPSK/2017/PN.BTM still does not accommodate consumers in accordance with the rules of the Consumer Protection Law.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindiya Kirana
Abstrak :
Customer-based brand equity (ekuitas merek berbasis konsumen) adalah efek diferensial dalam respon konsumen terhadap stimulus pemasaran yang bersumber dari pengetahuan konsumen terhadap merek (Keller, 1998). Ada tiga hal penting dalam definisi ini, yaitu: efek diferensial, pengetahuan terhadap merek, dan respon konsumen terhadap aktivitas pemasaran.

Obyek dari penelitian ini adalah hubungan antara variabel-variabel pembangun, atau stimulus pemasararan dihubungkan dengan definisi diatas, merek-merek private label Hero dan variabel-variabel pengetahuan merek (brand knowledge) konsumen serta bubungan variabel variabel pengetahuan merek (brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero, sebagai efek diferensial atau manfaat jika dihubungkan dengan definisi chatas. Private label yang dikembangkan Hero sendiri terdiri dari enam merek dan cakupannya meliputi kategori produk-produk makanan dan non-makanan dengan kiasifikasi komoditi dan premium. Enam merek private label Hero tersebut adalah: Herosave, Nature’s Choice, First Choice, Fresh Choice, Reliance, dan Innosense.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengenalan konsumen Hero terhadap merek-merek private label Hero Supermarket dan persepsi terhadap manfaat dan nilai merek merek private label tersebut, 2) Menguji hubungan dalam model penelitian antara variabel variabel pembangun merek-merek private label Hero dan variabel-variabel pengetahuan merek (brand knowledge) konsumen serta hubungan variabel-variabel pengetahuan merek (brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah preferensi terhadap peritel, variabel-variabel dalam kelompok pengetahuan merek (brand knowledge), yaitu: tingkat pengenalan konsumen terhadap merek-merek private label Hero (brand recognition), dan penilaian konsumen terhadap nilai merek-merek private label Hero (brand image), variabel variabel dalam kelompok unsur-unsur pembangun merek, yaitu: unsur-unsur merek (brand element), stimulus pemasaran, dan leverage dan asosíasi sekunder dengan peritel Hero.

Kemudian dikembangkan dua buah hipotesa tentang hubungan antara variabel, yaitu: 1). Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek dan kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand knowledge), 2). Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand knowledge) dan variabel preferensi terhadap peritel Hero.

Dari hasil uji dengan menggunakan analisa korelasi kanonik, yang bersumber dari jawaban 162 responden dan 4 gerai supermarket Hero di Jakarta, terhadap hipotesa pertama membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel-variabel yang diuji. Serta melalui analisa terhadap struktur fungsi kanonik diperoleh hasil bahwa variabel terpenting dalam pembentukan hubungan korelasi kanonik adalah variabel leverage dan peritel Hero dan tingkat pengenalan merek konsumen, Sedangkan untuk hipotesa kedua dengan menggunakan analisis korelasi majemuk dan parsial membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel vaniabel yang diuji.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengenalan konsumen terhadap merek merek private label Hero adalah tiga merek, dengan Herosave sebagai merek yang paling dikenali, serta empat merek hanya dikenali minonitas responden. Kemudian mayoritas responden setuju bahwa merek-merek private label Hero memberikan manfaat bagi konsumen (harga, ragam produk, dan kualitas) dan menanggapi positif bahwa merek-merek private label Hero memberikan nilai yang sebanding atau lebih baik dibandingkan merek-merek yang biasa dibeli.

Dari hasil penelitian tersebut digunakan untuk memberikan beberapa rekomendasi untuk pengernbangan strategi merek untuk private label Hero, terutama mengenai obyektif pengembangan merek-merek private label Hero, target konsumen, positioning, brand architecture merek-merek private label Hero, dan program customer relationshipnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3588
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chesylia Helmi
Abstrak :
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi perilaku ramah lingkungan (PRL) dapat memprediksi PRL di masa depan. Hal ini dapat dijelaskan oleh teori behavior spillover, yang menjelaskan bahwa perilaku masa lampau memengaruhi perilaku masa depan. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa PRL dapat ditingkatkan melalui pemberian label. Secara teoritis, ketika individu menerima suatu label, individu tersebut juga menerima ekspektasi untuk berperilaku sesuai dengan label tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi PRL dan pemberian label terhadap PRL spesifik di masa depan, yaitu perilaku mengurangi penggunaan sedotan plastik. Penelitian ini merupakan studi eksperimen lapangan yang dilakukan di kantin empat fakultas berbeda di Universitas Indonesia. Partisipan merupakan mahasiswa yang direkrut secara aksidental di lokasi penelitian dengan ajakan verbal. Di akhir sesi eksperimen, partisipan menukar kupon minuman gratis di sebuah konter minuman, di mana seorang konfederat yang berpura-pura menjadi penjual minuman mencatat apakah mereka menggunakan sedotan plastik atau tidak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan individu untuk tidak menggunakan sedotan plastik 74% lebih tinggi apabila individu memersepsikan telah melakukan banyak PRL. Sementara itu, pemberian label “Pejuang Lingkungan” dan interaksinya dengan persepsi PRL tidak memengaruhi penggunaan sedotan plastik individu. ...... Previous studies have shown that perception of past pro-environmental behaviors (PEB) predicts future PEBs. This phenomenon can be explained by behavior spillover theory which explains that past behaviors may predict future behaviors. Moreover, previous studies have also shown that PEB can be increased with labeling. Theoretically, when people receive a label, they also receive the expectation to behave in a way that is consistent with the label. This study aims to see the influence of PEB perception and labeling on a specific future PEB, which is reducing plastic straw usage. This study is a field experiment, which was conducted at the canteen of four different faculties in Universitas Indonesia. Participants are university students which were recruited accidentally at the experiment location. At the end of the experiment session, participants were given a free drink voucher to redeem at a counter, where a confederate pretending to be the seller records participant’s straw usage. The result shows that the probability to not use plastic straw is 74% higher if individuals perceive they have done many pro-environmental behaviors. Meanwhile, labeling participants “Pejuang Lingkungan” and its interaction with pro-environmental behavior perception does not influence individuals’ straw usage.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Tri Puspita
Abstrak :
Peringatan Bergambar (Pictorial Health Warning) pada kemasan rokok bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok dan mencegah inisiasi merokok pada remaja. Namun, penelitian mengenai efek peringatan bergambar terhadap remaja di Indonesia masih minim. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesan menakutkan pada peringatan kesehatan dengan intensi tidak merokok di kalangan remaja di Kota Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan responden remaja usia 15-18 tahun (n=313). Analisis menggunakan model linear mixed effect dengan variabel dependen intensi tidak merokok dan kesan menakutkan, paparan iklan rokok, jenis kelamin, pendidikan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kesan menakutkan dengan intensi tidak merokok (β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) setelah dikontrol karakteristik personal. Penelitian merekomendasikan peringatan kesehatan dengan gambar yang menyeramkan dapat mencegah inisiasi merokok pada remaja. ......Background: Pictorial Health Warning on cigarette packs aims to increase public awareness the harm of tobacco product and discourage smoking initiation in adolescents. Nevertheless, the research on PHW effects among adolescent in Indonesia is not quite lot. Objective: This research aimed to analyze the relation between fear appeal on cigarette packs and not smoking intention among adolescent in Jakarta and Bogor Method:The study use linear mixed effects method and not smoking intention as dependent variable and tobacco advertising exposure, gender, education as independent variable. Results: The study found a positive relationship and statisticaly significant between fear appeal and not smoking intention ((β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) afterbeing controlled by personal characterized. The recommendation is health warning with frightening picture may discourage adolescent from smoking initiation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
Abstrak :
Label pangan memiliki peranan yang penting dalam memengaruhi keputusan konsumenuntuk membeli produk pangan. Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakansebagai upaya menjamin keamanan pangan melalui pencantuman informasi yang benardan jelas pada label pangan antara lain Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentangPangan, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2017tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Namun, implementasi kebijakan tersebut belumberjalan optimal dan masih banyak ditemukan pelanggaran label khususnya produkyang dihasilkan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM pangan. Penelitianini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kebijakanlabel pangan pada UMKM pangan di Jakarta dan Semarang. Penelitan ini dilakukandengan pendekatan kualitatif untuk menggali pandangan stakeholder melaluiwawancara mendalam serta fokus grup diskusi FGD . Dilakukan content analysisuntuk menyimpulkan fenomena tematik yang dilengkapi dengan observasi terhadap 12produk UMKM di Jakarta dan 7 produk UMKM di Semarang sebagai bentuk triangulasiuntuk menjaga validitas data. Analisis diperdalam dengan framework implementasikebijakan Edward III meliputi empat variabel yang mempengaruhi implementasikebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Hasilobservasi terhadap label UMKM pangan mendapatkan produk yang Tidak MemenuhiKetentuan TMK di Jakarta 91,6 dan Semarang 85,7 dengan pelanggarantertinggi adalah tidak tercantumnya keterangan kode produksi. Rendahnya penerapankebijakan label pangan antara lain disebabkan kurangnya dukungan pemerintahsehingga membatasi frekuensi sosialisasi, alokasi sumber daya, monitoring dan evaluasijuga memengaruhi koordinasi lintas sektor yang menyebabkan rendahnya keberhasilanprogram pengawasan dan pembinaan UMKM pangan. Penerapan kebijakan labelpangan pada UMKM pangan di Jakarta dan Semarang belum berjalan optimal yangdibuktikan dengan masih tingginya pelanggaran terhadap pencantuman keterangan padalabel. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memperkuat frekuensi komunikasi,alokasi sumber daya, monitoring dan evaluasi serta koordinasi lintas sektor agar prosesimplementasi kebijakan oleh UMKM pangan baik di Jakarta maupun Semarang dapatberjalan optimal.Kata kunci:Implementasi kebijakan, label pangan, UMKM pangan. ......Food labels have an important role in affecting consumer decisions when purchasing aproduct. The government has set various policies in an effort to ensure food safetythrough correct and clear labelling, including Law No. 18 of 2012 on Food, GovernmentRegulation No. 69 of 1999 on Food Labelling and Advertisement, and Head of NationalAgency for Drug and Food Control Regulation No. 27 of 2017 on Food ProductRegistration. However, implementation of these policies is not optimal and manyviolations occur especially in Micro, Small, and Medium Food Enterprises MSME .This research is aimed analyzing the factors that affect the implementation of foodlabelling policies in food MSME in Jakarta and Semarang. This is a qualitative studyaimed at identifying stakeholder views through in depth interviews and Focused GroupDiscussions FGD . Content analysis was performed to determine the thematicphenomena, completed with observation of 12 MSME products in Jakarta and 7products in Semarang as a form of triangulation to maintain data validity. Analysis wasdetailed by framework implementation of Edward III policy which includes fourvariables that affect the implementation of a policy ndash communication, resources,disposition, and bureaucracy structure. Observations of MSME food labels revealedmajor violations in Jakarta 91.6 and Semarang 85.7 as production codes werenot printed on the labels. This low rate of policy implementation was caused by the lackof government support which limited socialization frequency, resource allocation,monitoring and evaluation that also affected coordination across sectors that caused alow success rate of the monitoring and maintenance program for food MSME.Implementation of food labeling policies in food MSME in Jakarta and Semarang is notoptimal as proven by the high rate of violations towards items to be posted on foodlabels. Therefore, the government should enhance the frequency of communication,resource allocation, monitoring and evaluation, as well as coordination across sectors toensure optimum implementation of the policy in Jakarta and SemarangKey words Implementation of policies, food labelling, food MSME
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>