Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angga Bagus Pratama
"Penerapan kapitasi berbasis komitmen pelayanan yang kini dikenal dengan kapitasi berbasis kinerja (KBK) merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional. Telah banyak publikasi yang menyajikan studi kasus di tingkat FKTP mengenai faktor apa saja yang berkontribusi atau menghambat pencapaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang membuat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mencapai target KBK, dengan menggunakan desain Literature Review. Basis pencarian literatur yang digunakan adalah Google Scholar dan GARUDA. Dari jumlah pencarian 917 artikel, setelah menghilangkan duplikasi, menyaring dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan hasil akhir 11 artikel dengan hampir seluruhnya menggunakan desain kualitatif berupa studi kasus. Hasil penyaringan literatur disajikan dengan diagram PRISMA. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah SDM yang cukup, tersedianya sarana dan prasarana yang cukup, dana di Puskesmas yang cukup serta tersalurkan dengan baik, dan adanya kodifikasi penyakit untuk meningkatkan pelayanan yang optimal, merupakan kondisi yang membuat tercapainya target KBK. Faktor yang dianggap menyulitkan tercapainya KBK antara lain ketersediaan SDM yang belum tercukupi, sarana dan prasarana yang belum memadai, ketersediaan dana yang belum tercukupi , jumlah peserta yang terlalu banyak atau melebihi standar kapasitas di FKTP dan kebijakan target yang dianggap terlalu tinggi oleh FKTP.
.....The implementation of service commitment-based capitation which is now known as Capitation Based Commitment (CBC) is an effort to improve the quality of services in the National Health Insurance scheme. There have been many publications that present case studies at the FKTP level regarding what factors contribute to or hinder achievement. This study aims to identify the factors that make First Level Health Facilities achieve the KBK target, using the Literature Review design. The literature search bases used are Google Scholar and GARUDA. From the number of searches for 917 articles, after eliminating duplication, filtering using inclusion and exclusion criteria, the final results obtained are 11 articles with almost all of them using a qualitative design in the form of case studies. The results of the literature screening are presented with a PRISMA diagram. The results of the study indicate that a sufficient number of human resources, the availability of adequate facilities and infrastructure, sufficient funds at the Puskesmas and well channeled, and the codification of diseases to improve optimal services, are conditions that make the KBK target achievable. Factors that are considered difficult to achieve KBK include the number of participants who are too many or exceed the capacity standard in FKTP and target policies that are considered too high by FKTP."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Maesaroh
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran karakteristik pasien terhadap saldo piutang murni pasien rawat inap di RSIA Budi Kemuliaan tahun 2010. Piutang murni pasien rawat inap merupakan piutang pasien rawat inap yang tidak memiliki jaminan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran karakteristik pasien yang memiliki piutang murni pada tahun 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Masalah yang terjadi adalah adanya kebijakan tanpa uang muka serta terjadinya peningkatan saldo atau jumlah piutang murni pasien rawat inap yang signifikan dari tahun 2009 ke tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa dari kedelapan variabel karakteristik pasien, terdapat 6 variabel yang tidak memiliki hubungan dengan piutang yaitu variabel pekerjaan penanggung jawab pasien, umur pasien, pendidikan, lokasi tempat tinggal, kelas perawatan dan umur piutang. Sedangkan 2 variabel lagi yaitu variabel lama hari rawat dan besar biaya perawatan memiliki hubungan dengan piutang. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu dilakukan upaya dalam pencarian donatur, dilakukan kajian mengenai sosial ekonomi pasien piutang murni, melakukan upaya penagihan yang lebih intensif, memberikan pelayanan yang efektif dan efisien, serta dilakukan pencatatan piutang yang lebih baik.
The objective of this study is to obtain description on uninsured patient characteristics that has remaining balance of account receivables in the RSIA Budi Kemuliaan during year of 2010. Uninsured patients are those without health coverage and has been hospitalized in this hospital.
This study is a descriptive analytic study using quantitative approach. There are strong value from the owners of RSIA Budi Kemuliaan that the hospital will not charge any down payment for any inpatient care, with or without health coverage. As a result, substantial increase in the balance of account receivable are shown in 2010, as compared to the previous years.
The analysis of 8 variables on patient characteristics indicated that 6 variables do not have significant relationship with the balance of account receivables, that are including occupation, age, education, location, class of service care, and number of days of account receivables. The other 2 variables, that are length of stay and cost of care do have significant relationship with the balance of account receivables.
The result of this study suggest that if the owner prefer to maintain their value of not applying down payment to any inpatient care, then there should be further study to explore condition of social economyy of existing patients and find other alternative sources of funds. Intensify collection of account receivables and provide efective and efficient care should also be done in the future to improve the balance of account receivables.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Jasmine
"ABSTRAK
Hand hygiene merupakan salah satu bentuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang dianggap efektif untuk melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs). Tenaga perawat sebagai tenaga kesehatan yang sering kontak langsung dengan pasien tentu memiliki peluang hand hygiene lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lainnya. Namun, tingkat kepatuhan hand hygiene tenaga perawat di rumah sakit masih cenderung rendah. Banyak studi telah membahas strategi intervensi untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene pada perawat, tetapi studi dan bukti yang dilakukan di Asia Tenggara masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk merangkum bukti dan informasi efektivitas strategi intervensi terhadap kepatuhan hand hygiene perawat di rumah sakit berdasarkan studi dari negara-negara di Asia Tenggara. Penelitian dilakukan dengan metode tinjauan literatur yang menggunakan data sekunder dari basis data PubMed, Cochrane, CINAHL, dan Google Scholar. Studi yang didapatkan untuk penelitian ini sejumlah 4 studi dari tiga negara berbeda, yakni Indonesia (n=2), Thailand (n=1), dan Vietnam (n=1). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan hand hygiene perawat di rumah sakit pada fase awal atau pra-intervensi masih rendah (< 50%), dengan faktor utama yang dilaporkan mempengaruhi ketidakpatuhan hand hygiene pada perawat yaitu kekeringan dan iritasi tangan setelah melakukan hand hygiene. Program edukasi menjadi bagian dari seluruh strategi intevensi pada setiap studi, menandakan program dapat diterapkan pada negara-negara di Asia Tenggara. Namun, strategi intervensi multifaceted improvement program menunjukkan dampak yang paling signifikan pada peningkatan kepatuhan hand hygiene perawat di rumah sakit (27% praintervensi dan 77% pasca-intervensi). Strategi intervensi multimodal tercatat paling efektif meningkatkan kepatuhan hand hygiene dan mampu memberikan dampak yang berkelanjutan, jika ditunjang dengan pemantauan dan intervensi berkala.

ABSTRACT
Hand hygiene is a form of infection prevention and control that is considered effective in protecting patients and health care workers from transmission of health care-associated infections (HAIs). Nurses as health care workers who are often in direct contact with patients certainly have more hand hygiene opportunities than others. However, nurses hand hygiene compliance rates in hospitals tends to be low. Many studies have discussed intervention strategies to improve hand hygiene compliance among nurses, but studies and evidence carried out in Southeast Asian remain limited. This study aims to summarize the evidence and information on the effectiveness of interventions strategies towards hand hygiene compliance of nurses in hospitals based on studies from countries in Southeast Asia. The research was conducted using literature review method that used secondary data from the PubMed, Cochrane, CINAHL, and Google Scholar databases. The studies obtained for this study were 4 studies from three different countries, including Indonesia (n=2), Thailand (n=1) and Vietnam (n=1). The results showed that the nurses hand hygiene compliance rates in hospitals at baseline or pre-intervention phase was low (< 50%), with the main factors reported to affect nurses non-compliance with hand hygiene were dryness and hand irritation after performing hand hygiene. The education program is part of the entire intervention strategy in each study, indicating the program can be applied to countries in Southeast Asia. However, the multifaceted improvement program showed the most significant impact on increasing hand hygiene compliance among nurses in hospital (27% pre-intervention and 77% post-intervention). The multimodal intervention strategy noted to be the most effective in increasing hand hygiene compliance and was able to have sustainable impact, if supported by periodic monitoring and intervention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Vini Gokkana Clara
"Turnover perawat selalu menjadi perhatian karena jumlah yang begitu tinggi yaitu menurut NSI tahun 2020 dikatakan selama dua tahun terakhir berkisar 15,9% dan begitu juga di Indonesia di rumah sakit swasta berkisar 13% dan 35% sedangkan normal adalah 5-10%. Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui faktor internal dan eksternal mempengaruhi turnover intention perawat rumah sakit di Indonesia dengan metode kajian kepustakan kualitaif dengan desain analisis deskriptif. Database yang digunakan adalah online dari 4 database yaitu Universitas Indonesia Library, Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (Pusinfokesmas FKM UI), GARUDA (Garba Rujukan Digital), kemudian Neliti repository ilmiah Indonesia dengan jumlah didapat 60 dan yang diikutsertakan adalah 9 penelitian. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi turnover intention perawat di berbagai rumah sakit adalah faktor eksternal yaitu aspek lingkungan dan usia ada yang mengatakan mempengaruhi ada penelitian mengatakan tidak. Faktor internal yaitu budaya organisasi, gaya kepemimpinan, kompensasi, kepuasan kerja, dan pengembangan karir. Faktor yang paling mempengaruhi adalah kompensasi.

Nurse turnover is always a concern because the number is so high according to the NSI 2020 said for the last two years around 15.9% and so in Indonesia in private hospitals around 13% and 35% while normal is 5-10 %. This study aims to determine the internal and external factors related to the turnover intention of hospital nurses in Indonesia with a qualitative library study method with descriptive analysis design. Databes used are online from 4 databases namely Universitas Indonesia Library, the Indonesian Public Health Information Center (Pusinfokesmas FKM UI), GARUDA (Garba Rujukan Digital), kemudian Neliti repository ilmiah Indonesia with the number obtained by 60 and included 9. The results showed that the factors that related to nurses' turnover intention in various hospitals are external factors, namely environmental and age aspects, some said that they related to but there is said no. Internal factors are organizational culture, leadership style, compensation, job satisfaction, and career development. The most related factor is compensation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferzah
"Pada tahun 2014, terdapat permasalahan di bagian logistik Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Budi Kemuliaan yang berkaitan dengan pengendalian logistik yaitu ketidaksesuaian pencatatan kartu stok dengan jumlah persediaan aktual dan terjadinya penumpukan barang umum tidak rutin. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengendalian barang umum dan menganalisis faktor yang berhubungan dengan pengendalian barang umum di bagian logistik RSIA Budi Kemuliaan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan sarana pengendalian yang mempengaruhi fungsi pengendalian logistik, yaitu struktur organisasi, kebijakan, sumber daya manusia, prosedur, perencanaan, pencatatan, pelaporan dan pemeriksaan internal.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan empat titik strategis pengendalian logistik yang belum optimal diantaranya pelaksanaan prosedur pengadaan, pelaksanaan pencatatan inventarisasi, pelaksanaan penyimpanan, dan pelaksanaan pendistribusian. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan pengadaan barang umum, kekurangan persediaan barang rutin, dan penumpukan barang tidak rutin.

In 2014, there were problems in the logistics control at Budi Kemuliaan Mother and Child Hospital (RSIA) which is a mismatch between the recording of stock card with the number of actual inventory and the accumulation of non routine general goods in the warehouse. This qualitative study aims to describe general goods control and its controlling in the logistics unit of RSIA Budi Kemuliaan.
The results showed that there were eight control measures that affect the function of logistics control which are organizational structure, policies, human resources, procedures, planning, recording, reporting and internal audit.
The conclusion of this study indicate four strategic points of control that not optimal including the implementation of procurement procedures, the implementation of recording inventory, implementation of storage, and implementatiton of distribution. These cause delays in procurement general goods, inventory shortage routine and non-routine accumulation of general goods
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Suryawati
"Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan merupakan salah satu indikator pelayanan mutu di instalasi farmasi yang seringkali tidak terpenuhi waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan. Berdasarkan SPM yang tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor :129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Waktu tunggu obat jadi (non racikan) adalah ≤30 menit. Sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah ≤60 menit. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab dan lama waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah literature review yang dilakukan pada kepustakaan jurnal dan penelitian asli dengan rentang waktu studi adalah 10 tahun, dipublikasikan pada tahun 2011 hingga 2020. Metode pencarian data menggunakan data online dengan database yang digunakan adalah PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, dan Lib FKM UI, serta Lib UI. Setelah menggunakan strategi pencarian, didapatkan sebanyak 14 literature, dan dari hasil penelitian didapatkan rentang rata – rata waktu tunggu pelayanan resep pasien BPJS/JKN, Askes dan pasien tanpa penggolongan kategori penjamin. Penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi antara lain SDM (kurangnya kompetensi, kuantitas dan kecepatan, serta beban kerja SDM) tidak ada dan tidak berlakunya SOP, sarana dan prasarana yang kurang, komponen delay, produktifitas kerja, dan jam praktik dokter di poli. Usulan untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian di fasilitas kesehatan rumah sakit di daerah lain sehingga dapat dilihat dan diidentifikasi hasil lama waktu tunggu di instalasi farmasi rumah sakit beserta faktor – faktor penyebabnya, selain itu juga dapat membandingkan sistem pelayanan farmasi di berbagai rumah sakit.

The waiting time for outpatient prescription services is one of the indicators of quality service in pharmaceutical installations which often does not meet the waiting time for outpatient prescription services. Based on the SPM listed in the Republic of Indonesia Decree Number: 129 / Menkes / SK / II / 2008 concerning Hospital Minimum Service Standards The waiting time for finished drugs (non-concoction) is ≤30 minutes. While the waiting time for concoction drug services is ≤60 minutes. This research was conducted to see the causes and the length of time waiting for prescription services in hospital outpatient pharmaceutical installations. This type of research is a literature review conducted on the journal literature and original research with a study span of 10 years, published in 2011 to 2020. The method of searching data using online data with the database used is PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, and Lib FKM UI, and Lib UI. After using the search strategy, as many as 14 literatures were obtained, and from the results of the study obtained an average range of waiting times for prescription services for BPJS / JKN patients, Askes and patients without the guarantor category. The causes of the length of time waiting for prescription services in pharmaceutical installations include HR (lack of competence, quantity and speed, as well as HR workload) and non-existent SOP, lack of facilities and infrastructure, components of delay, work productivity, and doctor's practice hours in policlinic . The proposal for further research is expected to carry out research in hospital health facilities in other areas so that it can be seen and identified the results of the long waiting time at the hospital pharmacy installation along with its causal factors, while also being able to compare pharmaceutical service systems in various hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Edlina
"

Diabetes merupakan permasalahan kesehatan yang masih banyak terjadi di dunia dan jenis diabetes yang banyak diderita adalah diabetes tipe 2. Diabetes yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan diabetes tipe 2 adalah dengan memberikan perawatan kesehatan berkelanjutan oleh petugas kesehatan dan melakukan self-management. Self-management dapat diterapkan dengan menggunakan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu dengan  Mobile Health (mHealth). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mhealth dalam self-management diabetes tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode literature review. Pencarian studi dilakukan melalui online database PubMed, ScienceDirect dan Cochcrane dengan kata kunci “mHealth” OR “mobile health” AND “self-management diabetes” OR “Self-care diabetes”. Dan ditemukan 15 total studi yang terinklusi. Keefektivitasan dinilai dari perubahan yang nyata pada hasil. Sebanyak 6 studi menunjukkan adanya penurunan kadar Hb1Ac yang signifikan dan sebanyak 5 studi menjukan adanya perubahan yang signifikan pada pola hidup pasien. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penggunaan mHealth efektif dalam self-management diabetes.

 

 


Diabetes is a health issue that still occurs in the world and the type of diabetes that is suffered is type 2 diabetes. Uncontrolled diabetes can cause complications. The efforts to control type 2 diabetes is by providing a continuity health care by health workers and self-management. Self-management can be applied using information and communication technology developments, that is by using Mobile Health (mHealth). Therefore, this study aims is to see the effectiveness of health in self-management of type 2 diabetes. This study used a literature review method. The study search was carried out through the PubMed, ScienceDirect and Cochcrane online database with the keywords "mHealth" OR "mobile health" AND "diabetes self-management" OR "Self-care diabetes". And found 15 total studies. The effectiveness is assessed from real changes in results. A total of 6 studies showed a significant decrease in Hb1Ac levels and as many as 5 studies showed significant changes in the patient's lifestyle. So, it can be said that the use of mHealth is effective in diabetes self-management.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Alfiyyah
"Menteri Kesehatan RI pada tahun 2019 mengelurkan peraturan mengenai penyelenggaraan pelayanan telemedicine antar fasilitas pelayanan kesehatan. Telemedicine ditujukan terutama pada daerah pedesaan atau rural area. Menjaga mutu pelayanan penting dilakukan, maka seluruh pelayanan berbasis telemedicine didokumentasikan dalam rekam medis elektronik (RME) dengan informasi yang lengkap. Penelitian ini menggunakan metode narrative literature review dengan memanfaatkan kanal jurnal Garuda, Google Scholar, IEEE Explore, ProQuest, PubMed, Science Direct, dan Scopus. Dengan pendekatan input, proses dan output total 8 artikel ilmiah yang didapatkan dari negara yang telah memiliki kebijakan telemedicine/telehealth di rural area. Penyelenggaraan telemedicine memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing bergantung kepada hal-hal pendukung dan sasaran penggunanya. Harus memiliki kebijakan, infrastruktur, sumber keuangan dan sumber daya manusia yang dapat menggunakan, memelihara dan mengembangkan telemedicine. Penggunaan ini akan membantu proses pelayanan kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di rural area jika penggunaannya berskala besar. Mutu RME tidak terlihat kelengkapannya secara langsung mengenai informed consent, namun RME yang bermutu dapat mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan penegakkan diagnosa, anamnesa, dan asuhan perawatan pasien.

The Indonesian Minister of Health in 2019, issued regulations regarding the implementation of telemedicine services between health service facilities. Maintaining quality of services is important, so all telemedicine-based services are documented in an electronic health record (EHR) with complete information in the service process. This research using the narrative literature review method by utilizing:  Garuda journal channels; Google Scholar; IEEE Explorer; ProQuest; PubMed; Science Direct; and Scopus. With the input - output process approach, a total of 8 scientific articles were published on countries that have telemedicine / telehealth policies in rural areas. The implementation of telemedicine has advantages and disadvantages of each depending on the things supporting and the target users. Must have policies, infrastructure, financial resources and human resources that can use, maintain and develop telemedicine. This use will help the health service process by increasing the degree of public health in rural areas if its use is large scale. The quality of the RME does not appear to be directly complete with regard to informed consent, but qualified RME can make it easier for health workers to carry out diagnosis, history and patient care.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal
"Skripsi ini membahas kebijakan tarif cukai pada minuman berpemanis (sugar-sweetened beverages) yang diterapkan di negara Arab Saudi, Amerika Serikat, Barbados, Chili, Filipina, Inggris, Jerman, Meksiko, Perancis, Spanyol, dan Zambia. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui hubungan penerapan kebijakan tersebut terhadap penurunan konsumsi minuman berpemanis dan kejadian overweight dan obesitas. Penelitian ini menggunakan metode literature review yang dilakukan pada 20 artikel terpilih dengan tahun publikasi dari 2010-2020. Hasil penelitian didapatkan bahwa kebijakan tarif cukai dapat menurunkan konsumsi minuman berpemanis, sehingga berpotensi mencegah kejadian overweight dan obesitas. Keberhasilan penerapan kebijakan tarif cukai ini didorong oleh beberapa faktor seperti dukungan antar lembaga, skema pajak yang diterapkan, hingga kesadaran masyarakat.

This thesis discusses the implementation of excise tax policy on sugar-sweetened beverages (SSB) in various countries, such as Saudi Arabia, United States, Barbados, Chili, Philippine, United Kingdom, Germany, Mexico, France, Spain, and Zambia as an effort to prevent noncommunicable diseases. The aim is to find out the relationship between the application of the policy to the decrease in consumption and the incidence of overweight and obesity. This study is a qualitative research with a literature review approach on 20 published articles between 2010-2020. The results showed that excise tax policy can reduce the consumption of SSB, so that it could potentially prevent overweight and obesity. The successful implementation of the excise policy encourages several factors such as inter-agency support, scheme of tax applied, to public awareness."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Amalia
"Latar Belakang: Proses pemulangan pasien rawat inap masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia karena waktu yang dibutuhkan belum memenuhi standar yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang mengatakan bahwa waktu dari pasien dikatakan boleh pulang oleh DPJP hingga mendapatkan informasi tagihan ≤ 2 jam. Proses ini dikatakan kompleks karena terdiri dari beberapa kegiatan dan melibatkan banyak pihak. Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran faktor penyebab terjadinya keterlambatan proses pemulangan pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia.
Metode: Penelitian menggunakan desain literature review tipe integrative review dengan menganalisis hasil dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Hasil: Digunakan 16 artikel mengenai keterlambatan proses pemulangan pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia yang diterbitkan dari tahun 2010-2020. Berdasarkan hasil penelitian, hanya ditemukan satu rumah sakit yang sudah memenuhi standar waktu yang telah ditentukan, sedangkan masih ditemukan banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar.
Kesimpulan: Penyebab keterlambatan proses pemulangan pasien saling berkaitan satu sama lain. Pada faktor sumber daya rumah sakit, sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang paling sering ditemukan karena peran petugas sangat penting dalam keseluruhan proses pelayanan. Pada faktor proses pelayanan rumah sakit, proses pelayanan administrasi rawat inap merupakan faktor yang memakan waktu paling lama untuk keseluruhan hasil dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan metode pembayarannya, pasien asuransi atau jaminan perusahaan membutuhkan waktu paling lama dibandingkan pasien umum dan BPJS karena terdapat proses konfirmasi pihak asuransi yang merupakan kegiatan diluar kontrol rumah sakit.

Background: Inpatient discharge process always becomes problem in Indonesian hospital because the time taken for completion never met the standard established by Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 of 2008 which states that the process of returning patients from patients is allowed to go home by DPJP until patients get bills from the hospital administration no more than 2 hours. Discharge process is a complex process because it consists of many procedures and engages various departments. The purpose of this study is to describe the cause factors of inpatient discharge process delay in Indonesian hospital.
Method: This study analyzes every results from previous studies using literature review type integrative review.
Results: This study includes 16 literatures about the delay in inpatient discharge process published from 2010-2020. The result shows that only one hospital met the standard, but most of them never met the standard.
Conclusions: The caused of delay in inpatient discharge process are related to each other. From hospital resource factors, human resource is the most commonly found factor because the role of staffs are important in the overall process. In hospital service process factors, administration process is the one which takes the longest time. Based on the payment method, private insurance patients and company guarantees need the longest time rather than general patients (out of pocket) or BPJS because there is an insurance confirmation process and it is out of hospital control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>