Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilman Fachrian Fadli
"Nilai sebuah brand equity dari sebuah produk rokok sangat penting peranannya. Integrated marketing communication (IMC) adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam membangun brand equity sebuah merek. Sehingga peranan suatu program IMC sangat krusial untuk industry rokok mild/lights yang saat ini sangat banyak pemainnya untuk membedakan suatu brand dengan yang lainnya melalui brand equity. Perlu adanya upaya dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan brand equity yang tepat agar tidak terjebak di dalam kumpulan merek yang generik dan seiring dengan waktu menjadi merek yang terlupakan.

The value of brand equity of tobacco products holds a very important role. Integrated marketing communications (IMC) is one of the strategy that can be done in building the brand equity of a brand. The role of IMC program is very crucial for mild/lights cigarette industry especially with the amount of players playing in the category. When the players have a lot to differentiate over one brand to another, there needs to develop the right brand equity in order not to get stuck in the generic brand and be forgotten over time."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28119
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatullah
"Perkembangan suatu tren gaga hidup baru dalam pasar Indonesia dapat dicermati dari bermunculannya produk-produk yang diklaim produsennya dapat membantu menjaga kesehatan konsumen. Menjamurnya tempat-tempat kebugaran, spa, dan produk-produk elektronik seperti pendingin udara yang dapat membunuh bakteri dan mengeluarkan vitamin C menandakan konsumen Indonesia mulai memperhatikan prodk-produk yang menawarkan value kesehatan.
Demam health-conscious ini juga tidak mau dilewatkan dengan begitu raja oleh pemain-pemain di industri part moving consumer goods. Bermunculannya banyak merek minuman isotonik seakan-akan tidak mau membiarkan sang pioneer Pocari Sweat menikmati tren ini sendirian. Mayora sengaja memilih timing seperti ini untuk pada tahun 2006 membuka divisi baru, divisi beverage, dan mengeluarkan Vitazone pada bulan Naret sebagai produk pertama dari divisi tersebut. Walaupun Vitazone hadir dengan kemasan botol yang sama dengan kemasan head on competitor Mizone, Mayora mencoba untuk tidak secara head-to-head menantang merek-merek yang sudah ada terlebih dulu. Mayora mencoba membuka kategori baru lewat Vitazone dalam industri minuman ringan, kategori Air Minum Bertivitamin (Vitamin Water).
Pemasaran dewasa ini mulai berusaha untuk mensinergikan pesan-pesan yang ingin disampaikan ke konsumen melalui berbagai media/saluran komunikasi yang berbeda yang bertujuan untuk memaksimalkan impact atas segmen yang dituju. 1MC memberikan alternatif bagaimana pemasar menggabungkan secara optimal berbagai alat dalam bauran promosi dan komunikasi pemasaran sebuah merek sehingga tercipta sinergi yang mempunyai nilai lebih tinggi dalam memberi impact yang lebih kepada konsumen sehingga dapat mementuk image yang diinginkan. Dania pemasaran sudah menerima kenyataan bahwa komunikasi yang efektif sangat signifikan dalam membentuk brand awareness dan brand image yang membangun dan menguat brand equity suatu merek, dimana terjadi peningkatan kepekaan terhadap merek, timbul asosiatif positif terhadap merek, meningkatkan loyalitas konsumen, dan persepsi terhadap kualitas yang baik. Brand equity telah menjadi satu sumber yang berharga dalam membentuk keunggulan bersaing bagi banyak perusahaan.
Sebagai pemain termuda dalam kategori minuman isotonik, Vitazone meluncurkan serangkaian program komunikasi above the line dan below the line yang cukup gencar. Atas dasar pemahaman di atas, penulis tertarik untuk memilih Vitazone menjadi obyek penelitian dibatasi pada penilaian brand equity- Vitazone dari hasil komunikasi pemsarannya berdasarkan konsep Cusrotner-Based Brand Equity yang melihat elemen-elemen dari brand equity (brand envareness. brand loyalty, perceived quality, hi-and association) dari merek Vitazone. Selain iru juga penulis meneliti atribut-atribut apa saja yang dipersepsikan konsumen panting terdapat dalam minuman isotonik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode riset, yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif yang menggunakan sumber data primer mela1ui metode sample survey dengan instrumen utama berupa kuisioner dengan skala Likert dimana variable-variabel dalam diambil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Riset eksploratori dilakukan melakui studi pastaka. Focus group discussion dengan beberapa konsumen yang berasai dari Large pasar Vitazone, dan wawancara dengan pihak perusahaan dalam hal ini PT. Mayora Indah, Tbk.
Dari hasil analisa riset pemasaran yang dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13.0 diperoleh beberapa temuan panting. Bahwa dari lima hipotesis yang diungkapkan hanya tiga hipotesis yang terbukti, yaitu Hipotesis 0 bahwa image Vitazone sebagai 'Vitamin Water' kurang kuat terbentuk sebagai hasil dari komunikasi pemasaran Vitazone; Hipotesis Od bahwa Harga premium Vitazone dipersepsikan tidak sebanding dengan kualitas dan value yang ditawarkan; Hipotesis Ot bahwa unique selling proposition Vitazone tidak membangun loyalitas merek. Kemudian atribut-atribut minuman isotonik terpenting menurut persepsi konsumen dari basil penelitian adalah mengganti ion tubuh, bebas bahan pengawet, dan ada informasi produk.
Saran-saran yang diberikan penulis dalam karya akhir ini ditujukan untuk pihak produsen Vitazone, dalam hal ini Mayora. Agar mendapatkan gambaran yang image Vitazone dari kacamata target konsumennya serta menjadi masukan untuk implementasi strategi komunikasi pemasaran di masa yang akan datang.
Penelitian ini memiliki kelemahan terbatasnya jumlah responden serta metode sampling yang bersifat non probability. Untuk mendapatkan basil yang lebih maksimal perlu dilakukan riset sejenis dengan metode pemilihan sampling secara acak atau yang bersifat probabititas dan dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Theodora
"Penelitian ini menjelaskan hubungan antara masing-masing elemen dalam komunikasi pemasaran terpadu sebuah merek produk terhadap pembentukan dimensi-dimensi ekuitas mereknya, serta menjelaskan hubungan antar dimensi dalam ekuitas merek produk tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan survei kepada 772 responden target pemasaran produk tersebut. Analisis data menggunakan metode SEM-PLS pada aplikasi SMART PLS 3.0 dan menggunakan analisis uji univariat serta multivariat. Hasil penelitian mengungkapkan advertising, sales promotions, dan word of mouth marketing memiliki pengaruh paling besar secara positif terhadap pembentukan dimensi-dimensi ekuitas merek. Tidak ada variabel komunikasi pemasaran terpadu yang berpengaruh langsung ke brand loyalty, melainkan harus melewati brand awareness, perceived quality, dan brand association. Brand awareness akan mempengaruhi perceived quality, yang kemudian mempengaruhi brand association, dan baru kemudian mempengaruhi brand loyalty.

This study explains the relationship between each element in the integrated marketing communication of a product brand towards the formation of dimensions of its brand equity, also explains the relationship among the dimensions in the brand equity of the product. This research use quantitative method by conduct a survey to 772 respondents of the brands' target consumer. SEM-PLS method on SMART PLS 3.0 application was used to data analysis and tested using univariate and multivariate analysis. The results of the study reveal that advertising, sales promotions, and word of mouth marketing have the greatest influence for positevly form brand equity dimensions. But there is no integrated marketing communication elements that has direct effect on forming brand loyalty, but has to pass through brand awareness, perceived quality, and brand association. Brand awareness will affects perceived quality, which then affects brand association, and at last affects brand loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endy Subiantoro
"Tesis ini menganalisis Customer-Based Brand Equity (CBBE) melalui pengukuran elemen-elemen pembentuk brand equity (brand loyalty, perceived quality, dan brand image) di industri surat kabar yaitu Harian ekonomi dan bisnis, Bisnis Indonesia. Penelitian juga menganalisis korelasi antara Unique Selling Proposition di surat kabar dan loyalitas pembaca serta seberapa signifikan kontribusi komunikasi pemasaran terhadap penciptaan Top of Mind. Tesis ini adalah penelitan eksploratif dan deskriptif. Karya akhir ini menyarankan perlunya upaya membangun brand equity secara terintegrasi melalui program Integrated Marketing Communication (IMC).

This thesis is emphasized on CBBE through the measurement of the configuration elements of brand equity (brand loyalty, perceived quality and brand image) in newspaper industry involved Bisnis Indonesia, the economic and business newspaper as case study. The research also conceives correlation between unique selling proposition at the newspaper and readers' loyalty moreover how significant marketing communication influence in creating the top of mind. This thesis is conducted in explorative and descriptive research. Hence it suggests strong endeavors to improve the integrated brand equity through the integrated marketing communication (IMC) program."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25400
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Putrama
"Restoran cepat saji (fast food restaurant) merupakan sejenis restoran yang memiliki karakterislik makanannya biasanya telah tersedia sehingga setelah dipesan dapat langsung dibawa untuk dikonsumsi ditempat atau dibawa pulang. Budaya masyarakat perkolaan yang senang untuk mengunjungi restoran cepat saji sepertinya telah menjadi gaya hidup-Hal ini menyebabkan persaingan bisnis restoran cepat saji semakin ketat dengan semakin banyaknya restoran cepat saji lokal maupun internasional.
Sama seperti halnya sebuah produk, restoran cepat saji juga memiliki merek (brand) yang melekat pada dirinya. Merek merupakan identitas yang melekat pada sebuah sebuah produk sehingga dapat dibedakan dengan produk lainnya. Mcrek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan ke konsumen. Untuk itu perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek yang ada akan mcmperoleh banyak keuntungan seperti dapat dilakukannya brand extension.
Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah CBBE (Customer Based Brand Equity) yang mempunyai dasar dari pemikiran bahwa kckuatan mock tcrlctak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat, dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam kasus penelitian ini, konsumen restoran cepat saji harus mengaiami langsung (based on experienced) dengan mengkonsumsi makanan yang ada direstoran cepat saji tersebut sehingga pengusaha restoran cepat saji harus lebih cerdik dalam mensiasati apa-apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ekuitas merek misalnya me]alui program komunikasi yang tepat.
Ada 7 (tujuh) merek (brand) restoran cepat saji yang diukur ekuitasnya didalam penelitian ini yang menurut penulis cukup pantas untuk diteliti yaitu McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC), Wendy's, dan Hoka Hoka Bento. Pengukuran Ekuilas merek (Brand Equity) dalam penelitian ini dibangun dari 4 (empat) dimensi yaitu brand awareness, brand loyally, perceived quality dan brand image. Masing-masing variabel laten ini diturunkan menjadi variabel-variabel operasional yang diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) Mengetahui nilai brand equity dari ketujuh resloran cepat saji yang diteliti. 2) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara brand equity secara keseluruhan dengan kinerja (berdasarkan persepsi) restoran cepat saji. 3) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel pembentuk brand equity dengan kinerja restoran cepat saji. 4) Dapat membandingkan resloran yang dipersepsikan berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah untuk variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kinerja restoran cepat saji. Perlu diketahui kinerja yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan yang dilihat dari tahun berdiri (tahun masuknya restoran cepat saji ini ke Indonesia) dan jumlah gerai yang ada di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Universitas Trisakti Jakarta dengan jumlah responden 280 orang untuk ketujuh restoran ccpat saji yang diteliti. Sehingga profil umum responden yang terbentuk usia berada dikisaran 16-25 tahun, lajang, dan mahasiswa.
Dari penelitian yang dilakukan, dengan menjumlahkan rerata variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut diperoleh basil score brand equity tertinggi ditempati oleh restoran cepat saji McDonalds, kemudian disusul secara berurutan oleh KFC, Hoka-Hoka Bento, CFC, TFC, Popeye's, dan Wendy's.
Ternyata brand equity secara keseluruhan memang mempengaruhi kinerja restoran eepat saji yang berdasarkan persepsi (diperoleh dengan me-regresikan brand equity dengan kinerja). Brand equity yang diperoleh penulis merupakan basil faktor analisis dari ketiga variabel pembentuknya yaitu brand loyalty, perceived quality dan brand Image, karena brand awareness dikeluarkan dari pembentuk brand equity karena tidak dapat diproses lebih lanjut_ Penjelasan yang secara statistik dapat kita lihat dari angka KMO pada output SPSSI3. Untuk itu secara tidak langsung memang ada hubungan antara brand loyally, perceived quality dan brand image dengan kinerja restoran cepat saji.
Penemuan yang tidak diduga ofeh penulis temyata yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kinerja jika meregresikan variabel-variabel pembentuk brand equity (brand awareness, brand loyally, perceived quality, dan brand image) adalah brand loyalty saja. Memang hal ini diukung oleh teori yang mengatakan bahwa inti dari brand equity adalah brand loyalty, karena loayalitas identik dengan pembelian kembali yang menguntungkan pengusaha restoran cepat saji dimasa yang akan datang.
Pembahasan yang berikutnya adalah melihat perbedaan restoran berkinerja tinggi dengan restoran yang berkinerja rendah pada variabel brand loyalty (karena hanya ini yang secara langsung signifikan memberikan pengaruh terhadap kinerja restoran cepat saji yang juga dilandaskan persepsi). Perbedaan dilihat dengan mem-breakdown masing-masing variabel operasional untuk brand loyally. Dari 6 (enam) variabel operasional yang ada memang semuanya signifikan, akan tetapi ada 2 (dua) yang bisa dikatakan cukup rendah yaitu kemungkinan untuk pindah ke restoran lain dan kemungkinan tidak berkunjung secara reguler. Hal inilah yang membuat Penulis menyatakan konsumen restoran cepat saji berada pada satisfied buyer with switching cost. Sedangkan keempat varibel opersional lainnya untuk brand loyalty seperti cukup puas jika berkunjung ke restoran ini, merekomendasikan restoran ini pada orang lain, ingin berkunjung kembali dan memilih restoran ini sebagai pilihan pertama sudah dirasakan cukup tinggi. Akan tetapi menurut penulis perlu ditingkatkan lagi, jika pengusaha restoran cepat saji ingin meningkatkan loyalitas ketingkat selanjutnya yaitu likes the brands (menganggap merek sebagai temannya).
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan, diambilnya respondcn cepat saji di mall sehingga seluruh segmentasi usia dapat tersentuh yang memang benar-benar dapat merepresentasikan konsumen restoran cepat saji."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avrini Tesianti
"Coffeehouse merupakan sejenis cafe yang menyediakan kopi dan teh berkualitas superior dan memiliki berbagai rasa dan campuran. Selain, jenis makanan yang ditawarkan di coffeehouse antara lain yaitu jenis makanan yang dipanggang, soup ,sandwiches hingga makanan penutup (dessert). Coffeehouse memiliki fungsi sosial di mana dapat digunakan sebagai tempat bagi orang-orang yang ingin berkumpul, mengobrol, menulis, membaca dan bemain games baik secara individu maupun dalam kelompok kecil. Sama halnya dengan sebuah produk, coffeehouse juga memiliki merek yang berfungsi untuk membedakan coffeehouse tersebut dengan pesaingnya. Merek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan kepada konsumen. untuk itu, perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek tersebut dapat membenkan keuntungan kepada perusahaan. Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Customer Based Brand Equity (CBBEE) yang mempunyai dasar pemikiran bahwa kekuatan merek terletak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, coffeehouse yang akan diukur ekuitas mereknya adalah coffeehouse Brew&Co. Atribut yang membentuk ekuitas merek dari coffeehouse Brew&Co ini yaitu: brand awareness, brand loyalty, perceived quality dan brand association. Kemudian, responden merupakan pelanggan yang sedang berkunjung ke coffeehouse Brew&Co sehingga responden dianggap sudah memiliki pengalaman terhadap produk, service dan atmosphere yang ditawarkan oleh coffeehouse tersebut. Responden berjumlah 100 orang.
Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) mengetahui tingkat signifkansi pengaruh masing-masing atribut dari variabel brand equity dalam membentuk persepsi public terhadap merek Brcw&Co dan 2) mengetahui upaya yang dilakukan Well coffeehouse Brew&Co dalam membentuk persepsi publik melalui masing-masing atribut dari variabel brand equity. Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa brand awareness tidak berpengaruh secara signifikan dalam penelitian ini karena responden merupakan pengunjung coffeehouse Brew&Co. Penyebutan merek Brew&Co oleh responden lebih didorong atas pengalaman yang dirasakan terhadap produk, service dan atmosfir yang ditawarkan oleh coffeehouse Brew&Co seat itu. Kemudian, pelanggan Brew&Co belum memiliki loyalitas yang tinggi terhadap coffeehouse Brew&Co karena banyaknya merek coffeehouse di industri ini. Atribut yang dinilai memberikan pengaruh besar dalam pembentukan brand equity untuk merek Brew&Co yaitu perceived quality dan brand image. Penilaian terhadap perceived quality dapat menjelaskan bahwa produk, service dan atmosphere yang ditawarkan oleh coffeehouse Brew&Co dapat dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan. Penilaian terhadap atribut brand image menjelaskan bahwa image atau citra yang ingin dibentuk oleh coffeehouse Brew&Co yaitu memberikan kepuasan kepada pelanggan baik dari produk yang berkualitas, harga dan atmosphere coffeehouse yang nyaman telah tercapai.

Coffeehouse is a place with provide coffee and tea with a superior quality and have variety of flavor. Beside that, coffeehouses also provide some foods such as; baked, soup, sandwiches and dessert. Coffeehouse have a social functional, which provide place to socialize, chat, write, read or play games by them self or in small group. Same as a product, coffeehouses also has a brand which function is to differentiate the coffeehouse with the competitor. Brand will have a value if the product supply to the customer. Because of that, it is need to develop the brand equity that can give advantage to the company. The brand equity in this research is the Customer Based Brand Equity (CBBE) which value of the brand equity based on what customer have learn, feel, see and hear about the brand in period of time. In this research, brand equity of Brew&Co coffeehouse is an object to be value. The attributes of brand equity in build the brand equity for Brew&Co coffeehouse are: brand awareness, brand loyalty, perceived quality and brand association. Respondents of this research is the customer of Brew&Co coffeehouse it?s self, which assumed that the customers had an experience with the product, service and atmosphere of the coffeehouse.
The objectives of this research are: 1) to identify the significance of each attribute in influence the brand equity of Brew&Co coffeehouse and 2) to identify the effort of Brew&Co coffeehouse in develops the public perception by using each attribute of brand equity variable. The result of this research is that brand equity does not influence in build the brand equity because the respondents of the research are Brew&Co coffeehouse customer. Respondents thought Brew&Co as one of the coffeehouse brands is because the experience of what they feel about the product, service and atmosphere in Brew&Co coffeehouse at that time. Beside that, the result shows that the customers of Brew&Co coffeehouse do not in the highest position of loyalty. It caused by there are a lot of coffeehouses in the industry. The attributes which give higher value in build the brand equity of Brew&Co coffeehouse is perceived quality and brand image. The value of perceived quality shows that product, service and atmosphere of Brew&Co coffeehouse is equal with the customer expectation. The value of brand image shows that image can give a satisfaction to the customer by provide product in good quality, price and atmosphere of the coffeehouse.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zannaria Adi Tasya
"Popularitas platform transportasi online yang terus meningkat adalah bukti bahwa konsumen memiliki pengalaman pribadi dengan merek-merek ini. Mengingat pentingnya platform transportasi online di masyarakat, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman merek dalam membangun ekuitas merek berbasis konsumen (CBBE) secara langsung maupun melalui mediasi dari faktor lain pada aplikasi transportasi online di Indonesia. Survei online terhadap 300 pengguna layanan aplikasi transportasi online di Indonesia memberikan data uji empiris. Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan Structural Equation Modelling - Partial Least Squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan pengaruh tidak langsung pengalaman merek terhadap ekuitas merek berbasis konsumen sehingga pengalaman merek memberikan pengaruh yang sepenuhnya dimediasi oleh keterikatan merek emosional terhadap ekuitas merek berbasis konsumen. Secara keseluruhan, keterikatan merek emosional memiliki efek langsung dalam membangun ekuitas merek berbasis konsumen. Sedangkan faktor lain seperti kredibilitas merek dan kepuasan konsumen memediasi keterikatan merek emosional dalam membangun ekuitas merek berbasis konsumen. Pengaruh langsung juga terjadi pada variabel keterikatan merek emosional, kredibilitas merek dan kepuasan konsumen yang memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap ekuitas merek berbasis konsumen. Penelitian ini memperkaya literatur yang ada tentang faktor-faktor yang membangun ekuitas merek dan diharapkan dapat memberikan gambaran pada perusahaan transportasi online untuk meningkatkan ekuitas merek mereka dan memperoleh informasi tentang bagaimana membangun hubungan antara konsumen dengan merek.

The ever-growing popularity of transportation online platforms is evidence that consumers have personal experiences with these brands. Given the prominence of transportation online platforms in society, this study aims to analyze the effect of brand experience in building consumer-based brand equity (CBBE) directly or requiring mediation from other factors in online transportation applications in Indonesia. An online survey of 300 users of online transportation application services in Indonesia provides data of empirical testing. The research hypotheses were tested using Structural Equation Modelling - Partial Least Squares (SEM-PLS). The results showed an indirect effect of brand experience on consumer-based brand equity so that brand experience gave a fully mediated effect of emotional brand attachment to consumer-based brand equity. Overall, emotional brand attachment has a direct effect on building consumer-based brand equity. Meanwhile, other factors such as brand credibility and consumer satisfaction mediate emotional brand attachment in building consumer-based brand equity. A direct effect also occurs in the variables of emotional brand attachment, brand credibility, and consumer satisfaction which have a positive and significant relationship to consumer-based brand equity. This study enriches the existing literature on the factors that build brand equity and is expected to provide an overview of online transportation companies to increase their brand equity and obtain information on how to build relationships between consumers and brands."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemmy Jouhary
"ABSTRAK
Menjadi bank sekarang ini tidak semudah seperti keadaan 10 tahun yang lalu, dimana tuntutan akan layanan perbankan masih belum tinggi. Sekarang ini sudah mulai timbul tuntutan akan layanan yang makin tersegmentasi sesuai kebutuhan nasabah
tersebut.
Walau masuk ke dalam pengelolaan BPPN pada masa krisis, BCA kini telah menjadi leader dalam transaction banking. T etapi seiring dengan ketatnya persaingan antar bank, di mana bank-bank lebih agresif untuk meniru hal-hal yang selama ini dianggap sebagai keunggulan BCA.
Salah satu cara untuk mengerem persaingan ini adalah dengan meningkatkan kemampuan dari merek BCA, walau fitur yang ditawarkan sama tetapi jika konsumen lebih memilih BCA tentunya akan sangat menguntungkan BCA dalam mengatasi persaingan ini. Chematony (2002) mengutip perkataan Doyle (2000) bahwa "business success is due, in no insignificant part, to brand performance".
Apa yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel-variabel apa sajakah yang secara signiftkan berperan membentuk basil yang positif dari Brand Equity (Branding Benefit) dari Bank Central Asia dan berapa besar hubungan dari variabel-variabel tersebut dalam membangun hasil dari ekuitas merek itu.
Penelitian ini menggunakan model Customer Based Brand Equity yang dikemukakan Keller. Dalam model tersebut, "Brand-building Tools and Objectives" membentuk "Consumer Knowledge Effects" yang lalu membentuk "Branding Benefit". Sementara pengetahuan konsumen terhadap merek (brand knowledge) dibangun dari tiga faktor utama, yaitu: pemilihan elemen merek (choosing brand element), membangun program pemasaran (developing marketing program) dan daya ungkit dari asosiasi sekunder (leverage of secondary association). Lalu dua faktor utama dari pengetahuan pelanggan (Customer Knowledge Effect), yaitu: kesadaran terhadap merek (brand awareness) dan gambaran tentang merek (brand image). Hubungan antara keenam variabel ini lalu diterjemahkan menjadi 8 hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini.
Untuk mencapai tujuan yang didasarkan atas definisi di atas, penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode riset, yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif yang menggunakan sumber data primer melalui metode sample survey dengan instrument utama berupa kuesioner. Riset eksploratori dilakukan melalui studi pustaka dan kuesioner open ended question yang dibimbing langsung oleh penulis. Lalu variabel-variabel yang diperoleh dalam riset eksploratori ini akan menjadi dasar pertanyaan dalam riset deskriptif Riset deskriptif sendiri dilakukan melalui kuesioner dengan skala Likert. Untuk menguji reliabilitas metode pengukuran, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji validitas melalui factor loadings dan nilai T serta uji reliabilitas melalui composite / construct reliability, dan variance extrancted measure. Setelah itu variable yang tersisa akan dimasukkan ke dalam persamaan Stuctural Equation Modelling dan melalui tahapan uji kecocokan keseluruhan model dan uji kecocokan model struktural.
Dalam uji kecocokan keseluruhan model, diperoleh basil bahwa model memiliki goodness of fit yang tinggi baik dalam uji absolute fit, incremental maupun parsimonious fit measures. Tetapi dalam uji kecocokan model struktural masih terdapat beberapa hubungan yang tidak lolos dalam uji, sehingga langkah berikutnya adalah memodifikasi model dengan mengurangi jalur hubungan dimulai dari yang paling lemah hingga tersisa hubungan yang signifikan.
Setelah melalui beberapa tahapan diperoleh hasil bahwa variabel "Marketing Program" signiftkan mempengaruhi variabel "Brand Image" dan variabel "Secondary Association" signifikan mempengaruhi variabel "Brand Awareness" yang lalu mempengaruhi variabel "Branding Benefit". Dan masing-masing hubungan itu merupakan hubungan yang positif.
Dari hasil temuan dalam penelitian disimpulkan bahwa dari delapan hipotesis yang diungkapkan pada awal penelitian ternyata hanya tiga hipotesis yang terbukti yaitu: Hipotesis 3 bahwa variabel "Leverage of Secondary Association" secara signiftkan mempengaruhi variabel "Brand Awareness" dalam hubungan yang positif; Hipotesis 5 bahwa variabel "Developing Marketing Program" secara signiftkan mempengaruhi variabel "Brand Image" dalam hubungan yang positif; lalu Hipotesis 7 bahwa variable ''Brand Awareness" secara signiftkan mempengaruhi variabel "Branding Benefits" dalam hubungan yang positif
Kemudian beberapa saran dapat diangkat yaitu langkah yang perlu diambil BCA untuk meningkatkan performa bisnis yang diambil melalui peningkatan kinerja brand dengan cara memaksimalkan branding benefit adalah dengan meningkatkan Brand Awareness melalui upaya untuk mensosialisasikan Faktor yang membentuk Secondary Leverage yang berdasarkan penelitian memberikan pengaruh paling besar dan signiftkan bagi peningkatan Branding Benefit. Selain itu disarankan penelitian lanjutan dalam skala yang lebih luas dan dalam industri yang berbeda selain pada industri yang pernah diteliti selama ini.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Seskjuai Kustjiptafelia
"Saat ini bisnis kafe tumbuh pesat terutama di kota besar. Hanya kurang dari 5 tahun sejak Starbucks pertama dibuka di Indonesia, kebiasaan konsumen SES AB dalam mengunjungi kafe berkembang dengan sangat pesat. Fungsi kale tidak lagi seperti 5 tahun yang lalu, saat ini kafe lebih cenderung kearah tempat tujuan ketiga setelah rumah dan kantor, dimana konsumen tidak sekedar datang untuk minum kopi tetapi juga sebagai tempat untuk berbisnis, bertemu teman dan relasi, atau sebagai tempat beristirahat seteiah mengalami kelelahan. Kale sudah merupakan gaya hidup di kaiangan masyarakat urban khususnya mereka yang berasal dari SES AB, yang mau menyisihkan uangnya yang tidak sedikit untuk sekedar mampir ke kafe.
Melihat semakin meningkatnya permintaan akan kafe, tidak mengherankan jika semakin hail semakin banyak kafe yang mencoba beroperasi, baik itu kafe lokal maupun kafe yang merupakan merek asing yang mencoba peruntungannya di Indonesia. Salah satu kafe yang paling pesat perkembangannya adalah Starbucks, saat ini Starbucks telah membuka 49 gerai kafe yang tersebar di 6 kota besar di Indonesia. Starbucks yang memiliki reputasi kuat di tingkat internasional berhasil menunjukkan kekuatan mereknya di Indonesia, hal ini tentu saja tidak terlepas dari strategi pemasaran yang dilakukannya.
Karya akhir ini bertujuan untuk melihat kekuatan merek Starbucks dibandingkan dengan 5 kompetitor utamanya di Indonesia. Tiga tujuan utama yang akan digali melalui karya akhir ini yaitu, tujuan yang pertama ialah melihat faktorfaktor pembangun brand equity, terutama pada variabel perceived quality dan brand association, tujuan kedua ialah menghitung brand equity dari 6 pemain utama dalam bisnis ini menggunakan metode Customer Based Brand Equity (CBBE). Sedangkan tujuan yang terakhir adalah met ihat segmentasi dari konsumen kafe.
Karya akhir ini menggunakan metode eksploratory untuk mencari bahan rujukan dari berbagai sumber agar dapat mendalami permasalahan yang akan diteliti dan deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan basil dari penelitian secara terstruktur dan sistematis. Tahap pengumpulan data melalui 3 tahap yaitu pertama tahap kualitatif menggunakan indepth interview yang bertujuan untuk menggali informasi yang iebih mendalam mengenai profit orang-orang yang biasa mengunjungi kafe, kebiasaan mereka dalam mengunjungi kale dan menggali informasi mengenai atribut yang melekat dengan kafe. Informasi ini kemudian akan dipakai untuk membangun kuesioner yang akan digunakan pada tahap kedua, yaitu tahap kuantitatif. Pada tahap ini 100 responden yang merupakan target market dari Starbucks dipilih sebagai sample menggunakan Non probability sampling, analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik validitas dan realibilitas, means, weighting, cross tabulation dan Brand Map®. Selanjutnya tahap ketiga merupakan tahap kualitatif mengunakan indept interview yang bertujuan untuk menentukan segmentasi dari konsumen kafe.
Dari basil analisa riset pemasaran yang dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13,0 dan Brand Map® diperoleh beberapa temuan penting. Bahwa atribut pembentuk perceived quality adalah; rasa kopi yang nikmat, kopi terbaik, makanannya enak, pegawainya cepat, pegawai ramah dan tabu produk, penampilan pegawai menarik, pesanan sesuai dengan yang dipesan, selalu bersih dan rapi, dan memiliki jam buka yang sesuai. Sedangkan atribut pembentuk brand image ialah: lokasi strategis, layout dan kursi yang nyaman, membuat betah berlama-lama, suasana nyaman dan tidak ramai, musiknya enak, memiliki area smoking terpisah, bisa memesan sesuai sclera, tersedia minuman lain, harganya sesuai, tersedia wvi-fr, dan menunjukkan status.
Dalam penghitungan CBBE, nilai tertinggi di antara 6 kafe yang diteliti ternyata ditempati oleh Starbucks, dengan nilai yang sangat jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya. Untuk urutan selanjutnya secara berurutan ditempati oleh Coffee Bean, Bakoel Koine, Oh la Ia, Excelso, dan Gloria Jeans. Sementara dari basil analisa Brand Map® tampak bahwa Starbucks bersaing ketat dengan Coffee Bean, Bakoel Koffie bersaing dengan Gloria Jeans dan Excelso, sementara Oh La La tidak memiliki kompetitor terdekat. Sementara kafe yang memberikan Iayanan kopi terbaik dengan rasa kopi nikmat dan menyediakan musik yang enak masih merupakan posisi yang belum diisi oleh 6 pemain utama di bisnis ini.
Adapun dalam analisa segmentasi didapat 4 segmen konsumen kafe yaitu: hedonis yang mewakili konsumen yang mengunjungi kafe untuk bertemu dengan teman-temannya, si pekerja dengan memindahkan kegiatan kantornya ke kafe, coffee lovers yang mencari kenikmatan meminum kopi, dan si sibuk yang ingin menyegarkan tubuhnya tanpa perlu menghabiskan banyak waktu.
Hasil dari penelitian karya akhir ini memberikan beberapa pengetahuan balk bagi pelaku bisnis yang bergerak dalam bidang kafe, bagi peneliti, masyarakat umum dan akademisi. Bagi pelaku bisnis tentu saja dapat mendapatkan informasi mengenai atribut yang berpengaruh untuk memperkuat merek mereka yang pada akhirnya dapat tetap eksis pada industii yang berhubungan dengan gaya hidup, yang biasanya cepat berubah. Bagi peneliti, karya akhir ini membuat pengetahuan akan kekuatan sebuah merek bertambah, sementara bagi masyarakat umum dan Para akademisi, hal dapat semakin memperjclas bahwa kekuatan merek dapat berpengaruh besar pads gaya hidup khususnya uniuk masyarakat kelas atas dengan melihat keberhasilan dari Starbucks yang daiam waktu singkat merubah kebiasaan konsumcn kelas atas daiam mengunjungi kafe.

Recently, the business of cafe is grow so fast in urban area. Within only less than 5 years since the Starbucks open firstly in Indonesia, the habit of consumer from in visiting the cafe grows so fast. The function of the cafe is not like five years ago, this time the cafe disposed to the third aim side after house and office, where the consumers not only come to drink coffee, but the cafe also as the business place, hang out with the friends and relation, or as the resting place after they feel tired. The cafe has already become a life style in urban community especially for the community from the SES AB, who are able to spend !heir much money for only come to the cafe.
Looking at the demand of cafe which growing faster; it is not course amazement if there are many cafes are operate in every days event it is the local cafe or the foreign brands which are tried their fortunes in Indonesia, one of the success cafe is Starbucks. Today Starbucks has opened 49 cafes in 6 major cities in Indonesia. Starbucks which has high reputation in the international level is success to present their brand strength in Indonesia, this point of course not released from their marketing strategies.
This study is to see the strength of Starbucks and compared with 5 main competitors in Indonesia. Three main purposes will be explained in this paper, they are. the first purposes is to see the building factors of brand equity, mainly on the perceived quality variable and brand association, the second purpose is counting the brand equity from 6 main players in this business using the Customer Based Brand Equity (CBBE) method And the last purpose is to find the segmentation of the cafe's consumer.
This paper is using exploratory method to looking for the reference material from many sources to deepen the problems that will be searched and the descriptive that will be used in explaining the result of the research structure and systematically. The step of data collecting used three phases they are : first phase, the qualitative used in-depth interview to reach the information about the people profiles that usually come to the cafe, their habitual in visiting the cafe and to get information about the adhere attribute of cafe. Then this information will be used for building up the questioner that will be used for the second step, the quantitative phase. For this phase a hundred respondent of the target market of Starbucks chosen as the sample using non probability sampling. Analysis in this research using the validity and reliability techniques, means, weighting, cross tabulation and Brand Map ®. The next, third phase is qualitative study using in-dept interview for the purposes to determine segmentation from cafe consumer.
From the result of the marketing analysis research which is helped by using soft equipments SPSS verse 13.0 and Brand Map ® achieved many important finding. Attribute of perceived quality are : the nice taste of coffee, best coffee, nice food, the fast employee, the friendly employee and know the product, the good performance, the order is same as ordered, always clean and neat, and has the suitable open time, while the attribute of brand image are strategies location, nice chair and layout, comfortable to stay long, comfortable situation, nice music, has separable smoking area, can order as the own taste, present another drink, the suitable price, present and showing the status.
In calculating CBBE, the highest rank between 6 analyzed cafe, in fact is occupied by Starbucks, with the highest rank leaved another competitor, the next rank queue by Coffee Been, Bakoel Koffie, Oh La La, Excelso, and Gloria Jeans.
While the brand map Cr7 result analysis shows that Starbucks 's main competitor is the Coffee Bean, Bakoel Koffe competitive with Gloria Jeans and & Celso, while Oh La La has not near competitor. While the cafe that give the best services with the nice taste coffee and present the nice music still as an opportunity since not be filled by another six main player in this business.
In the segmentation analysis there are 4 segment of cafe consumers, they are : Hedonis that represent consumer that visiting the cafe to hangout with the friends, the workers which moved their office activities to the cafe, coffee lovers that looking for the enjoyment to the coffee, and the busy man who wants to refresh their self without spend their much time.
The result of this work give some good know ledges for the business man who concentrate in the cafe side, for the writer, public community and the academics. For the business man of course can get the information about the attribute that influence for stressing them the final can be exists in life style industries, that usually can move vastly. For the researcher this last work make the knowledge to increase the strength of the brand, while for the public community and the academics, this points can resemble that the strength brand can be influenced in Iife style especially for SES AB community by seeing the successful of Starbucks which in the short time change high consumers habitual in visiting the cafe."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Mayasari
"The objective of this research ls to determine what is the most appropriate lMC strategy to apply in Indonesia market and to analyze the brand equity of EMC products in Indonesia market. EMC is information infrastructure global market leader. But at the moment, there is an issue that EMC considered very late compared to its competitors in dealing with Indonesia market. EMC is not yet becoming Indonesia market leader. Indonesia consumen also have perception that EMC place is very high againts others. The lateness of EMC in entering Indonesian market triggers the whole part of PT. EMC Information Systems to move more aggressively and effectively. The right implementation of Integrated Marketing Communication would be the main factor to create the brand awareness that would then growth the brand loyally towards the consumers in Indonesian market. The Research Method used in the thesis writing consists of two main parts, which are Survey and in-depth Interview. Data analysis shows that Word of Mouth (WOM) and Personal Selling nrc tbc 1110st effective way to increase brand awareness."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T32423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>