Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuyun Durhayati
"Stroke merupakan penyakit degeneratif dengan kecacatan tertinggi, kesehatan mulut sering terlupakan. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menganalisis implementasi asuhan keperawatan dengan pendekatan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dan intervensi oral hygiene pada pasien stroke. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana asuhan keperawatan pada Ny. A dengan usia 68 tahun selama tujuh hari yaitu tanggal 21-28 Mei 2018. Hasil pengkajian didapatkan diagnosis keperawatan utama yaitu perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan penyerapan dan aliran CSF akibat adanya perdarahan subarachnoid, namun fokus pembahasan yaitu pada diagnosis keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien yaitu oral hygiene. Intervensi yang diberikan pada pasien stroke hemoragik yaitu intervensi oral hygiene chlorhexidine 0.2 setiap hari 2 dua kali selama 7 tujuh hari. Hasil dari intervensi ini berupa kemajuan skor Oral health assessment tool OHAT dari nilai 9 menjadi 1. Keluarga pasien stroke hemoragik mampu melakukan oral hygiene kepada pasien setelah dijelaskan dan didemostrasikan terlebih dahulu oleh perawat. Penulis merekomendasikan intervensi oral hygiene chlorhexidine 0,2 dikombinasikan dengan latihan pergerakan sendi, positioning dan massage minyak pada area yang menonjol dan tertekan untuk hasil yang lebih efektif.
Stroke is the leading cause of disability in adult, in which oral hygiene is usually forgotten. This paper aimed to analize the implementation of nursing care with an urban community healthcare approach and oral hygiene intervention in stroke patients. Nursing care plan at Mrs. A, aged 68 years old starting from may, 21st to 28th 2018. The result revealed that the main nursing diagnosis was ineffective cerebral tissue perfusion related to absorption disorder and cerebrospinal fluid CSF flow due to subarachnoid hemorrhage, but the focus of discussion is on the nursing diagnosis of self care deficit related to neuromuscular disorder. Oral hygiene as nursing interventions is provided to the client. Intervention given to hemorrhagic stroke patient were oral hygiene with 0.2 chlorhexidine 2 times daily for 7 days. The result is an improvement in score of Oral health assessment tool OHAT from 9 to 1. Families of hemorrhagic stroke patients were able to perform oral hygiene to patient rsquo;s after described and demonstrated first by nurses. The autors recommend the oral hygiene 0.2 chlorhexidine intervention combined with range of motion ROM , positioning and massage with oil prominent and depressed areas for more effective result to the patient. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Budiarti
"Stroke dengan gejala kelemahan fisik menyebabkan gangguan mobilisasi. Kondisi imobilisasi menyebabkan pasien sulit melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Ketidakmampuan dalam beraktifitas menyebabkan kondisi tirah baring yang lama sehingga berisiko terhadap kejadian luka tekan. Pencegahan luka tekan dapat dilakukan dengan pemberian pengaturan posisi pada pasien stroke iskemik. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien stroke dan menganalisis penerapan intervensi pengaturan pisisi pada pasien stroke. Pengaturan posisi adalah merubah posisi dari miring kanan, terlentang dan miring kiri secara bergantian setiap 2 jam sekali.Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa pengaturan posisi yang diberikan selama 6 hari perawatan berpengaruh terhadap penurunan risiko luka tekan. Skala Braden meningkat dari hari pertama sampai dengan hari terahir yaitu 8,8,9,11,13,13 . Dari peningkatan Skala Braden tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaturan posisi dengan alih baring setiap dua 2 jam efektif untuk meningkatkan sirkulasi jaringan yang tertekan pada pasien stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas. Integritas kulit tetap terjaga, tidak ditemukan tanda-tanda kemerahan, udem dan adanya luka tekan. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi studi kasus pencegahan luka tekan pada pasien stroke yang kemudian dapat dikembangkan menjadi penelitian dan landasan pemberian intervensi pengaturan posisi pada pasien stroke.
Stroke with symptoms of physical weakness leads to disruption of mobilization. Immobilization makes patient difficult to perform activities to meet their daily needs. The inability to perform activity in long period increases the risk of pressure ulcer. Prevention of pressure ulcer can be performed by positioning arrangements in patient with ischemic stroke. This paper aimed to analyze nursing care in stroke patients and analyze the application of positioning in patient with stroke. Positioning is to set patient positioning into right sloping, supine and left slant alternately every 2 hours. The results indicated that setting the position given for 6 days of treatment affected the reduction of risk of bed sore. The Braden scale increased from the first day to the last day 8,8,9,11,13,13 . An increase inscore of Braden Scale implied that positioning in two 2 hours were effective to improve the circulation of depressed tissue in stroke patients with limb weakness. The integrity of the skin was maintained, there were no signs of redness, oedema and the presence of pressure sores. This paper is expected to be utilized as study case to prevent pressure ulcer in patients with stroke and may be developed into research and guideline of positioning in stroke patients. "
2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wardayani
"

 Stroke merupakan salah satu penyakit neurologis yang dapat menyebabkan kematian hingga kecacatan dan memiliki angka kejadian yang meningkat setiap tahun di dunia. Faktor risiko yang menyebabkan pasien menderita stroke yaitu merokok, hipertensi, dan tingginya kadar kolesterol. Pasien dirawat dengan diagnosa stroke iskemik onset hari ke tiga. Terdapat masalah keperawatan pada pasien diantaranya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik, dan risiko kerusakan integritas kulit. Penegakan diagnosa menyesuaikan kondisi pasien saat pengkajian dilakukan. Saat pengkajian, didapatkan data bahwa pasien berisiko mengalami luka tekan akibat tirah baring yang lama. Oleh karena itu pasien diberikan intervensi berupa back massage selama perawatan. Back massage merupakan gerakan pijat yang dilakukan di area punggung hingga bokong dengan tujuan untuk meningkatkan vaskularitas kulit. Pemberian back massage pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke iskemik selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 5 gerakan selama 15 – 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi menggunakan skala braden dan observasi kemerahan pada kulit. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa back massage efektif untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien stroke yang mengalami tirah baring. Terjadi peningkatan skala braden dari 14 atau risiko sedang mengalami luka tekan menjadi 15 atau risiko ringan mengalami luka tekan, kemudian kemerahan pada kulit sudah tidak ada. Pemberian intervensi ini juga aman dan efektif serta dapat dilakukan oleh keluarga secara mandiri. Implikasi karya ilmiah ini menunjukkan bahwa pemberian back massage pada pasien stroke dengan tirah baring perlu dilakukan dengan rutin dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melakukan back massage pada pasien.


Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. There are some risk factors in patient may be related to stroke; hypertension, hypercholesterolemia, and smokers. Patient with Ischemic stroke, on going to day 3. Nursing diagnosis in patient is ineffective cerebral tissue perfusion, impaired physical mobility, and risk for impaired tissue integrity. We can choose the diagnose by doing assessment in patient. Patient have a bed rest, so this condition may causes a pressure ulcer. Mean while, back massage is a movement carried out in the area of the back to the buttocks that aims to increase vascularity of the skin. Back massage in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 5 steps and duration about 15 until 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using braden scale and monitoring the redness on the skin. The result indicated that back massage was effective for preventing pressure ulcer in patient with stroke and bedrest. There was an increase in braden scale from 14 or middle risk to 15 or mild risk, and the redness of the skin has gone.Giving this intervention is also safe and effective and can be carried out independently by the family. The implication of this paper is that back massage should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for back massage implementation.

"
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nur Ridwan
"Pasien gagal ginjal terminal memiliki kualitas hidup cenderung rendah. Diperlukan kepatuhan terhadap rekomendasi diet serta mampu meredakan emosi negatif sebagai tanda penerimaan terhadap penyakit pada pasien gagal ginjal terminal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dan penerimaan penyakit dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang, melibatkan 114 pasien gagal ginjal terminal yang dipilih dengan teknik non-random consecutive sampling. Data kepatuhan diet diperoleh menggunakan Renal Adherence Behaviour Questionnaire, data penerimaan penyakit diperoleh menggunakan kuesioner Acceptance of Illness dan WHOQoL-BREF untuk mendapatkan data kualitas hidup. Analisa data menggunakan Pearson Correlation menunjukkan terdapat hubungan berpola positif dengan kekuatan sedang antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup p value.

Patients with end stage renal disease have a low quality of life. Required adherence to dietary recommendation and able to alleviate negative emotions as a sign acceptance of illness in patients with end stage renal disease. This study aims to determine the relationship between dietary adherence and acceptance of illness with quality of life of end stage renal failure patients undergoing hemodialysis. This study used cross sectional approach involving 114 ESRD patients selected using non random consecutive sampling technique. Dietary compliance data were obtained using Renal Adherence Behavior Questionnaire RABQ , acceptance of disease was obtained using the Acceptance of Illness Questionnaire AoI , and the WHO Quality of Life BREF to get quality of life data. The data were analyzed using Pearson correlation and showed significant moderate association between diet adherence and quality of life p value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maemunah
"ABSTRACT
Penatalaksanaan pencegahan dan manajemen mual muntah yang disebabkan kemoterapi menjadi bagian yang penting dari intervensi keperawatan pada pasien dengan keganasan pernafasan. Pengetahuan dan tindakan perawat tentang penatalaksanaan tersebut menjadi acuan bagaimana membantu pasien meningkatkan kenyamanan saat menjalani kemoterapi.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan tindakan perawat tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan metode cluster sampling yang melibatkan 102 perawat. Sampel penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang perawatan kemotrapi minimal kerja 1 tahun. Quesioner yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik perawat, kuesioner pengetahuan dan kuesioner tindakan tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan perawat pada rentang cukup sampai baik dan tindakan yang dilakukan perawat pada rentang kadang-kadang sampai sering tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Pengetahuan perawat yang sangat baik adalah tentang edukasi dan pengerahuan yang sangat kurang adalah pengkajian mual muntah. Tindakan perawat yang sering dilakukan adalah kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi dan tidakan yang kadang-kadang dilakukan adalah pemberian terapi non farmakologi. Peningkatan pengetahuan dan tindakan keperawatan perlu dilakukan melalui program pendidikan atau pelatihan yang berkelanjutan dan penempatan staf perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan metode observasi untuk mengetahui mengetahui secara langsung penatalaksaan yang dilakukan oleh perawat.

ABSTRACT
Prevention and management of chemotherapy induced nausea and vomiting becomes an important part of nursing intervention for patients with respiratory malignancy. The nurses 39 knowledge and nursing practice about the management become a reference in helping patients to improve comfort while undergoing chemotherapy. The purpose of this study is to identify the nurses 39 knowledge and practice in prevention and management chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. This research used cross sectional design with cluster random sampling method involved 102 nurses. The sample of this research was nurses in chemotherapy treatment ward at least have been work for one year. The instrument included nurse characteristic questionnaire, a questionnaire of knowledge and practice questionnaire about the management of chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. The results of this study illustrated that the knowledge of nurses was in the range of quite good, and the practice was in the range of sometimes until often, about the management of chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. The nurses knowledge was excellent in patient education and lack in assessment of nausea and vomiting. A frequent nurses intervention was collaboration in pharmacological therapy, and the non pharmacological therapy implemented occasionally. To maintain and improve nurses 39 knowledge and practice, it is necessary to promote continuous education or training, and placement of nursing staff according to their competencies. Further research is expected to use observation methods for describing the care management performed directly by nurse."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"Stroke merupakan penyakit neurologis yang kasusnya meningkat setiap tahun di dunia dan dapat menyebabkan kematian serta kecacatan. Keluhan yang muncul pada pasien stroke adalah kelemahan ekstremitas tubuh. Masalah kelemahan ekstremitas tubuh dapat diselesaikan dengan latihan kekuatan otot seperti menggunakan latihan Range of Motion ROM. Latihan ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. Latihan ROM pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 3x8 hitungan untuk masing-masing sendi dan durasi 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi dilakukan menggunakan manual muscle testing MMT dan penilaian Rentang Pergerakan Sendi RPS.
Hasil karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas. Terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas kanan pasien dari 0 tidak terdapat kontraksi otot menjadi 2 mampu menggerakkan tanpa melawan gravitasi pada persendian jari-jari tangan, dan dari 0 menjadi 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi pada persendian pergelangan tangan, siku dan bahu. Implikasi dari karya ilmiah ini menunjukkan bahwa latihan kekuatan otot pada pasien stroke penting untuk dilakukan dengan rutin pada pasien dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melatih ROM pada pasien.

Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. Patient with stroke generally complains about muscle weakness in extremities. Muscle weakness may be treated by muscle strength exercise such as Range of Motion ROM exercise. ROM exercise is a set of movements which is performed on part of the joint to promote muscle flexibility and strength. ROM exercises in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 3x8 moves on each joint and duration about 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using manual muscle testing MMT and assessment of Range of Joints Movement RPS.
The result indicated that ROM exercise was effective for increasing muscle strength in patient with stroke and muscle weakness in limbs. There was an increase in muscle strength in the right limb of patient from 0 no muscle contraction to 2 capable of moving without opposing gravity on the joints of the fingers, and from 0 to 1 no joint motion, but muscle contraction can be palpated on the joints of wrists, elbows and shoulders. The implication of this paper is that muscle strength training should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for ROM implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Melissa Oktofermina
"Perilaku Self Management merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pasien hemodialisis untuk mencegah risiko komplikasi akibat terapi hemodialisis dan meningkatkan stastus kesehatan hingga kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran karakteristik self management (komunikasi, kemitraan dengan pemberi layanan kesehatan, kepatuhan, aktivitas perawatan diri, efikasi diri) yang dilakukan oleh pasien hemodialisis di RS Hermina Daan Mogot dengan sampel 108 responden. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner manajemen diri untuk mengetahui gambaran perilaku self management pada pasien hemodialisis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan desain deskriptif sederhana. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat diperoleh bahwa sebanyak 47,2% responden memiliki perilaku self management yang baik. Memberikan informasi kesehatan, mendemonstrasikan, serta melibatkan pasien secara aktif mengenai aktivitas perilaku self management yang tepat dari tenaga kesehatan khususnya perawat, juga dukungan dari keluarga sangat perlu untuk dilakukan untuk membentuk perilaku self management yang baik pada pasien hemodialisis.

Self Management behavior is an effort that can be done by hemodialysis patients to prevent the risk of complications due to hemodialysis therapy and increase their health status and to the quality of life of hemodialysis patients as well. The purpose of this study was to provide an overview of the characteristics of self management (communication, partnership with health care providers, compliance, self-care activities, self-efficacy) that had been treated by hemodialysis patients at Hermina Daan Mogot Hospital with 108 respondents as a sample. This study used a self-management questionnaire to describe the behavior of self-management in hemodialysis patients. The study used a purposive sampling technique with a simple descriptive design. The results of the study were analyzed by univariate analysis and resulted 47.2% of respondents had good self-management behavior. Nurses provide health information, do demonstrations, and directly involve patients actively to aplly their appropriate management activities, also family support is a very necessary thing to do to establish good self-management behavior in hemodialysis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zulkarnaen Sababa
"Salah satu pengobatan kanker adalah dengan kemoterapi, namun selain memberikan banyak manfaat bagi penderita kanker, kemoterapi intravena memberikan masalah lain seperti ekstravasasi apabila perawat tidak mampu dalam melakukan manajemen kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi di Rumah Sakit khusus kanker wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional dengan jumlah responden 82 perawat. Kuisioner pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi digunakan untuk mengetahui pengetahuan perawat. Instrument dikembangkan oleh peneliti dengan hasil koefisen reprodusibilitasnya 0,903 dan koefisien skalabilitasnya 0,806 dan pengukuran realibitas menggunakan KR-21 dengan hasil 0,54. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi dalam ketegori baik sebanyak 75,6%, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4% dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil tentang pencegahan dan penatalaksanaan ekstravasasi ini dapat menjadi informasi dan dapat menjadi bentuk evaluasi terhadap pelaksanaan program pelatihan kemoterapi dengan materi mengenai ekstravasasi di Rumah Sakit, sehingga perawat yang bekerja di bagian onkologi mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara berkualitas. Penelitian berikutnya dapat mengevaluasi secara langsung sikap dan perilaku perawat mengenai pencegahan dan penatalakssanaan ekstravasasi.

One of  treatment for cancer is chemotherapy, but in addition to providing many benefits for cancer patients, intravenous chemotherapy provides other problems if nurses are unable to manage chemotherapy such as extravasation. This study aims to describe the nurses knowledge regarding extravasation in a cancer hospital in the South Jakarta area. This study was descriptive analytic using a cross sectional design with 82 respondents. The nurse knowledge questionnaire regarding extravasation is used to determine nurse knowledge. The instrument was developed by the researcher with the reproducibility coefficient of 0.903 and the scalability coefficient was 0.806 and the measurement of reliability used KR-21 with a result of 0.54. The results showed that the level of nurses knowledge about extravasation in good categories was 75.6%, the level of knowledge was as much as 24.4% and no respondents had a low level of knowledge. The results of prevention and management of extravasation can be information and can be a form of evaluation of the implementation of chemotherapy training programs with material on extravasation in hospitals, so that nurses working in the oncology department are able to provide quality nursing care to patients. Subsequent research can directly evaluate nurses attitudes and behaviors regarding prevention and treatment of extravasation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juang Arco Tangkas
"Pencegahan dan pengendalian infeksi TB (PPI TB) bertujuan untuk mengurangi penularan TB dalam melindungi petugas kesehatan, pengunjung serta pasien dari penularan TB di rumah sakit. Perlu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik PPI TB sehingga dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kompetensi dan praktik perawat dalam PPI TB agar dapat menjadi pemutus mata rantai penyebaran TB. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan meneliti korelasi antara pengetahuan dan sikap dengan praktik perawat dalam PPI TB. Responden pada penelitian ini adalah perawat di RSUD Pasar Minggu yang diambil dengan metode total sampling sejumlah 156 perawat, instrumen yang digunakan adalah kuesioner KAP TB dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square dengan signifikasi 0,05. Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan sikap (p value 0,049) dan ada hubungan pengetahuan dengan praktik (p value 0,012) namun tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik (p value 0,628). Hasil penelitian menunjukan sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik, dan hampir seluruh responden memiki nilai praktik yang baik.

TB infection prevention and control aims to reduce TB transmission in a population and protect health workers, visitors and patients from TB transmission in hospitals. It is necessary to know the relationship between knowledge and attitudes with the practice of PPI TB so that it can become a reference in improving the competence and practice of nurses in TB infection prevention and control and to break the chain of TB spread. This study used a cross sectional approach with the aim of examining the correlation between knowledge and attitudes with the practice of TB infection prevention and control PPI TB. Respondents in this study were nurses at Pasar Minggu Hospital who were taken with a total sampling method of 156 nurses, the instrument used was the KAP TB questionnaire with univariate and bivariate analysis using the chi square test with a significance of 0.05. The results of the bivariate test showed a relationship between attitude knowledge (p value 0.049) and knowledge with practice (p value 0.012) and there was no relationship between attitude and practice (p value 0.628). The results showed that most respondents had a good level of knowledge and attitude, and almost all respondents had the value of good practice."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buta Butar, Panca Oberti
"ABSTRAK
Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara serius. Tanda dan gejala stroke yang paling khas adalah hemiparese. Hemiparase yang terjadi akibat stroke akan berdampak pada berkurangnya otot-otot yang digunakan, khususnya bahu sehingga akan berpengaruh terhadap ROM. Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Positioning in Neutral yang telah terbukti meningkatkan pasif ROM dan rasa nyaman pada bahu. Metode yang diberikan adalah memberikan posisi terlentang dengan elevasi kepala 30â?°, jaga kepala dan leher tetap netral serta disokong bantal dan posisi miring pada sisi yang terkena hemiparese. Waktu pemberian posisi 2 jam dalam 5 hari namun sesuai dengan toleransi dan rasa nyaman yang klien rasakan saat pemberian posisi. Pasif ROM di evaluasi dengan menggunakan goniometer dan diinterpretasikan hasil dalam derajat yang mewakili amplitudo dari gerakan bersama dalam posisi netral. Pengukuran tambahan adalah menanyakan tingkat kenyamanan klien secara subjektif. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perubahan sebesar 2â?° pada rotasi eksternal bahu sedangkan pada fleksi bahu dan fleksi panggul tidak ada perubahan namun secara verbal klien mengalami peningkatan kenyamanan pada bahu dari sebelumnya mengeluh nyeri bahu. Penerapan Positioning in Neutral adalah aman dan bisa diterapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Saran yang diberikan adalah mengoptimalkan bahan pendukung penerapan Positioning in Neutral yang memerlukan bantal atau penopang yang cukup

ABSTRACT
Stroke is a health problem that requires serious treatment. The most typical signs and symptoms of stroke are hemiparese. Hemiparase that occurs due to a stroke will have an impact on the reduction of the muscles used, especially the shoulder so that it will affect ROM. This case study aims to evaluate the application of Positioning in Neutral which has been shown to increase passive ROM and comfort in the shoulder. The method given is to give a supine position with a head elevation of 30â?°, keep the head and neck neutral and support the pillow and tilt position on the side affected by hemiparese. Time of giving a 2 hour position in 5 days but according to the tolerance and comfort that the client feels when giving a position. Passive ROM is evaluated using a goniometer and interpreted results in degrees that represent the amplitude of the joint motion in a neutral position. An additional measurement is to ask the client's comfort level subjectively. The results obtained were a change of 2â?° on shoulder external rotation while in shoulder flexion and hip flexion there were no changes but verbally the client experienced increased shoulder comfort from previously complaining of shoulder pain. The application of Positioning in Neutral is safe and can be applied by nurses in the provision of nursing care. The advice given is to optimize the supporting material for the application of Positioning in Neutral which requires sufficient cushion or support
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>