Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Solihati
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Senen bertujuan untuk memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bidang kesehatan masyarakat; memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Pukesmas; melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di Puskesmas; memiliki gambaran nyata tentang permasaahan (problem-solving) praktik dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas; serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Sedangkan tugas khusus yang berjudul ?Evaluasi Pemberian Informasi Obat pada Pasien di Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat Periode Bulan Januari Tahun 2016? bertujuan untuk mengevaluasi pemberian informasi obat pada pasien di Puskesmas Kecamatan Senen tanggal 12-15 Januari 2016 menggunakan lembar checklist PIO dari Permenkes RI No. 30 Tahun 2014.
ABSTRAK
Apothecary Professional Internship at Puskesmas Senen aims to understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the practice of pharmacy services at Puskesmas in appropiate with legislative provisions and ethics of pharmaceuticals, and in the public health; to have knowledge, skills, attitude, professionalism, insight and real experience to practice pharmacy profession and work in Puskesmas; see and learn strategies and of professional practice development of pharmacists in the Puskesmas; have thorough knowledge about problem that have face in the pharmaceutical works in the Puskesmas ; and be able to communicate and interact with any other professional workers at Puskesmas. Meanwhile, a sub duties entitled " Evaluation of the Provision of Drug Information for Patients in Puskesmas Senen Central Jakarta Period January 2016" aims to evaluate the provision of drug information to patients Puskesmas Senen at January 12-15 2016 using a Checklist sheet from Permenkes RI No 30 2014.
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Reforma Yunita Masri
Abstrak :
Pemberian informasi obat dan penyerahan obat pada pasien merupakan kegiatan paling akhir dalam tahap pengobatan pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker kepada pasien, yang biasanya telah disiapkan oleh tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan ini dilakukan mulai dari tingkat Apotek, Puskesmas, klinik maupun Rumah sakit. Pelayanan pemberian informasi obat dan penyerahan obat yang dilakukan oleh unit kefarmasian tidak lepas dari risiko kesalahan pemberian obat pada pasien. Bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi, seperti kesalahan dalam pelayanan atau pengobatan yang dikarenakan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dengan benar, kesalahan dalam pemberian obat dikarenakan Look-Alike Sound-Alike, serta metode penggunaan obat yang terbukti tidak efektif. Panjangnya alur yang dilakukan saat penyiapan obat dapat mengakibatkan Insiden keselamatan pasien. Analisis risiko kesalahan pemberian obat dapat dilakukan dengan metode FMEA. Failure Mode Effect Analysis atau FMEA adalah metode perbaikan kinerja dengan cara mengidentifikasi dan mencegah adanya potensi kegagalan atau kesalahan sebelum terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. ......Providing drug information and handing over drugs to patients is the final activity in the patient's treatment stage. The drug delivery is carried out by the pharmacist to the patient, which is usually prepared by pharmaceutical technical personnel. This service is carried out starting from the pharmacy, health center, clinic and hospital level. The service of providing drug information and drug delivery carried out by the pharmacy unit is not free from the risk of medication administration errors to patients. Types of errors that occur, such as errors in service or treatment due to errors in correctly identifying patients, errors in administering medication due to Look-Alike Sound-Alike, as well as methods of using medication that are proven to be ineffective. The long process involved in preparing medication can result in patient safety incidents. Analysis of the risk of medication administration errors can be carried out using the FMEA method. Failure Mode Effect Analysis or FMEA is a method of improving performance by identifying and preventing potential failures or errors before they occur with the aim of improving patient safety.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu aspek penting yang berorientasi kepada pelayanan serta penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan informasi obat dibutuhkan untuk membantu mencegah kesalahan penggunaan obat. Leaflet menjadi salah satu media cetak yang mudah dijangkau masyarakat. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan leaflet informasi mengenai cara penggunaan dan pembuangan berbagai jenis obat di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Analisa pemilihan informasi diperdalam dengan melakukan wawancara lanjutan, pencatatan, dan pengamatan secara langsung. Dilakukan penyusunan leaflet informasi obat dengan topik penggunaan lima bentuk sediaan obat dan cara pembuangan obat yang benar di rumah tangga. Kedua leaflet diletakkan pada lokasi pengambilan obat agar dapat dilakukan edukasi informasi obat secara bersamaan. Apoteker berperan penting dalam pemberian informasi obat agar dapat menjaga penggunaan obat rasional. ......Pharmacy services at Community Health Centers (Puskesmas) are critical aspects oriented towards service and the provision of quality and affordable pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables for all levels of society. Drug information services are needed to help prevent drug misuse. Leaflets are one print media that is easily accessible to the public. An information leaflet on how to use and dispose of various types of drugs can be helpful at the Jatinegara District Health Center. Observational research with a qualitative approach was done through literature studies based on scientific references, national regulations, and operational documents at the Jatinegara District Health Center. Follow-up interviews, recording, and direct observation were conducted to gain deeper information. Drug information leaflets were prepared with the topic of using five drug dosage forms and how to dispose of drugs in the household properly. Both leaflets were placed at the drug collection location so drug information education could be carried out simultaneously. Pharmacists are essential in providing information to maintain rational drug use.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Shabira Anjani
Abstrak :
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian di puskesmas. Contoh kegiatan PIO yaitu dengan membuat media edukasi dalam bentuk video, leaflet, atau poster. Salah satu informasi yang dapat disampikan adalah mengenai terapi non farmakologi. Terapi non faramakolgi adalah terapi yang bertujuan untuk mencegah, mengobat, atau mengatasi masalah kesehatan tanpa melibatkan penggunaan obat. Penyakit yang memiliki tingkat prevelensi tinggi di puskesmas antara lain demam, flu, batuk dan diare. Oleh karena itu, tugas khusus ini bertujuan untuk memberikan informasi pada pasien di Puskesmas Kecamatan Ciracas mengenai terapi non-farmakologi untuk demam, flu, batuk dan diare pada anak. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pemberian informasi obat yaitu dengan media edukasi video yang akan diputar di ruang tunggu Puskesmas Kecamatan Ciracas. Video berdurasi 1-2 menit dan dilengkapi dengan animasi yang menarik serta informasi yang singkat, jelas, dan mudah dipahami. Terapi Non farmakologi demam dapat dilakukan dengan mengkompres dengan air hangat, memperbanyak asupan cairan, dan istirhat yang cukup. Untuk penanganan batuk dan flu dengan menghindari pemicu dan menkonsumsi air atau racikan hangat. Terapi non-farmakologi diare dengan memperbanyak minum untuk mencegah dehidrasi, mengkonsumi oralit, memilih makanan yang tepat, dan menjaga kebersihan. Saat berkonsultasi obat dengan apoteker tanyak 5-O obat sebagai bentuk dari GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat). Apabila kondisi tidak membaik maka dapat berobat ke fasiliat kesehatan terdekat. ......Puskesmas is a first level health care facility that prioritize in promotional and preventive care for the community and individuals in their area. An example of pharmaceutical service in Puskesmas is providing drug information. The information that are given can be in the form of media such as videos, posters, or leaflets. An example information that may be given to the patients are about non-pharmacological therapies. Non-pharmacological therapy is a therapy that aimed at preventing, treating, or addressing health problems without involving the use of medicines. Usually the diseases that may be treated with non-pharmacological approach are those that are light and uncomplicated, such as cold, flu, cough, and diarrhea. Therefore, this paper aims is to provide information to patients in Puskesmas Ciracas on non-pharmacological therapy for fever, flu, cough and diarrhea in children. The implementation method is by creating an educational video that will be played in the waiting room of Puskesmas Ciracas. The duration of the video is 1-2 minutes long and contains exciting animations as well as brief, clear and easy-to-understand information. Non-pharmacological therapy of fever can be done with warm water compress, increase fluid intake, and sufficient rest. Treating cough and flu can be done by avoiding triggers and consuming warm water. Non-pharmacological approach of treating diarrhea by drinking enough fluid to prevent dehydration, consuming oralit, choosing the right food, maintain hygiene. When consulting drug with a pharmacist, make sure to ask The 5-O as a form of GeMa CerMat. If child condition does not improve, are advised to seek medical hel at the nearest facility.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Khimatus Sholihah
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No 143 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundangundangan dan etika yang berlaku; dan memiliki wawasan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di apotek. Sedangkan tugas khusus yang berjudul ?Kegiatan Pemberian Informasi Obat di Apotek Kimia Farma No 143 Bulan Februari 2016? bertujuan untuk menerapkan kegiatan pemberian informasi obat secara langsung kepada pasien di Apotek Kimia Farma No 143 selama bulan Februari 2016.
ABSTRAK
Apotechary Professional Internship at Apotek Kimia Farma 143 Depok aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in the drugstore management and to practice pharmacy services in accordance with the provisions of law and ethics; and to have knowledge, skills and experience to carry out the practice of pharmacy in the drugstore. Meanwhile, a special assignment entitled "Activity of Giving Drug Information at Apotek Kimia Farma No. 143 In February 2016" aims to implement the function of giving drug information directly to patients in Apotek Kimia Farma No. 143 during February 2016.;
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
Abstrak :
Gastritis merupakan suatu masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia dengan data prevalensi yang tinggi berdasarkan data dari WHO dan juga Departemen Kesehatan RI yaitu sebesar 274.396 kasus. Melihat dari tingginya prevalensi kejadian gastritis perlu adanya suatu upaya intervensi kesehatan untuk mencegah, mengobati, dan edukasi kepada masyarakat. Salah satu bentuk intervensi kesehatan yang dapat dilakukan yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pelayanan informasi sebagai langkah preventif. Pemberian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan oleh apoteker melalui puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang menyelenggarakan upaya kesehatan kepada masyarakat dan perseorangan sebagai peran penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Metode yang dilakukan yaitu dengan melakukan pencarian informasi terkait penyakit gastritis dan terapinya melalui literatur yang terpercaya, kemudian melakukan konsultasi dengan apoteker penanggung jawab untuk menentukan konten yang perlu dimuat di dalam leaflet yang akan dibentuk, dan kemudian dilakukan pembuatan leaflet yang berisi informasi yang telah disetujui untuk dimuat di dalamnya dengan menggunakan perangkat lunak yang digunakan. Leaflet yang terbentuk memiliki 6 bagian yang berisi informasi yang berbeda. Bagian A berisi merupakan bagian judul leaflet, bagian B merupakan bagian yang menjelaskan terkait definisi dan gejala dari penyakit gastritis. Bagian C berisikan informasi terkait hal yang menyebabkan penyakit gastritis seperti infeksi bakteri, efek samping dari penggunaan obat antinyeri, dan karena kebiasaan konsumsi alkohol. Bagian D dan E berisikan informasi terkait terapi farmakologis atau terapi dengan menggunakan obat untuk mengatasi penaykit gastritis, dan bagian terakhir yaitu bagian F yang memuat informasi terkait terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien untuk mencegah atau mengatasi gejala gastritis. ......Gastritis is a health problem that occurs a lot in Indonesia with high prevalence data based on data from WHO and also the Indonesian Ministry of Health, namely 274,396 cases. Seeing the high prevalence of gastritis, it is necessary to have a health intervention effort to prevent, treat, and educate the public. One form of health intervention is to provide education to the public through information services as a preventive step. Providing information to the community can be carried out by pharmacists through Puskesmas which organizes health efforts for the community and individuals as an important role in improving public health. The method used for this task is to search for information related to gastritis and its treatment through literature, then consult with the pharmacist to determine the content that needs to be included in the leaflet, and then create leaflets containing approved information to be included using the software. The leaflet that is formed has 6 sections that contain different information. Part A contains the title of the leaflet, and part B explains the definition and symptoms of gastritis. Part C contains information related to things that cause gastritis such as bacterial infections, side effects from using painkillers or NSAIDs, and due to alcohol consumption habits. Sections D and E contain information related to pharmacological therapy or therapy using drugs to treat gastritis, and the last section F contains information regarding non-pharmacological therapies that patients can take to prevent or treat symptoms of gastritis.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Hadiqotul Aini
Abstrak :
Dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apoteker melakukan pemberian informasi obat (PIO) dengan menyediakan informasi serta rekomendasi terkait suatu obat  baik kepada dokter, apoteker lain, perawat, profesi kesehatan lainnya maupun pasien. Adapun, di depo rawat inap Rumah Sakit Universitas Indonesia, pemberian informasi obat, terutama yang memerlukan rekonstitusi belum berjalan  maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, perlu adanya suatu sistem yang dapat meningkatkan efisiensi pemberian informasi obat. Pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Universitas Indonesia, disusun daftar obat injeksi H-N yang memuat informasi indikasi, cara pemberian, cara rekonstitusi dan stabilitas dari masing-masing obat. Hal tersebut diharapkan  dapat memudahkan dalam pencarian data sehingga dapat meningkatkan efektifitas baik dalam penelusuran informasi obat maupun pemberian informasi obat. ...... As part of pharmaceutical care in hospitals, pharmacists provide Drug Information Services (DIS) by offering information and recommendations related to a medication to doctors, other pharmacists, nurses, other healthcare professionals, patients, and others. However, at Rumah Sakit Universitas Indonesia, the delivery of drug information, especially for medications that require reconstitution, has not been fully optimized due to time and manpower constraints. Therefore, there is a need for a system aimed at improving the efficiency of drug information provision. As part of Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) at Rumah Sakit Universitas Indonesia, a list of injection drugs H-N was compiled, which includes information such as indications, administration methods, reconstitution procedures, and stability. With these actions implemented, it is anticipated that accessing data will be simplified, thereby enhancing the efficiency of both retrieving and providing drug information.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabillah Amelano
Abstrak :
Pelayanan pemberian informasi obat dan penyerahan obat yang dilakukan oleh unit kefarmasian tidak lepas dari risiko kesalahan pemberian obat pada pasien. Analisis risiko kesalahan pemberian obat dapat dilakukan dengan metode FMEA. Failure Mode Effect Analysis atau FMEA adalah metode perbaikan kinerja dengan cara mengidentifikasi dan mencegah adanya potensi kegagalan atau kesalahan sebelum terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran apoteker dalam menganalisis risiko kesalahan yang dapat terjadi dalam pelayanan resep dan menganalisis risiko kesalahan yang dapat yang terjadi dalam pelayanan resep pada pasien di Puskesmas Kecamatan Matraman. Penelitian dilakukan dengan cara observasi lalu menentukan risiko yang terdapat pada setiap tahapan pelayanan resep. Risiko yang telah diidentifikasi kemudian dinilai Risk Priority Number (RPN) berdasarkan tingkat keparahan, kemungkinan risiko, dan kemudahan terdeteksi. Hasil penelitian menunjukkan apoteker berperan dalam manajemen risiko pada pelayanan resep untuk menjamin keberhasilan terapi pasien. Analisis risiko kesalahan dalam pelayanan resep yang diperoleh yaitu kegagalan dalam proses penyiapan obat merupakan kegagalan dengan nilai RPN (Risk Priority Number.) yang paling tinggi, sehingga proses ini menjadi prioritas pertama yang perlu diperbaiki untuk mencegah atau meminimalkan kegagalan pada tahapan pelayanan resep di pelayanan farmasi Puskesmas Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. ......The service of providing drug information and drug delivery carried out by the pharmaceutical unit cannot be separated from the risk of drug administration errors to patients. Analysis of the risk of drug administration errors can be done with the FMEA method. Failure Mode Effect Analysis or FMEA is a performance improvement method by identifying and preventing potential failures or errors before they occur with the aim of improving patient safety. This study aims to determine the role of pharmacists in analyzing the risks of errors that can occur in prescribing services and to analyze the risks of errors that can occur in prescribing services to patients at the Matraman District Health Center. The research was carried out by means of observation and then determining the risks involved in each stage of the prescription service. The risks that have been identified are then assessed by a Risk Priority Number (RPN) based on the level of severity, likelihood of risk, and ease of detection. The results showed that pharmacists play a role in risk management in prescription services to ensure the success of patient therapy. Analysis of the risk of errors in prescription services obtained, namely failure in the drug preparation process is a failure with the highest RPN (Risk Priority Number.) value, so this process is the first priority that needs to be improved to prevent or minimize failure at the prescription service stage in pharmaceutical services. Puskesmas Kecamatan Matraman, East Jakarta.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Chairunnisa
Abstrak :
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalisir risiko terjadinya efek samping obat. Salah satu pelayanan farmasi klinik ialah pelayanan informasi obat (PIO). Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan dilaksanakannya PKPA ini adalah mengetahui peran apoteker dalam melakukan pelayanan informasi obat dan menyediakan informasi mengenai Cara Penggunaan Obat Tetes Mata, Salep Mata, dan Tetes Telinga yang Tepat secara pro aktif melalui pemberian leaflet dan penyuluhan kepada kepada pasien dan/atau keluarga pasien di Ruang Tunggu Apotek Puskesmas Kecamatan Palmerah. Peran apoteker di Puskesmas Kecamatan Palmerah dalam pelayanan informasi obat menyediakan informasi yang akurat, jelas, dan terkini kepada pasien, tenaga kesehatan, dan masyarakat guna mencapai penggunaan obat yang rasional sudah berjalan dengan baik. Penyampaian informasi telah rutin dilakukan melalui pemberian leaflet dan penyuluhan kepada pasien dan/atau keluarga pasien di Ruang Tunggu Apotek Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan topik Cara Penggunaan Obat Tetes Mata, Salep Mata, dan Tetes Telinga yang Tepat. ......Clinical pharmacy services are direct services provided by pharmacists to patients in order to improve therapeutic outcomes and minimize the risk of drug side effects. One of the clinical pharmacy services is the drug information service (DIS). Drug information services are service activities carried out by pharmacists to provide accurate, clear and up-to-date information to doctors, pharmacists, nurses, other health professionals and patients. The purpose of implementing this report is to find out the role of pharmacists in providing drug information services and providing information on how to use eye drops, eye ointments and ear drops in a pro-active manner through providing leaflets and counseling to patients and/or their families in the waiting room of the Palmerah District Health Center Pharmacy. The role of pharmacists at the Palmerah District Health Center in drug information services is to provide accurate, clear, and up-to-date information to patients, health workers and the community in order to achieve rational drug use. Dissemination of information has been routinely carried out through the provision of leaflets and counseling to patients and/or patient families in the Waiting Room of the Palmerah District Health Center Pharmacy with the topic How to Use Eye Drops, Eye Ointments and Ear Drops Properly.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library