Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moch Aspihan
"Pekerja merupakan kelompok berisiko mengalami masalah kesehatan yakni gangguan muskuloskeletal. Perawat Spesialis Komunitas mempunyai peran untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Karya Ilmiah Akhir ini membahas penerapan intervensi inovatif Ergonomik Partisipatif Berjenjang pada kelompok pekerja di PT X. Hasil intervensi menunjukkan peningkatan pengetahuan kader kesehatan kerja dari rata-rata 60 (SD: 8,16) menjadi 85,0; peningkatan keterampilan ergonomik dari 55 (SD=5,77) menjadi 77,50; peningkatan kemampuan supervisi dan umpan balik dari rata-rata 52 (kurang) menjadi 67,5 (cukup). Terjadi peningkatan pengetahuan pekerja dari rata- rata 67,9 (SD = 8,73) menjadi 87,7; sikap pekerja dalam kategori sedang, peningkatan keterampilan ergonomik pekerja dari rata-rata 49,3 (SD = 8,28) menjadi 71,4; peningkatan kelenturan otot dan fleksibilitas sendi pekerja dari rata-rata 64,5 (SD=9,29) menjadi 85, 92. Terjadi peningkatan perilaku keluarga pekerja (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) dalam mencegah gangguan muskuloskeletal. Intervensi ini disarankan menjadi program pengembangan upaya kesehatan bagi pihak dinas kesehatan, puskesmas dan perusahaan.

Population of workers are at risk of musculoskeletal health problems. Community nurses specialist have a role to prevent such problems. This final scientific discusses the application of innovative interventions Levelling Participatory Ergonomics in the group of workers at PT X. Intervention results showed an increase in knowledge of occupational health workers from an average of 60 (SD: 8.16) to 85.0; improved ergonomics skills of 55 (SD = 5.77) to 77.50, an increase ability of supervision and feedback from an average 52 (less off attitude) to 67.5 (enough attitude). An increase in knowledge of workers from en average 67.9 (SD = 8.73) to 87.7; attitudes of workers in the medium category, improved ergonomics skills of workers on average 49.3 (SD = 8.28) to 71, 4; increased muscle and joint flexibility of worker from the average 64.5 (SD = 9.29) to 85, 92. An increase in workers' family behavior (knowledge, attitude and skills) in preventing musculoskeletal disorders. This intervention is recommended to program development efforts for the company's health, public health and health services.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Muhamad Ramdan
"Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan dan kesela-
matan kerja yang penting karena masih berkontribusi pada penurunan pro-
duktivitas kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur
tenaga kerja, masa kerja, indeks massa tubuh, dan sikap kerja dengan
keluhan gangguan muskuloskeletal pada tenaga kerja wanita di unit pro-
duksi bagian kupas di PT SSM Kalimantan Timur. Penelitian kuantitatif yang
menggunakan desain penelitian cross sectional ini dilakukan pada tenaga
kerja wanita bagian pengupasan yang berjumlah 46 orang (total sampling).
Variabel bebas penelitian terdiri dari umur, masa kerja, indeks massa tubuh,
dan posisi kerja, sementara variabel terikat adalah keluhan gangguan
muskuloskeletal. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square deng-
an level signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
hubungan umur dengan keluhan gangguan muskuloskeletal (p = 0,066),
terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja (p = 0,044), indeks
massa tubuh (p = 0,025), dan sikap kerja (p = 0,001) dengan keluhan gang-
guan muskuloskeletal. Perusahaan disarankan untuk membuat kursi kerja
yang ergonomis, melakukan rotasi kerja, dan melakukan pelatihan dengan
materi tata cara kerja yang ergonomis.
be examined in more depth, because it still contributes to the decline in la-
bor productivity. The objective of this research was to know the relationship
between age, working periode, body mass index and work posture with
complaint of musculoskeletal disorders. Quantitative research with cross
sectional approach has been done on 46 (total sampling) female labor in
peeling sections. The independent variables consisted of age, year, body
mass index, and work posture, while the dependent variable was the com-
plaint of musculoskeletal disorders. The data analysis used was chi-square
test with a significance level of 0.05 (5%). The results showed no associa-
tion between age with symptoms of musculoskeletal disorders (p = 0,066),
there is a significant association between working period (p = 0,044), body
mass index (p = 0,025), and work posture (p = 0,001) with complaints of
musculoskeletal disorders. Companies are advised to make an ergonomic
office chair, job rotation, and training with ergonomic material working pro-
cedures."
Lengkap +
Universitas Mulawarman, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Faridasari Kusumawaty
"Latar Belakang: Hiperlipidemia memiliki angka prevalensi yang tinggi pada penerbang di Indonesia. Penanganan hiperlipidemia tersebut salah satunya diterapi oleh statin dengan salah satu efek samping gangguan musculoskeletal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan terapi statin dengan gangguan muskuloskeletal pada penerbang dengan hiperlipidemia di Indonesia.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode potong lintang. Pengambilan data di Balai Kesehatan Penerbangan Indonesia pada bulan Mei-Juni 2018 dengan cara pengisian kuesioner terstruktur dan data rekam medis. Kuesioner diberikan kepada penerbang yang melakukan pemeriksaan kesehatan per enam bulan sebanyak 203 penerbang. Penerbang yang masuk kriteria mengalami hiperlipidemia dan menggunakan statin sebanyak 57 orang. Data kemudian diolah dengan program SPSS versi 22 dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, Fisher, dan Kolmogorov-Smirnov.
Hasil : Dari 203 responden, 85 41,87 penerbang mengalami hiperlipidemia dengan 57 penerbang pengguna statin. Sebanyak 5 orang 8,77 penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia mengalami gangguan musculoskeletal. Faktor ndash; faktor risiko yang berperan seperti jenis kelamin, umur, jam terbang total, indeks massa tubuh, jenis pesawat dan jabatan tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap gangguan muskuloskeletal. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara gangguan otot yang dialami penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia p > 0,05.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan penggunaan statin pada penerbang yang mengalami hiperlipidemia tidak berhubungan dengan gangguan musculoskeletal. Dengan demikian penggunaan statin bisa disarankan pada penerbang.

Background : Hyperlipidemia has a high prevalence rate among pilots in Indonesia. One of Treatment of hyperlipidemia treated by statins with one of the side effects of musculoskeletal disorders. The purpose of this study to examine the relationship between statin therapy with musculoskeletal disorder among pilots with hyperlipidemia in Indonesia.
Methods : This study using cross-sectional design. Data retrieve in Indonesian Aviation Medical Centre in May-June 2018 by structured questionaires and medical records. questionnaires is given to pilots who do general check up in six months periodically N=203 . Pilots who met with criteria statin user and hyperlipidemia 57 participants. Data processed by SPSS version 22 and analyzed using Chi-Square, Fisher and Kolmogorov-smirnov test.
Result: From 203 respondents, 85 41,87 pilot have hyperlipidemia with 57 pilots use statin. The result shows 5 participant experience muscoskeletal disorder 8,77 . The risk factors such as gender, age, total flight hour, body mass index, type of aircraft and position have no significant meaning with musculoskeletal disorders. There is no association between statin therapy among hyperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder p>0,05.
Conclusions : There is no association between statin therapy among hiperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder. Therefore statin therapy can be suggested to pilots.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syafri Enta
"Risiko ergonomi terkait postur kerja selama beraktivitas merupakan kesalahan ergonomi yang sering ditemui pada perawat di rumah sakit. Sebagian besar pekerjaan perawat dilakukan dalam posisi berdiri atau membungkuk, dan jarang dilakukan dalam posisi duduk. Kegiatan tersebut jika dilakukan dalam postur kerja yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan risiko ergonomi postur kerja dengan gangguan muskuloskeletal. Desain penelitiannya observasional analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan Formulir observasi Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk menilai tingkat risiko ergonomi postur kerja dan Kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengevaluasi keluhan gangguan muskuloskeletal pada perawat yang melibatkan 76 perawat. Analisa data menggunakan analisis deskriptif, uji Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan (67,1%), tingkat pendidikan DIII keperawatan (46,1%), dengan indeks masa tubuh normal (46,1%), dan sebesar (55,3%) bekerja di rawat inap. Usia termuda perawat 23 tahun dan usia tertua 58 tahun, serta masa kerja perawat paling singkat 1 tahun dan paling lama 36 tahun. Terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja perawat dengan gangguan muskuloskeletal (p=0,000) dan unit kerja dengan gangguan muskuloskeletal (p=0,001). Perlunya perawat memahami postur kerja yang berisiko terhadap gangguan muskuloskeletal dan dapat menerapkan postur kerja yang baik selama memberikan asuhan keperawatan untuk mencegah gangguan muskuloskeletal.

The ergonomic risk of working posture during activities is an ergonomic error that is often encountered by nurses in hospitals. Most nursing work is done in a standing or bent position, and rarely in a sitting position. If these activities are carried out in an inappropriate working posture, they can cause musculoskeletal disorders. This study aims to determine the relationship between ergonomic risk of work posture and musculoskeletal disorders. The research design was analytical observational with a cross sectional approach using the Rapid Entire Body Assessment (REBA) observation form to assess the level of ergonomic risk of work postures and the Nordic Body Map (NBM) Questionnaire to evaluate complaints of musculoskeletal disorders in nurses involving 76 nurses. Data analysis used descriptive analysis, Chi Square test and logistic regression. The results showed that the majority of nurses were female (67.1%), had a DIII nursing education level (46.1%), had a normal body mass index (46.1%), and (55.3%) worked in inpatient settings. . The youngest nurse is 23 years old and the oldest is 58 years old, and the nurse's working period is at least 1 year and the longest is 36 years. There is a significant relationship between nurses' work posture and musculoskeletal disorders (p=0.000) and work units and musculoskeletal disorders (p=0.001). It is necessary for nurses to understand work postures that are at risk of experiencing musculoskeletal disorders and apply good work postures to prevent musculoskeletal disorders."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Yasmara
"Pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan penurunan peristaltik usus sebagai pemicu terjadinya konstipasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian air putih 500 ml pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal.
Metode penelitian yang digunakan adalahQuassy eksperiment, dengan desain post test only non equivalent control group. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 24 responden kelompok perlakuan dan 24 responden kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan adalah bowel score yang diobservasi setiap hari selama tiga hari.
Terdapat pengaruh yang signifikan minum air putih 500 ml di pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05).

Patient with musculoskeletal disorder has been moving limitation and caused decreasing of gut peristaltic.The aimed of this study to find out the influence of drinking plain water 500 ml on the morning to constipation Incident of Immobilize Patient with musculoskeletal system disorder.
The methode of this study were Quasi-eksperiment with post test only non equivalent control group design. The number of sample was 24 respondents as intervention group, and 24 respondent as controll group. The instrument that be used were Bowel Score that have been observed everyday for three days.
The result shows significant influences of drinking plain water on the morning to constipation incident of immobilize patient musculoskeletal system dysorder ( p value = 0,002 ; α= 0,05).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoana Periskila Winarto
"Latar belakang: Health Risk Assessment HRA tahun 2016, melaporkan gangguan muskuloskeletal pada pekerja pengguna komputer di Perusahaan X adalah 73,28 . Untuk mengatasi ini, Perusahaan X mulai menerapkan Program Ergonomi Perkantoran, yang sampai saat ini belum dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program ergonomis dengan menggunakan standar SMK3 sebagai referensi.Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan mixmethods kuantitatif dan kualitatif . Wawancara mendalam dilakukan dengan pimpinan perusahaan dan pengelola program. Efektivitas program didapat dengan mewawancarai pekerja yang berpartisipasi dalam HRA pada tahun 2016.Hasil: Program ini berhasil dan efektif dalam mengurangi gangguan muskuloskeletal secara signifikan sebesar 37,7 . Hubungan yang signifikan didapatkan antara latihan peregangan OR 6,53, 95 CI 1,74-24,57 dan penerapan posisi kerja ergonomis OR 6,93 95 CI 2,08-23,01 dengan penurunan gangguan muskuloskeletal. Implementasi standar SMK3 pada pelaksanaanp program, mencapai 81,08 untuk elemen input kategori baik , 74,02 untuk elemen proses kategori baik dan 85,7 untuk elemen output kategori memuaskan . Konsultasi dengan perwakilan pekerja sebelum implementasi, distribusi fasilitas penyanggah laptop yang merata, dan pengawasan pelaksanaan program, merupakan faktor kunci bagi program untuk meraih tingakt keberhasilan yang lebih tinggi.Kesimpulan: Program Kantor Ergonomis berhasil menurunkan keluhan muskuloskeletal antara 37,7 . Implementasi Sistem Manajemen K3 standar dalam konsultasi program, penyediaan fasilitas program dan pengawasan mempengaruhi kerberhasilan program.
Background Health Risk Assessment HRA in 2016, revealed that musculoskeletal disorders among in computer workers in Company X was 73.28 . To control this, Company X started to implement an Office Ergonomic Program, which has not been evaluated yet. This study aims to evaluate the effectiveness of the ergonomic program by using standard OSH Management System checklists as a reference.Method The design of this study is cross sectional using mix methods quantitative and qualitative . In depth interviews were conducted with the company management and ergonomic program managers and also relevant documents were reviewed. The effectiveness of the program was conducted by interviewing worker who participated in the HRA in by 2016.Results The program was successful and effective in signifficantly reducing musculoskeletal disorders by 37.7 . A significant association was found between implementing stretching exercises OR 6.53 95 CI 1.74 24.57 and ergonomic working positions OR 6.93 95 CI 2.08 23.01 with decreased musculoskeletal disorders. Implementation of standard OSH Management System to implementation of program, achieved 81.08 for input element good category , 74.02 for process element good category and 85.7 for output elements satisfactory category . Consultation with worker representatives before implementation, adequate distribution of laptop support facilities, and program supervision are the key factor of the program to have higher success rate.Conclusion The Ergonomic Office program succeeded decreasing musculoskeletal complaints in 37.7 of the workers. The implementation of standard OSH Management in program consultation, provision of program facilities and supervision are the factor which influenced the success of the program. "
Lengkap +
2018
T55551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Cahyani Gandesrukma
"Penata rambut adalah sekelompok pekerja yang kemampuan kerja dan kondisi kesehatannya dapat dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan tertentu. Para penata rambut yang bekerja di salon berisiko mengalami Work Related Musculoskeletal Disorder (WMSDs) dan kurangnya kebugaran fisik akibat pekerjaan di salon. Tercatat terdapat beberapa masalah yang dialami oleh penata rambut salon yang ada, hal ini salah satunya dikarenakan postur kerja nya yang canggung. Beberapa ketidaknyamanan tubuh yang dirasakan adalah pada lengan, bahu, dan pergelangan tangan. Ketidaknyamanan yang diidentifikasi ini terjadi khususnya pada proses pengeringan rambut, dimana terdapat postur canggung, repetisi yang tinggi dan durasi yang cukup lama bagi seorang penata rambut mengerjakan proses blow dry. Diidentifikasi ketidaknyamanan dengan Nordic Body Map dan proses kritis yang dilakukan dengan menggunakan Hairdresser Questionnaire. Proses tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode RULA dan REBA untuk menilai keamanan postur penata rambut terhadap risiko cerdera. Diperlukan adanya suatu intervensi ergonomis dalam memperbaiki permasalahan ini. Dalam penelitian ini, rekomendasi yang diberikan adalah dengan merancang Hair Dryer Holder bagi penata rambut yang melakukan blow dry. Perancangan produk ini dilakukan dengan kerangka kerja Nigel Cross. Dalam tahapan perancangan produk ini, software Jack digunakan sebagai evaluasi postur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan melakukan Digital Human Modeling. Pada penelitian ini, rekomendasi yang diberikan kepada penata rambut dapat menurunkan nilai RULA sehingga mengindikasikan nilai yang aman, dan dapat menyesuaikan operasi Blow Dry yang dilakukan penata rambut di salon.

Hairdressers are a group of workers whose work abilities and health conditions can be affected by certain work activities. Hairdressers who work in salons are at risk of experiencing Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) and impaired physical fitness due to work in salons. It was noted that there were several problems experienced by existing salon hairdressers, this was due to their awkward working posture. Some of the body discomfort that is felt is in the arms, shoulders, and wrists. This identified discomfort occurs especially in the hair drying process, where there are posture doubts, high repetitions and a long enough duration for a hairdresser to do the blow drying process. Identification of discomfort with the Nordic Body Map and critical processes carried out with the addition of a Hairdresser Questionnaire. The process was then analyzed using the RULA and REBA methods to assess the safety of the hairdresser's posture against the risk of injury. Ergonomic intervention is needed to fix this problem. In this study, the recommendation given is to design a Hair Dryer Holder for hairdressers who do blow drying. The design of this product is done with the Nigel Cross framework. In the design stage of this product, Jack's software is used as a posture evaluation before and after the intervention by doing Digital Human Modeling. In this study, the recommendations given to hairdressers show a safe value and can adjust the Blow Dry operation performed by hairdressers in salons."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustika Itsnati Rahmah
"Hampir seluruh pekerjaan konstruksi memerlukan manual handling. Manual handling dianggap sebagai kontributor utama penyebab masalah pada punggung dan juga gangguan muskuloskeletal terkait kerja lainnya (Straker, 1999). Penelitian ini dilakukan pada pekerja aktivitas manual handling di proyek pembangunan gedung bertingkat PT X yang berlokasi di Cikini, Jakarta Pusat, dengan tujuan untuk melihat hubungan antara tingkat risiko ergonomi dan faktor individu terhadap keluhan gejala gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan melibatkan 85 pekerja aktivitas manual handling. Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah Quick Exposure Check (QEC) dan Nordic Body Map (NBM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi keluhan terbanyak yang dialami oleh pekerja yaitu pada punggung (51,8%), bahu kiri (40%), dan bahu kanan (36,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara tingkat risiko dan usia terhadap keluhan gejala gangguan muskuloskeletal.

Almost every construction task needs manual handling. Manual handling considered as major contributor to back problems, as well as other work-related musculoskeletal disorders (Straker, 1999). This research was conducted on manual handling activity workers at the PT X multi-storey building project located in Cikini, Central Jakarta, with the aim of looking at the correlation between the level of ergonomics risk and individual factors on complaints of musculoskeletal disorders. This research used a cross-sectional study design and involved 85 manual handling activity workers. The methods used in this research are Quick Exposure Check (QEC) and Nordic Body Mp (NBM). The results showed that the location of the most common complaints experienced by workers was on the back (51,8%), left shoulder (40%), and right shoulder (36,5%). The results of bivariate analysis showed that there is a correlation between the level of risk and age on complaints of musculoskeletal disorders symptioms."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Mayasari
"Kebutuhan produksi alas kaki dengan target harian yang telah ditetapkan mengharuskan pekerja bekerja dengan maksimal agar target dapat tercapai. Namun, aktivitas pekerjaan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pengrajin alas kaki seperti melakukan pekerjaan dengan posisi duduk, membungkuk, leher menekuk, serta dalam waktu kerja yang lama dan tidak menentu dapat menimbulkan nyeri yang mengarah pada kondisi keluhan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko individu, faktor risiko pekerjaan, faktor risiko lingkungan kerja, dan faktor risiko peralatan kerja terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada pekerja UMKM pengrajin alas kaki di Kecamatan Ciomas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Keluhan gangguan musculoskeletal dinilai dengan lembar penilaian Nordic Muskuloskeletal Questionnaire (NMQ). Faktor risiko individu dinilai melalui kuesioner karakteristik responden, dan antropometri dilakukan pengukuran menggunakan meteran. Kemudian faktor risiko pekerjaan dinilai menggunakan lembar Quick Exposure Checklist (QEC). Lalu faktor risiko lingkungan kerja dinilai dengan pengukuran suhu menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter dan pengukuran pencahayaan menggunakan lux meter. Sedangkan faktor risiko peralatan kerja dinilai dengan mengukur workstation dan disesuaikan dengan standar antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,7% responden mengalami keluhan gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian pada faktor risiko individu menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan keluhan gangguan muskuloskeletal pada bahu. Hasil penelitian faktor risiko pekerjaan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pajanan risiko punggung terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada leher. Hasil pengukuran faktor risiko lingkungan kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal secara umum. Hasil pengukuran peralatan kerja pada workstation menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa workstation yang sesuai dengan standar antropometri yaitu meja open pada UMKM 4,5, dan 8, mesin jahit, dan meja finishing pada UMKM 8.

The need for footwear production with predetermined daily target requires worker to work optimally so the target can be achieved. However, work activity on footwear Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) such as sitting work position, bending down, neck bend, long duration of work and uncertain can cause pain that lead to musculoskeletal disorder complaint. This research aim to analyze individual risk factors, occupational risk factors, work environment risk factors, and work equipment risk factors against musculoskeletal disorder complaint on footwear MSMEs workers in Ciomas district. This research using cross sectional study design. Complain of musculoskeletal disorder were assessed using the Nordic Musculoskeletal Questionnnaire (NMQ). Individual risk factors through a questionnaire of respondent’s characteristics, and anthropometry were assessed by measuring tape. Occupational risk factors were assessed using the Quick Exposure Checklist (QEC). Then, work environment risk factors were assessed by measuring temperature using a WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter and measuring lighting using a lux meter. While work equipment risk factors were assessed by measuring workstation and adjusted to anthropometric standards. The result of the research showed that 84,7% of respondent have a musculoskeletal disorder complaint. The result on individual risk factors showed that there was a significant relationship between smoking behavior and musculoskeletal disorder complaint on shoulder. The result on occupational risk factors showed that there was a significant relationship between back risk exposure level to musculoskeletal disorder complaint on neck. The result on work environment risk factors showed that there was no significant relationship with musculoskeletal disorder complaint in general. The result of measuring work equipment risk factors on workstations show that there are only a few workstations that comply with anthropometric standard, there are open’s table on 4th,5th, and 8th’s MSME, sewing machines, and finishing table’s at 8th MSME."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenita Emeralda
"Gangguan muskuloskeletal pada fisioterapi dapat menyebabkan hilangnya hari kerja hingga pergantian pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan frekuensi jenis serta tingkat keluhan gangguan muskuloskeletal, dan faktor risikonya pada fisioterapis di Rumah Sakit X Jakarta. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dari 14 responden dengan menggunakan kuesioner nordic body map, REBA, dan focus group discussion. Data dianalisis dengan menggunakan spss dan transkrip.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 92.9% responden mempunyai keluhan ringan yang paling banyak dirasakan pada pinggang berupa pegal (42.9%) dan nyeri (14.3%). Keluhan gangguan muskuloskeletal terjadi pada semua responden usia ≤35 tahun, perempuan, semua ukuran tubuh kecuali kurus, mantan perokok, olahraga kurang dari atau sama dengan 2 kali seminggu, bekerja kurang dari 5 tahun, menangani ≥10-20 pasien per hari, semua spesialisasi kecuali neuromuskular dan kegiatan fisioterapi. Berdasarkan perhitungan skor REBA, keluhan muskuloskeletal dirasakan pada risiko ergonomi rendah dan tinggi 100%. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam upaya pencegahan gangguan muskuloskeletal pada fisioterapis serta lebih waspada dalam bekerja.

Musculoskeletal disorders in physical therapist can lead to absenteeism and even change jobs. The purpose of this study is to understand the distribution and frequency of types, level of musculoskeletal disorders complaints, and risk factors in physical therapist at Jakarta X Hospital. This research is semi quantitative descriptive. The data were collected from 14 respondents by using Nordic Body Map questionnaire, REBA and focus group discussion. Quantitative data were analyzed by SPSS and transcripts.
The results of the analysis showed that almost all respondents (92.9%) have mild complaints. it is mostly in lower back in the form of soreness (42.9%) and pain (14.3%). Musculoskeletal disorders complaint occur in all respondents aged ≤ 35 years, women, ex-smokers, exercise less than twice a week, working less than 5 years, treat ≥10-20 patients per day, all body size except skinny, all specialties except neuromuskular, and every physical therapy activity. 100% of respondent in low and high ergonomic risk had musculoskeletal complaint based on REBA score calculation. The results of this study can be useful as recommendation to prevent musculoskeletal disorders in phsycial therapists and to be more aware of good ergonomic practices while working.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>