Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reita Amelia
Abstrak :
ABSTRAK
Memasuki abad ke-21, perusahaan harus melakukan usaha-usaha proaktif di seluruh bidang dalam menghadapi risiko yang lebih tinggi, yaitu salah satunya adaiah persiapan di bidang keuangan, yang harus didukung oleh kekuatan struktur fmansial. Damodaran (1997) menyatakan rasio hutang mengiikur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan mengukur apakah hutang akan dibayar dengan lunas. Rasio hutang biasanya didefmisikan sebagai perbandingan antara total hutang dengan total kapital atau total modal. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stniktur modal. Kemudian untuk mengetahui apakah rasio hutang memiliki korelasi positif dengan tingkat pajak (tax) perusahaan, apakah rasio hutang memiliki korelasi negatif dengan koefisien variasi pada pendapatan operasi (cvoi) perusahaan, serta apakah rasio hutang memiliki korelasi positif dengan pretax returns (preturn) perusahaan. Model regresi linier yang digunakan dalam penelitian adaiah Rasio Hutang (DR) = f(TAX,PRETURN,CVOI). DR, sebagai proxy dari keputusan keuangan perusahaan, merupakan total hutang dibagi total aset. TAX merupakan rata-rata tingkat pajak yang digunakan dan perhitungannya adaiah 1 - (pendapatan setelah kena pajak/pendapatan sebelum kena pajak). PRETURN, sebagai proxy dari profitabilitas, merupakan laba operasi dibagi dengan total aset. CVOI, sebagai proxy dari risiko bisnis/risiko operasi, merupakan standar deviasi dari pendapatan operasi dibagi dengan rata-rata pendapatan operasi. Populasi dalam penelitian adaiah perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai tahim 1994-1996. Dari data BEJ 1997 tercatat 259 perusahaan dan data tersebut menjadi dasar untuk pengambilan sampel. Untuk menjawab permasalahan maka sampel yang digunakan adaiah perusahaan-perusahaan dalam populasi yang memiliki data lengkap mengenai total hutang, total aset, pendapatan sebelum kena pajak, pendapatan setelah kena pajak, laba operasi, pendapatan operasi. Untuk menghindari hasil penelitian yang bias maka industri fmansial dikeluarkan dari sampel penelitian. Hasil koefisien regresi dan koefisien korelasi dipengaruhi oleh data ekstrim (outlier) yang harus dikeluarkan juga dari sampei penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh data sebanyak 180 perusahaan yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel dan untuk dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian. Hipotesa penelitian mengenai TAX adaiah rasio hutang mempunyai korelasi positif dengan tingkat pajak perusahaan. Teori yang mendasari adalab teori Mogdiliani-Miller (MM) dengan pajak penisahaan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa TAX tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan DR. Hipotesa penelitian mengenai PRETURN adalah rasio hutang memiliki korelasi positif dengan pretax return perusahaan. Teori yang mendasari adalah teori bankruptcy cost. Hasil analisis statistiknya adalah PRETURN mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan dengan DR. Jika PRETURN penisahaan meningkat maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga semakin meningkat atau perusahaan akan semakin profitable sehingga perusahaan semakin agresif meluaskan usahanya, sehingga terdapat kecenderungan manajemen akan membiayai peluang investasinya dengan hutang. Hipotesa penelitian mengenai CVOI adalah rasio hutang mempunyai korelasi negatif dengan koefisien variasi pada pendapatan operasi. Teori yang mendasari adalah teori bankruptcy cost dengan variabel ukuran arus kas operasi perusahaan. Hasil analisis statistik nya adalah bahwa CVOI mempunyai hubungan dan pengaruh yang negatif atau signifikan dengan DR. Dapat dikatakan bahwa dalam hubungan antara keputusan keuangan dengan simiber pendanaan terhadap CVOI, jika risiko bisnis tinggi maka manajemen cenderung akan membiayai peluang investasinya tidak dengan hutang. Dengan perkataan lain bila perusahaan membutuhkan sumber pendanaan untuk investasinya maka jika dilihat bahwa CVOI cenderung menurunkan jumlah hutangnya.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kemampuan Beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba di Indonesia. Lebih lanjut penelitian ini akan membandingkan kemampuan beban pajak tangguhan dibandingkan dengan metode akrual yang selama ini digunakan sebagai pengukur manajemen laba. Berdasarkan penelitian Philips, Pincus, Rego (2003), pengukur manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan distribusi pendapatan. Hasil penelitian atas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BET dalam kurun waktu 1999 - 2002 menunjukkan terjadinya ketidaknormalan dalam distribusi laba, dimana jumlah perusahaan yang melaporkan laba kecil (small prafit firms) jumlahnya di atas ekspektasi, sementara perusahaan yang melaporkan kerugian kecil (small loss firms) jumlahnya di bawah ekspektasi. Dengan demikian small profit firms dianggap melakukan sebagai pengukur perusahaan yang melakukan manajemen laba yang lebih tinggi (dibandingkan small loss firms). Model Regresi Probit digunakan untuk menganalisa hubungan Behan pajak tangguhan dan Akrual dengan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk melewati earnings threshold. Variabel indepanden akrual diukur dengan menggunakan tiga model akrual, yaitu Total Accruals (Healy, 1985), Aloded Jones Model (1995) dan Forward Looking Model (Dechow, 2003). Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa Beban pajak tangguan dan ketiga model aknal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Artinya semakin besar nilai variabel Beban pajak tangguhan dan Akrual perusahaan, semakin besar probabilitas perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Dari tiga model yang digunakan dalam penelitian ini, variabel Beban pajak tangguhan memiliki signifikansi yang sama dengan model Total Akrual tetapi menunjukkan signifrkansi yang lebih tinggi dibandingkan kedua model Discretionary Accrual. Hal ini menunjukkan bahwa Beban pajak tangguhan dapat dijadikan alternatif terhadap model akrual dalam menjelaskan fenomena manajemen laba di sekitar earnings threshold. Selain melihat kemampuan Beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba yang dilakukan untuk menghindari pelaporan kerugian, penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat kemampuan Beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba secara umum. Pengujian dilakulan dengan melakukan regresi antara faktor-faktor yang menyebabkan manajemen laba dengan Beban pajak tangguhan dan Akrual. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi manajemen laba adalah ukuran (size) perusahaan, besarnya kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan (growth) dan besarnya hutang (debt) perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab manajemen laba ini tidak dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada Beban pajak tangguhan. Sementara faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan ketiga model akrual secara signifikan. Penemuan ini menunjukkan penggunaan beban pajak tangguhan sebagai pengukur manajemen laba secara umum masih diragukan.
This study is intended to investigate whether the Deferred Tax Expenses analysis can be employed to predict earnings management in Indonesia. Furthermore this research will compare the Deferred Tax Expenses method and the accrual method as the proxy of Earnings Management. Consistent with Phillips, Pincus and Rego's Research, earnings management proxy used in this study is based on earnings distribution approach. The result on listed companies at the TSX during 1999 - 2002 show abnormality in earnings distribution, whereas total small profit firms are above expectations, meanwhile total small loss firms are the opposite. Based on these finding, small profit firms are used as the proxy for earnings management firms (compared to small loss firms). Profit regression model is used to analyze the relation between Accrual and Deferred Tax Expenses with the probability of earnings management. The Accrual variable is measured using three accrual models: Total Accruals (Healy, 1985), Modified Jones Model (1995), and Forward Looking Model (Dechow, 2003). This study finds that Deferred Tax Expenses and the three accrual measures have positive and significant impacts on the probability of earnings management to avoid losses. This means the bigger the value of Accrual and Deferred Tax Expenses the bigger the probability of earnings management practices. Of the three models used, the Deferred Tax Expenses variable has similar significances compared to Total Accrual model and higher significances compared to the Discretionary Accrual models. This shown that Deferred Tax Expenses can be used as an alternative to Accrual Models in explaining the earnings management phenomena around the earnings threshold. Asides analyzing the use of Deferred Tax Expenses in predicting earnings management to avoid losses, this, study also focused on analyzing the capability of Deferred Tax Expenses as earnings management's proxy on general basis. Testing was done using regression between factors that affected earnings management with Accrual and Deferred Tax Expenses. Factors considered to affect earnings management are company size, external auditors, profitability, growth, and total debt. This study shows that these factors can't explain the variation of Deferred Tax Expenses. Meanwhile it can be used to explain the three-accrual models significantly. This finding suggests that the use of deferred tax expenses as a proxy in earnings management in general basis is still in doubt.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Fitriasari
Abstrak :
Salah satu komponen dari good corporate governance (GCG) adalah komite audit yang ada di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehubungan dengan pelaporan keuangan, anggota audit dituntut untuk secara aktif melakukan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal perusahaan serta memilikifinancial literacy sehingga dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari efektifitas komite audit, dimana efektivitasnya dilihat dari input dan proses, terhadap jenis manajemen laba yang dilakukan perusahaan, apakah bersifat efisien atau oportunistik. Efektivitas komite audit diukur dengan indeks komite audit hasil survei GCG yang dikembangkan oleh Arsjah (2005). Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari komponen aktivitas komite audit, rapat dengan pihak internal (fungsi SPI) dan eksternal (auditor) perusahaan, serta pengaruh dari financial literacy anggota komite-audit terhadap jenis manajemen laba perusahaan. Semakin efektif, aktif serta financial literate komite audit maka diharapkan dapat membuat manajemen laba menjadi lebih efisien. Hasil pengujian menemukan bahwa efektivitas komite audit dari sisi input dan proses temyata tidak membuat manajemen laba perusahaan menjadi lebih efisien. Jika dilihat dari komponennya, aktivitas rapat komite audit dengan fungsi SPI perusahaan tidak terbukti membuat manajemen laba perusahaan menjadi lebih efisien. Sedangkan aktivitas rapat komite audit dengan auditor eksternal dan financial literacy komite audit memberikan hasil yang tidak konklusif. Penelitian ini juga menggunakan indeks dewan komisaris dan indeks auditor eksternal hasil survei Arsjah (2005), selain persentase dewan komisaris dan ukuran auditor, untuk mengetahui pengaruh kualitas dewan komisaris dan auditor ekstemal terhadap jenis manajemen laba perusahaan. PeneIitian menemukan bahwa indeks dewan komisaris dan indeks auditor ekstemal cenderung lebih mampu membuat manajemen laba perusahaan menjadi lebih efisien dibandingkan dengan persentase dewan komisaris dan ukuran auditor eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa persentase dewan komisaris dan ukuran auditor memang kurang tepat digunakan sebagai proksi dad kualitas dewan komisaris dan kualitas audit.
Audit committee is one component of Good Corporate Governance ("GCG") which exists in the company. In running their task and function in connection with financial reporting the members of audit committee is required to communicate actively with internal and external parties and to have financial literacy in order to be able to increase the quality of company 's financial statement. This research is performed to find the effect of the audit committee 's effectiveness, in which the effectiveness is from the perspective of input and process, to the type of company's earning management, whether it is efficient or opportunistic. The audit committee 's effectiveness is measured by the audit committee index from GCG survey results which is developed by Arsjah (2005). In addition to finding the effect of the audit committee's effectiveness, this research is also performed to find the effect of components of audit committee's activity, its meeting with company's internal (SPI) and external auditor, and its financial literacy to the type of company's earning management. More effective, active and financial literate the audit committees are expected to be able to make the company's earning management more efficient. This research finds that the audit committee's effectiveness from the perspective of input and process is not able to make the company's earning management more efficient. If we see from the component of audit committee's activity, its meeting with SPI is not proved to make the company's earning management more efficient. Whilst the audit committee's meeting with external auditor and financial literacy have inconclusive results. This research is also using Board of Commissioners ("BOC") index and external auditor index from survey by Arsjah (2005), besides BOC's percentage and auditor 's size, to find the effect of BOC's quality and external auditor's quality to the type of company's earning management. This research finds that BOC index and external auditor index tend to make the company's earnings management more efficient than the BOC's percentage and auditor's size. It shows that the BOC's percentage and auditor's size is not appropriate to be used as a proxy of BOC's quality and audit quality.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
Abstrak :
Penelitian ini' bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) dan pengukuran kineija lainnya seperti Laba sebelum Pos Luar Biasa, Arus Kas Operasi dan Residual Income dalam menjelaskan variasi atas imbal hasil saham (stock return) di Indonesia. Penelitian ini sekaligus bertujuan untuk menguji klaim dari Stem Stewart yang menyatakan bahwa EVA mengungguli pengukuran kineija lainnya dalam asosiasinya terhadap imbal hasil saham. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komponen EVA dalam menjelaskan variasi pada imbal hasil saham. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pooled ordinary least square atau regresi dengan data panel terhadap 121 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun buku 2001 hingga 2003. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan relative information content yang melihat perbedaan pengaruh relatif masing-masing pengukuran secara individu dan incremental information content yang melihat pengaruh masing-masing pengukuran secara individu dan bersamaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara relative information content, EVA tidak mengungguli Laba sebelum Pos Luar Biasa dalam menjelaskan imbal hasil saham. Sedangkan secara incremental information content EVA tidak mengungguli Laba sebelum Pos Luar Biasa dan Arus Kas Operasi dalam menjelaskan imbal hasil saham. Hasil penelitian ini sekaligus membantah klaim dari Stem Stewart yang menyatakan bahwa EVA mengungguli pegukuran kinerja lainnya dalam asosiasinya terhadap imbal hasil saham, setidaknya di Indonesia. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari komponen EVA, hanya Akrual dan Arus Kas Operasi yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil saham. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian sebelurnnya bahwa Laba sebelum Pos Luar Biasa mengungguli kinerja lainnya dalam menjelaskan imbal hasil saham, karena komponen yang membentuk Laba adalah Arus Kas Operasi ditambah Akrual.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Sofyan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Azwar Karim
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Hunggara
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh tingkat undervaluation dan ketersediaan kas terhadap pelaksanaan kebijakan pembelian kembali saham dengan menggunakan data perusahaan terbuka Indonesia pada tahun 2009 ? 2015. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, tingkat undervaluation pada penelitian ini diukur berdasarkan residual dari regresi persamaan Ohlson (1995) yang dilakukan per periode dan secara panel. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tingkat undervaluation dan ketersediaan kas meningkatkan kemungkinan perusahaan melakukan pembelian kembali saham. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa ketersediaan kas memperkuat pengaruh tingkat undervaluation terhadap kemungkinan perusahaan melakukan pembelian kembali saham. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menghindari penggunaan langsung dari price to book ratio sebagai proksi terhadap tingkat undervaluation karena memiliki kesalahan dalam pengukuran. Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam strategi investasi dan pembuatan regulasi yang mendukung kebijakan pembelian kembali saham
ABSTRACT
This study investigates the effect of undervaluation and cash holdings on likelihood of share repurchase decision using Indonesian listed companies? data from 2009 ? 2015. Contrast to previous studies, this study measures the undervaluation using residual of Ohlson (1995) models based on yearly and panel regression. The result of this study shows that undervaluation and cash holding increase the likelihood of share repurchase decision. Furthermore, this study also found that cash holding strengthen the effect of undervaluation on likelihood of share repurchase decision. The study suggests that future research avoid direct application of price to book ratio as a measure of undervaluation since it contains measurement error. Finding of this research can be applied in investment strategies and developing condusive regulation for stock repurchase policy.
2016
S62915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unggul Cariawan
Abstrak :
Pembangunan jalan tol di Indonesia dimaksudkan untuk efisiensi transportasi sekaligus sebagai efisiensi dana APBN dalam rangka menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam Repelita Pemerintah selalu mencantumkan rencana program pembangunan jalan tol yang ingin dicapai sepanjang lima tahun mendatang. Berdasarkan evaluasi panjang jalan tol dibuka pada Pelita Keempat, Kelima dan Keenam masing masing hanya mencapai 86,8 %, 43,3 % dan 33,2 % dari target. Sejak tahun 1987 Pemerintah menetapkan kebijakan untuk melibatkan swasta dalam investasi jalan tol dengan sasaran semaksimal mungkin memanfaatkan dana swasta (masyarakat) serta sehemat mungkin menggunakan APBN. Kondisi ekonomi dan politik yang memang kondusif terhadap investasi telah mendorong Pemerintah untuk meningkatkan target pertumbuhan panjang jalan tol dengan meningkatkan jumlah program jalan tol. Status program pada tahun 1997 adalah konstruksi: 184,6 km, prakonstruksi: 1.365 km, proses penawaran: 485 km. Namun demikian pada kenyataannya pertumbuhan panjang jalan tol rata-rata dari tahun 1987 sampai 1998 hanya 28,2 km per tahun. Hasil proses investasi tersebut hanya 7,27 %. Suatu proses yang tidak efisien. Berkaitan dengan investasi jalan tol pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan sektoral seperti: studi kelayakan yang dapat dilaksanakan investor setelah ditunjuk oleh pemerintah, tidak memberikan kepastian kenaikan tarif tol, dan penyediaan lahan dengan menggunakan dana investo. Pada tahun 1997 mulai terjadi krisis moneter yang menyebabkan Pemerintah menunda sebagian besar proyek infrastruktur termasuk proyek jalan tol. Untuk mengetahui kombinasi kebijakan yang dapat menghasilkan pertumbuhan panjang jalan tol yang optimal maka pada penelitian ini dilakukan simulasi kebijakan investasi jalan tol. Mengingat perilaku parameter sistem yang dinamis serta kompleksitas permasalahan maka pemodelan dilakukan dengan pendekatan dinamik sistem. Simulasi model dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer. Untuk itu digunakan perangkat lunak Powersim. Simulasi Model Kebijakan Investasi Jalan Tol dengan menggunakan Dinamika Sistem Pemodelan dibangun atas dasar data historis investasi jalan tol sejak tahun 1987 sampai tahun 1998. Diagram simpal kausal dibangun berdasarkan kerangka konsep siklus proses investasi jalan tol. Setelah melalui proses validasi dan model anggap sahih maka model digunakan untuk simulasi uji kombinasi kebijakan. Berdasarkan hasil simulasi terhadap tiga skenario kebijakan maka diketahui bahwa kombinasi antara program jalan tol yang selektif yaitu prioritas pada proyek yang sudah layak, penyediaan lahan dengan kombinasi dana investor dan APBN, kepastian kenaikan tarif tol setiap 3 tahun telah memperlihatkan hasil pertumbuhan panjang jalan yang paling optimal sekaligus meningkatkan efisiensi proses investasi jalan tol.
Toll road development in Indonesia is intended for efficiency in transportation and National Budgeting in order to support economic growth. Repelita includes toll mad development program that wants to achieve in the next five years. Based on evaluation of toll road opened on Fourth, Fifth and Sixth Repelita, it is just reached 86,8%, 43,3% and 33,2% from target. Since 1987 the Government has introduced policy in the toll road investment in order to use private fund for saving in Government Budgeting. Due the national economic growth, the Government has improved the toll mad development by increasing the number of toll road program. By 1997, program status is as follow: construction: 184.6 km, pre-construction: 1.365 km, bid process: 485 km. However, from 1987 to 1998 the actual growth of length of toll road is 28.2 km per year in average. It is' only 7.27% from investment process. Related with toll road investment, the Government has policies such as feasibility study done by investor who appointed by the Government, uncertainty in toll rate adjustment and use investor's fund for land settlement. In the middle of 7997, monetary crisis was 'started to occur and cause the Government delayed a lot of infrastructure projects including toll road projects. To recognize the combination of policies that can affect on optimum toll road growth, the simulation of the combination of policies on toll road investment is done. Considering the dynamic behavior, non linter real system parameter and complexibility of the problem, the model was developed by system dynamic approach. In order to ease the simulation model, computer devices is used with Powersim software. The model is built based on historical data in toll road investment since 1987 to 1998. Causal loop diagram is made based on the frame of investment process cycle. After being validated, the model is used for the policy's test simulation with simulation time 2000-2070. Based on the model simulation on three scenarios of policy, it is known that the most optimum toll road growth came from the combination among selective toll road program, (the priority on feasible projects), use investor's fund and Government Budgeting for land settlement and periodic toll rate adjustment every three years.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Rizal Riyadi
Abstrak :
Merger dan Akuisisi (M&A) merupakan salah satu strategi pertumbuhan eksternal yang banyak diminati, tak kecuali pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. M&A terjadi antara lain karena dorongan ingin memaksimalisasi nilai perusahaan demi kepentingan pemegang saham. Teori maksimalisasi nilai menjelaskan bahwa akuisisi terjadi berlandaskan motivasi untuk memperoleh kekuatan pasar, ekonomi skala, jaminan kerjasama dan diversifikasi resiko keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat penciptaan nilai perusahaan, dimana nilai yang dimaksud dalam artian apakah ada atau tidak abnormal return disekitar pengumuman rencana M&A dan ada tidaknya transfer kapabilitas -melihat skor kebangkrutan- yaitu adanya transfer kemampuan menjalankan fungsi-fungsi pokok manajemen yang dapat mengurangi resiko keuangan atau kebangkrutan. Penelitian yang mengambil sampel perusahaan go publik pada Bursa Efek Jakarta sebanyak 11 perusahaan utama -yang melakukan merger dan akuisisi- serta 53 perusahaan kontrol, memberikan hasil bahwa tidak ada peningkatan skor kebangkrutan, malah sebaliknya yaitu menurunnya skor rata rata perusahaan pengakuisisi yang berarti tidak terdapat penciptaan nilai setelah melakukan M&A. Menurunnya skor ini diakibatkan menurunnya profitabilitas, efektivitas penggunaan aset dan meningkatnya hutang rata-rata perusahaan yang melakukan M&A. Hal yang sama terjadi pada rata-rata perusahaan kontrol. Meskipun ada respon pasar terhadap informasi rencana M&A dan terjadi imbal hasil positif pada hari 0 - unnanouncentment date- namun bukanlah hasil yang cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan M&A tidak meningkatkan kekayaan pemegang saham perusahaan pengakusisi sekitar tanggal pengumuman rencana M&A.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keterkaitan hubungan dalam pengambilan keputusan investasi, hutang dan dividen yang dilakukan oleh manajemen keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta. Jika pengambilan keputusan antara investasi, hutang dan dividen tersebut telah dilakukan dengan saling terintegrasi maka diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan sistem persamaan simultan dengan pooling data yaitu kombinasi dari time series dan cross section data. Adapun metode estimasinya adalah metode seemingly unrelated regression MIR), yang memiliki kelebihan yaitu diperhatikannya efek gangguan berupa korelasi antar gangguan yang berasal dari beberapa persamaan yang berbeda, disebut contemporaneous correlation, sehingga hasil estimasinya menjadi lebih efisien, terbaik dan tidak bias (Judge, 1988). Variabel instrumen yang digunakan dalam sistem persamaan simultan ini adalah profitabilitas (RGl), likuiditas (CR), pertumbuhan (GR) dan tingkat suku bunga hutang (Intr). Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta, sementara sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang cukup aktif dalam investasinya selama periode pengamatan, yaitu periode tahun 1990 - 1995, sejumlah 81 perusahaan. Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, Corporate Handbook : Indonesia serta Laporan JSX. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan terhadap ketiga hal tersebut masih cenderung dilakukan secara parsial atau kurang terintegrasi satu sama lain, kecuali pengambilan keputusan investasi yang telah dilakukan dengan memperhatikan keputusan tentang hutang yang akan ditariknya. Secara keseluruhan hasil estimasi menunjukkan bahwa Hubungan keterkaitan antara keputusan investasi dan hutang adalah positif dan bidirectional. menunjukkan adanya kecenderungan perusahaan untuk membiayai investasi yang dilakukan dengan mengadakan pembelanjaan hutang. Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan investasi dan dividen secara bidirectional, menunjukkan tidak adanya indikasi bahwa perusahaan cenderung mendanai investasinya dengan menggunakan retained earning, ada kemungkinan perusahaan lebih tertarik pada pembelanjaan eksternal seperti hutang. Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan hutang dan dividen secara bidirectional, sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan memang lebih tertarik mengandalkan hutang guna membelanjai investasinya meskipun sebenarnya cukup tersedia dana internal yang seharusnya tidak perlu dibagikan sebagai dividen jika memang terdapat peluang investasi yang menjanjikan. Dari hasil estimasi ini, dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa ada indikasi kecenderungan perusahaan untuk lebih mengandalkan pembelanjaan hutang guna membiayai investasinya dibandingkan pembelanjaan internalnya berupa laba ditahan. Ada kemungkinan hal ini dilakukan karena peluang investasi yang memang besar pada periode tersebut karena adanya beberapa deregulasi di bidang perekonomian yang dilakukan pemerintah, seperti PMA 100%, penghapusan Daftar Negatif Industri, dan sebagainya yang sangat menarik bagi investor. Juga adanya kemudahan dalam menarik pinjaman seperti yang dipraktekkan beberapa pengusaha yang menarik pinjaman dari bank yang berada dalam grupnya sendiri. Ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya jumlah sampel data yang digunakan serta terbatasnya jumlah variabel instrumen yang digunakan. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dalam hal data maupun variabel instrumennya sehingga akan lebih merepresentasikan kompleksitas masalah manajemen keuangan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>