Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Ayukusumawati
"Plastik merupakan produk olahan teknologi dengan beberapa kelemahan yang telah diubah menjadi wadah penyimpanan dari plastik yang fungsional, dan aman untuk digunakan. Tupperware sebagai perusahaan multinasional yang menjual dan memasarkan wadah-wadah terbuat dari plastik berkualitas premium, melihat kesempatan baik tersebut. Tupperware telah lama dikenal oleh konsumen Indonesia, brand awareness yang baik telah dicapai oleh Tupperware yaitu sebesar 80% (data tahun 2003), hal tersebut seharusnya diikuti dengan keinginan membeli yang tinggi oleh konsumen. Ternyata, hal tersebut tidak dirasakan oleh produk Tupperware, masih banyak ditemukan konsumen yang tidak mau membeli produk tersebut. Hal ini mengakibatkan penjualan produk Tupperware menurun sebesar 13% pada tahun 2004-2005. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji lebih dalam alasan konsumen membeli produk Tupperware dengan terlebih dahulu melihat ekuitas merek dari Tupperware itu sendiri. Selanjutnya akan dilihat seberapa tepatkah strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh Tupperware.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan desain riset eksploratori dan desain riset deskriptif, Tahap riset eksploratori dilakukan wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa konsumen Tupperware, sedangkan riset deskriptif yang digunakan adalah cross-sectional design dengan metode survey. Oleh karena itu, pengambilan data dari setiap responden hanya dilakukan satu kali. Responden adalah konsumen yang menggunakan wadah penyimpanan dari plastik di wilayah pemukiman Tanah Kusir dan Bintaro Jaya.
Hasil penelitian mengatakan bahwa ekuitas merek dari produk Tupperware sebagai berikut, responden telah memiliki komitmen yang tinggi untuk tetap membeli produk Tupperware. Ternyata, konsumen membeli produk Tupperware bukan karena harga melainkan faktor lain. Konsumen juga memiliki persepsi yang baik terhadap produk Tupperware, yaitu sebesar 80,98%. Asosiasi konsumen terhadap produk Tupperware adalah kualitas bagus (41%), harga mahal (23%) dan mutu terjamin (21%). Tupperware juga terbukti dapat menduduki posisi puncak dalam merek yang paling diingat dalam benak konsumen.
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa konsumen membeli produk Tupperware karena mutu produk tersebut terjamin. Perhitungan crosstab menunjukkan bahwa sebanyak 39% konsumen yang loyal terhadap produk Tupperware mengatakan cukup setuju untuk membeli produk Tupperware dengan alasan mutu terjamin. Selain Tupperware telah memiliki persepsi yang baik dalam benak konsumen, ternyata 42% konsumennya mengatakan bahwa mereka membeli produk Tupperware karena mutu terjamin.
Dari hasil penjelasan diatas, maka saran yang dapat diberikan untuk strategi pemasaran produk Tupperware adalah lebih mengetahui perilaku konsumen yang menggunakan wadah penyimpanan dari plastik sehingga target pasar dapat dibidik dengan tepat. Strategi harga yaitu tidak menaikkan harga produknya karena telah dipandang sebagai produk mahal oleh konsumen. Selain itu, inovasi sebagai salah satu kunci sukses dari produk Tupperware, harus selalu ditingkatkan. Dalam strategi promosi, Word Of Mouth sangat berperan dalam memasarkan produk Tupperware. Mensponsori acara di televisi yang berkaitan dengan rumah tangga, ikut serta dalam bazaar, mengembangkan B2B, dan membuka Butik Tupperware dan distributor dipertokoan. Terakhir, strategi distribusi untuk Tupperware adalah meningkatkan kualitas para salesperson dengan Cara memberikan pelatihan, target pelaksanaan home party bagi salesperson, merekrut salesperson baru, dan perlunya acara gathering untuk bertukar pengalaman bagi para salesperson.

Plastic is a technologically processed product with a number of weaknesses that have been transformed to become plastic containers that are functional and safe in use, The Tupperware made by a multinational company that sells and markets plastic containers of premium quality, sees this good opportunity, The Tupperware has long been known by Indonesian consumers. The Tupperware has attained the brand awareness up to 80% (data of 2003). This condition should be followed-up by high demands by consumers. However, it was not responded by the Tupperware product, as there are still a good many consumers who refuse to buy this product. The impact was a decrease in the sale of the Tupperware product by 13% in 2004-2005. Accordingly, this study is designed to thoroughly identify why the consumers buy the Tupperware product by first looking at the equity of the Tupperware trademark itself. Further, it will be necessary to identify how accurate the marketing strategy is as adopted by the Tupperware.
This study was conducted by combining the exploratory research design and the descriptive research design. The stage of exploratory research includes in-depth interviews with a number of the Tupperware consumers. The descriptive research stage uses the cross-sectional design with the survey method. Hence, the data collection from consumers was only done once. The respondents are the consumers that use plastic containers in Tanah Kusir and Bintaro Jaya residential areas.
The results of the study show the trademark equity of the Tupperware product is that the respondents are highly committed to continue buying the Tupperware. It was found that the consumers buy the Tupperware products not for the price but for another factor. The consumers also have a good perception of the Tupperware, namely, 80.90%. The consumers' associations of the Tupperware product are that it is of good quality (41%), high price (23%) and quality warranted (21%). The Tupperware was also found to be at the top position in the list of trademarks the consumers remember the most.
It was also found in the study that the consumers buy the Tupperware product because the quality is warranted. The cross tab equation shows that 39% of the consumers loyal to the product said they agree that buying the Tupperware product means buying for the warranted quality. Besides having successfully attained perception in the minds of the consumers, it was found that 42% of the consumers stated they buy the Tupperware for the warranted quality.
From the above findings of the study, the recommendation for the Tupperware product marketing is to identify the behavior of the consumers using the plastic containers so that the marketing could be better targeted. The price strategy should be not to increase the price as the consumers see it as an expensive product. Besides, innovations as one of the keys to success for the Tupperware product should be improved, In the promotional strategy, the World of Mouth has an important role in the marketing of the Tupperware products. Other recommendations include sponsoring TV programs pertaining to household activities, participation in bazaars, developing B2B, and starting a Tupperware Boutique as well as distributors in shops. Finally, the distribution strategy for the Tupperware product will require improving the quality of the salespersons through training, home party for salespersons, recruitment of new salespersons, and initiating gatherings for exchange of experience among the salespersons.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Rahmawati
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25663
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sylvia Hastarini
"Tingginya tingkat penetrasi terhadap ide Multi Level Marketing (MLM) yang ditandai dengan be-gitu banyak nya orang yang mendaftarkan diri menjadi distributor menunjukkan adanya respon yang luar biasa sebagai efek Komunikasi atas ide MLM tersebut. Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jauh mengenai respon dari Para distributor terhadap ide MLM; khususnya kognisi dan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadapnya, Dalam hal ini dilakukan penelitian survey terhadap distributor perusahaan MLM PT Amway Indonesia Teknik penarikan sampel yang digunakan adaiah Sampel Purposive (sengaja) dengan menetapkan jatah (kuota) berdasarkan status kedistributorannya yakni: 50 distributor Peringkat dan 50 distributor Non Peringkat. Status kedistributoran merupakan jenjang yang ditetapkan perusahaan berdasarkan penjualan pribadi; penjualan kelompok dan konsistensi usaha dari bulan ke bulan. Dalam hal ini masing-masing kelompok; baik peringkat maupun non peringkat; dilihat sebagai suatu sub populasi walaupun kelompok non peringkat jumlahnya jauh lebih banyak daripada kelompok Peringkat. Pada kelompok Non Peringkat tingkat kognisinya cenderung sedang (72%) dan kelompok Peringkat; tingkat kognisinya mutlak tinggi (100%). Dari kedua kelompok tersebut; variabel Terpaan Media Internal terbukti signifikan terhadap tingkat kognisi responden. Terdapat indikasi bahwa distributor yang tingkat kognisinya tinggi adalah mereka yang terpaan media internalnya juga tinggi. Ia memanfaatkan media internal secara maksimal untuk memperluas wawasannya tentang MLM. Sebaliknya; sebagian Distributor non peringkat cenderung tidak memanfaatkan media internal secara maksimal; bahkan banyak diantara mereka yang tidak tahu mengenai media internal itu sendiri atau mereka tahu tapi belum pernah terterpa oleh media internal tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1995
S4142
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anti Arianti, Author
"ABSTRAK
Seiring makin pesatnya trend penggunaan kartu kredit di mancanegara, bisnis kartu kredit di Indonesia kini juga semakin marak. Bisnis kartu kredit di Indonesia yang sempat terpuruk pada awal-awal krisis, kini telah bangkit kembali. Kecenderungan perbankan nasional yang saat ini lebih bergerak ke sektor consumer banking, telah berpengaruh secara signifikan terhadap bangkitnya bisnis kartu kredit di Indonesia. Hal ini terlihat dari melonjaknya jumlah kartu kredit yang beredar belakangan ini.
Setelah sempat anjlok selama 1997 - 1998, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia sempat mengalami kenaikan signifikan lebih dari 50%, bahkan transaksinya melonjak lebih dari 100% di tahun 2001lalu. Jika pada tahun 1998 jumlah kartu yang beredar hanyalah sebanyak 2,53 juta kartu dengan transaksi senilai US$ 787 juta, maka pada tahun 2001 jumlah kartu yang beredar melonjak menjadi 3,99 juta kartu dengan nilai transaksi US$ 2,1 milyar. Jika dilihat dari pangsa pasarnya, pada 2003 lalu Citibank masih menempati urutan pertama dengan menguasai 28,9% dari total kartu kredit yang beredar. Peringkat berikutnya ditempati BNI yang menguasai 14,9%, lalu BCA dengan 13,2%. Sejumlah faktor lain yang mendorong maraknya kembali bisnis uahg plastik ini, diantaranya penurunan suku bunga kartu kredit, serta gencamya promosi yang dilakukan sejumlah perusahaan penerbit.
Visa Card dan Master Card merupakan pemegang brand kartu kredit terbesar di dunia, kini mulai kembali bergairah dengan pasar Indonesia. Keduanya merupakan penerbit kartu kredit yang mendominasi pasar Indonesia. Jika pada 1995 keduanya menerbitkan 1 ,35 juta kartu kredit, atau mencapai 80% dari total, untuk 2003 malah meningkat dengan menguasai 85% pangsa pasar kartu kredit. Rinciannya adalah sebagai berikut, 44,7% dikuasai Visa, 40,2% oleh MasterCard, dan penerbit lainnya hanya menguasai sebesar 15,1 %. Dengan kelebihannya menggantikan fungsi uang tunai dan turut meningkatkan "status sosial" pemiliknya, bisnis kartu kredit ini telah
menjadi salah satu andalan consumer banking di Indonesia. Karena itu tak heran jika pemain lama di sektor ini termasuk Citibank, berusaha untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
Persaingan yang ketat membuat perusahaan berlomba-lomba untuk melihat lebih jeli peluang yang ada dan juga berusaha untuk memberikan inovasi serta pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. Bagi PT. XXX, sebuah perusahaan penerbit kartu kredit terbesar di Indonesia, banyak hal -hal yang dapat dikaji untuk dapat mempertahankan posisinya sebagai pemegang pangsa pasar terbesar untuk mempertahankan konsumennya dan sekaligus untuk meraih lebih banyak konsumen dalam menggunakan produknya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan melihat kembali sistem dan strategi komunikasi yang dimilikinya sekarang ini.
Melihat peluang untuk melakukan diferensiasi yang tidak hanya berkutat didalam diferensiasi produk, namun juga diferensiasi pada strategi komunikasinya karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam menjalankan sebuah usaha.
Komunikasi merupakan sarana penghubung antara perusahaan dengan konsumennya, salah satu arti penting komunikasi dapat dilihat dari pesan yang disampaikan perusahaan kepada konsumennya melalui proses promosi, karena komunikasi selalu berkaitan erat dengan masalah promosi. Hal ini dilakukan agar para perancang kegiatan promosi mengerti bagaimana proses komunikasi itu berlangsung. Proses ini merupakan proses yang kompleks. Kesuksesan komunikasi pemasaran sangatlah tergantung dari beberapa faktor mulai dari pemilihan media, isi dan proses terjadinya komunikasi itu sendiri dan sejumlah faktor lainnya seperti banyaknya pesaing di pasar. Tapi tidak semua orang sadar bahwa dampak dari kemampuan sebuah perusahaan dalam melakukan komunikasi adalah sangat besar terhadap kesuksesan perusahaan.
Seiring dengan berjalannya waktu, masalah komunikasi ini telah dibuktikan sebagai faktor utama untuk menentukan apakah konsumen akan bertahan atau tidak, selain itu tingkat pengertian konsumen terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan pun menjadi faktor yang ikut berperan. Ketepatan isi dari pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan perlu diperhatikan agar proses komunikasi tidak mengalami penyimpangan. Selain itu proses penyampaian pesan tersebut pun harus
diperhatikan agar keseluruhan pesan yang disampaikan oleh perusahaan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan tersebut, dalam hal ini konsumennya. Hal tersebut diatas juga berhubungan dengan bagaimana perusahaan mengkoordinasikan berbagai macam elemen dari alat promosi dan kegiatan marketing lainnya untuk berkomunikasi dengan pelanggannya.
Sangatlah penting bagi perusahaan untuk merancang sebuah konsep dari rencana komunikasi pemasaran yang tepat sehingga memiliki nilai tambah bagi keseluruhan rencana yang dapat mengevaluasi peranan staregi dari beberapa cara berkomunikasi yang dilakukannya. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya meraih perhatian konsumen melalui strategi komunikasi yang dimilikinya. Semua itu benar - benar membutuhkan kreatifitas terutama bagi berapa produk yang tingkat persaingannya terbilang tinggi di pasar seperti produk kartu kredit. Selain pelaksanaan dari komunikasi pemasaran tradisional, Marketing Public Relation adalah salah satu cara yang terbilang baru yang masih sangat potensial untuk dikembangkan di PT. XXX.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hermawan
Jakarta: Erlangga, 2012
658.802 AGU k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Warsihna
"ABSTRAK
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memasarkan suatu produk, mulai dari desain kemasan, periklanan, pemasaran langsung, komunikasi getok tular, layanan konsumen, hingga pemilihan media. Proses pemasaran yang dilakukan untuk memasarkan organisasi nonprofit (nirlaba) sama dengan yang digunakan untuk organisasi profit (bisnis).
Tesis ini membahas strategi apa yang digunakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam memasarkan Program Kesehatan Reproduksi untuk Remaja di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997, sehingga remaja di DKI Jakarta mengenal, bertambah pengetahuannya, dan memahami tentang kesehatan reproduksi pada dirinya.
Penulis mendeskripsikan berbagai startegi yang dilakukan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia dalam memasarkan program Kesehatan Reproduksi untuk Remaja sebagai bentuk komunikasi dan penggunaan media yang dipilih di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997, serta melihat apakah penggunaan media tersebut sudah tepat, sehingga pesan sampai kepada khalayak sasarannya.
Beberapa teori clan konsep yang digunakan di sini antara lain konsep dasar komunikasi pemasaran sosial, model perencanaan komunikasi pemasaran sosial, strategi komunikasi pemasaran sosial, memonitor strategi komunikasi pemasaran sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif dengan ripe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan data skunder diperoleh dengan mengacu dari sumber tertulis yang sudah ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah pendidikan kesehatan reproduksi harus diberikan kepada seluruh masyarakat terutama kepada remaja dan orangtuanya, sehingga tidak terjadi masalah yang diakibatkan kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual, dan lain-Iain, serta pendidikan kesehatan reproduksi tidak ditafsirkan sebagai pendidikan seks secara terbuka
Namun dalam pelaksanaannya, program tersebut juga menemui masalah baik dari sisi sumber yang menyangkut keluar masuk relawan, masalah informasi program dalam kaitan dengan pemilihan media, dan masalah dari sisi penerima pesan yaitu remaja dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran-saran untuk penyempurnaan bentuk komunikasi pemasaran kesehatan reproduksi bagi remaja antara lain dengan selalu mengadakan perekrutan dan pelatihan relawan, perbaikan dalam segi kemasan pesan komunikai, negosiasi dengan Dep P dan K dan Dep Agama agar masuk dalam kurikulum SLTP dan SLTA, dan penggunaan berbagai media yang tepat.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Prasetyawati
"Pelanggan merupakan kata kunci utama dalam implementasi berbagai strategi, pelanggan ibarat nyawa atau kehidupan perusahaan. Dalam persaingan yang semakin kompetitif, pelanggan yang semakin pinter, ingin kebutuhannya didengar dan dimengerti oleh pemasar, ingin karakteristik dan perilakunya dipahami, "feel" lebih penting dari "think, maka keunggulan bersaing perusahaan lebih banyak ditentukan oleh "feel" benefit. Pendekatan strategi CRM merupakan altematif pilihan yang tepat untuk dapat memenangkan persaingan.
CRM (Customer Relationship Management), merupakan strategi marketing dengan fokus mengenai pelanggan terbaik (yang menguntungkan) melalui database pelanggan dan mempercayainya dengan meningkatkan pemahaman akan kebutuhan sebagai individu serta memenuhi harapannya.
Melalui peran komunikasi interpersonal yang efektif dari Sales Force yang merupakan asset Sumber daya manusia yang handal, dengan menampilkan atraksi interpersonalnya maka data base dapat direspons dengan baik.
Dengan database pelanggan sebagai pengetahuan perusahaan yang akan disikapi dan dikelola dengan baik diharapkan akan terjalin ikatan emosional antara perusahaan dan pelanggan. Dengan demikian maka akan terjadi perubahan perilaku pembelian dari status yang paling rendah ke status yang paling tinggi yaitu suspek sampai dengan prospek.
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui kualitas karakteristik seorang penjual dalam efektivitas komunikasi interpersonal dan daya tarik dan pemanfaatan data base dalam setiap interaksi dengan pelanggan serta untuk mengukur aspek kinerja baik secara proses maupun hasil.
Dalam pengumpulan data, untuk mendapatkan data yang lebih hidup dan holistic, selain penulis melakukan pengamatan berperan serta dengan rekaman audio visual, tape recorder, juga melakukan wawancara mendalam kepada Tenaga penjual (Medical Representative), pelanggan (Dokter), Apotik (Asisten Apoteker) dan Pejabat terkait di PT Kalbe Fanna. Data tertulis diambil dari Distributor, Survey IIMS, Survey Apotik, serta dari Corporate Secretary PT Kalbe Farma.
Dengan sifat penelitian kualitatif, metode studi kasus, dan metode analisa data perbandingan yaitu analisa persamaan dan perbedaan, maka diketahui bahwa, selalu rajin, ulet, gigih, cermat dalam memanfaatkan momentum penting, berusaha menampilkan kesamaan sikap, memberi penghargaan serta memberi kesan familier; semakin memberi peluang untuk terjadinya komunikasi yang disukai dan menyenangkan pelanggan.
Sikap terbuka tentang latar belakang pendidikan, daerah asal, kebiasaan tertentu dalam batas yang wajar dan sikap mendukung, merupakan kualitas karakteristik Tenaga Penjual (Medical Representative) dalam melakukan komunikasi efektif dengan pelanggan (Dokter).
Data base yang terus dimanfaatkan, dikembangkan dan direspons dengan baik melalui komunikasi interpersonal yang efektif dan daya tank interpersonal dapat membangkitkan ikatan emotional dan mempengaruhi pembelian menjadi meningkat. Sebaliknya, data base yang tidak dikembangkan dengan baik karena tidak didukung karakteristik kualitas komunikasi dan daya tank interpersonal yang baik akan menurunkan penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan status pelanggan dapat dimungkinkan dengan merespons data base melalui kualitas komunikasi interpersonal dengan sikap terbuka, mendukung serta mengembangkan hubungan baik melalui daya tank pribadi, yaitu dengan memberi penghargaan, menampilkan kesan familier, serta pendekatan faktor kesamaan dengan pelanggan. Kualitas tersebut dapat saling mendukung dalam evaluasi kinerja tenaga penjual (Medical Representative) baik berupa aspek proses maupun aspek hasil.
Penelitian lanjutan dapat dipertimbangkan untuk mengetahui berapa besar pengaruh aspek kualitas komunikasi interpersonal dalam implementasi strategi CRM melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan dapat didukung dengan pendekatan kualitatif.
Perlu segera menggunakan program software yang baik walaupun diawali dengan minimal database yang hares tersedia serta perlu perhatian yang serius dari pihak manajemen untuk menata ulang proses rekrutmen dan pengembangan aspek kualitas komunikasi interpersonal medical representative pada PT Kalbe Farma,Tbk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esthy Reko Astuty
"Pada akhir abad 20an, distribusi informasi melalui teknologi telekomunikasi telah mengalami perubahan yang sangat cepat dan masih terus berkembang tidak saja pada media komputer, tetapi juga pada jaringan dimana komputer merupakan media untuk dapat saling berkomunikasi.
Penggunaan teknologi telekomunikasi ini telah mentransformasi tatanan masyarakat dalam berkomunikasi baik komunikasi satu arah, dua arah atau lebih, yang setidaknya telah mendekatkan para pelaku komunikasi dari penghalang jarak dan waktu.
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang kondusif semacam ini terus mendorong kecenderungan bergesernya masyarakat di seluruh dunia menjadi suatu masyarakat global. Perkembangan tersebut menyadarkan, bahwa globalisasi informasi telah sangat mempengaruhi iklim peradaban kehidupan manusia di seluruh dunia. Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi tersebut, perkembangan kepariwisatan juga mengglobal, mengakibatkan meningkatnya kompleksitas persaingan bisnis kepariwisataan di dunia internasional,
Terpuruknya citra Indonesia khususnya pariwisata Indonesia yang diawali sejak akhir tahun 1997 di mata calon wisatawan mancanegara dari berbagai negara pasar utama dan potensial, salah satu penyebab diantaranya sangat dipengaruhi oleh berkembangnya informasi tentang Indonesia yang tidak selayaknya. Disamping itu, dipengaruhi pula oleh bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam mengcounter berita, dan mengkomunikasikan hal-hal positif serta mempromosikan daerah, daya tarik dan atraksi wisata lainnya yang aman untuk dikunjungi. Hal ini merupakan alasan yang sangat mendesak diperlukannya program promosi pemasaran elektronik pariwisata untuk mengcounter berita-berita yang menjatuhkan nama Indonesia di mancanegara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>