Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Slamet Soetanto
"Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dan manajemen keorganisasian yang memfokuskan pada sumber daya manusia. Aset organisasi paling pentirig yang harus dimiliki perusahaan dan harus dilaksanakan oieh manajemen. Orang-orang (manusia) merupakan elemen yang ada disetiap organisasi, mereka membuat tujuan, inovasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia membuat sumber daya Iainnya material, mesin (termasuk fasilitas clan energi), uang dan informasi (termasuk data) dapat bekerja. Tidak merendahkan keunggulan sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan, perusahaan tidak akan dapat memaksimakan produktivitas Iabanya tanpa adanya karyawan kompeten yang berdedikasi terhadap keinginan perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan clan perkembangan b snisnya, PT. Nutrifood Indonesia sejak tahun 1990 membentuk Departemen Training and Development (TO), yang mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan berdasarkan kebijakan perusahaan dan kebutuhan departemen yang ada. Tujuan utama pelatihan menurut Manajer TD adalah supaya karyawan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang baik dalarn bekerja sehingja diharapkan dapat mendukung tujuan perusahaan.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui dengan tingkat efektivitas manejemen pelatihan yang dikembangkan oleh Departemen Training & Development PT. Nutrifood Indonesia. Untuk keperluan ml dikumpulkan data primer dengan cara wawancara terhadap manajer Departemen TD atau yang terkait, karyawan yang sudah pernah mengikuti pelatihan Deming, dan observasi atau pengamatan langsung Sedangkan data sekunder yang berupa gambaran umum perusahaan, bidang usaha, jumlah karyawan, keadaan manajemen Departemen Training and Development, perencanaan pelatihan, dengan cara mempelajari dan mendiskusikan sumber data yang berupa dokumen.
Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan atau keterampilan para pesertapelatihan, data yang berupa nilai pre-test dan post-test yang telah dilaksanakan oleh Departemen TD terhadap para peserta pelatihan, diolah dan dihitung besarnya Gain Ratios ratarata pada setiap angkatan dengan menggunakan rumus:
Precentage Gain Ratio = ((post- score) - (pre-score)): ((max score) - (pre-score)) X 100.
Penulis menarik kesimpulan bahwa cara menganalisis kebutuhan pelatihan masih belum dilakukan dengan benar dan disarankan agar memberikan pelatihan kepada para manajer tentang topik analisis kebutuhan pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Mulyadi
"Upaya pengembangan SDM merupakan kebutuhan strategis P.T. Pos Indonesia (Persero) untuk menghadapi tantangan globalisasi dan era ekonomi pasar yang semakin kompetitif dan berorientasi kepada kepuasan konsumen.
Penelitian ini mencoba memusatkan kajian kepada kemampuan manajemen pendidikan dan pelatihan Pusdiklat P.T. Pos Indonesia (Persero), dengan menganalisis sejumlah faktor yang diduga amat dominan mempengaruhinya, yaitu kemampuan penyelenggara, widyaiswara, peserta, perencanaan kebutuhan diktat, kurikulum, sarana dan prasarana, dan pembiayaan diktat.
Melalui metode penelitian naturalistik kualitatif, dengan peneliti sebagai human instrument ditemukan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut.
Pertama, manajemen pendidikan dan pelatihan pada Pusdiklat P.T. Pos Indonesia (Persero) temyata belum menunjukkan keberhasilan baik dari segi efektivitas maupun dari segi efisiensi penyelenggaraan diktat. Kedua, kelemahan itu terlihat pada mutu layanan administratif dan layanan proses belajar mengajar yang masih belum optimal. Ketiga, faktor-faktor utama yang mempengaruhi lemahnya manajemen diktat tersebut adalah kemampuan profesional penyelenggara dalam merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan mutu diktat; kemampuan metodologis widyaiswara dalam menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi hasil diktat; kondisi awal kemampuan peserta yang kurang sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan karena kelemahan dalam proses seleksi; kurang dilakukan analisis kualitatif terhadap training needs; kurang jelasnya penjabaran identifikasi training needs dalam kurikulum diktat; pengelolaan sarana dan prasarana yang kurang optimal; dan pengelolaan biaya yang semata-mata berorientasi kepada pemenuhan prosedur.
Dari kesimpulan di atas, dikemukakan beberapa rekomendasi penting sebagai berikut. Pertama, perlu dilakukan reorientasi terhadap program Pusdiklat P.T. Pos Indonesia dengan tuntutan barunya sebagai persyaraan perseroan yang menuntut kemampuan sumber daya secara lebih kompetitif. Kedua, perlu peningkatan kemampuan manajemen diktat di jajaran penyelenggara khususnya dalam perencanaan, pengarahan dan pengendalian mutu diktat. Ketiga, di fihak widyaiswara perlu pengembangan kompetensi profesional kependidikan khusus persiapan bahan, sistem penyajian, evaluasi, dan penggunaan media/sumber belajar. Keempat, di pihak peserta, perlu dikembangkan alat tes masuk yang baku dan proses penentuan secara transparan dan obyektif. Kelima perlu sesegera mungkin dikembangkan program diktat bagi peserta dengan biaya sendiri sesuai Keppres 38/1991. Keenam, seyogyanya dikembangkan sistem informasi manajemen pengembangan SDM di lingkungan P.T. Pos Indonesia sebagai basis dalam analisis kebutuhan dan perencanaan diktat. Ketujuh, perlu kerjasama dengan Badan Diktat Swasta yang berorientasi entrepreneurial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumeser, Henry David Efraim
"Tugas Akhir dengan judul Rancangan Program Pelatihan Appreciative Inquiry Bagi Karyawan PT AD dibuat berdasarkan masalah yang sedang dihadapi oleh suatu perusahaan distribusi yang pernah berjaya pada tahun 200 sampai akhir 2003, kemudian mulai mengalami kerugian yang tidak berhenti sampai tahun 2005 berakhir.
Pemilik PT AD menggantikan COO dengan yang baru pada tengah tahun 2005. Saat itu mulailah rnasa transisi yang penuh dengan badai yang mengguncang perusahaan yang terutama menimpa sebagian besar karyawan, Jumlah karyawan dari 1721 menjadi 950 orang hanya dalam waktu enam bulan. Hal ini mengakibatkan suasana kerja yang menjadi resah dan kurang kondusif, Kinerja karyawan menurun ditambah dengan penarikan diri dari prinsipalprinsipal besar. Pemilik melakukan cost efficiency tetapi pada saat yang sama merekrut karyawan baru untuk tingkat GM dan Asisten GM. Pimpinan baru ini membawa serta beberapa karyawan baru yang makin menimbulkan gejolak diantara karyawan. Karyawan takut berbuat salah dan bila terjadi kesalahan akan sating menyalahkan. Situasi yang tidak nyaman ini ingin diatasi oleh pemilik perusahaan. Dari situasi itu dapat disimpulkan terjadi suasana yang tidak kondusif sehingga kinerja organisasi menurun.
Dengan memperhatikan uraian mengenai masalah tersebut di alas, maka penulis merekomendasikan rancangan program PeIatihan Appreciative Inquiry yang pada dasamya membantu karyawan untuk memiliki cara mengubah paradigma berpikirnya mengenai pekerjaannya saat ini dari yang bersifat negatif menjadi positif. Dengan itu diharapkan situasi menjadi lebih kondusif sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hijriyati Cucuani
"Setiap perusahaan memiliki tujuan. Samna bagian di perusahaan, memiliki peranan dalam mencapai tujuan tersebut. Setiap bagian berusaha untuk memberikan output yang menjadi tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin karena output dari setiap bagian akan menjadi input bagi bagian lainnya. Apabila suatu bagian tidak mampu menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan, maka bagian Iainnya juga akan terkena dampaknya. Sehingga, apabila terjadi masalah di suatu bagian pada perusahaan, hendaknya segera diselesaikan dengan cepat dan tepat agar tidak sampai merugikan perusahaan.
Masalah di dalam Divisi Administrasi Keuangan PT. X mengakibatkan Divisi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan Divisi lain dalam mencapai tujuan perusahaan. Masalah yang terjadi pada Divisi ini antara lain; cara kerja karyawan yang kurang teliti dan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan pada pekerjaannya dan kurang dapat bekerja sama dengan baik. Sebagian besar karyawan Divisi tersebut memang merupakan lulusan SMU yang belum memiliki pengalaman bekerja. Sehingga pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya menyelesaikan togas dengan baik masih kurang. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan adalah dengan memberikan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan membutuhkan uang, biaya dan tenaga. Agar tidak sia-sia, sebelum memberikan pelatihan pada karyawan, hendaknya dilakukan analisis kebutuhan pelatihan. Dengan demikian, akan akan diketahui apakah pelatihan memang dibutuhkan. Jika benar, maka dapat diketahui pelatihan apa yang dibutuhkan dan siapa yang membutuhkan pelatihan tersebut. Analisis kebutuhan pelatihan terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis organisasi, analisis tugas dan analisis personalia. Dengan dilakukannya analisis kebutuhan pelatihan, pelatihan yang diberikan akan lebih terarah dan berguna."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Eddy Warista
"Konflik merupakan sesuatu yang alami dalam semua kelompok karena potensi terjadinya konflik selalu ada ketika dua orang atau lebih berkumpul bersama. Dalam konteks organisasi, konflik dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan juga merugikan. Adanya dampak yang menguntungkan dari konflik di organisasi menunjukkan bahwa konflik bukanlah sesuatu yang hams dihilangkan tetapi sesuatu yang perlu dikelola secara produktif. Untuk itu, diperlukan keterampilan manajemen konflik.
Konflik yang terjadi dalam Biro Kepegawaian dan Organisasi (BKO) di Organisasi X cendenmg menunjukkan dampak yang merugikan. Hal ini tampaknya terkait dengan strategi manajemen konflik yang umumnya digunakan oleh karyawan BKO, yaitu avoidance dan competition. Mereka menggunakan gaya manajemen konflik tersebut dalam berbagai situasi yang cenderung tidak sesuai. Selain itu, ada kencenderungan bahwa pendekatan negosiasi yang digunakan oleh karyawan BKO adalah pendekatan yang distributive sehingga penyelesaian konflik seringkali tidak menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini mengindikasikan kurangnya keterampilan karyawan BKO untuk mengelola konflik secara konstruktif.
Salah satu Cara untuk meningkatkan keterampilan karyawan BKO dalam mengelola konflik secara konstruktif adalah melalui pelatihan strategi manajemen konflik, yaitu program pelatihan yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan mengenai gaya manajemen konflik dan negosiasi. Agar program pelatihan tersebut dapat berfungsi secara efektif, ada lima langkah yang perlu dilakukan, yaitu melakukan asesmen kebutuhan, menetapkan tujuan, membuat desain, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
"Dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2020 mendatang, perlu dipersiapkan tenaga kerja yang profesional yang mampu berkompetisi dan mempunyai kompetensi tinggi. Peningkatan kualitas SDM dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan. Balai Latihan Kerja telah melaksanakan berbagai jenis program pelatihan dan keterampilan yang sesuai dengan misi Depnaker yakni : (i) mendorong perluasan lapangan kerja dan penempatan tenaga kerja, (ii) meningkatkan keahlian dan keterampilan serta produktivitas tenaga kerja, (iii) meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tetapi sampai sejauh ini terlihat bahwa manajemen pelatihan yang dikelola oleh BLK belum seperti yang diharapkan. Masih banyak lulusan BLK yang belum bekerja dan tidak dapat berusaha mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif model manajemen pelatihan BLK agar menjadi lembaga pelatihan yang profesional dengan meningkatkan kualitas pelatihan dan kinerja dari instruktur serta penyelenggara pelatihan. Temuan dari penelitian adalah bahwa banyak kelemahan manajemen pelatihan BLK yang perlu di reformasi baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan SDM dan pengendalian program maupun pengendalian keuangan. Proses perencanaan pelatihan yang memakan waktu terlalu lama, perencanaan program pelatihan sebaiknya benar-benar memperhatikan kebutuhan pasar dan marketable. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, beberapa peraturan yang mengakibatkan inefisiensi yang perlu segera diregulasi. Pengelolaan SDM mulai dari rekrutmen dan seleksi sebaiknya mengutamakan kriteria standar. Keberadaan dua instansi pengendali yang dalam menjalankan fungsinya terkesan tumpang tindih, sebaiknya mengadakan koordinasi yang lebih baik, karena ternyata dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan inefisiensi.
Balai Latihan Kerja perlu meningkatkan kerjasama dan menjadi mitra dari dunia industri dan dunia usaha. BLK diharapkan dapat menjadi semacam Production Training Centre (PTC) yang menghasilkan jenis-jenis produk ataupun jasa dan menjadikannya sebagai institusi pengembang program pelatihan yang potensial di daerahnya masing-masing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pelayanan pelanggan juga perlu diperhatikan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Persaingan usaha saat ini begitu ketat, tidak hanya teknologi dan produk, tetapi perusahaan juga dituntut untuk Iebih memperhatikan pelayanan. Dalam pelayanan yang sangat diperlukan adalah sikap dan perilaku positif terhadap pelayanan pelanggan. Hal ini bisa terlihat antara lain dari keramahannya, tersenyum dengan tulus, dan gembira saat melayani nasabah. Pelanggan yang berhadapan dengan karyawan yang mempunyai sikap dan perilaku positif ini tentu akan senang dan datang kembali untuk berbisnis dengan perusahaan tersebut.
Bank XYZ adalah Salah satu bank swasta nasional yang cukup besar di Indonesia, mempunyai 780 kantor cabang per 31 Maret 2004 dengan jumlah petugas frontliner lebih dari 7.000 orang.
Manajemen Bank XYZ menyadari bahwa saat ini persaingan semakin ketat dan sudah melibatkan pelayanan dengan sikap dan perilaku positif terhadap pelayananan pelanggagan (nasabah) sebagai Salah satu pendukung bisnis. Mereka menyadari dan mengetahui bahwa karyawan yang ada saat ini lebih memperhatikan kecepatan, ketepatan, dan ketelitian.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sikap dan perilaku positif terhadap pelayanan nasabah pada karyawan Bank XYZ, seperti SMART Reward Program dan Program Assessment Teller Senior (PATS). namun ternyata hasilnya masih belum memuaskan.
Dan hasil wawancara penulis dengan beberapa Pemimpin Cabang dan observasi di lapangan, para karyawan Bank XYZ kurang memiliki sikap dan perilaku positif terhadap pelayanan nasabah, seperti keramahannya, tersenyum dengan tulus, dan gembira saaat melayani nasabah.
Adanya tuntutan bisnis dan kesadaran manajemen mengenai pentingnya sikap dan perilaku positif terhadap pelayanan nasabah, serta kondisi karyawan Bank XYZ yang belum memiliki sikap dan perilaku tersebut, penulis menganggap panting untuk memberikan pelatihan. Pelatihan dibuat dengan menyentuh tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afeksi, dan perilaku. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan sikap dan perilaku karyawan berubah.
Perubahan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang berdampak pada bisnis perbankan Bank XYZ. Nasabah makin banyak karena senang berhubungan dengan Bank XYZ, transaksi dan keuntungan semakin meningkat dan hal ini juga berpengaruh pada karyawan.
Pelatihan diberikan satu hari, yaitu pada hari Sabtu, di luar waktu kerja karyawan. Hai ini memberikan kesempatan kepada karyawan melihat hal-hal lain yang juga diperlukan dalam menunjang pekerjaannya. Metode yang digunakan adalah conférence or discussion, classroom training, dan simulation method. Jumlah peserta maksimal lima belas orang dengan seorang pelatih dan seorang fasilitator.
Pelatihan dilanjutkan dengan monitoring hasil. Monitoring menggunakan bantuan buku monitoring. Buku monitoring merupakan buku kontrak pribadi karyawan. Buku monitoring digunakan untuk memantau sikap dan penlaku posmf karyawan terhadap pelayanan nasabah dan untuk umpan baliknya diberikan coaching dua minggu sekali.
Jika dari hasil pelatihan ini dapat memunculkan sikap dan perilaku potisitif terhadap pelayanan nasabah, maka pelatihan dan rangkaian monitoringnya dapatjuga dicobakan ke perusahaan dengan kondisi yang sama."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinny Syafriadi
"Dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2020 mendatang, perlu dipersiapkan tenaga kezja. yang profesional Yang mampu berkornpetisi dan mempunyai kompetensi tinggi. Peningkatan kualitas SDM dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan. Balai Latihan Kerja telah melaksanakan berbagai jenis program pelatihan dan keterampilan yang sesuai dengan misi Depnaker yakni : (i) mendorong perluasan Iapangan kerja dan penempatan tenaga kerja, (ii) meningkatkan keahlian dan keterampilan serta produktivitas tenaga kerja, (iii) meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja Tetapi sampai sejauh ini terlihat bahwa manajemen pelatihan yang dikelola oleh BLK belum seperti yang diharapkan. Masih banyak lulusan BLK yang belum bekerja dan tidak dapat berusaha mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen pelatihan BLK dan mencari manajemen pelatihan yang sesuai dengan BLK sehingga diharapkan setiap lulusan (outcome) dari BLK bcnar-benar bermanfaat bagi dirinya sendizi, keluarga dan masyarakat.
Temuan dari penelitian adalah bahwa banyak kelemahan manajemen pelatihan BLK yang perlu di refonnasi baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan SDM dan pengendalian program maupun pengendalian keuangan. Proses perencanaan pelatihan yang mcmakan waktu terlalu lama, perencanaan program pelatihan sebaiknya benar-benar memperhatikan kebutuhan pasar (marketable). Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, bebcrapa peraturan yang mengakibatkan ifensiensi yang perlu diregulasi, Pengelolaan SDM mulai dari rekrutmen dan seleksi sebaiknya mengutamakan kriteria standar. Keberadaan dua instansi pengendali yang dalam menjalankan fungsinya terkesan tumpang tindih, sebaiknya mengadakan koordinasi yang lebih baik, karena temyata dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan inefisiensi.
Balai Latihan Kelja perlu meningkatkan kerjasama dan menjadi mitra dari dunia industri dan dunia usaha. BLK diharapkan dapat menjadi scmacarn Production Traming Cenfre (PTC) yang menghasilkan jcnis-jenis produk ataupun jasa dan menjadikannya sebagai institusi pengembang program pelatihan yang potensial di daerahnya masing-masing.

In the era of globalization in the upcoming year 2020, needs to be a professional workforce that is able to compete and have high competence. Improving the quality of human resources can he improved through training and skills development. Training Center has been conducting various types of training and skills in accordance with the mission Depnakcr namely: (i) encourage the expansion of employment and placement of workers, (ii) increase the expertise and skills and productivity of labor, (iii) improve the welfare and protection of work. But until this far seen that the management training, which is managed by BLK not as expected. Many of BLK graduates who have not been worked and can not work independently.
This study aims to find out the of BLK training management and inputs for the Directorate General of Training and Productivity (Ditien Binalattas) in order to create a policy to become a professional training institution by improving the quality and performance of instructors and training providers.
The findings of this study is that many management training BLK weaknesses that need to reform both in terms of planning, implementation, management and human resources management programs and financial control. The planning process of the training takes too long, planning training programs should really consider the needs of the market (marketable). In the implementation of training activities, some of the rules that lead to inefiiecieney that need to deregulate. Human resource management from recruitment and selection criteria should be had a standard. The existence of two agencies that control the function seemed to overlap, which should make coordination better, because in its implementation may cause inefficiency.
Central Training needs to enhance the collaboration and to become partners of the industry and the business world. BLK expected to serve as Production Training Center (PTC), which generate the kind of product or service and make it as an institution of the training program developer potential in their respective regions.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Nugroho H.
"PT. RNI merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang reasuransi atau pertanggungan ulang, baik jenis reasuransi umumlkerugian dan reasuransi jiwa, dimana PT. RNI merupakan anak perusahaan PT. AKI yang berak dalam industri asuransi, khususnya asuransi kredit. Dalam menjalankan core business-nya PT. RNI berpedoman pada visi dan misi perusahaan disamping adanya budaya perusahaan.
Sebagai perusahaan yang secara hukum didirikan pada tahun 1995 namun telah memiliki pengalaman beroperasi sejak 1971 dalam bentuk Divisi Reasuransi Kerugian PT. AKI, PT. RNI mengalami pasang-surut dimana sepanjang tahun 2006 khususnya berdasarkan hasil underwriting neto antara triwulan I, triwulan II dan triwulan Ill ditemukan adanya indikasi tidak tercapainya target per triwulannya, yang mengarah pada tidak tercapainya target hasil underwriting neto perusahaan pada 31 Desember 2006. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan klaim bruto bersamaan dengan peningkatan premi bruto. Besamya Maim bruto tersebut disebabkan karena ketidak-cakapan underwriters dalam menganalisa risiko, yaitu pada saat ditawarkannya risiko oleh perusahaan-perusahaan asuransi, sehingga selama periode pertanggungan timbul klaim yang besar jurnlahnya secara total.
Berdasarkan penurunan laba bersih perusahaan dalam 9 (sembilan) bulan terakhir, penilaian kinerja underwriters, pengalaman kerja di PT. RNI dan usia yang muda dari sebagian besar underwriters maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan underwriters unit kerja Divisi Underwriting Fakultatif untuk menganalisa dan mengendalikan risiko sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisasi besarnya klaim kerugian melalui pengambilan keputusan yang tepat yang didukung oleh persepsi yang lama terhadap suatu masalah risiko.
Berdasarkan kondisi yang terjadi tersebut, penulis mengusulkan rancangan pelatihan risk assessment & control dan underwriting management bagi pegawai Divisi Underwriting Fakultatif PT. RNI untuk mengatasi permasalahan yang ada sehingga target hasil underwriting neto perusahaan dapat tercapai pada masa-masa mendatang. Dalam implementasi pelatihan ini, komitmen dan dukungan manajemen sangat diperlukan dalam rangka memfasilitasi proses transfer kompetensi untuk menganalisa dan mengendalikan risiko kepada pegawai Divisi Divisi Underwriting Fakultatif PT. RNI."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Wahyuni
"PERTAMINA salah satu perusahaan yang mengalami perubahan lingkungan dengan terbukanya pasar bebas pada dunia usahanya serta perubahan organisasi menjadi Persero. Salah satu cara untuk menghadapi hal tersebut adalah dengan mengembangkan karyawannya melalui pelatihan sehingga dapat meningkatkan kesiapan karyawan. Agar pelaksanaan program pelatihan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan.
Analisis kebutuhan pelatihan merupakan proses mengidentiiikasi dan mengevaluasi kebutuhan pelatihan secara sistematik. Analisis ini dilakukan pada Departemen Teknologi Informasi. Proses analisis ini dilakukan dengan mengidentiiikasi kebutuhan pelatihan pada tingkat organisasi, pekerjaan, dan personal.
Pada tingkat organisasi, proses identifikasi dilakukan berdasarkan SWOT, sasaran, dan strategi perusahaan yang menghasilkan kebutuhan organisasi terhadap karyawannya- Pada tingkat pekedaan, digunakan kusioner unuk mengumpulkan infonnasi rnengenai pengetahuan, keahlian, kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Pada tingkat personal, digunakan "Analisis Gap" untuk menemukan gap pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan sikap karyawan. Proses analisis ini akhlmya menghasilkan prioritas pelatihan bcrdasarkan besarnya gap.
PERTAMINA sudah menyadari akan pentingnya pengembangan SDM dalam menghadapi tantangan di masa depan sehingga perusahaan dan karyawarmya mendulcung dilaksanakannya pelatihan. Namun, hal itu belum culcup bila tidak disertai dengan perubahan budaya dan lingkungan kerjanya Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan budaya dan lingkungan kerja perusahaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>