Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40524 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
Dalam keluarga, ditemukan beberapa anak menunjukkan perilaku yang
menyimpang. Perilaku-perilaku tersebut ada yang masih dapat dikendalikan,
namun ada juga yang tidak dapat dikendalikan. Salah satu perilaku yang tidak
dapat dikendalikan adalah Attention Dejici! Hiperaciivigv Disorder (ADHD).
Anak ADHD menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak mampu memusatkan
perhatian, serta tidak mampu menahan dorongan dari dalam dirinya (Taylor,dalam Mulyono, 2003).
Membesarkan anak-anak yang penuh vitalitas dan sarat energi seperti
tersebut di atas, bagi kebanyakan orang tua bukanlah tugas yang mudah. Bagi
orang tua yang anaknya mengalami ADHD, tugas tersebut bisa sangat
melelahkan, menjengkelkan, bahkan sering kali menyebabkan keluarga terkucil
dari pergaulan.
Walaupun tidak mudah untuk menangani anak ADHD, namun mengingat
anak menghabiskan waktunya paling banyak bersama dengan orang tua, maka
keberhasilan program penanganan anak ADHD tidak lepas dari keterlibatan orang tua.
Untuk itulah penulis mencoba untuk menyusun suatu program bagi orang
tua dalam mengendalikan perilaku anak ADHD, baik dalam bidang akademik
maupun non akademik. Adapun teknik yang akan digunakan untuk
mengendalikan perilaku anak ADHD dalam progam ini adalah dengan teknik
modifikasi perilaku dan juga Discrete Trial Training dari Applied Behaviour
Analysis (ABA).
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi, baik
kepada subyek maupun orang tua. Setelah dilakukan analisa ringkah laku, maka
penulis mulai menyusun suatu program untuk mengendalikan perilaku subyek
pada saat menulis dan juga pada saat sedang ada tamu di rumah. Setelah program
dilaksanakan, evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat dan efektivitas
program yang telah disusun. Evaluasi terhadap program meliputi prosedur
pelaksanaan dan konsistensi pelaksanaannya serta hasil yang telah dicapai.
"
[Depok;Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip-prinsip Parent-Child Interaction Therapy PCIT dalam mengatasi perilaku disruptive pada anak usia 7 tahun dengan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT digunakan untuk meningkatkan keterampilan orangtua dalam melakukan interaksi positif dengan anak dan keterampilan dalam mendisiplinkan anak. Kedua keterampilan tersebut kemudian akan meningkatkan kualitas pengasuhan orangtua, sehingga perilaku disruptive anak menurun. Perilaku disruptive diukur dengan menggunakan alat ukur Eyberg Child Behavior Inventory ECBI . Keterampilan orangtua diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III DPICS-III . Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip PCIT efektif dalam menurunkan perilaku disruptive dari rentang klinis menjadi rentang normal pada anak usia 7 tahun dengan ADHD.

This research was conducted to see the principle implementation of Parent Child Interaction Therapy PCIT effectivity to deal with disruptive behavior in school aged child with Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT used to increasing parents skills when interacting positively with their child and skill to dicipline their child. Both of those skills will increasing quality of their parenting, therefore disruptive behavior will reduce. To evaluate the effectiveness of the result, the study measured development of interaction between the mother and child using the Dyadic Parent Child Interaction Coding System III DPICS III and the disruptive behavior intensity using Eyberg Childhood Behavior Inventory ECBI . The result indicate that the principals used in PCIT effective to overcome disruptive behavior on 7 year old with ADHD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Tjiunata
"Fokus dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kuantitas perilaku menyelesaikan tugas, termasuk di dalamnya, menurunkan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Penerapan metode ccrita sosial dan metodc contingency contract (dilcngkapi prompt) menghasilkan peningkatan kuantitas pada perilaku menyelcsaikan tugas, serta penurunan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Akan tetapi, kualitas dari perubahan pcirlaku belum menunjukkan perbaikan. Hal tcrscbut disebabkan karena komik oerita sosial yang digunakan dalam intervensi belum secara detil menggambarkan perilaku yang diharapkan muncul. Selain itu, pemberian fading yang terlalu cepat juga menyebabkan konsistensi perubahan perilaku belum terlihat.
Dari hasil obsewasi, diketahui juga bahwa pembahan perilaku tersebut, secara tidak langsung, dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti kehadiran guru dan situasi kelas. Akan tetapi, karena singkatnya sesi intervensi dan pemilihan waktu intervensi yang berdekatan dengan jadwal uiangan umum, konsistensi pelubahan perilaku belum terlihat. Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1) gambar berikut penjelasan pada komik cerita sosial sebaiknya dibuat lebih detil; 2) pemberian prompt dan fading sebaiknya lebih diperhatikan lagi; 3) sesi intervensi dibuat lebih banyak dengan jangka waktu yang lebih panjang; 4) perlu diperhalikan pemilihan waktu intervensi agar tidak berdekatan dengan jadwal ulangan umum; 5) kerjasama antara guru dan teman-tcman di kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pelaksanaan intervensi lebih efektif.

The focus of this training is to increasing the quantitiy of on-task behavior. including, decreasing the duration of off-task behavior. Result of this intervention, using social story method and contingency contract method (also using prompt method), indicated that the quantitiy of on-task behavior is increasing and the duration of ofiltask behavior is decreasing. However, the quality of the alteration of behavior has not improved yet. This is because the comic social story in this intervention has not describe the behavior that is expected, The prompts which have been faded too quickly also make the consistency ofthe behavior’s alteration has not been observed. The environments, such as teacher’s present and class-rooms’s situation, also influence the alteration of behavior.
Unfortunately, because the length ofthe session and the time of intervention wich is too short and too close to the end of school year, the consistency of the behavior’s alteration has not been appeared yet. Therefore, several suggestions should be provided to improve the future study: 1) picture in the comic social story should be made more detail; 2) the use of prompt and fading should be more improved; 3) the session of intervention should be madc in great quantities and in more length duration; 4) the intervention should be held in the middle of school year; 5) the cooperation of teacher and tiiends is needed to make the more supporting classroom environment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34118
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Gemayuni Yusman
"Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi dalam masa perkembangan anak. Masalah-masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian karena berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Salah sate masalah klinis adalah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), yang merupakan suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini memiliki tiga gejala utama, yaitu inattention (kurang mampu memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar & Kerig, 2000).
Anak yang didiagnosa ADHD seringkali memiliki gangguan psikiatris lain dan mengalami serangkaian resiko kesehatan, perkembangan, dan sosial. ADHD diklasifkasikan dalam DSM-IV sebagai disruptive behavior disorder' karena adanya kesulitan yang signifikan dalam perilaku sosial dan penyesuaian sosial. Perilaku interpersonal anak ADHD lebih impulsif, mengganggu, berlebihan, tidak teratur, agresif, intens, dan emosional, sehingga mereka mengalami kesulitan dan gangguan dalam alur interaksi sosial biasa yang resiprokal dan kooperatif, yang merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial anak. Barkley (2004) mengungkapkan bahwa ketika anak ADHD memasuki sekolah dasar, masalah dalam ketiga karakteristik utama berlanjut dan ditambah dengan berbagai kesulitan karena sekarang masalah mungkin terjadi di sekolah dan rumah. PrevaIensi ADHD pada usia sekolah mencapai sekitar 5 % dari anak usia sekolah (Wenar & Kerig, 2000). Masalah sosial pada anak ADHD muncul bukan hanya karena perilaku inattentive, hiperaktif, dan impulsif mereka, namun juga merupakan konsekuensi dari ekspresi emosi, raut muka, nada bicara, dan Bahasa tubuh yang berlebihan, lebih terbatasnya timbal batik dalam interaksi, kurang digunakannya pemyataan sosial yang positif, lebih negatifnya aksi fisik, dan terbatasnya pengetahuan akan keterampilan sosial (Barkley, 2004).
Menurut Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1995), keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain secara timbal balik. Selain treatment dengan obat-obatan, anak ADHD membutuhkan bantuan khusus untuk mengembangkan tehnik dalam mengelola pola perilaku, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain (National Institute of Mental Health, 2000). Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menyusun suatu program pelatihan keterampilan sosial bagi anak ADHD usia sekolah (6 -- 12 tahun). Pelatihan yang dilakukan merupakan modifikasi dari program pelatihan keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Goldstein & Pollock (1988).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia sekolah yang mengalami ADHD melalui program pelatihan keterampilan sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan melalui pemeriksaan psikologis. Subyek penelitian adalah 3 anak usia sekolah dengan diagnosis ADHD pada Axis I. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner asesmen keterampilan sosial yang diisi oleh guru dan orangtua sebelum dan sesudah subyek mengikuti pelatihan (pre and post training). Berdasarkan hasil kuesioner sebelum pelaksanaan program pelatihan serta wawancara dengan guru dan orangtua subyek, peneliti menentukan target pelatihan yaitu keterampilan sosial yang dianggap masih kurang atau buruk pada ketiga subyek. Tiga keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan adalah Bertanya dengan Baik, Mengikuti PerintahlInstruksi, dan Menyadari Akibat Tindakannya terhadap prang Lain. Peneliti juga menggunakan token reinforcement berupa stiker "senyum" untuk menguatkan keterampilan sosial yang dilatihkan dan agar subyek bersikap kooperatif selama pelatihan. Token yang telah dikumpulkan oleh subyek dapat ditukarkan dengan hadiah pada hari terakhir pelatihan. Selama pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku maupun jawaban-jawaban yang diberikan subyek pada tiap pertemuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan (dengan tiga kali pertemuan inti untuk melatih keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan) memperlihatkan terjadinya perkembangan keterampilan sosial pada subyek penelitian. Hasil kuesioner yang diisi 10 hari sesudah pelatihan (post training) menunjukkan bahwa dua subyek mengalami perubahan dalam hal keterampilan sosial sedangkan satu subyek lainnya tidak mengalami perubahan. Penerapan token reinforcement ditemukan cukup berhasil pada dua subyek yang mengalami perubahan namun kurang berhasil pada subyek yang tidak mengalami perubahan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Larasati
"ABSTRAK
Kemampuan memusatkan atensi merupakan landasan dari kemampuan
belajar yang dibutuhkan setiap anak. Studi dalam aspek perkembangan anak
menunjukkan pentingnya interaksi dan hubungan yang positif dengan pengasuh utama
sebagai media untuk perkembangan dan peningkatan kemampuan dasar bagi anak,
termasuk di dalamnya adalah kemampuan memusatkan atensi. Pendekatan
Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR/Floortime)
merupakan salah satu program intervensi yang difokuskan untuk meningkatkan
kualitas interaksi antara pengasuh utama dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
meninjau efektivitas penerapan prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan
kemampuan memusatkan atensi pada anak berusia 4 tahun yang memiliki diagnosa
Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan prinsip DIR/Floortime efektif meningkatkan
kemampuan memusatkan atensi pada anak dengan Early Onset ADHD serta diiringi
dengan peningkatan tahapan perkembangan fungsional emosional anak dan ibu yang
terukur dari peningkatan durasi memusatkan atensi, penurunan frekuensi
distraktibilitas, serta peningkatan skor pada Functional Emotional Assessment Scale
(FEAS).

ABSTRACT
The ability to sustain attention is the foundation of learning ability for every
child. The research on child development shows the importance of positive interaction
and relationship with the primary caregiver as a medium for the child’s development
and mastery of basic developmental skills which includes the ability to sustain
attention. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based approach
(DIR/Floortime) is one of the available interventions focused on increasing the
quality of caregiver-child interaction. This study is aimed at investigating the
effectiveness of DIR/Floortime to increase the ability to sustain attention on a 4 yearold
child with Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). The
result of this study indicated that the application of DIR/Floortime principles is
effective in increasing the ability to sustain attention on a 4 year-old child with Early
Onset ADHD, along with the increase of the functional emotional development of
both mother and child as shown with the increase of attention span, the decrease of
frequency of distractibility, and score increase in the Functional Emotional
Assessment Scale (FEAS)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdausa Nasa
"ABSTRAK
Secara umum, anak dengan ADHD kesulitan untuk tetap menampilkan perilaku on-task pada tugas yang ia kerjakan. Hal ini berkaitan dengan kesulitan mereka untuk mempertahankan perhatian mereka dalam waktu yang lama. Kesulitan dalam mempertahankan perhatian membuat anak ADHD sering mengalami kegagalan akademis dan memiliki prestasi yang rendah. Diperlukan penanganan untuk meningkatkan kemampuan anak mempertahankan atensinya yang ditampilkan melalui peningkatan perilaku on-task. Modifikasi perilaku merupakan intervensi yang digunakan secara luas dan terbukti efektif untuk menangani anak dengan ADHD. Pada penelitian ini teknik shaping digunakan untuk meningkatkan durasi perilaku on-task pada seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang didiagnosa mengalami ADHD with combined presentation. Tugas yang diberikan berupa mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan sesuai dengan isi cerita. Hasil penelitian menunjukkan teknik shaping dapat meningkatkan durasi perilaku on-task anak dengan ADHD yaitu 100 dari baseline atau dari 1 menit saat baseline hingga mencapai 10 menit pada saat post test.

ABSTRACT
In general, children with ADHD have difficulty performing on task behavior when they are doing their task. This relates to their difficulty to sustain their attention for a long time. Difficulty in maintaining attention that make children with ADHD often experience academic failure and have a poor academic performance. Treatment for improving the child 39 s ability to maintain their attention showed through the increasing on task behavior in children with ADHD is required. Behavior modification is an intervention that is widely used and proven effective for treating children with ADHD. In this research, shaping technique used to increase the duration of on task behavior in a boy aged 11 years old who were diagnosed with ADHD with combined presentation. The task given was listening the stories and answering questions based on the story. The results showed shaping technique can increase the duration of on task behavior of children with ADHD, that was 100 of the baseline or from 1 minute during the baseline up to 10 minutes during the post test."
2017
T47384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windarti
"Gangguan Altention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang berhubungan dengan kurangnya perhatian (inattentiveness), hiperaktivitas-impulsivitas, atau kombinasi dari keduanya. American Psychiatric Association mengatakan bahwa tiga sampai lima persen anak usia sekolah di Amerika menderita ADHD. Jika jumlah anak usia sekolah dengan ADHD di Indonesia sama dengan jumlah penderita di Amerika, maka kemungkinan besar saat ini terdapat 2,13 - 3,55 juta anak usia sekolah di Indonesia yang menderita ADHD. Jumlah yang sangat besar ini menunjukkan bahwa ADHD patut mendapat perhatian yang besar. Masalah pertama yang perlu diperhatikan sebelum kita dapat melakukan penanganan lebih lanjut adalah bagaimana kita dapat mengenali anak-anak ADHD di antara anak-anak lain.
Dalam skripsi ini, peneliti membuat suatu alat ukur penilaian tingkah laku ADHD yang dapat digunakan oleh orang awam, khususnya orangtua dan guru anak usia 6-9 tahun, sebagai pihak yang paling banyak berinteraksi dan mengikuti perkembangan anak. Alat ukur yang akan dibuat ditujukan untuk menyediakan informasi awal mengenai kelainan perilaku seorang anak untuk ditindaklanjuti dengan diagnosa yang lebih mendalam oleh ahli di bidang ini, seperti psikolog. Selain itu, alat ukur ini diharapkan menjadi alat bantu bagi orang awam khususnya orangtua dan guru dalam mengenali gejala awal dari ADHD sehingga penanganan sejak dini dapat segera diberikan kepada anak.
Penelitian ini akan melakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisis item, untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut baik untuk digunakan. Sedangkan norma dalam penelitian ini tidak dibuat karena penelitian ini adalah penelitian awal konstruksi tes dan tidak bertujuan untuk mendapatkan norma Subjek dalam penelitian ini diambil dengan metode pnrposive sampling, terdiri dari 30 orangtua dan 30 guru dari anak ADHD yang berusia 6-9 tahun, dan 30 orangtua serta 30 guru dari kelompok pembanding untuk keperluan uji criterion-prediction validation. Uji validitas juga dilakukan dengan uji construct validity. Reliabilitas alat diukur dengan menggunakan rumus Koefisien Alpha. Sedangkan analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi item dengan skor total tes dan menghitung perbedaan skor subjek dengan dengan kelompok pembanding sebagai kriteria eksternal.
Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa item yang perlu diteliti lebih lanjut yaitu item 10, 22, 35, 40, 49, dan 50. Perhitungan t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor item hasil penilaian orang tua maupun guru anak ADHD dengan skor item hasil penilaian pada kelompok pembanding. Uji validitas menunjukkan bahwa alat ukur tersebut mampu membedakan antara anak ADHD dengan kelompok pembandingnya. Selain itu, item-itemnya memiliki korelasi yang signifikan dengan skor total. Reliabilitas alat ukur juga tergolong tinggi, yaitu 0,967 jika penilaian dilakukan oleh orangtua dan 0,9549 jika penilaian dilakukan oleh guru. Hasil perhitungan tambahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor hasil penilaian guru dengan skor hasil penilaian orangtua. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat ukur penilaian tingkah laku ADHD pada anak usia 6-9 tahun yang diuji dalam penelitian ini valid dan reliabel serta layak untuk digunakan untuk memperoleh informasi awal tentang gangguan perilaku pada anak usia 6-9 tahun yang menunjukkan gejala-gejala ADHD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luisa Larasati Wirawan
"ABSTRAK
Anak dengan ADHD diketahui memiliki defisit dalam regulasi diri dan menampilkan perilaku impulsif. Adanya hambatan dalam meregulasi diri membuatnya kesulitan untuk secara sadar mengatur serta mengendalikan emosi, pikiran, dan tubuhnya untuk berperilaku sesuai dengan situasi yang dihadapi. Hal ini yang membuat anak dengan ADHD sulit diatur, cenderung menarik diri, menampilkan perilaku agresif, dan memiliki masalah sosial, baik dengan teman maupun keluarga. Orangtua dengan anak ADHD cenderung tidak merespon secara tepat kebutuhan anak, memiliki kontrol yang berlebihan, kurang memberikan pujian, dan kurang interaktif pada anaknya, sehingga terbentuklah insecure attachment pada anak dengan ADHD. Terbentuknya insecure attachment dapat memperparah masalah regulasi diri pada anak ADHD. Hal serupa terjadi pada N, anak ADHD berusia 6 tahun yang memiliki insecure attachment dengan orangtua. Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah regulasi diri pada N adalah Theraplay. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Theraplay efektif dalam menangani masalah regulasi pada N dan merubah pola interaksi N dengan orangtua menjadi lebih positif

ABSTRACT
Children with ADHD are known to have deficits in self-regulation and shown impulsive behavior. Difficulties to do self-regulation makes it difficult to consciously manage and control emotion, mind, and body in order to behave accordingly to the situation. This things that makes children with ADHD tend to withdraw, displaying aggressive behavior, and have social problems, either with friends or family. Parents with ADHD children tend not to respond the needs of their children properly, have excessive control, failed to give appreciation, and less interactive with children, thus forming insecure attachment with ADHD children. Insecure attachment may worsening the self-regulation in children with ADHD. Something similar happened to N, 6 years old children with ADHD who have insecure attachment with the parents. One of the interventions that can be used to overcome the problem of self-regulation with N is Theraplay. The results of this study indicate that Theraplay is effective in dealing with regulatory issues at the N and also N change his patterns of interaction with his parents to become more positive."
2016
T46530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Chrisnatalia
"ADHD adalah suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan tersebut memiliki 3 gejala utama, yaitu inattention (ketidakmampuan memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar, 2000). Akibat adanya gejala-gejala tersebut, anak ADHD sering mengalami masalah akademis atau kesulitan untuk berprestasi optimal di sekolah, dimana 75 % dari para penyandang ADHD mengalami kesulitan belajar (Mash & Wolfe, 1999). Prestasi akademis mereka cenderung rendah tetapi hal tersebut bukan disebabkan oleh kemampuan intelegensi mereka, melainkan oleh kesulitan dalam menerapkan kemampuan intelektual tersebut dalam situasi yang mereka hadapi sehari-hari.
Beberapa literatur mengutarakan bahwa kondisi ADHD berkaitan erat dengan kurang atau lemahnya kemampuan pengendalian diri. Menurut Sarafino (1996), kemampuan pengendalian diri berfungsi menahan atau menunda pemuasan dorongan-dorongan atau hasrat yang ada di dalam diri seseorang. Kurangnya kemampuan pengendalian diri pada anak ADHD dapat terlihat dalam gejala impulsivitas dan hiperaktif (Flick, 1998). Gejala impulsif menunjukkan bahwa anak ADHD tidak mampu menahan diri untuk menunggu dalam waktu te1tentu sebelum bertindak atau berbicara. Sama seperti gejala impulsif, gejala hiperaktif juga menunjukkan ketidakmampuan anak untuk menahan dorongan dari dalam diri untuk melakukan gerakan-gerakan secara berlebihan.
Masalah dalam penguasaan diri dan aktualisasi kemampuan akademis perlu diatasi. Jika dibiarkan terus menerus tanpa ada intervensi, maka anak dapat semakin terpuruk dalam bidang akademis. Mengingat dampak gejala impulsivitas dan hiperaktifitas terhadap perkembangan keterampilan akademis dan kepribadian anak secara umum, maka peneliti tertarik untuk melakukan intervensi kepada anak ADHD dalam bentuk pelatihan kendali diri.
Salah satu bentuk pelatihan kendali diri adalah pelatihan kendali diri dengan menggunakan teknik progressive delayed reinforcement dan kegiatan pengalih (Dixon, Binder & Ghezi, 2000). Pelatihan dengan teknik ini berangkat dari definisi kendali diri menurut pendekatan behavioral yaitu sebagai kemampuan untuk menunda pemuasan kebutuhan secara (immediate gratification ) atau kemampuan untuk memilih penguat yang lebih besar yang diberikan setelah penundaan (penguat-besar­ tertunda/larger delayed reinforcement ) daripada memilih penguat yang lebih kecil, namun diberikan segera (penguat-kecil-segera/sma/ler immediate reinforcement ) (Ainslie, Rachlin, & Green, dalam Dixon, dkk, 1998). Berdasarkan definisi tersebut, pelatihan dengan teknik tersebut, melatih kemampuan kendali diri dengan cara menghadapkan individu kepada dua pilihan penguat, yaitu penguat-kecil-segera dan penguat-besar­ tertunda. Adanya kebiasaan anak untuk belajar menunda pemuasan kebutuhan, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menunda pemuasan kebutuhan segera yang pada gilirannya akan menguatkan kemampuan pengendalian dirinya. Jangka waktu penundaan penguat-besar-tertunda ditingkatkan secara bertahap untuk meningkatkan kendali diri anak.
Pelatihan kendali diri dalam penelitian ini selain menggunakan teknik progressive delayed reinforcement dan kegiatan pengalih juga menggunakan teknik modelling. Kegiatan pengalih yang digunakan adalah perilaku defisit pada anak yaitu duduk dan menge1jakan tugas. Selain itu kegiatan pengalih yang digunakan adalah self statement rule yang berfungsi sebagai instruksi diii bagi anak untuk mengerjakan tugasnya. Modelling dilakukan untuk mempengaruhi anak untuk tetap menampilkan kendali diri ketika diberikan pilihan penguat.
Hasil pelatihan menunjukkan peningkataan kendali diri, yang dilihat dari dua indikator. Pertama, adanya peningkatan kecenderungan anak untuk memilih penguat-besar-te 1iunda. Kedua, adanya peningkatan jangka waktu perilaku duduk dan mengerjakan tugas pada anak ADHD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan kendali diri terjadi jika penguat-kecil­ segera diberikan jangka waktu penundaan juga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Biyanda Utami
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan neurobehavioral ditandai dengan gejala kurangnya perhatian, sifat hiperaktif, dan impulsif. GPPH adalah gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak dan apabila tidak teridentifikasi dan ditangani pada anak usia sekolah akan mengakibatkan dampak pada perkembangan sosial dan kognitif. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal GPPH untuk orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH) dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua pada anak-anak usia sekolah di Jakarta.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilaksanakan di beberapa sekolah dasar di Jakarta pada bulan Januari 2012. Data diperoleh menggunakan kuesioner terstruktur yang diberikan kepada orang tua dari siswa SD di Jakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 dan uji statistik dan nilai kemaknaan p<0,05 dari analisis chi-square.
Hasil: Lima puluh koma tiga persen orang tua dengan tingkat pengetahuan mengenai GPPH yang tinggi berasal dari kelompok orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari hubungan tingkat pengetahuan tentang GPPH dan tingkat pendidikan pada orang tua (p = 0,01). Untuk orang tua yang bekerja, dalam penelitian ini adalah ibu, 31,3% dari seluruh ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah ibu yang tidak bekerja, sementara hanya 14% dari ibu yang bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan tentang GPPH dan pekerjaan orang tua (p = 0,005).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai GPPH dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu, sebagian orang tua mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi mengenai GPPH.

Background: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is a neurobehavioral disorder characterized by symptoms of inattention, hyperactivity, and impulsivity. ADHD is the most commonly diagnosed behavioural disorder in school-age children and if it remains unidentified and untreated, it will affect the social and cognitive development of the children. Therefore, it is essential to identify the early signs of ADHD for the parents. The aim of this study is to know the relationship between knowledge level of ADHD and education level and employment status of the parents in school-age children in Jakarta.
Method: This cross-sectional study was conducted in several elementary schools in Jakarta in January 2012. The data was collected through structured questionnaires given to parents of elementary school students in Jakarta. The data analysis was done by using SPSS 17 and analytical study with significancy value of p <0.05 in chi- square method.
Results: The results of this study showed that 50.3% of parents with a high knowledge level comes from the parents with high education level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and education level of the parents (p = 0.01). For employed parents, in this study were mothers, 31.3% of all mothers who have a high knowledge level is the mother who are unemployed, while only 14% of employed mothers who have high knowledge level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and employment status of the parents (p = 0.005).
Conclusion: There is a relationship between the knowledge level about ADHD and education level and employment status of the parents. In addition, most of the parents have high knowledge level about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>