Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Irwan Saputra
Abstrak :
Latar belakang: Baumann Skin Type Indicator (BSTI) merupakan instrumen yang dikembangkan pada tahun 2006 untuk menentukan tipe kulit berdasarkan empat parameter dikotom, yaitu: kering atau berminyak; sensitif atau resisten; berpigmen atau tidak berpigmen; dan kencang atau keriput. Kuesioner ini telah dimodifikasi pada tahun 2022 agar lebih praktis dan mudah digunakan. BSTI dapat membantu dokter untuk merekomendasikan produk perawatan kulit harian yang paling sesuai bagi pasien. Hingga saat ini, belum ada klasifikasi penentuan tipe kulit di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan alat yang valid dan reliabel untuk menentukan tipe kulit pada populasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Baumann Skin Type Indicators berbahasa Indonesia (BSTI-Ina). Metode: Dilakukan penerjemahan dan adaptasi lintas budaya kuesioner BSTI tahun 2006 dan 2022 ke dalam bahasa Indonesia. Hasil terjemahan kuesioner dianalisis oleh komite yang beranggotakan dokter spesialis Dermatologi, Venereologi dan Estetika, ahli biostatistika, psikolog klinis, dan penerjemah. Hasil kuesioner yang telah disepakati oleh komite diisi oleh 150 subjek dewasa yang berusia antara 18 hingga 59 tahun. Validitas kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai berdasarkan validitas konten dan validitas konstruksi. Reliabilitas dinilai berdasarkan konsistensi internal. Korelasi antara kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai dengan intra-class correlation (ICC). Hasil: Uji validitas menghasilkan nilai koefisien korelasi setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar -0,037 hingga 0,751, untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,231 hingga 0,685. Uji reliabilitas menunjukkan nilai α Cronbach untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar 0,613 hingga 0,718 dan untuk seluruh pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,704. Intra-class correlation antara BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 sebesar 0,435. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 valid, reliabel, dan dapat digunakan untuk menentukan tipe kulit populasi dewasa di Indonesia. ......Backgorund: The Baumann Skin Type Indicator (BSTI) is an instrument developed in 2006 to determine skin types based on four dichotomous parameters, which are: dry or oily; sensitive or resistant; pigmented or non-pigmented; and tight or wrinkled. This questionnaire has been modified in 2022 to make it more practical and simple to use. The BSTI can assist dermatologists in recommending the most appropriate daily skin care products for patients. Until now, there is no classification for determining skin type in Indonesia. Therefore, valid and reliable tools are needed for determining skin type in the Indonesian population. This study aims to develop an Indonesian version of Baumann Skin Type Indicators (BSTI-Ina). Methods: The English versions of 2006 and 2022 BSTI questionnaires were translated into Bahasa Indonesia and underwent cross-cultural adaptation. The translated questionnaires were analyzed by a committee consisting of dermato-venereologists and aestheticians, biostatistician, clinical psychologist, and translators. The questionnaires were completed online by 150 Indonesian adult subjects ranging between 18 and 59 years old. The validity of the translated questionnaires was measured by content and construct validity. The reliability was assessed by internal consistency. The correlation between the 2006 and 2022 BSTI-Ina was assessed by intra-class correlation (ICC). Results: The validity test showed correlation coefficient scores for each question in 2006 BSTI-Ina was -0,037 to 0.751, and for each question in 2022 BSTI-Ina was 0,231 to 0,685. The reliability test showed a Cronbach’s α coefficient for each question in 2006 BSTI-Ina was 0,613 to 0,718 and for question in 2022 BSTI-Ina was 0,704. The ICC between 2006 and 2022 BSTI- Ina was 0.435. Conclusion: This study demonstrates that both 2006 and 2022 BSTI-Ina are valid, reliable, and suitable for determining the skin type of the Indonesian adult population.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Daniaty
Abstrak :
Latar belakang: Hampir sebagian besar pasien kanker akan memiliki keluhan kulit, rambut, dan kuku (KRK) terkait efek samping kemoterapi yang diberikan. Antrasiklin merupakan kemoterapi yang banyak digunakan pada pasien kanker. Meskipun jarang mengancam nyawa, kelainan KRK dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Berbagai faktor risiko berpengaruh terhadap kelainan tersebut. Waktu timbulnya manifestasi kelainan KRK pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi berbasis antrasiklin juga beragam munculnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, ECOG, dan anemia dengan manifestasi klinis KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan kohort prospektif yang diikuti dalam dua siklus pertama kemoterapi berbasis antrasiklin. Sebesar 65 pasien kanker berusia di atas 18 tahun yang mendapatkan kemoterapi siklus pertama berbasis antrasiklin di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Semua SP dilakukan anamnesis, pemeriksaan dermatovenereologikus, dan dokumentasi klinis sampai sebelum kemoterapi siklus ke-3. Pencatatan faktor risiko, jenis, dan waktu timbulnya kelainan dilakukan apabila ditemukan manifestasi KRK. Hasil: Kelainan kulit terbanyak berupa xerosis dan hiperpigmentasi. Anagen effluvium ditemukan pada 89,2% pasien kemoterapi. Melanonikia dan xanthonikia ditemukan pada 87,7% pasien. Xerosis ditemukan dengan median (minimum-maximum) 7 (2-56) hari, anagen effluvium timbul dalam median (minimum-maximum) 13(1-27 hari), dan melanonikia dengan median (minimum-maximum) 23(1-65) hari. Tidak terdapat hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, status performa ECOG, dan anemia dengan manifestasi KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin. Kesimpulan: Semua pasien memiliki kelainan KRK. Kelainan yang paling cepat timbul adalah xerosis, diikuti anagen effluvium, dan melanonikia. Tidak ditemukan hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, status performa ECOG, dan anemia dengan manifestasi KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin. ......Background: Nearly most cancer patients experience skin, hair, and nail complaints due to chemotherapy side effects. Anthracycline-based chemotherapy is widely utilized in cancer care. While rarely life-threatening, cutaneous, hair, and nail alterations can significantly impact quality of life. Several risk factors influence these disorders. The onset timing of skin, hair, and nail manifestations varies among cancer patients undergoing anthracycline-based chemotherapy. This study analyses the association between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with clinical manifestations of skin, hair, and nails in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy. Methods: This is an analytical descriptive study involving a prospective cohort followed during the first two cycles of anthracycline-based chemotherapy. A total of 65 cancer patients aged above 18, receiving the first cycle of anthracycline-based chemotherapy at RSUPN dr. Ciptomangunkusumo, were enrolled. All subjects underwent anamnesis, dermatovenereological examination, and clinical documentation before the third chemotherapy cycle. Risk factors, type, and onset time of abnormalities were recorded upon detection of skin, hair, and nail manifestations. Results: All patients presented with skin, hair, or nail abnormalities. The most rapidly occurring abnormalities were xerosis, followed by anagen effluvium and melanonychia. No correlation was found between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with skin, hair, and nail manifestations in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy. Conclusions: The most frequent skin abnormalities observed were xerosis and hyperpigmentation. Anagen effluvium was detected in 89.2% of chemotherapy patients. Melanonychia and xanthonychia were found in 87.7% of patients. Xerosis had a median (min-max) onset of 7 (2-56) days, anagen effluvium manifested within a median (min- max) of 13 (1-27) days, and melanonychia with a median (min-max) onset of 23 (1-65) days. There was no association found between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with skin, hair, and nail manifestations in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Nur Azzizah
Abstrak :
ABSTRAK Keloid muncul akibat proses fibrogenesis berlebih pada proses penyembuhan luka yang ditandai dengan meningkatnya proliferasi sel fibroblas. Sitoglobin (CYGB) merupakan salah satu anggota keluarga protein globin yang berperan penting dalam transpor oksigen di dalam sel. Dalam memenuhi kebutuhan ATPnya untuk proliferasi, fibroblas keloid memerlukan oksigen dalam jumlah yang cukup, sehingga diperlukan CYGB untuk mensuplai oksigen. Untuk membuktikan bahwa CYGB diperlukan oleh fibroblas keloid dilakukan penghambatan ekspresi CYGB menggunakan molekul siRNA. Sampel berasal dari kultur fibroblas keloid dari penelitian sebelumnya yang disimpan beku pada suhu -80ºC. Untuk penelitian ini setelah proses thawing, dilakukan kultur fibroblas dengan menggunakan medium DMEM low glucose. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, kontrol; transfeksi dengan siRNA (+) CYGB; trasfeksi dengan siRNA (-) CYGB. Analisis hambatan ekspresi mRNA CYGB dilakukan dengan qRT-PCR dan analisis hambatan protein CYGB dilakukan dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan ekspresi mRNA CYGB pada fibroblas yang ditransfeksi siRNA (+) CYGB dibandingkan dengan kontrol dan siRNA (-) CYGB. Kadar protein CYGB pada trasfeksi siRNA (+) CYGB juga menunjukan penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan siRNA (-) CYGB. Disimpulkan bahwa hambatan ekspresi CYGB menggunakan siRNA terbukti menurunkan ekspresi CYGB pada kultur fibroblas keloid.
ABSTRACT Keloid arises from excessive fibrogenesis in wound healing process which is characterized by increased fibroblast cell proliferation. Cytoglobin (CYGB) is a member of the globin family proteins that play an important role in oxygen transport in cells. To meet its ATP requirements for proliferation, keloid fibroblasts require adequate amounts of oxygen, hence CYGB is needed for oxygen supply. To prove that CYGB is needed by keloid fibroblasts, Cygb expression is inhibited using siRNA molecules. The samples were keloid fibroblasts from previous studies which were stored frozen at -80ºC. After thawing process, fibroblasts were cultured using DMEM low glucose medium. The sample was divided into 3 treatment groups, control group; transfection with CYGB siRNA (+); tranfection with CYGB siRNA (-). Inhibition of mRNA CYGB expression was carried out with qRT-PCR and CYGB protein analysis was carried out by ELISA. The results showed a decrease in CYGB mRNA expression in CYGB siRNA (+) keloid fibroblasts compared to CYGB control and siRNA (-). CYGB protein levels in CYGB siRNA (+) transfection also showed a decrease compared to CYGB control and siRNA (-) group. It was concluded that inhibition of CYGB expression using siRNA was proven to reduce CYGB expression in cultures of keloid fibroblasts.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sawqi Saad El Hasan
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menguji relevansi teori bauran pemasaran 4P (harga, promosi, produk, dan lokasi) terhadap pembelian konsumen terhadap produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang responden sebagai sampel penelitian yang berada di wilayah DKI Jakarta, kemudian usia yang dikehendaki antara 18 ? 60 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai analisis bauran pemasaran yang mempengaruhi pembelian produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Produk perawatan kulit yang bersertifikasi halal dalam penelitian ini dibatasi menjadi produk perawatan kulit wajah dan tubuh, seperti pembersih dan penyegar wajah, krim wajah, masker, pelembab, body lotion, lulur/scrub, hingga lipcare. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap produk perawatan kulit bersertifikasi halal adalah faktor Produk. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa produk perawatan kulit bersertifikasi halal memiliki kualitas yang baik terhadap konsumen yang merupakan indikator yang paling dominan pada variabel Produk. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang baik dan berkualitas mampu meningkatkan pembelian. Produk yang berkualitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dalam membeli produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Faktor dominan yang kedua adalah faktor lokasi penjualan produk. Dimana faktor lokasi juga mempengaruhi konsumen dalam pembelian produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Lokasi yang nyaman dan tidak jauh dari pusat kegiatan konsumen akan menjadi pilihan konsumen secara tidak langsung dalam membeli produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Dengan demikian hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa sikap konsumen yang dibangun berbasis kualitas produk mampu membentuk pembelian. ...... This study was conducted to test the relevance of the theory of 4P marketing mix (price, promotion, product, and location) to the consumer to purchase halal certified skin care products. This study was conducted on 100 respondents as samples that are in the area of Jakarta, then the desired age between 18-60 years. This study was conducted to obtain information on the analysis of the marketing mix that influence purchasing halal certified skin care products. Halal certified skin care products in this study was limited to facial skin care products and body, such as facial cleansers and toners, facial creams, masks, moisturizer, body lotion, body scrub / scrub, until lip care. The method of analysis in this study using multiple regression. The results showed that the dominant factor affecting consumer purchase of the halal certified skin care products. From the test results can be seen that halal certified skin care products have a good quality to consumers that an indicator variable that is most dominant in products. This indicates that the products are good and can improve the quality of purchase. This may imply that a quality product is indirectly influence the purchase decisions of consumers to purchase halal certified skin care products. The second dominant factor is the location factor product sales. Where location factors also affect consumers in the purchase halal certified skin care products. The convenient location and not far from the center of consumer activity will be the choice of consumers indirectly in buying halal certified skin care products. Thus the results of this study proves that consumer attitudes are built based on the quality of products capable of forming purchase.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Sitti Khayyira
Abstrak :
Beberapa produk kesehatan kulit telah memanfaatkan lisat bakteri dalam produk perawatan sebagai pencerah, pencegahan inflamasi kulit, serta mengatasi kulit sensitif. Substansi yang dimanfaatkan dalam produk perawatan kulit adalah posbiotik, yaitu faktor terlarut (produk atau produk sampingan metabolik) yang disekresikan oleh bakteri hidup atau diperoleh setelah lisis bakteri. Masa kini, tren riset pengembangan perawatan kesehatan mengarah pada pemanfaatan mikrobioma terapeutik, yaitu campuran beberapa mikroba yang dikembangkan dari hasil isolasi mikrobiota yang diperoleh dari organ target terapi. Lisat bakteri memiliki manfaat dalam meningkatkan kesehatan manusia. Salah satu bakteri yang dikembangkan adalah bakteri asam laktat Streptococcus macedonicus MBF 10-2, yang akan diaplikasikan pada sediaan perawatan kesehatan kulit. Medium nabati modifikasi de Man Rogosa & Sharpe (MRS) dengan pepton kedelai digunakan untuk proses fermentasi pada fermentor kapasitas 2 L.  Pelet sel yang diperoleh dilisis menggunakan dua metode, yaitu mekanik dan kombinasi mekanik-enzimatik. Aktivitas inhibisi lisat terhadap bakteri indikator dilakukan sebagai kontrol kualitas. Potensi antioksidan dievaluasi dengan uji diphenyl picrylhydrazyl (DPPH).  Pengembangan mikrobioma terapeutik dilakukan dengan pengumpulan sampel mikrobiota kulit. Sampel diambil dengan cotton swab steril pada bagian dahi dan pipi subjek. DNA genomik dari sampel swab diekstraksi untuk diproses menggunakan Next Generation Sequencing (NGS). Lisat diuji efeknya terhadap pertumbuhan mikrobiota kulit yang dikultivasi untuk melihat kemampuan tumbuh bersama. Rendemen lisat tertinggi diperoleh dari metode kombinasi mekanik-enzimatik. Aktivitas lisat terhadap bakteri indikator menunjukkan kemampuan inhibiai yang konsisten dengan optimasi menggunakan metode respon permukaan (Response Surface Methodology, RSM) pada penelitian sebelumnya. Lisat menunjukkan potensi antioksidan yang lemah dengan nilai inhibitory concentration 50% (IC50) sebesar 840 mg/mL hingga 38.519 mg/mL. Analisis NGS menemukan bahwa Actinobacteria dan Firmicutes merupakan filum dengan kelimpahan terbanyak, yaitu 67% dan 28.59%. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara mikrobiota subjek perempuan dan laki-laki. Lisat S. macedonicus MBF 10-2 menghambat pertumbuhan mikrobiota kulit secara parsial, namun perlu dielusidasi lanjut mengenai jenis mikroba yang dihambat. ......Several skin health products have been employing bacterial lysate as brightening, antiinflammation, and treatment for sensitive skin. Postbiotics containing soluble factors are utilized for their potential for various modulatory effect on health treatment, while offering safety advantages over viable probiotics. Research trends of development for health treatments are heading towards utilization of therapeutic microbiome, a mixture of several microbial strains isolated from target organs. Bacterial lysate have been developed for various health benefits, including strain Streptococcus macedonicus MBF 10-2 to be developed for skin health. Plant based soy peptone on modified de Man Rogosa and Sharpe (MRS) medium and cell disruption methods optimization were employed in a 2-L flask fermentation of S. macedonicus MBF 10-2 in order to obtain larger amount of lysate according to previous study by response surface methodology (RSM) as reported. Cell was harvested and then lysed using two methods, i.e ultrasonication and combination of ultrasonication-lysozyme. Growth inhibitory activity of lysate against indicator bacteria as quality control was carried out by well diffusion method. Antioxidant capacity was evaluated by diphenyl picrylhydrazyl (DPPH) assay. Skin microbiome samples were collected by swabbing on forehead and cheek skin for the development of therapeutic microbiome. Genomic DNA from bacterial swab samples were directly extracted to be further processed into Next Generation Sequencing (NGS). Cultivated skin microbiome were challenged by S. macedonicus MBF 10-2 lysate to observe the effect of lysate on normal skin microbiome growth. Lysis by combination of ultrasonication-lysozyme yielded the greatest amount of lysate. Growth inhibitory of indicator bacteria by S. macedonicus MBF 10-2 lysate possessed similar activity to that of predicted in Response Surface Methodology (RSM) as previously reported. Lysate exhibited weak antioxidant capacity with inhibitory concentration 50% (IC50) values 840 – 38,519 mg/mL. Actinobacteria and Firmicutes are the most abundant phyla present on the skin as presented by NGS data, which constitute to 67% and 28.59%. No significant difference was observed between male and female skin microbiome composition. S. macedonicus MBF 10-2 lysate partially inhibited growth of skin microbiome. Further characterization is needed to elucidate the mechanism of skin microbiome modulation by S. macedonicus MBF 10-2 lysate.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrah Humam Alkatiri
Abstrak :
ABSTRACT
The research examines the importance of understanding what customers 39 value in marketing skincare products. Skincare is initially created to beautify one 39 s appearance and throughout history men and women have believed that outward beauty is a reflection of inside beauty Estrin, 1984 . In recent decades, however, things have turned to be the opposite. Customers are more interested in improving their health from the inside to look beautiful on the outside. In the skincare industry, consumer attitudes and behaviors are in a constant state of flux Kumar, 2005 . Customers nowadays are more critical of the products they are buying. Advertising and marketing campaigns are vital ways of penetrating new markets, creating brand awareness, maximizing product sales, and ideally, achieving customer loyalty Ringrow, 2016 . Understanding what customers want is fundamental to business success, and hence a customer oriented marketing strategy is a key for these cosmetics companies. By utilizing market based and dynamic capabilities perspectives, this study aims to give insight on the significant changes of customer preferences in the skincare industry and how companies can overcome it by customizing their marketing strategy. The industry dynamics are changing hence, businesses need to adapt to survive and sustain competitiveness.
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pentingnya pemahaman tentang hal yang menjadi nilai pelanggan dalam pemasaran produk skincare. Pada awalnya, skincare diciptakan untuk mempercantik penampilan seseorang dan sepanjang sejarah pria dan wanita percaya bahwa kecantikan fisik adalah cerminan dari kecantikan dalam diri Estrin, 1984 . Akan tetapi, dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak hal berubah sebaliknya. Pelanggan lebih tertarik untuk meningkatkan kesehatan mereka dari dalam agar mereka terlihat cantik di luar. Dalam industri skincare, sikap dan perilaku konsumen berada dalam keadaan yang berubah terus-menerus Kumar, 2005 . Pelanggan saat ini lebih kritis terhadap produk yang mereka beli. Iklan dan kampanye pemasaran adalah cara yang penting untuk menembus pasar baru, menciptakan kesadaran merek, memaksimalkan penjualan produk, dan idealnya, mencapai loyalitas pelanggan Ringrow, 2016 . Memahami apa yang diinginkan pelanggan merupakan hal yang mendasar untuk kesuksesan bisnis, dan oleh karenanya strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan adalah kunci bagi perusahaan kosmetik ini. Dengan memanfaatkan market-based perspective dan dynamic capabilities, penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang perubahan yang signifikan terhadap preferensi pelanggan dalam industri skincare dan bagaimana perusahaan dapat mengatasinya dengan menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Dinamika industri berubah; oleh karenanya, bisnis perlu beradaptasi untuk bertahan dan mempertahankan daya saing.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidy Richky Wanyodiharjo
Abstrak :
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh yang terpapar langsung ke lingkungan, sehingga kulit memiliki beragam mikrobiota yang bersifat komensal dan patogen yang berkontribusi terhadap kesehatan manusia. Analisa komposisi proporsi mikrobiota probiotik yang terdapat di kulit menarik untuk dikembangkan sebagai sumber potensial zat aktif dalam pengembangan farmasetika kosmetik dan perawatan kesehatan kulit. Galur – galur isolat bakteri dari sampel kulit pria dan wanita dewasa muda Indonesia dari etnis Jawa telah dikarakterisasi pada penelitian sebelumnya. Galur – galur komensal yang dominan diisolasi dan kemudian diidentifikasi secara molekuler, yaitu empat galur bakteri Staphylococcus hominis MBF12 – 19J, Staphylococcus warneri MBF02 – 19J, Bacillus subtilis MBF10 – 19J, dan Micrococcus luteus MBF05 – 19J. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh komposisi proporsi galur – galur bakteri probiotik komensal tersebut dengan menyelaraskan konsentrasi masing – masing dan mengoptimasi waktu inkubasi bersama di dalam koktail bakteri. Viabilitas masing – masing bakteri diuji secara kualitatif dengan Deferred Growth Inhibition Assay (DGIA) yang termodifikasi. Kuantifikasi berbasis asam nukleat dilakukan menggunakan Real-time qPCR dengan suatu primer yang dirancang spesifik bagi masing – masing galur bakteri. Hasil yang didapatkan menunjukkan galur – galur bakteri dalam koktail mengalami peningkatan jumlah sel seiring bertambahnya waktu inkubasi hingga jam ke – 4, yang didukung pula oleh hasil uji DGIA termodifikasi berupa zona penghambatan antar galur yang mulai tampak pada waktu inkubasi 6 jam dan semakin terlihat jelas pada 12 jam. Komposisi galur – galur bakteri setelah diinkubasi selama 4 jam, yaitu Staphyloccus hominis MBF12 – 19J : Staphylococcus warneri MBF02 – 19J : Bacillus subtilis MBF10 – 19J : Micrococcus luteus MBF05 – 19J adalah (2,484e + 41 CFU) : (2,645e + 41 CFU) : (9,041e + 35 CFU) : (1,209e + 24 CFU). Rancangan komposisi galur – galur bakteri terbaik dalam formula koktail bakteri adalah waktu inkubasi 4 jam dengan proporsi Staphyloccus hominis MBF12 – 19J : Staphylococcus warneri MBF02 – 19J : Bacillus subtilis MBF10 – 19J : Micrococcus luteus MBF05 – 19J = 1,00 : 1,00 : 1,15 : 1,72. ......Skin is the outermost part of the body that is directly exposed to the environment, thus skin has a diverse commensal and pathogen bacteria that contribute to human health. Analyzing actual composition of probiotic microbe in skin is interesting to be developed as potential source of active substances in the development of pharmaceuticals cosmetics and skin health care. Strains of bacterial isolates from skin samples of young male and female Java ethnic have been characterized in previous study. Predominant commensal strains were isolated and molecular identified, namely Staphylococcus hominis MBF12 – 19J, Staphylococcus warneri MBF02 – 19J, Bacillus subtilis MBF10 – 19J, and Micrococcus luteus MBF05 – 19J. The objective of this study was to determine composition of skin bacterial strains by harmonizing the concentration of each bacteria and optimizing incubation time in bacterial cocktail. Viability of each bacteria was investigated qualitatively using modified Deferred Growth Inhibition Assay (DGIA). Nucleic acid based quantification performing Real-time qPCR was generated using a primer designed specifically for each bacterial strain. The results indicated that bacterial strains in bacterial cocktail increased cell number as longer incubation time up to 4 hours, which was also supported by modified DGIA where inhibition zones were perfomed after 6 hours of incubation time and inhibition zone visilibity increasing within 12 hours of incubation time. Composition of bacterial strains after incubation for 4 hours, namely Staphyloccus hominis MBF12 – 19J : Staphylococcus warneri MBF02 – 19J : Bacillus subtilis MBF10 – 19J : Micrococcus luteus MBF05 – 19J adalah (2,484e + 41 CFU) : (2,645e + 41 CFU) : (9,041e + 35 CFU) : (1,209e + 24 CFU). The best composition designed of bacterial strains in bacterial cocktail formula is 4 hours incubation time with the proportion of Staphyloccus hominis MBF12 – 19J : Staphylococcus warneri MBF02 – 19J : Bacillus subtilis MBF10 – 19J : Micrococcus luteus MBF05 – 19J = 1,00 : 1,00 : 1,15 : 1,72.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
Abstrak :
Retinol merupakan zat aktif pada produk perawatan kulit yang banyak diminati oleh pengguna kosmetik karena manfaatnya dapat mengurangi tanda-tanda penuaan di kulit. Retinol bersifat tidak stabil terhadap paparan cahaya dan udara sehingga menurunkan kadar dan efektivitas dari retinol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan tervalidasi menggunakan KCKT-UV untuk sediaan serum yang mengandung retinol, serta mengetahui pengaruh kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan terhadap kadar retinol dalam sediaan serum. Metode analisis yang optimum pada penelitian ini telah tervalidasi berdasarkan pedoman ICH Q2 (R1). Metode ini menggunakan metode elusi isokratik pada panjang gelombang 324 nm, kolom C18, fase gerak metanol-asetonitril (90:10), dan laju alir 0,8 mL/menit. Nilai perolehan kembali metode ini adalah 98,06% - 101,66% dan KV ≤2%. Nilai koefisien korelasi pada metode ini adalah 0,9997. Nilai LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 1,1819 µg/mL dan 3,9399 µg/mL. Penetapan kadar retinol dalam sampel serum wajah dengan variasi terhadap kondisi penyimpanan dilakukan pada hari ke-0; 7; dan 14. Pengaruh dari kondisi penyimpanan berbeda antara sampel A dan sampel B. Terjadi penurunan kadar retinol pada sampel dalam kurun waktu 14 hari, dengan rata-rata penurunan kadar retinol sampel A sebesar 69,96% dan sampel B sebesar 29,64% ......Retinol is an active substance in skin care products that are in great demand by cosmetic users because of its benefits that can minimize the signs of skin aging. Retinol is unstable to exposure to light and air, thus lowering the effectiveness and retinol concentration. This study was conducted with the aim of obtaining an optimum and validated method using HPLC-UV for serum preparations containing retinol, as well as knowing the effect of storage conditions and storage duration on retinol levels in serum preparations. This optimum method has been validated based on ICH Q2 (R1) guideline. The optimum method was using isocratic elution method at 324 nm, column C18, mobile phase methanol-acetonitrile (90:10), and flow rate 0.8 mL/min. The accuracy of this method was 98.05% – 101.69% with CV ≤ 2%. The LOD and LOQ values were 1.1819 μg/mL and 3.9399 μg/mL. Determination of retinol levels in facial serum samples with variations related to storage conditions was carried out on day 0; 7; and 14. The influence of storage conditions was different between sample A and sample B. The average decrease in retinol levels within 14 days for sample A was 69.96% and sample B was 29.64%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyawung Tyas Sesetyo Febriyanti
Abstrak :
Masyarakat perkotaan terutama wanita pekerja yang sedang hamil rentan terhadap paparan bahan kimia dan polusi yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada janinnya, salah satunya adalah penyakit Hirschsprung yang ditandai dengan feses yang menyemprot, berbau busuk, frekuensi Buang Air Besar BAB yang sering dan cair. Frekuensi BAB sering dan cair dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit sekitar perianal. Keterlibatan perawat sangat diperlukan dalam melindungi daerah perianal dengan menggunakan barrier atau pelembab yaitu Virgin Coconut Oil atau VCO. Penggunaan VCO ini dilakukan pada anak M selama 5 hari. Terdapat hasil yang signifikan dengan menggunakan DDSIS dari skor 4 menjadi 0 terhadap berkurangnya derajat kerusakan integritas kulit setelah dilakukan pemberian VCO. Hasil penerapan penggunaan VCO ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi kesehatan. ......Urban communities especially pregnant working women are vulnerable to the chemicals and pollutants exposures that can cause congenital abnormalities, one of them is Hirschsprung 39 s disease which are characterized by liquid stool, stool hose and foul odors. The high intensity of liquid stool can damage the perianal skin integrity. The involvement of nurses is indispensable to protecting the perianal area by using VCO oil. This is performed in M children treated in 5 days. There is a significant result by using DDSIS in score 4 to 0 in reducing the damage skin integrity after VCO ussage. The result of VCO application can be used as an input for the healthcare institutions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ernis Oktaviani
Abstrak :
Seorang apoteker memegang peranan penting di industri farmasi, apotek, dan distributor (PBF). Apoteker harus memiliki kompetensi sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi. Standar kompetensi apoteker Indonesia terdiri dari 10 standar kompetensi sebagai kemampuan yang diharapkan apoteker setelah lulus dan masuk ke tempat praktik kerja profesi. sebagai bekal pengalaman calon apoteker untuk dapat memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi, maka dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO Industri Pharmasi, PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Bekasi, dan Apotek Prima Sehat Periode Bulan Februari - Agustus 2020. Selama PKPA, diharapkan calon apoteker dapat memperluas wawasan, pemahaman, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat praktik kerja profesi. ......A pharmacist plays an important role in the pharmaceutical industry, pharmacy and distributor (PBF). Pharmacists must have competence as a requirement to enter the world of work and undergo professional practice. Indonesian pharmacist competency standards consist of 10 competency standards as the abilities expected by pharmacists after graduating and entering the professional work practice. As experience in providing pharmacist candidates to be able to understand the role of pharmacists and improve competence, the Pharmacist Professional Work Practices were implemented at PT. SOHO Industri Pharmasi, PT. Kimia Farma Trade and Distribution Bekasi Branch, and Apotek Prima Sehat for the period of February - August 2020. During PKPA, it is hoped that prospective pharmacists can broaden their horizons, understanding, and experience to do pharmaceutical work in professional work practices.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>