Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiku Suryomurti
"Tukar menukar antar mata uang asing yang dikategorikan sebagai jual beli dalam islam disebut dengan As Sharf. Dalam kaitan dengan investasi, tidak ada bisnis yang tidak mempunyai risiko karena kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi besok. Demikian pula dengan nilai tukar mata uang asing. Nilainya terus berfluktuasi sewaktu¬-waktu sehingga mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian tentang pergerakan nilai tukar ini dan mempredeiksikan nilainya di masa mendatang untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dan kerugian yang ditanggungnya. Umumnya data statistik didekati dengan asumsi normal dimana asumsi ini cenderung menyesatkan karena mengabaikan kemungkinan terjadinya pergerakan ekstrim dalam distribusi data tersebut. Kegagalan mengidentifikasi potensi risiko ekstrim dapat membawa bencana keuangan bagi lembaga dan institusi keuangan terutama yang berbasis syariah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah pergerakan kurs Rupiah terhadap mata uang asing adalah mempunyai distribusi normal atau ekstrim. Begitu juga untuk meneliti berapa besar potensi risiko ekstrim yang mungkin terjadi Metode yang digunakan adalah Extreme Value Theory (EVT) dengan pendekatan distribusi nilai lebih menggunakan konsep Generalized Pareto Distribution. Nilai yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan pendekatan dengan asumsi normal untuk kemudian dianalisis dan diambil kesirnpulan.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa distribusi return kurs Rupiah terhadap US Dollar pada periode 1998-2003 adalah tidak normal. Diketahui pula bahwa indeks tail yang didapatkan juga cukup signifikan sesuai dengan konsep GPD. Hasil perbandingan metode EVT dan pendekatan normal dan skewness heteroskedasiik menunjukkan bahwa kesimpulan pengujian yang dilakukan sesuai dengan kesimpulan dari beberapa peneliti lain untuk metode yang sama."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Edwin Suchranudin
"Tesis ini membahas persepsi pelaku pasar valuta asing yang merupakan aktor bukan negara dalam pasar keuangan global atas peristiwa internasional dan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) selama bulan Juli 1997 sampai dengan Juni 1998.
Bahwa persepsi pelaku pasar valuta asing atas peristiwa internasional berdampak pada fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didasarkan pada teori struktur finansial dari Susan Strange dan pendekatan sentimen pasar yang dikemukakan oleh George P. Hopper.
Metode yang dipergunakan untuk membahas tesis ini adalah deskriptif yang bertujuan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta menganalisis hubungan antarfenomena yang diselidiki. Objek penelitiannya adalah persepsi pelaku pasar valuta asing dan peristiwa internasional dalam kurun waktu antara Juli 1997 sampai dengan Juni 1998.
Pembahasan dibagi ke dalam tiga kajian: kajian pertama yang menekankan hubungan antara persepsi pelaku pasar valuta asing dengan peristiwa yang berasal dari dalam negeri; kajian kedua membahas hubungan antara persepsi pelaku pasar valuta asing dengan peristiwa luar negeri; dan kajian ketiga yang berdasarkan pengujian statistik.
Analisis hubungan antara peristiwa dalam negeri dengan persepsi pelaku pasar valas memperlihatkan terdapat hubungan yang cukup nyata antara keduanya. Naik turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS bisa dijelaskan oleh positif atau negatifnya persepsi pelaku pasar valuta asing atas peristiwa yang terjadi di dalam negeri.
Analisis hubungan antara peristiwa luar negeri dan persepsi pelaku pasar valas juga menunjukkan bahwa antara keduanya terdapat keterkaitan yang cukup nyata yang bisa menjelaskan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Hasil pengujian statistik selama periode yang diamati menunjukkan bahwa walaupun korelasi antara peristiwa internasional baik itu yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dengan persepsi pelaku pasar valuta asing kurang signifikan, dampak persepsi pelaku pasar valuta asing terhadap perubahan rupiah/dolar AS cukup signifikan yaitu sebesar 56,545%. Hasil ini membuktikan bahwa dampak persepsi pelaku pasar terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cukup nyata.
Ini membuktikan bahwa dalam struktur keuangan dunia yang merupakan gabungan antara sistem global dan sistem nasional, pelaku pasar yang memiliki dana dan beroperasi secara internasional dalam jual beli valuta asing memiliki power yang bisa menghambat dan mengurangi kewenangan pemerintah suatu negara dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata uangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Herman Sulistyo
"Hubungan dinamis antara pasar modal suatu negara dan pergerakan nilai tukar mata uang negara tersebut menjadi bahan studi yang menarik untuk diteliti. Topik tersebut menjadi makin menarik untuk diteliti setelah adanya krisis ekonomi yang dialarni oleh negara-negara di kawasan asia pasifik. Krisis tersebut diawali dengan jatuhnya mata uang baht thailand pada bulan agustus 1997, yang juga mengakibatkan runtuhnya pasar modal di negara tersebut, yang akhirnya menyebar ke negara-negara tetangganya sehingga mengakibatkan hampir semua negara di kawasan tersebut mengalami krisis moneter.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki dan menguji adanya hubungan kesetimbangan jangka pendek dan hubungan kesetimbangan jangka panjang (short run and long run equilibrium relationship) serta menyediakan bukti empiris terhadap hubungan Pasar Modal Indonesia dengan alat tukar rupiah terhadap beberapa mata uang negara-negara asia pasifik (USA, Jepang, Malaysia, dan Thailand) berkaitan dengan dampak krisis moneter. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan unit root, cointegrasi, impulse response, variance decomposition, Vector Error Correction Model (VECM), dan Vector Auto Regressive (VAR).
Fenomena krisis yang melanda di kawasan Asia Pasifik temyata ditanggapi secara berbeda oleh otoritas moneter di negara-negara tersebut. Respon yang diberikan pemerintah Indonesia dan Thailand umumnya seragam yaitu menerima kehadiran IMF, mengambangkan kurs mata uangnya (floating exchange rate) dan melepaskan batas kepemilikan bagi investor asing di pasar modal. Walaupun sesama anggota ASEAN, respon yang diberikan oleh otoritas moneter Malaysia temyata sangat bertolak belakang dengan kedua negara tetangganya tersebut. Kebijakan yang ditempuh malaysia adalah menolak kehadiran IMF, melakukan kontrol devisa, dan tetap mematok nilai tukar ringgit malaysia terhadap US dollar. Fenomena inilah yang menarik perhatian penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai pergerakan kurs di kawasan ASEAN (atau Asia Pasifik bila melibatkan US dan Jepang) terutama dalarn merespon krisis ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan kekuatan ringgit malaysia dalam mempertahankan nilainya terhadap mata uang negara lain. Lebih jauh menunjukkan bahwa ringgit malaysia sudah mulai mampu menggerakkan pasar (seperti US dollar) khususnya di Asia Tenggara.
PVECM di saat sebelum terjadi krisis menunjukkan adanya fenomena yang sangat menarik dimana hanya Dbaht (nilai tukar rupiah terhadap baht Thailand) dan Dusd (nilai tukar rupiah terhadap dollar US) yang menunjukkan pergerakan jangka pendek yang signifikan. Sedangkan variabel yang lain {Dihsg (indeks barga sabam gabungan indonesia), Dyen (nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang), Dring (nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia) } sama sekali tidak menunjukkan pergerakan yang signifikan dalam jangka pendek. Hipotesis awal yang diajukan adalah bahwa pada masa sebelum krisis (5 januari 1996 - 8 Agustus 1997) , pergerakan mata uang baht Thailand sudah mempengaruhi ketidakseimbangan jangka pendek antar negara (Indonesia, Jepang, Malaysia), sedangkan mata uang yang lain tidak terlalu ekspansif dalam pergerakan antar negara (lebih banyak bergerak di dalam negeri). Lebih jauh penulis ingin mengatakan bahwa fenomena krisis yang diawali dari merosotnya nilai tukar baht Thailand terhadap US dollar Amerika kemungkinan sudah bisa diramalkan dari agresifnya baht thailand dalam mempengaruhi ketidakseimbangan jangka pendek antar negara. Apabila hipotesis ini temyata terbukti benar, maka model PVECM ini dapat digunakan sebagai `peringatan dini' terhadap krisis (preliminary warning system) untuk melihat kesetimbangan / ketidaksetimbangan suatu kawasan (antar negara).
Dari test weak erogeneity menunjukkan hasil yang cukup konsisten dimana exchange rate menunjukkan hasil yang lebih kuat daripada pasar modal. Untuk ketiga periode yang dilakukan tes menunjukkan bahwa ihsg adalah weak exogen. Sedangkan usd dan ringgit Malaysia menunjukkan pengaruh yang dominan dalam memberikan kontribusi pada persamaan jangka panjang. Hal itu mendukung kesimpulan bahwa: exchange rate adalah leading indikator terhadap pasar modal.
Dalam analisis ketidaksetimbangan jangka pendek (short-run disequilibrium relationship) menggunakan PVECM (Parsimonius Vector Error Correction Model) menunjukkan fenomena yang berbeda-beda tergantung dari periode pengamatan. Basil PVECM pada periode total menunjukkan adanya trivariate granger causality pada model antara Dusd, Dying dan Dbaht dengan arah dan besarnya koefisien regresi (magnitude of regression coefficients) yang jauh sangat berbeda. Adanya fenomena trivariate granger causality pada PVECM ini menimbulkan hipotesa (dugaan) penulis bahwa ada hubungan yang menarik antara mata uang ketiga negara tersebut sebagai dampak dari krisis moneter: Amanita sebagai faktor yang menggerakkan pasar (faktor yang sangat dominan dan merupakan negara donor utama IMF), Thailand sebagai negara yang tertnnpa krisis moneter pertama kali (negara yang rrienyebarkan `contagion effect' ke negara-negara tetangganya), menerima kehadiran IMF, menghapus kurs tetap, meliberalisasi pasar modalnya dan Malaysia sebagai negara yang berperilaku berbeda (menyimpang) dengan negara tetangga lainnya yaitu menolak kehadiran IMF, menerapkan kurs tetap dan kontrol devisa. Dalam ketidaksetimbangan jangka pendeknya, krisis yang melanda thailand segera menyebar (`contagion effect') dan mempengaruhi hubungannya dengan negara tetangganya (termasuk malaysia, indoonesia). Sedangkan aliran dana US dollar clan amerika ke IMF selanjutnya ke Thailand direspon oleh negara-negara di kawasan tersebut Sedangkan kebijakan otoritas moneter Malaysia yang berbeda dengan negara lain, direspon secara langsung oleh negara¬-negara di sekitarnya. Dan hipotesis tersebut menunjukkan bahwa suatu krisis, aliran dana, suatu inforrnasi, ataupun suatu sikap/kebijakan yang berbeda dari otoritas moneter dapat mempengaruhi kesetimbangan jangka pendek pada suatu kawasan.
Apabila dianalisis lebih lanjut menunjukkan bahwa respon Dring Malaysia selalu berbeda (berlawanan arah) dengan gerakan yang dilakukan oleh Dusd. Hal ini menunjukkan bahwa Dying Malaysia selalu melawan pengaruh kebijakan yang dilakukan oleh Dusd Amerika. Analisis terhadap Dyen menunjukkan bahwa Dyen tidak punya pengaruh sama sekali dalam jangka pendek. Ada hipotesis yang diajukan penulis bahwa perekonomian Jepang sudah lama stagnant (memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah), sehingga mata uangnya =darting tidak menimbulkan gejolak dibandingkan mata uang negara lain. Sedangkan pergerakan jangka pendek ihsg adalah sangat kecil pengaruhnya (koefisien regresinya) bila dibandingkan nilai tukar mata uang negara lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Putranto
"ABSTRAK
Untuk menutup risiko kurs atas kewajiban dalam valas, pengusaha dapat melakukan lindung nilai (hedging) dengan menggunakan instrument-instrumen lindung nilai. Namun instrumen lindung nilai yang ada sekarang tidak dapat digunakan oleh pengusaha muslim dikarenakan mengandung unsur bunga, oleh karena itu diperlukan instrumen lindung nilai yang tidak menggunakan unsur bunga.
Menurut fatwa DSN-MUI jenis transaksi valas yang sesuai syariah adalah transaksi spot dan forward agreement. Transaksi valas dengan skim forward agreement adalah sarah satu skim transaksi yang juga digunakan sebagai instrumen lindung nilai, yaitu forward exchange contract (FEC). Selisih antara delivery rate dengan spot rate pada FEC merupakan representasi dari kenaikan kurs maksimum yang dapat terjadi selama jangka waktu perjanjian. Oleh karena itu, perhitungan delivery rate dapat pula dilakukan dengan menggunakan nilai dari risiko kurs itu sendiri. Dengan menggunakan nilai risiko yang dihitung dengan pendekatan Extreme Value Theory (EVT), selanjutnya dilakukan perhitungan delivery rate dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan pada instrumen lindung nilai yang ada sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan delivery rate dengan menggunakan nilai risiko valas, dapat memberikan manfaat yang setara dengan yang menggunakan unsur bunga. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pengusaha muslim dalam menutup risiko kurs, dapat menggunakan instrumen FEC yang ada sekarang dengan mengganti unsur bunga dalam perhitungan delivery rate dengan nilai risiko kurs.

ABSTRACT
The problem of foreign exchange's (forex) risk is the problem of all companies having debt in foreign currency. Most companies use hedging instruments to manage the risk on forex, except for the sharia company since the available instruments are not free from interest. Therefore, the sharia company shall look for an alternative hedging instrument which in the light of Islamic norms of financial ethics.
According to the fatwa issued by the National Sharia Board (DSN-MUI), transactions on forex should be carried out in the form of spot or forward agreement type of transactions. Transactions under the forward agreement scheme, is commonly used for hedging purposes i.e. forward exchange contract (FEC). In the FEC two parties undertake a complete transaction at a future date but at a price/rate determined today. The determined price/rate or delivery rate can be interpreted as the highest increment of the foreign exchange rate within a specific time period or risk on forex rate. Furthermore, the delivery rate can be calculated using the value of the risk itself. Extreme Value Theory (EVT) is a calculation approach that can be used to estimate the risk solely based on the increments of the forex rate. The delivery rate calculated using the risk's figure is compared to the rate under the available hedging instruments. Our empirical result showed that the use of interest in the available hedging instruments can be replaced by the risk's figure and gained an equal financial benefit. Therefore, the sharia company can use the current FEC as a hedging instrument by replacing the interest with risk's figure in the calculation of delivery rate.
"
2007
T20735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albaet Pikri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor-faktor ekonomi yakni penawaran uang Rupiah (diwakili oleh jumlah uang beredar), permintaan Dolar Amerika (diwakili oleh neraca modal swasta), dan premi risiko (diwakili oleh Premi Swap 3 Bulan) terhadap nilai tukar Rupiah (per satu dolar Amerika).
Model yang diajukan adalah regresi linear berganda dengan satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Metode yang digunakan adalah Ordinary Leasr Square (OLS) yang taksiran parameter-parameter modelnya diverifikasi dengan uji staristik. Data triwulanan yang digunakan bersifat runtun waktu sejak pertengahan tahun 1997 hingga kuartal pertama tahun 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan premi risiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, dimana meningkatnya penawaran Rupiah dan premi risiko mengakibatkan nilai rukar Rupiah terdepresiasi/ melemah, sedangkan pengaruh pergerakan neraca modal terhadap nilai tukar Rupiah tidak signifikan secara statisrik Namun demikian, ketiga variabel bebas secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar dengan arah pengaruh sesuai yang diharapkan, yakni meningkatnya permintaan Rupiah, defisit neraca modal, dan meningkatnya premi risiko menyebabkan Rupiah terdepresiasi.

The purpose of this research is seeing the effect of economic factors; supply of Rupiah, demand of US Dollar (represented by non-government capital account), and risk premium (represented by Swap Premium quarterly) to exchange rate of Rupiah (per US 1$).
The proposed model is multivariate regression with one dependent variable and three independent variables. This research uses Ordinary Least Square with the estimated model parameters which is verified by statistical test. The quarterly data used is taken from mid of 1997 to first quarter of 2002.
The results showed that the Rupiah supply and risk premium had significant effect to exchange rate of Rupiah; where the increase of Rupiah supply and risk premium made a depreciation in the Rupiah, however effect of capital account fluctuation was not statistically significant. All three independent variables gave together a significant effect to exchange rate with the expected direction. That was increasing of Rupiah supply, risk premium and deficit of capital account caused depreciation in the Rupiah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Dwiyanto Yurioputra
"Penelitian ini bertujuan ingin melihat ada tidaknya kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara return IHSG dengan return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina), pengaruh return IHSG terhadap return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN(dollar Singapura, ringgit Malaysia, bahtThailand, dan peso Filipina), dan seberapa besar koefisien pengaruh return IHSG terhadap return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN (dollar Singapura, ringgit Malaysia, bahtThailand, dan peso Filipina) pada kuantil besar dan kecil (nilai tukar ekstrim) dibanding kuantil-kuantil lainnya. Observasi dilakukan pada data harian 2001-2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara return IHSG dengan return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina), pengaruh return IHSG negatif terhadap return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina), dan pengaruh return IHSG besar terhadap return nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang negara ASEAN (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina) pada kuantil besar dan kecil (nilai tukar ekstrim) dibanding kuantil-kuantil lainnya. Hasil ini membuktikan adanya portfolio balance effect.

This research is conducted to investigate existence of cointegration between IHSG and exchange rate of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, and peso Filipina), influence of IHSG return to exchange rate return of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, peso Filipina),and how strong the coefficient of IHSG return to exchange rate return of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, and peso Filipina) in the biggest and smallest quantile (extreme exchange rate) compared to another quantiles. Observation data is daily during 2011-2013.
The result is there is nocointegration between IHSGand exchange rate of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, and peso Filipina), negative influence of IHSG return to exchange rate return of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, and peso ilipina),and the coefficient of IHSG returnstrongly affect exchange rate return of rupiah to four ASEAN currencies (dollar Singapura, ringgit Malaysia, baht Thailand, and peso Filipina) in the biggest and smallest quantile (extreme exchange rate) compared to another quantiles. It supports portfolio balance effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Winatha
"Penelitian ini menganalisa peran metode pembayaran dalam mengurangi risiko nilai tukar, karena ekspor barang dapat tetap ditingkatkan di tengah risiko nilai tukar. Kami menambahkan variabel kontrol berupa REER dan GDP bulanan dan digunakan efek interaksi antara volatilitas dan pemilihan cara pembayaran, yang terdiri dari advanced payment, letter of credit dan pembayaran lainnya. Hasil menunjukkan bahwa dampak volatilitas dapat diturunkan bagi risk-lover eksportir, di mana letters of credit dan pembayaran lainnya berdampak positif dan signifikan di semua level, sementara metode advanced payment berpengaruh positif di tingkat kepercayaan 10%.

This paper analyzes the role of payment method in mitigating the risk of exchange rate volatility. By using the choice of method payment, export goods can still improve to sell abroad amongs currency risk. We add REER and monthly GDP as control variables and used interaction effect between volatility and share of payment method, which consist of advanced payment, Letter of Credit and other payment methods. The results depict that the impact of volatility can be reduced for risk-lovers`s exporters, where letters of credit and other payment positively significant at all level while advanced payment positively significant at 10% level."
2019
T53538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Iskandarsyah
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah model moneter harga fleksibel di Indonesia dalam tahun 1997:8-2005:12 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Terdapat tiga variabel fundamental dalam model moneter harga fleksibel yaitu jumlah uang beredar, pendapatan, dan suku bunga. Dengan melihat pengaruh masing-masing variabel tersebut balk dalam negeri (Indonesia) maupun luar negeri'(Amerika Serikat) dapat diketahui variabel mans yang paling berperan atau paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Teknis analisis yang digunakan adalah uji kointegrasi prosedur Johansen untuk melihat hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk mengestimasi hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang semua variabel dalam model moneter harga fleksibel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah, kecuali Fed Fund rate. Dapat juga disimpulkan bahwa dalam jangka panjang PDB Amerika Serikat memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah dalam periode free floating exchange rate di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka penentuan kebijakan nilai tukar rupiah yang reiatif kuat dan stabil dalam jangka panjang, perkembangan variabel PDB Amerika Serikat harus menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Sementara itu, dalam jangka pendek semua variabel yang digunakan dalam ECM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, jumlah uang beredar Amerika Serikat (M1) dua bulan sebelumnya menunjukan signifikansi yang paling besar terhadap variasi nilai tukar rupiah. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah dan Bank Indonesia harus terus memantau perkembangan aliran dolar Amerika Serikat di dalam negeri dengan tetap melakukan intervensi dan sterilisasi serta mengurangi unsur spekulasi dalam transaksi valuta asing."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endri
"Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar Amerika Serikat merupakan salah satu indikator panting dalam menganalisis perekonomian Indonesia, karena dampaknya yang luas terhadap makroekonomi aggregat, seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar selalu menjadi perhatian serius oleh otoritas moneter untuk seialu memantau dan mengendalikannya, terutama berkaitan dengan faktor -faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kebijakan yang dilakukan oleo otoritas moneter untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar Iebih panting lagi dilakukan semenjak Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang, terutama berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.
Semenjak jatuhnya sistem "Bretton Woods" pada bulan Maret 1973, terjadi perubahan dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) menjadi sistem nilai tukar mengambang (flexible exchange rate) yang mengandalkan pada mekanisme pasar. Di Indonesia sendiri, perubahan sistem nilai tukar ini dialami pada bulan November 1978 dan sejak saat itu Indonesia mulai memberlakukan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating). Artinya, penetapan nilai tukar tidal( murni berdasarkan mekanisme pasar, tetapi masih ada intervensi pemerintah melalui Bank Indonesia. Periode sistem mengambang terkendali yang dianut Indonesia sejak tahun 1978 mendasarkan perhitungan depresiasinya hanya pada dollar. Baru pada tahun 1986 -setelah devaluasi 1986,- Indonesia mendasarkan perhitungan depresiasinya pada basket of currency, yang terdiri dan mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia, yaitu antara lain Amerika, Jepang, Inggris, Singapura, dan Belanda.
Perubahan sistem nilai tukar yang dipergunakan di Indonesia pada dasarnya talc lepas dari perkembangan perekonomian dunia. Hal ini dikarenakan sejak awal Indonesia mengananut sistem perekonomian terbuka, yang membawa implikasi mudahnya gejolak dan luar (ekslernal shock) mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dengan sistem nilai tukar mengambang, pergerakan nilai tukar semakin sulit untuk diprediksi, karena pergerakan nilai tukar yang berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing di pasar, tanpa camper tanggan otoritas moneter.
Ketertarikan ahli-ahli ekonomi terhadap pendekatan moneter telah dimulai sejak tahun 1970-an, Mereka telah meletakkan dasar pemikiran bahwa terdapat kestabilan dalam keseimbangan permintaan uang, dan keseimbangan permintaan uang yang merupakan fungsi linear-homogen dari pendapatan Dalam pendekatan ini, ketidakseimbangan neraca pembayaran diidentifikasi dengan penyesuaian dalam pasar uang.
Tesis dari studi ini adalah untuk menganalisis fluktuasi nilai tukar selama periode 1987-1997, dimana model yang lebih tepat untuk ini adalah menggunakan pendekatan moneter. Perubahan dalam variabel moneter menyebabkan efek panting terhadap nilai tukar. Kebijakan pengendaliaan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh pemerintah melalui otoritas moneter lebih banyak menggunakan instrumen kebijakan moneter. Sejak pemerintah menetapkan penggunaan sistem nilai tukar mengambang (1978-1997), instrumen kebijakan moneter sangat berperan dalam menjaga kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Zen
"Nilai tukar menjadi sangat penting karena menghubungkan sistem moneter antara dua negara. Ketika nilai tukar suatu negara berubah, semua harga luar negeri akan berubah secara relatif terhadap harga dalam negeri, sehingga dalam dua negara yang perekonomiannya berbeda akan terjadi saling ketergantungan. Dengan kata lain nilai tukar diartikan juga sebagai sebuah kunci keterikatan antar sebuah negara terhadap negara lain didunia, baik itu hubungannya terhadap barang-barang dan asset-asset pasar. Nilai tukar yang fluktuatif dapat mengganggu tatanan perkonomian, oleh karena itu perlu diketahui deterrninan fundamental nilai tukar rill yang diharapkan dapat membantu memperbaiki perekonomian melalui kebijakan yang akan dibuat.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi determinan fundamental pergerakan dari nilai tukar rill rupiah baik dalam jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek dengan menggunakan model Behavioral exchange rate (BEER). Selain itu, penelitian ini juga melihat perbandingan pengaruh nilai tukar yang berbeda terhadap dua negara partner dagang utama Indonesia yaitu Amerika dan Jepang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US dollar, nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang, Gross Domestic Pruduct (GDP) riil, term of trade, interest diferensial antara Indonesia dan partner dagang utama, Fiscal balance, Monetary Shocks, Net foreign asset, dan tingkat Openess perekonomian.
Berdasarkan hasil estimasi nilai tukar equilibrium rupiah perdollar pada periode sebelum krisis, faktor fundamental yang signifikan mempengaruhi equilibrium nilai tukar riil dalam jangka pendek adalah perubahan net foreign asset (lag 1) dan variabel perubahan kontroI kebijakan perdagangan (lag 1). Sedangkan pada periode recovery variabel fundamental yang signifikan mempengaruhi dalam jangka pendek adalah variabel perubahan net foreign asset (lag 4), variabel perubahan kontrol kebijakan perdagangan (lag 1) dan variabel perubahan perbe0an selisih tingkat suku bunga (lag 4).
Hasil estimasi nilai tukar riil equilibrium rupiah per-yen pada periode sebelum krisis, selain variabel perubahan kebijakan kontrol perdagangan semua variabel faktor fundamental signifikan mempengaruhi equilibrium nilai tukar riil dalam jangka pendek diantaranya adalah variabel perubahan selisih tingkat suku bunga (lag 6), variabel perubahan term of trade (lag 4), perubahan net foreign asset (lag 4), perubahan produktivitas (lag 4), perubahan kebijakan moneter (lag 4) dan variabel perubahan kebijakan fiskal (lag 3). Sedangkan pada periode recovery variabel fundamental yang signifikan mempengaruhi dalam jangka pendek adalah variabel perubahan selisih tingkat suku bunga (lag 2), variabel perubahan net foreign asset (lag 3), perubahan produktivitas, perubahan kebijakan moneter (lag 3) dan variabel perubahan kebijakan fiskal (lag 3).
Variabel yang mempunyai pengaruh signifikan pada kedua negara yaitu Amerika Serikat dan Jepang terhadap nilai tukar rill Indonesia dan juga signifikan pada semua periode baik itu periode sebelum krisis, periode recovery dan periode setelah krisis adalah variabel net foreign asset, yang menunjukan bahwa besarnya ketersediaan net foreign asset sangat berpengaruh terhadap nilai tukar rill equilibrium di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>