Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nila Permana Sarie
"ABSTRAK
Komunikasi antar budaya dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial. Sehingga tayangan televisi yang mengandung unsur-unsur suatu budaya dapat ditafsirkan secara beragam oleh penontonnya yang berasal dari budaya yang berbeda.
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konstruksi atas realitas ketoprak Humor oleh penonton yang berasal dari etnis non Jawa. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui konstruksi atas realitas Ketoprak Humor bagi penonton yang bukan berasal dari etnis Jawa serta bagaimana proses konstruksi tersebut berlangsung dan juga untuk mengetahui bagaimana interpretasi mereka terhadap karakteristik etnis Jawa yang ditampilkan diacara Ketoprak Humor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivis yang melihat realitas adalah berganda (multiple) dan bergantung kepada definisi subjektif individu. Konstruktivisme lebih mengutamakan pemahaman terhadap konteks dan makna-makna dalam memahami realitas. Sehingga metode yang digunakan bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap infom.ant. Dengan satuan analisisnya adalah individu-individu penggemar Ketoprak Humor yang bukan berasal dari etnis Jawa. Sementara tehnik analisis data yang digunakanberdasarkan sistem analisis yang bersifat kualitatif. Dimana penelitian kualitatif selalu memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum sebagai dasar terwujudnya gejala sosial budaya pada masyarakat yang diteliti.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ditemukan konstruksi atas realitas Ketoprak Humor yang cukup bervariasi dari subjek penelitian yang terdiri dari enam orang yang bemsal dari beberapa suku yang berbeda serta berbagai interpretasi mereka terhadap karakteristik etnis Jawa yang ditampilkan pada acara Ketoprak Humor. Antara lainnya, bahwa karakteristik etnis Jawa yang ditampilkan Ketoprak Humor masih mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa yang terkenal feodal. Feodalisme sebagai sisa-sisa peninggalan jaman kerajaan, tergambar jelas dalam setiap penyajian Ketoprak Humor."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Simba Patria
"ABSTRAK
Keberhasilan proses komunikasi nilai budaya dalam membangun city branding salah satunya dibuktikan dengan adanya pehamanan masyarakat terhadap pesan yang disampaikan melalui material desain logo. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman masyarakat terhadap nilai budaya Yogyakarta yang disampaikan melalui logotype kota Yogyakarta tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pemahaman masyarakat terhadap nilai budaya dalam konsep visual logotype Kota Yogyakarta masih rendah. Hal dibuktikan dari temuan hasil wawancara terhadap 11 informan. Ketidakpahaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; kurangnya pengetahuan terhadap perubahan logotype, permasalahan publikasi dan sosialasi makna logotype, dan perbedaan persepsi antara Dewan City Branding dan masyarakat terhadap nilai budaya. Permasalahan pengetahuan perubahan logotype terjadi akibat rendahnya awareness masyarakat terhadap perjalanan perubahan brand kota Yogyakarta dari tahun 2001 ke tahun 2015. Permasalahan ketidakpahaman banyak dipengaruhi oleh adanya ketidaksesuaian antara nilai yang disampaikan oleh Dewan City branding dengan persepsi masyarakat terhadap nilai budaya Yogyakarta. Pada akhirnya, penelitian ini menghasilkan rekomendasi saran berupa pergantian sebagian visual logotype berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

ABSTRACT
The measure of a sucessful communication of cultural values in city branding is the level of people rsquo s understanding of the message conveyed by the logo design. This research aims at exploring people rsquo s understanding of Yogyakarta rsquo s cultural values communicated through Yogyakarta rsquo s 2015 Logotype. Qualitative method is employed for this research and data are gathered through literature review and interviews. This study reveals that people rsquo s understanding of the cultural values in the visual concept of Yogyakarta rsquo s logotype is lacking. This is due to lack of knowledge about the changes in the logotype, problems related to the publication and dissemination of the logotype, and people rsquo s differing perceptions about cultural values. The lack of knowledge about the logotype is resulted from low level of awareness about the evolvement of the City of Yogyakarta rsquo s brand since 2001 until 2015. The lack of publication and dissemination of Yogyakarta rsquo s logotype to provide visual understanding of the logotype contributes to this lack of awareness. Furthermore, it rsquo s also a case of incompatibility between the messages that the City Branding Council tries to convey and the people rsquo s understanding of Yogyakarta rsquo s cultural values. This research concludes by providing recommendations on how some visual parts of the logotype should and could be modified to better represent Yogyakarta rsquo s cultural values based on the analysis provided by this study. "
2017
S68019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Adipitaryana Diredja
"ABSTRAK
Penarikan suatu produk (product recall) yang telah diluncurkan ke pasar merupakan mimpi buruk bagi setiap perusahaan karena mampu menodai kepuasan pelanggan dan tercemarnya reputasi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh product recall terhadap reputasi perusahaan di mata pengguna. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang terdiri dari 47 pernyataan. Penelitian dilakukan pada konsumen produk yang terkena recall dengan jumlah 150 responden. Data yang didapatkan dari responden kemudian dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil dari pengujian statistik tersebut menunjukkan product recall secara signifikan mempengaruhi reputasi perusahaan. Melalui kampanye recall yang dilakukan perusahaan sebagai upaya manajemen krisis, product recall justru berpengaruh positif terhadap reputasi perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa faktor berita media terkait recall secara signifikan mempengaruhi reputasi perusahaan. Untuk itu, demi kesempurnaan teori SCCT Coombs penulis merekomendasikan penambahan faktor media massa sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi orang dalam melihat reputasi perusahaan ketika terjadi krisis. Dengan demikian, penelitian ini memberikan gambaran bagi praktisi mengenai pentingnya manajemen krisis dalam upaya mempertahankan reputasi perusahaan untuk keberlangsungan bisnis.

Abstract
Withdrawal of a product (product recall) that has been launched into the market is a nightmare for any company because it can tarnish the reputation of customer satisfaction and corporate pollution. This study aimed to see whether there is effect of product recall of the company's reputation in the eyes of the user. The approach used is a quantitative approach with a survey method that consists of 47 statements. The study was conducted on the recall of consumer products affected by the number of 150 respondents. Data obtained from respondents were analyzed using Structural Equation Model (SEM). The results of statistical tests indicate product recall significantly affect the company's reputation. Through the recall campaign as an effort by the company's crisis management, product recalls precisely a positive influence on corporate reputation. The results also showed that factors related to the recall news media significantly affect the company's reputation. Therefore, for the perfection of the theory of SCCT Coombs authors recommend the addition of a factor of mass media as one of the factors that influence people in seeing the company's reputation when a crisis occurs. Thus, this study provides an overview for practitioners about the importance of crisis management in an effort to maintain the company's reputation for business continuity."
2012
T30769
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Shalaty Putri
"Penelitian ini menganalisa kecenderungan isi pesan wirausaha pada social media Twitter, khususnya yang pada tagar (#)wiRABUsaha. Metode penelitian menggunakan analisis isi kuantitatif dengan fokus penelitian pada kecenderungan isi pesan, penyebaran pengguna, dan pemanfaatan jaringan social media pada wirausaha. Pesan yang dianalisis, merupakan pesan pada bulan Januari 2012. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa isi pesan wirausaha cenderung menciptakan suatu karakter wirausaha yang berbeda, yaitu karakter ketuhanan. Dengan penyebaran pengguna yang sudah heterogen, namun karakter pengguna masih banyak sebagai penerus pesan, bukan pencipta pesan.

This study analyzes the tendency of the contents of entrepreneurship messages on social media Twitter, especially on hashtag (#) wiRABUsaha. The research method uses quantitative content analysis with research focusing on the tendency of the message content, user deployment, and utilization of social media networks on entrepreneurship. Messages that were analyzed, are messages in January 2012. From the analysis of the data, it is known that the content of the message entrepreneurial tend to create a different entrepreneurial character, the character of divinity. With the spread of users who are heterogeneous, the characters of users are still many as ?the share? to the message, not ?the creator? of the message."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30766
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Novita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etnis direpresentasikan melalui makna denotasi, konotasi dan mitos serta ideologi yang muncul. Analisis semiotik yang digunakan, diadaptasi dari model analisis Roland Barthes. Data penelitian diperoleh dari tayangan televisi Ethnic Runaway episode Suku Toraja yang disiarkan Trans TV. Dalam membahas digunakan konsep-konsep dalam komunikasi antarbudaya dan pemikiran Adorno tentang 'nonidentitas' dalam Negative Dialectics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima adegan dalam tayangan ini yang secara khusus merepresentasikan suku Toraja. Untuk kemudian, dari adegan-adegan tersebut teridentifikasi mitos-mitos tentang suku Toraja sebagai berikut; suku Toraja ialah suku yang memiliki tradisi aneh, horor dan mistis, daerah Toraja ialah daerah yang angker, makanan dan proses memasak dalam kebiasaan suku Toraja menjijikan dan tidak praktis, tempat bermatapencaharian orang Toraja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ialah sesuatu yang menjijikan, dan terakhir ialah salah satu tradisi suku Toraja berbahaya, menakutkan dan sarat dengan kekerasan. Melalui analisis tanda-tanda berupa aspek visual dan aspek audio, penelitian ini menyimpulkan bahwa tayangan Ethnic Runaway episode Suku Toraja tidak lepas dari sebuah ideologi dominan, yaitu etnosentrisme.

The objective of this research was to find out how an ethnic was represented through the denotative and connotative meaning, myth, and ideology. Semiotic analysis used was adapted from Roland Barthes model analysis. Data of the study was gathered from television program Ethnic Runaway in episode Toraja Tribe broadcasted by Trans TV. In discussing the matter, concepts of intercultural communication and Adorno's hypothesis of non-identity in Negative Dialectics were used. The result of the study showed that there were five scenes that specifically represented Toraja Tribe. Then, myths of Toraja Tribe were identified by those scenes, which were; Toraja was a tribe whose traditions were strange, horror, and mysterious, the territory of Toraja was haunted, the food and food processing of Toraja people were disgusting and complicated, the occupation to maintain the living of Toraja people was something disgusting, and last, one of Toraja tribe's traditions was dangerous, scary, and violent. Through the analysis of visual and audio aspects, the research concluded that television program Ethnic Runaway in episode Toraja Tribe was influenced by a dominant ideology, which was ethnocentrism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30881
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Kristanty
"Penelitian ini mengetengahkan rasisme yang terdapat dalam film "Crash" berdasarkan sudut pandang khalayak film, yakni melihat pemaknaan khalayak, khususnya masyarakat kalangan menegah atas atau lebih tepatnya di lihat berdasarkan Reception Studies. Di mana dalam penelitian ini berusaha menunjukkan bahwa khalayak tidak mudah didominasi pesan media massa klmsusnya dalam hal ini adalah pesan dalam film yang dibuat oleh kreator film, karena setiap khalayak memiliki kemampuan untuk memproduksi makna. Dalam hal ini khalayak dianggap sebagai khalayak aktif dan bukan khalayak pasif.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, pendekatan kualitatif, yakni dengan metode penelitian etnografi serta sifat penelitian deskriptif. Dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam terhadap para informan., diketahui bahwa para informan tidak mengintemalisasi rasisme ke dalam kehidupan sehari - hari mereka, berkaitan dengan pemaknaan., maka pemaknaan inforrnan selaku khalayak film "Crash" terbagi atas pemaknaan dominan, negosiasi dan oposisi. Hasil yang diperoleh berdasarkan wawancara mendalam adalah bahwa para informan memaknai film "Crash" berhasil merepresentasikan rasis yang terjadi di Amerika, namun beberapa adegan film tersebut ada yang dilebih - lebihkan sehingga film "Crash" dimaknai berupaya menyebarluaskan ideologi Amerika yai!u E Pluribus Unum selaigus membentuk image Amerika sebagai savior of all man kind.
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya bidang kajian pemaknaan dan media massa, di mana khalayak memiliki kemampuan untuk memaknai pesan dengan menggunakan batas idealisme mereka masing masing dan agar penelitian ini menjadi edukasi bagi para khalayak film khususnya, bahwa f.tlm terkadang bermuatan ideologi yang dikemas begitu apik sehingga membentuk kesadaran palsu khalayaknya.

The purpose of this research is to describe audience reception s about racism which there are in film "Crash", specially in the upper class society or more precisely seeing pursuant to Reception Studies. This research try to indicate that audience do not easy to predominated by message of mass media specially in this case is message in made by film creator's, because every audiences has different ability to produce meaning. In this case the audiences considered to be active audiences and non passive audiences.
In this case, the audience is considered as the active audience and not passive audience. Research using this paradigm constructivism, a qualitative approach, namely with the ethnographic research methods and descriptive nature of the research. By using the method of data-depth interviews of the informants, it is known that the informant does not deepens racism in everyday life - their day, associated with meaning, the informants as the audience perceptive film "Crash" divided up perceptive dominant, negotiation and opposition. Results are based on depth interviews is that the informant perceptive film "Crash" represents racism successfully going on in America, but some scenes the film is tall - so thick film "Crash" mean attempt disseminate American ideology that is E Pluralists Unum at once form the image United States as the savior of all man kind.
Hopefully this research can enrich study area of reception studies and mass media, where the audiences have ability to mean message by using their idealism boundary and this research can be educated all audiences, because sometimes the film can make the audiences have false consciousness, this is because the film is potentially to share the ideology where is tydi with the plot and acting an actress and an actor, and also the visual effect in the film.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T29164
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Raphaela Nidya Bestari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan manajemen privasi pada fenomena pengunggahan konten terkait hubungan romantis di situs media sosial Instagram. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif – metode fenomenologi, penelitian ini berupaya untuk menjabarkan dinamika antara privasi dan pengungkapan diri dari 5 informan perempuan dalam kategori usia emerging adults melalui wawancara mendalam. Hasilnya, penelitian ini menemukan bahwa individu pengunggah konten terkait hubungan romantis di media sosial menegosiasi batasan lewat kriteria-kriteria keputusan dan penyaringan audiens untuk mencapai keseimbangan antara keterbukaan dan privasi.

This research aims to describe the practice of self-disclosure among emerging adults regarding their romantic relationships on Instagram. This qualitative research is using phenomenology as the approach, research tries to explore the dynamic between privacy and self-disclosure among 5 female participants, all of whom are a part of the emerging adults category using in-depth interview methods. The results show that individuals negotiate the privacy boundaries within social media by layering their audience and decision criterion to set what privacy rules to use"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Dwi Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena media sosial dalam kaitannya mengenai konstruksi memori kolektif mengenai PKI dan komunisme. Penelitian ini mencoba menjelaskan cara kerja memori kolektif di media sosial, konstruksi narasinya, dan bentukan identitas. Dengan mengumpulkan data dari sebelas komunitas mnemonik, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk konstruksi memori di media sosial, yakni memori dominan, memori penanda kosong, dan kontra memori. Identitas yang terbentuk ada dua, yakni antikomunis yang partikularis dan kontra antikomunis yang universalis. Sementara itu terdapat dua wacana besar yang digunakan untuk mengonstruksikan narasi masa lalu mengenai PKI dan komunisme, yakni wacana antikomunis yang melihat Peristiwa Enam Lima sebagai pembunuhan para perwira militer dan wacana HAM yang melihatnya sebagai pembunuhan massal anggota dan simpatisan PKI.

ABSTRACT
This qualitative research aims to understand the phenomenon of social media as sites of memory construction of PKI and communism. This research tries to give explanation on how collective memory works on social media and its narrative and identity construction. By collecting and analyzing eleven mnemonic communitites, this research shows that the memory of PKI and communism in social media takes three forms in general, which are the dominant memory, the empty signifying memory, and the counter memory. The constructed collective identity is divided by two the particularists from which come the anticommunist groups and the universalists from which come the counter anticommunist groups. Furthermore this research argues that there are two big discourse constantly in contestation with one another, the anticommunist discourse and the human right discourse, within which the twos are used to view the 1965 Event mdash the former seeing it as the murder of seven military general and the latter seeing it as a mass murder towards the members of PKI."
2017
S67596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Andrie Wijaya
"Setiap kelompok yang berkompetisi biasanya memiliki penggemar. Penggemar selalu hadir untuk mendukung idolanya. Seiring dengan berkembangnya teknologi kini seorang penggemar dimampukan untuk mengirim pesan atau komentar kepada idolanya. Interaksi pun terjadi antara penggemar dengan idolanya melalui sosial media. Dari terpaan informasi melalui sosial media tersebut akhirnya seseorang menjadi anggota fandom untuk yang diidolakannya. Seperti misalnya seorang yang tergabung dalam fandom terhadap klub Sepakbola yang diidolakannya. Ia tidak akan segan untuk menandai klub tersebut bahkan menandai personel klub tersebut dalam komentar yang disampaikanya. Meskipun komentar dan semangat yang disampaikan tidak pernah dibalas oleh idolanya hal itu tidak menyurutkan niat sang penggemar untuk mendukung idolanya. Namun ada juga seorang penggemar yang menyampaikan kritik agar idolanya menjadi lebih baik lagi.
Dalam fandom sendiri juga erat kaitannya dengan kehadiran penggemar dan antifans. Antifans mendasari perilakunya dengan kebencian dan rasa muak. Sehingga kerapkali komentar yang disampaikan adalah hinaan. Seringkali anggota fandom yang merupakan seorang penggemar dan seorang antifans berkonflik. Di mana sang penggemar membela idolanya dari segala kritik dan hinaan. Serta hal inilah yang menjadikan kolom komentar pada akun sosial media dari suatu komunitas penggemar menjadi interaktif. Konflik yang terjadi tentunya dipicu oleh rivalitas antara penggemar satu kelompok dengan penggemar kelompok lainnya dan keduanya saling familiar karena saling mengamati perkembangan rivalnya.
Dari komentar- komentar yang disampaikan tersebut penulis menyimpulkan terdapat tipe pelontar komentar yakni fanatik positif, realistis, dan fanatik negatif. Komentar- komentar yang disampaikan juga dibagi menjadi empat tipe yakni komentar membela, komentar menyemangati, komentar kritik, dan komentar menghina. Dari studi fandom ini penulis juga menjelaskan tingkatannya yakni entertainment social level ,personal intense level, dan borderline pathological. Melalui tiga faktor utama tersebut yakni tipe pembicara, tipe pembicaraan, serta tingkatan fandom. Penulis hendak menjelaskan mengapa hubungan berbasis medium digital tersebut dapat bertahan. Temuan studi ini membuka peluang hubungan parasosial yang awalnya di tingkat personal sangat mungkin untuk dikaji dalam level kelompok. Hal ini di dorong oleh teknologi yang memudahkan pembentukan & kolaborasi.

Every group that compete in competition usually has a fans. The fans always there to support their idol.Along with the development of technology, a fan is now enabled to send messages or comments to his idol. Interaction between a fan and his idol also happen through social media. Through information exposure by the social media finally a fan can be a member of fandom. As an example a person that joined in the fandom of football club that he love. He will never regret to tag the club or even the club's member in the comment that he sent. Eventhough the comments and the support that was sent never been replied by his idol. This issue never decrease the will from the fan to support his idol. But also there's a fan that send the critics to his idols to be better.
In the 'fandom' itself has a closely related between the presence of fans and antifans. Antifans underlies his behavior with hatred and disgust. So that usually the comments that he sent was the insults. More often a member of fandom and antifans were in conflict. And this is the reason that makes the comment column can be interactives. The conflict is certainly triggered by rivalry between supporters of one group and supporters of the other groups and both are familiar with each other as they observe the development of their rivals.
From the comments conveyed, the authors conclude that there are types of commentators namely positive, realistic, and negative fanatics. The comments delivered were also divided into four types namely defensive comments, encouraging comments, critical comments, and derogatory comments. From this fandom study the authors also explained the level of entertainment social level, personal intense level, and borderline pathological. Through these three main factors, namely the type of speaker, type of conversation, and the level of fandom. The author wants to explain why digital media- based relationships can survive. The findings of this study open opportunities for parasocial relations which at the personal level are initially very likely to be studied at the group level. This is driven by technology that facilitates the formation & collaboration.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T52518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Setyarini
"Setiap kegiatan pembangunan pada umumnya menimbulkan masalah lingkungan hidup. Penanggulangannya perlu dilakukan tindakan terpadu, guna menghindarkan kerusakan-kerusakan yang menimpa lingkungan hidup manusia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya berupa program penghijauan.
Begitu pula kota Kudus, sebagai salah satu kota industri juga tidak mau ketinggalan untuk melakukan penghijauan, yang terutama dilaksanakan di Kecamatan Kota, dan dimaksudkan untuk mencegah bahaya erosi, banjir dan polusi.
Dalam melaksanakan suksesnya suatu program maka peran masyarakat sangat diperlukan, untuk itu perlu adanya partisipasi masyarakat karena masyarakat sebagai subyek juga sekaligus menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri.
Penelitian ini mengacu pada teori difusi inovasi dari Roger, pada taraf konsekuensi dalam suatu inovasi, dengan memperhatikan peran media massa dan komunikasi interpersonal dalam difusi inovasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh intensitas penyuluhan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota.
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional, untuk mencari hubungan antara 2 variabel tersebut. Sedangkan untuk pengumpulan data digunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini tidak meneliti seluruh populasi melainkan hanya mengambil sampel dengan teknik proportional random sampling.
Hipotesis mayornya adalah "Semakin tinggi intensitas penyuluhan, semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota". Adapun sub variabel intensitas penyuluhan meliputi isi pesan, pengenaan media dan frekuensi penyuluhan. Sedangkan sub variabel dari tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program. Dengan menyilangkan masing-masing sub variabel ini, maka diperoleh 9 hipotesis minor yang perlu diuji kebenarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara isi pesan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program yang signifikan. Tingkat pengaruh masing-masing sebesar 16 % dan 32 %. Hubungan antara pengenaan media dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ternyata signifikan dan pengaruhnya sebesar 16%. Dan hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program yang signifikan, serta mempunyai pengaruh sebesar 25 % dan 19 %.
Dari 9 pengujian hipotesis, ternyata ada 5 pengujian terbukti signifikan. Jadi secara umum dapat dikatakan ada pengaruh antara intensitas penyuluhan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota, walaupun tidak secara mutlak karena ada variabel lain yang ikut mendukungnya. Dengan demikian hipotesis mayor yang diajukan dapat diterima.
Sebagai saran, hendaknya penyuluhan ini harus tetap dilakukan secara teratur dan terarah, agar masyarakat tidak melupakan arti pentingnya program penghijauan kota, baik melalui media massa maupun media tatap muka. Dan perlu diingat bahwa dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan harus diusahakan untuk mengurangi atau menghindari dari timbulnya efek sampingan terhadap lingkungan.
Saran untuk para peneliti selanjutnya adalah agar diadakan penelitian-penelitian lebih lanjut terhadap peran variabel-variabel lain yang ikut mendukung keberhasilan program penghijauan kota ini, agar dengan demikian partisipasi masyarakat tetap terjaga."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>