Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tengku Ezni Balqiah
Abstrak :
PT. Pelita Air Service (PAS) yang berdiri pada tahun 1970, awalnya bergerak pada industri penerbangan carter yang melayani PERTAMINA, pada tahun 1991 mulai mengarah profit oriented dengan menjadi perusahaan angkutan udara borongan (air charter). Pada awal tahun 2000, perusahaan ini mulai melakukan proses perijinan untuk bergerak di penerbangan berjadwal. Sejak 25 Agustus 2000, PAS menawarkan rute penerbangan Jakarta-Yogya-Jakarta dengan menghadirkan konsep nuansa Yogya untuk membungkus program pemasaran dan pelayanan. Penerbangan Jakarta-Yogya dinamakan Malioboro Weekend Flight, yang diyakini manajemen PAS sebagai diferensiasi layanan dengan memberikan sentuhan keunikan yang dapat mengetuk pasar. Apa yang dilakukan PAS ini merupakan penerapan dan Pemasaran Eskperensial (Experiential Marketing), yaitu dengan memberikan pengalaman (experience) kepada penumpang sebagai upaya untuk menarik penumpang menggunakan jasa PAS untuk jalur penerbangan Jakarta-Yogya bahkan memotivasi penumpang untuk melakukan penggunaan ulang (repeat buying). Akan tetapi dengan durasi penerbangan yang hanya 40 menit pada jalur Jakarta-Yogya dan keterbatasan armada pesawat yang dimiliki untuk melayani Elite penerbangan berjadwal ini, membuat PAS kesulitan untuk menghadirkan nuansa Yogya melalui suasana ruangan (spatial environment), yaitu dekorasi di dalam pesawat yang bernuansa Yogya dengan menghadirkan gambar keraton serta musik campursari di dalam pesawat. Mulai bulan Februari 2001, PAS menghentikan iklan Malioboro Weekend Flight, karena konsep ini dirasakan sudah tidak dapat didukung lagi oleh aspek teknis pelaksanaannya dilapangan. Untuk selanjutnya PAS tetap menawarkan petualangan udara (air venture) dengan lebih menekankan kepada pelayanan yang diberikan awak kabin kepada penumpang selama penerbangan berlangsung. Selain itu untuk memberi sensasi kejutan dan lebih memotivasi penumpang melakukan penggunaan ulang, PAS melakukan undian bagi penumpang Jakarta - Yogya atau sebaliknya yang disebut dengan Unique Game Venture, yaitu undian dengan hadiah potongan harga bahkan tiket gratis untuk penerbangan selanjutnya dengan PAS pada penerbangan selanjutnya. Permasalahan yang diuji dalam penelitian ini adalah mengukur afeksi penumpang yang ditimbulkan oleh konsep petualangan di udara (air venture) yang tawarkan PAS pada penumpang jalur Jakarta-Yogya-Jakarta pada saat mempergunakan jasa (in flight) dan bagaimana pengaruh afeksi tersebut terhadap kepuasan yang dirasakan penumpang, penggunaan ulang, serta perilaku keluhan. Secara lebih terperinci tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Mengungkapkan afeksi yang yang muncul pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya. 2. Mengungkapkan kepuasan pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya. 3. Mengetahui pengaruh kepuasan terhadap penggunaan ulang dan perilaku keluhan. Afeksi yang diukur adalah arousal, afeksi positif, dan afeksi negatif yang diukur dengan menggunakan 13 indikator (variabel teramati), kepuasan diukur dengan menggunakan 3 indikator, penggunaan ulang diukur dengan 2 indikator, dan perilaku keluhan diukur dengan 2 indikator. Selain afeksi, Oliver (1994) menyatakan bahwa kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi juga mempengaruhi kepuasan. Maka demikian perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi. Kinerja diukur dengan 8 variabel teramati, kualitas diukur dengan 3 indikator, dan diskonfirmasi diukur dengan 3 indikator. Terdapat 34 indikator variabel dalam penelitian ini yang dituangkan dalam bentuk kuesioner yang dibagikan kepada respoenden, yaitu penumpang pesawat Pelita rute Jakarta-Yogya-Jakarta. Pengolahan data dilakukan dengan metoda SEM mengingat Structural Equation Modeling (SEM) menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan secara bersamaan (seketika). lni sangat bermanfaat bila satu variabel terikat akan menjadi variabel bebas pada hubungan saling ketergantungan berikutnya. Suatu set hubungan ini, setiap variabel bebas dan terikat, merupakan dasar Structural Equation Modeling. Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut : 1. Afeksi negatif dengan arousal dan kinerja 2. Afeksi positif dengan arousal dan kinerj a 3. Kualitas dengan kinerja 4. Kepuasan dengan afeksi negatif, kualitas, dan diskonfirmasi 5. Penggunaan ulang dengan kepuasan 6. Perilaku keluhan dengan kepuasan Hasil pengolahan juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan yaitu : 1. Kepuasan dengan afeksi positif dan kinerja 2. Perilaku keluhan dengan afeksi negatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian dari model Oliver (1994) dan apa yang disampaikan Day (1984) tidak terbukti. Oliver (1994) menyatakan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari afeksi positif, afeksi negatif, kualitas, kinerja, dan diskonfirmasi, sedangkan Day (1984) menjelaskan bahwa sumber utama perilaku keluhan sebenarnya bukan pada ketidakpuasan tetapi kepada emosi negatif yang rnuncul sebagai akibat ketidaksesuaian dengan hasil yang diperoleh dari mengkonsurnsi produk / jasa.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrizal
Abstrak :
Aktivitas pengembangan teknologi komputer personal telah berlangsung dengan pesat akhir-akhir ini. Dalam waktu yang tidak terlalu lama telah berhasil diluncurkan beberapa generasi komputer personal mulai dari non Pentium hingga Pentium I, II, III, IV. Seiring dengan kemajuan teknologi komputer personal, telah terjadi penambahan atribut-atribut baru atau pengembangan atribut yang sudah ada yang dapat meningkatkan kemampuan atau kegunaan komputer personal tersebut. Saat ini komputer personal tidak hanya dapat berfungsi sebagai alat pengolah dan penyimpan data tetapi juga dapat berfungsi sebagai pusat hiburan keluarga. Perkembangan atribut atau manfaat komputer personal yang berlangsung begitu cepat telah mengundang minat penulis untuk mengetahui, sejauh mana relevansi dari penambahan atribut atau manfaat itu dengan keinginan dan kebutuhan konsumen yang ada di pasar. Sehubungan dengan hal itu penulis ingin mengetahui secara lebih jauh bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut-atribut komputer personal yang ada saat ini. Untuk itu penulis mencoba mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. Atribut manakah yang dianggap paling penting oleh konsumen dalam memilih komputer personal? Apakah ada perbedaan preferensi konsumen antara komputer personal merek luar negeri dengan komputer personal merek dalam negeri? Bagaimanakah tingkat kepentingan relatif atribut-atribut komputer personal bagi konsumen? Adakah kemungkinan untuk mengelompokkan konsumen berdasarkan kemiripan preferensi mereka?. Untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas penulis telah melakukan penelitian tentang preferensi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (FE UA) terhadap komputer personal dengan menggunakan teknik analisis konjoin. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa atribut komputer personal seperti merek, harga, garansi, harddisk, memori dan multimedia yang masing-masingnya memiliki beberapa tingkatan tertentu. Dan hasil analisis konjoin ini diperoleh dua informasi penting yaitu: tingkat kepentingan relatif atribut dan nilai utilitas (part-worth) dari setiap tingkatan atribut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa atribut merek, harga, garansi, memori, dan multimedia mempengaruhi preferensi mahasiswa terhadap komputer personal secara signifikan. Sementara itu harddisk tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam preferensi mahasiswa terhadap komputer personal. Mahasiswa lebih menyukai komputer personal merek luar negeri dibanding komputer personal merek lokal. Tingkat kepentingan relatif atribut komputer personal relatif lama bagi mahasiswa baik berdasarkan jenis kelamin maupun berdasarkan lama waktu penggunaan komputer personal. Berdasarkan analisis kluster ditemui adanya empat kelompok mahasiswa dengan preferensi sebagai berikut: dua kelompok mementingkan multimedia, satu kelompok mementingkan harga, dan satu kelompok memiliki preferensi yang moderat terhadap harga dan multimedia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T7655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyadi
Abstrak :
Propinsi Kalimantan Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia Timur. Kalimanatan Barat merupakan satu-satunya propinsi di Indonesia yang secara resmi telah mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar ke/dari negara asing tersebut. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalimantan Barat dan Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara. Dengan posisi tersebut tentunya akan membawa dampak/implikasi terhadap kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan Barat pada umumnya dan khususnya di Kotamadya Pontianak. Adanya jalan raya yang menghubungkan kedua wilayah tersebut, maka arus produk dan jasa menjadi lebih lancar. Tentunya hal ini membuat masyarakat Kotamadya Pontianak cukup mengenali dan bahkan menyenangi produk-produk dari Malaysia. Dalam penelitian ini mengambil obyek minuman ringan merek Coca-Cola, yang sebenarnya merupakan produk global yang tentunya dikemas dan dipasarkan secara sama. Namun berdasarkan hasil observasi ternyata Coca-Cola buatan Malaysia mempunyai image yang lebih baik dibandingkan dengan Coca-Cola buatan Indonesia. Dalam pemasaran global dikenal suatu istilah "country-of-origin" atau lebih popular dengan istilah "made in....", yang menerangkan tempat di mana suatu produk berasal atau diproduksi. Banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa Main "country-of-origin" suatu produk dapat mempengaruhi image atau bahkan penilaian konsumen terhadap suatu produk. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah image positif yang dimiliki oleh Coca-Cola buatan Malaysia lebih dikarenakan dampak dari klaim "country-of origin" yang berupa halo efek ataukah rasa (taste) dari Coca-Cola buatan Malaysia memang lebih dengan selera konsumen di Kotamadya Pontianak. Dari hasil taste test dengan metode blind test yang dilakukan ternyata image tersebut lebih dikarenakan oleh halo efek dari "country-of-origin" yang terutama menimpa konsumen golongan umur yang lebih rendah (muda) sedangkan untuk konsumen dengan golongan umur yang lebih tinggi terdapat kecenderungan memang lebih menyukai Coca-Cola buatan Malaysia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olga A. Adjiputro
Abstrak :
ABSTRAK
PT OW adalah salah satu produsen keramik Indonesia dengan pola manajemen yang bercirikan kekeluargaan. Produk yang dihasilkan adalah ubin/dinding keramik bermerek dengan ukuran dan variasi warna serta motif yang menarik.

Selain dipasarkan di Indonesia, produk PT OW juga dipasarkan ke beberapa negara lain, meskipun dalam jumlah relatif kecil bila dibandingkan dengan pemasaran di dalam negeri. Masalah yang dihadapi oleh PT OW adalah menurunnya pangsa pasar didalam negeri, yang disebabkan oleh kualitas produk, struktur organisasi dan kinerja finansiil perusahaan yang kurang baik.

Untuk menghindari masalah yang ada, harus segera dibentuk pola manajemen profesional.

PT OW pernah menduduki pangsa pasar terbesar pada tahun 1986, namun sekarang kedudukannya telah tergeser oleh produsen ubin/dinding keramik lain.Penurunan pangsa pasar ini antara lain disebabkan oleh banyaknya produsen baru serta perluasan produksi oleh produsen lama.

Kebijakan uang ketat yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1991, berpengaruh pada sektor bangunan dan konstruksi yang merupakan konsumen ubin/dinding keramik.

Hal ini menyebabkan penawaran lebih besar dari permintaan. Maka PT OW berusaha untuk meningkatkan volume penjualan produknya ke manca negara yang semula hanya 5% menjadi 40 % dari total penjualan. Berarti PT OW harus memiliki strateji bersaing untuk menghadapi pasar global. Pesaing terberat adalah produsen dari Italia, Spanyol dan Thailand.

Tekad untuk meningkatkan volume penjualan produk dipasar global harus diimbangi dengan perbaikan dalam segala hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Dengan mempelajari beberapa teori bisnis/perdagangan internasional, maka dilakukan beberapa analisis guna pengambilan keputusan untuk membentuk strateji bersaing PT OW dalam era globalisasi pasar. Metode analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis lingkungan makro, analisis industri keramik dan analisis pasar.

Sesuai analisis lingkungan makro, PT OW harus berani menghadapi faktor ekonomi, sosial politik, teknologi,budaya dan demografi dari suatu negara yang mungkin akan menghambat pemasaran produknya. Strateji menerobos masuk kepasar internasional dilakukan melalui ekspor langsung.

Melalui analisis industri keramik, PT OW harus mampu menciptakan desain yang menarik dengan ukuran dan kualitas yang baik, sesuai dengan kecenderungan kebutuhan konsumen diluar negeri. Hal ini harus juga disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya perusahaan yang ada.

Dengan mengobservasi analisis pasar, diketahui bahwa impor keramik negara OECD cukup besar. Selain itu, Hong Kong dengan "New Territory" nya akan membutuhkan banyak ubin/dinding keramik. Produk PT OW dapat bersaing dengan produk China karena PT OW mampu melayani berbagai pesanan khusus.

Pada akhimya, strateji bersaing PT OW dalam era globalisasi pasar ,dengan menggunakan keunggulan komparatif serta pelayanan yang baik, akan memungkinkan peningkatan volume penjualan produknya dipasar global.

Dalam melakukan strateji bersaing global yang market driven, sebaiknya PT OW menentukan : - Arena yaitu pemilihan pasar sasaran khususnya di negara maju OECD, Australia, Hongkong dan Singapura. Ø Sasaran segmentasi produk : Ø Kualitas I : 30 - 40 % untuk ekspor sisanya untuk konsumsi lokal Ø Kualitas II : untuk konsumsi kota besar dan kota kecil Ø Kualitas III : dipasarkan dipedesaan. - Manfaat : Ø PT OW sebaiknya membuat program yang berfungsi untuk memberikan kombinasi. - kualitas produk yang lebih baik - pelayanan lebih cepat dan memuaskan - menjalin hubungan baik dengan konsumen tujuan. - Akses : Ø Saluran distribusi diperluas sehingga produk dapat lebih dikenal di pasar global. - Kegiatan : Ø Dalam menentukan kegiatan sebaiknya PT OW membentuk suatu manajemen yang profesional dan penggunaan sumber dana yang lebih efisien dan efektif. Dan sebaiknya mempertimbangkan pembentukan aliansi industri keramik baik secara global maupun domestik untuk memasuki pasar baru.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Taqwa Fitriani
Abstrak :
Perang tarif merupakan fenomena yang sedang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia. Para maskapai penerbangan berlomba menawarkan tarif semurahmurahnya pada konsumen jasa penerbangan untuk berbagai rute. Dalam suasana persaingan seperti itu, full-service airline seperti Garuda Indonesia pun harus mempertajam kemampuannya mengelola biaya agar dapat memberikan layanan terbaik kepada penumpang. Namun, harga bukan satu-satunya alat yang dapat dijadikan untuk tetap kompetitif. Penerapan pemasaran relasional dapat menjadi salah satu cara bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Hal ini didukung oleh sifat industri penerbangan yang pada dasarnya merupakan bagian dari industri jasa. Industri jasa memiliki kesempatan lebih besar dalam membangun hubungan relasional dengan pelanggannya karena mereka secara fisik dapat lebih dekat dengan pelanggan sehingga memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berinteraksi. Dalam menjalankan strategi ini, aspek utama yang diperhatikan adalah pembinaan ataupun peningkatan hubungan relasional antara perusahaan dengan pelanggan. Penelitian ini memfokuskan pada analisis pengaruh tiga taktik pemasaran relasional (direct mail, preferential treatment dan interpersonal communication) terhadap persepsi investasi relasional yaitu suatu persepsi yang dimiliki pelanggan mengenai sejauh mana suatu perusahaan berinvestasi ke dalam hubungan relasional antara perusahaan dengan pelanggan. Kemudian, analisis juga dilakukan terhadap pengaruh persepsi investasi relasional tersebut terhadap kualitas relasional yang pada akhirnya mempengaruhi loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan semua konstruk memberikan pengaruh yang positif yang berarti bahwa peningkatan pelaksanaan taktik-taktik pemasaran relasional akan meningkatkan persepsi investasi relasional sehingga kualitas relasional yang dirasakan pelanggan meningkat dan pelanggan menjadi lebih loyal. Di antara ketiga taktik pemasaran relasional yang diteliti, pengaruh preferential treatment paling besar sehingga Garuda Indonesia sebaiknya memperhatikan perlakuannya terhadap para anggota Garuda Frequent Flyer. Para anggota Garuda Frequent Flyer harus benar-benar merasakan mendapatkan manfaat dengan menjadi anggota dibandingkan dengan tidak menjadi anggota Garuda Frequent Flyer.
The current situation of Indonesia's airline industry is the price war phenomenon. Many airlines are competing to give the lowest possible price for various routes. This puts pressure especially on full-service airlines such as Garuda Indonesia. They are demanded to be able to manage their costs in order to give the best possible service to the customer. However, price is not the only factor that can be played with when searching for a competitive edge. Implementation of relationship marketing can be one way to gain a competitive advantage. This is especially true in the airline industry (which is essentially part of the service industry) where the companies in this industry have the advantage of actually interacting with the customer. Hence, they are in a better position to detect customer's responses and attitudes. In implementing relationship marketing, the main focus is to build, maintain and increase the valuable relationship between the company and the customer. This research investigates the impact of three relationship marketing tactics (direct mail, preferential treatment and interpersonal communication) on consumer perceptions of a company's relationship investment, which is known as the term perceived relationship investment. This research is also intended to demonstrate the affect of perceived relationship investment on relationship quality and ultimately on loyalty. The result is the conclusion that relationship-marketing tactics play a positive role in affecting perceived relationship investment. This means that an increase in the implementation of relationship marketing tactics will lead to an increase of perceived relationship investment. A positive path is also found between perceived relationship investment and relationship quality, and also from relationship quality to loyalty. This implies that it pays off to invest in consumer relationships because it results in increased loyalty. Of the three relationships marketing tactics that have been researched, preferential treatment proved to be the dominant determinant of perceived relationship investment. Therefore, Garuda Indonesia should pay extra attention to this. Members of Garuda Frequent Flyer (GFF) must be able to see and feel the benefits of being a member of GFF instead of not joining GFF.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Syabandi Ismayadi; Handy Starman
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan peraturan deregulasi yang bertujuan lebih mengga lakkan perdagangan luar negeri di sektor non migas, PT. Moya Zamzami Utama (MZU) ikut berpartisipasi dalam kegiatan mengekspor sebesar 65 % hasil produksinya yakni air mineral ke beberapa negara tujuan antara lain : Australia, Timur tengah, Malaysia, , Sirigapura dan lain sebagainya. Prospek ekspor cukup bagus karena diimbangi dengan banyaknya permin taan luar negeri terhadap air mineral termasuk Singapura.

Dalam memasuki pasaran internasional PT MZU mempunyai beberapa kebijaksanaan pemasaran yang cukup dapat diandalkan baik menyangkut mutu produk yang baik maupun penetapan harga, namun masih menghadapi kendala dengan adanya per saingan yang cukup tinggi dalam segmen pasar termasuk Singa pura antara lain pada saluran distribusi yang digunakan dalam memasarkan produk dan sarana maupun prasarana yang tersedia untuk menunjang aktivitas tersebut.

Oleh karena itu kami sebagai penulis tertarik untuk menelaah dengan, menganalisis situasi eksternal, internal, strateji alternatif dan pemilihan cara terobosan melalui penulisan Karya akhir. Dengan memanfaatkan sarana dan prasa rana yang dapat menunjang aktivitas pemasaran internasional tersebut, PT. MZU dapat mengantisipasi permintaan pasar Singapura.

Dalam melakukan penulisan karya akhir ini digunakan kerangka yang menganalisis pasar eksternal, internal perusa haan, serta faktor?faktor yang digunakan untuk memilih cara terobosan yang efektif.

Industri air mineral di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir tumbuh dengan pesat dan meningkatkan kapasitas produksi dengan ekspansi melalui pendirian pabrik pabrik baru. Realisasi eskpor PT. MZU sebagai salah satu produsen air mineral di Indonesia berfluktuasi, tergantung pada kondisi perekonomian dunia dan banyaknya memenuhi permintaaan pasar di negara-negara Timur tengah melalui rumah degang (trading house) di Singapura.

Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh PT MZU adalah ekspor tidak langsung berdasarkan pesanan dalam jumlah tertentu dengan negara tujuan ekspornya adalah Singapura. Pasar sasaran ini dipilih berlandaskan pada karakteristik pasar Singapura yang merupakan negara dengan luas relatif kecil, tingkat bunga simpanan relatif tinggi dan tingginya inves tasi asing serta memiliki pelabuhan persinggahan yang baik dengan dukungan perekonomian nasional yang terus meningkat. Perdagangan internasional di Singapura juga diperkuat oleh banyaknya rumah dagang yang berfungsi sebagai perantara pemasaran. Nilai ekspor Singapura sebagian besar merupakan hasil dari kegiatan mengekspor kembali (re-ekspor) dan produk?produk yang sebelumnva di impor dan negara lain. Dalam hal Perdagangan air mineral dunia, Singapura memiliki nilai dan volume impor yang lebih besar dan nilai dan volume ekspornya, karena keadaan terbatasnya sumber daya. air yang dimiliki bila dibandingkan dengan negara?negara lain. Maka dengan metode Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) yang memperoleh hasil daur hidup produk air mineral di Singapura berada pada tahap pengenalan produk.

Dalam melakukan analisis terhadap suatu cara terobosan yang efektif dilakukan analisis tentang potensi penjualan pasar sasaran, infrastruktur pemasaran, pertumbuhan ekonomi, resiko politik negara sasaran, dan analisis terhadap adapta si produk serta komitmen manajemen perusahaan. Dari hasil analisis dalam kasus produk air mineral PT. MZU di Singapu ra, ternyata strateji terobosan yang selama ini dilakukannya adalah melalui ekspor tidak langsung. Untuk selanjutnya, kegiatan ekspor langsung seyogyanya dilakukan oleh PT. MZU karena memiliki manfaat antara lain :

? Mampu mengontrol sebagian /seluruh perencanaan pemasaran internasional.

? Konsentrasi baik terhadap upaya pemasaran.

? Memperoleh informasi yang cepat dan pasar Singapura serta umpan balik (feed back) untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

;
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harjanti
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai salah satu merek yang dipasarkan oleh perusahaan kosmetika PT Bunga, Kosmetika Lily menunjukkan kinerja yang terus menurunn, bahkan sudah mulai merugi.

Untuk mengatasinya, strategi pemasaran yang disarankan adalah berdasarkan strategi pemasaran terpadu, yang dimulai dengan identifikasí kesempatan pemasaran yang dipunyai kosmetika Lily, melalui serangkaian analisis terhadap sumber daya perusahaan, pesaing, pasar, dan pelanggan. Kemudian hal itu dikembangkan secara sinergis menjadi serangkaian strategi yang membentuk suatu sistem pemasaran yang berkesinambungan.

Berdasarkan identifikasi kesempatan pemasaran, diketahui bahwa kosmetika Lily masih mempunyal kesempatan untuk lebih berkembang lagi, sekalipun persaingan cukup ketat dan perkembangan permintaan terhadap kosmetika di Indonesia hanya 4,16%, bahkan untuk sediaan yang dijual kosmetika Lily ha.mpir tídak berkembang.

Untuk itu, sesuai dengan struktur industrinya yang cenderung bersifat persaingan monopolistik, kosmetika Lily mesti menggunakan kunci sukses pemasaran kosmetika, yaitu diferensiasi dengan positioning jelas dan tepat serta promosi atau komunikasi tentang positioning yang dipilih dengan jitu dan agresif

Strategi pengembangan produk merupakan langkah pertama yang mutlak dilakukan oleh kosmetika Lily, termasuk repositioning produk, terutama mengingat bahwa produk-produknya bersifat me too.

Adapun repositioning kosmetika Lily harus bersifat unik dan menunjukkan diferensiasi yang jelas ketimbang para pesaingnya. Sedangkan diferensiasi yang dipilih adalah diferensiasi produk. Dalam hal ini disarankan agar kosmetika Lily mengambil ceruk pasar kosmetika modern yang masih kosong, yaitu segmen kosmetika antialergi, sehingga positioning baru kosmetika Lily adalah kosmetika yang aman bagi setiap jenis kulit. Di samping itu, Iangkah tersebut juga untuk menghindarkan pertarungan langsung dengan para pesaing utama, mengingat perbedaan posisi dan pangsa pasar yang sangat jauh.

Langkah kunci sukses berikutnya adalah promosi yang agresif dan terpadu antara above dan below the line, yaitu berupa pemasangan iklan di televisi dan consumer beauty class & demo, publikasi melalui para pakar (dokter kulit), untuk mengkomunikasikan diferensiasi tersebut di atas.

Melihat posisi harga dan kekuatan distributor kosmetika Lily, maka untuk strategi pertumbuhan intensif selanjutnya diarahkan kepada penjualan massal (tidak eksklusif di counter BA saja seperti sekarang), yaitu berupa penetrasi pasar ke toko toko kosmetika dan kelontong. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan perluasan pasar ke manca negara, dengan mulai melakukan langkah-langkah berorientasi ekspor.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syariful Helmi S
Abstrak :
Ringkasan Eksekutif


Pengelolaan HTI sebagai salah satu sumber daya hutan yang menghasilkan bahan baku untuk industri harus mengacu pada kebijaksanaan pengelolaan hutan sebagai komponen lingkungan hidup, diharapkan terpadu dengan kebijaksanaan pembangunan sektor kehutanan. Industri hasil hutan harus mengoptimalkan pola produksi yang menghasilkan nilai tambah besar namun tetap mempertahankan aspek pengelolaan lingkungan hidup dengan diterapkannya eco-labelling.

Suatu HTI akan mempunyai kelayakan untuk dibangun dan diusahakan apabila jelas urgensi dan prospeknya. Oleh karena itu, keberhasilan program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Nasional berperan sangat strategis dalam upaya menjamin kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan, khususnya industri pulp dan kertas di masa mendatang.

Kajian kelayakan pembangunan pabrik pulp terintegrasi dengan HTInya yang direncanakan oleh perusahaan kehutanan PT XYZ bekerjasama dengan BUMN Kehutanan berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dapat dikatakan layak dan dapat juga dikatakan tidak layak apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda terhadap parameter yang dikaji.

Apabila dikaji hanya dari faktor finansial maka pembangunan dan pengusahaan HTI dengan harga jual kayu HPH sebesar USD 22,7/m3 dan kayu HTI sebesar USD 20,9/m3 tidak dilayak diimplementasikan, karena nilai NPV pada discount rate biaya dana proyeknya (cost of capital) bernilai negatif. Besarnya biaya dana pembangunan HTI adalah 11,07 persen, dimana nilai NPV pada discount rate 11 persen adalah sebesar 1.768,6 juta, dan nilai NPV pada discount rate 12 persen sebesar 2.701,8 juta. Selain itu, nilai IRR proyek (10,65%) lebih kecil dari biaya dananya (11,07%) sehingga disimpulkan pembangunan dan pengusahaan HTI ini tidak layak apabila akan dilaksanakan.

Namun, mengingat adanya ketentuan apabila perusahaan baru akan mendirikan pabrik pulp harus terintegrasi dengan Hutan Tanaman Industri yang merupakan syarat perijinan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, serta dengan tujuan agar pabrik dalam proses produksinya tidak menghadapi masalah pasokan bahan baku maka pembangunan dan pengusahaan HTI ini mutlak diperlukan.

Pertimbangan lain, adalah karena akan diterapkannya era labelling terhadap seluruh produk yang berbahan baku dari alam pada tahun 2000 nanti maka untuk mengantisipasi persyaratan tersebut, perusahaan yang akan mendirikan pabrik pulp oleh Departemen Kehutanan diwajibkan memiliki HPH dan HTI sebagai sumber pasokan bahan baku produksinya.

Kajian pembangunan dan pengusahaan HTI ini akan layak secara finansial apabila harga jual kayu minimal sebesar USD 25/m3 baik (untuk kayu HPH maupun kayu HTI. Harga jual kayu ini merupakan harga ketetapan yang diberikan oleh PT XYZ (pabrik) kepada PT SHS (perusahaan pengelola HTI) apabila pasokan kayu yang dihasilkan oleh PT SHS bersumber dari HTI yang dikelola berkesinambungan sebagaimana yang disepakati oleh kedua perusahaan yang bernaung di bawah group usaha yang sama.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadjedi Affandi
Abstrak :
PT Sri Jaya Pusaka adalah perusahaan yang meraasarkan peralatan penanganan pencemaran perairan yang disebabkan karena tumpahan minyak dengan merk Slickbar di Indonesia. Slickbar merupakan satu-satunya merk yang sudah diproduksi didalam negeri. Perusahaan ini tumbuh sejalan dengan pertumbuhan dunia perminyakan di Indonesia yang merupakan pasar utamanya. Saat ini Slickbar telah memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Hal ini bukan berarti Slickbar tidak menghadapi adanya persaingan. Disisi lain pasar untuk peralatan ini mempunyai kemungkinan untuk berkembang. Slickbar saat ini berkepentingan untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah dikuasainya. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan suatu strateji yang efektif dibidang pemasaran guna mempertahankan pangsa pasar serta menghadapi pasar yang bakal berkembang. Strateji yang dimaksud adalah strateji bauran pemasaran yang merupakan perpaduan dari strateji harga, strateji produksi, strateji distribusi dan promosi. Strateji bauran pemasaran diperlukan karena bauran pemasaran merupakan sarana untuk mencapai tujuan pemasaran. Dengan adanya strateji bauran pemasaran yang efektif yang disusun secara cermat diharapkan dapat menghadapi berbagai masalah dibidang pemasaran.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadar Abidin
Abstrak :
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan di Indonesia mengalami pcrubahan struktural yang sangat berarti di dekade tahun 1990-an. Ada peran pembahan yang mencolok pada dekade ini yaitu semakin besarnya peran swasta dalam penyediaan pelayanan berteknologi tinggi yang menyebabkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang akan ditanggung oleh masyarakat. Semakin mahalnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan diikuti oleh tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat dilematis bagi organisasi-organisasi pelayanan kesehatan yang disatu flhak dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi kesehatan yang makin cepat dan mahal dan dilain fihak tuntutan pelayanan yang memuaskan yang juga merupakan tugas pokok organisasi pelayanan kesehatan.

Pada saat ini pemerintah Indonesia mengeluarkan kira-kira Rp. 2,5 sampai Rp. 3 triliun (dari berbagai departemen). Diluar itu, masyarakat mengeluarkan Rp. 7 sarnpai 9 triliun untuk belanja kesehatan dalam setahun, baik yang langsung dibayarnya maupun yang dibayarkan oleh majikannya. Secara keseluruhan kita mengeluarkan sekitar Rp. 10 triliun (2,8 % dari Produk Domestik Bruto untuk sektor kesehatan, yang sebenarnya masih relatif rendah

dibandingkan dengan yang disyaratkan oleh WHO yaitu sebesar 5 % dari PDB) ( Hasbullah Thabrani, 1977) Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi sctiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran program mjukan dan rumah sakit dalam Pelita VI diantaranya adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan di berbagai kelas rumah sakit dengan jalan pemanfaatan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya.

Meningkatkan mutu pelayanan dipakai sebagai salah satu program sangat tepat karena dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (Profil Kesehatan Indonesia) tentang beberapa basil kegiatan sampai dengan tahun 1997 belum mencapai sasaran. Ini dapat dilihat dari beberapa indikator, khususnya untuk rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah antara tahun 1989 - 1997 antara lain : Tingkat hunian rumah sakit (BOR / Bed Occupancy Ratio) rata-rata menunjukkan kecenderungan menurun dari 63 % menjadi 59 % , sedangkan angka idealnya adalah 70 - 85 %. Angka kematian bersih (NDR / Net Death Rate) masih lebih besar dari 25 per 1.000 pasien keluar, dimana angka nasionalnya adalah 19 per 1.000. Angka kematian umum (GDR / General Death Rate) sebesar 45,3 per 1.000 kasus, dimana angka nasionalnya adalah 40,9 per 1.000 kasus. Angka kematian ibu sebesar 4,8 per 100 kelahiran hidup, dimana angka nasional «

sebesar 3,5 per 100 kelahiran hidup. Angka kematian balita 71,8 per 1.000
pcnderila keluar sedangkan angka nasional adalah 60,8 per 1.000 penderita keluar. (Pusat Data Kesehatan, 1997). Mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit merupakan produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan , perlu dilakukan usaha yang terus menerus untuk perbaikan pelayanan yang diberikan kepada pasien / konsumen. Untuk melakukan perbaikan-perbaikan tersebut, perlu diketahui kekurangan dan kelemahan pihak rumah sakit, yang dapat dilaksanakan dengan melakukan survai kepuasan pasien yang merupakan salah satu aspek dari mutu pelayanan rumah sakit. Sedang bila dilihat dari aspek pemasaran, rumah sakit pemerintah di Indonesia selama ini terasa masih kurang memperhatikan kepuasan pasien, dimana sangat berbeda dengan pelayanan lainnya seperti hotel, biro perjafanan, perbankan dan restoran yang sangat memperhatikan kepuasan pelanggan. Kini pasien atau masyarakat sudah tidak puas lagi dengan sikap paternalistik para tenaga medis atau paramedis, dimana segala kebutuhan pasien ditentukan oleh petugas tersebut. Pasien sudah jauh lebih banyak mendapatkan informasi dan telah menyadari hak-haknya yang perlu dihargai oleh pihak pemberi pelayanan. Bagi pasien, mutu pelayanan yang baik tidak hanya dikaitkan dengan kesembuhannya dari suatu pcnyakit secara fisik atau meningkalkan derajat kesehatannya, tetapi juga rnenyangkut kepuasan pasien
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>