Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Sekarastri
"Kehamilan dapat terjadi kapan saja selama terdapat proses konsepsi pada pasangan yang berada di rentang usia prakonsepsi 15-44 tahun. Kehamilan tidak diinginkan, kehamilan berisiko, serta angka kematian ibu dan bayi merupakan beberapa contoh dari permasalahan akibat perencanaan kehamilan yang kurang baik. Kesehatan prakonsepsi berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan melakukan perencanaan kehidupan reproduksi yang matang. Studi deskriptif ini dilakukan secara konsekutif kepada 398 mahasiswa Universitas Indonesia untuk mengetahui gambaran kesadaran diri dan pengetahuan mereka tentang kesehatan prakonsepsi.
Hasilnya didapat sebagian besar mahasiswa 75,4 -72,9 merasa sedikit hingga cukup menyadari perilaku/faktor yang berbahaya bagi kehamilan dan hal yang berdampak baik bagi kehamilan. Pengetahuan mahasiswa menunjukkan tingkat pengetahuan yang kurang baik yakni 46,87 95 CI 26.41, 28,90 dengan variasi skor 7 sampai 98 . Mahasiswa menunjukkan pengetahuan yang baik pada indikator penyalahgunaan zat yakni alkohol, rokok, kokain dan marijuana dan asupan asam folat. Pengetahuan mahasiswa kurang pada indikator bahaya produk herbal, jarak aman antar kehamilan dan peningkatan berat badan yang dianjurkan selama hamil. Berdasarkan penelitian ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan prakonsepsi pada mahasiswa.

Pregnancy can occur any time as long as there is a conception between couples at the preconception age range 15 44 years. Unwanted pregnancies, high risk pregnancies, and maternal and infant mortality are examples of problems due to poor pregnancy planning. Preconceptional health plays a role in improving maternal and child health by conducting a well prepared reproductive life planning. This descriptive study was conducted consecutively to 398 students in the University of Indonesia to find out their selfawareness and preconception health knowledge.
The result is that most students 75.4 72.9 feel slight to moderately aware of the behaviors factors that are harmful to pregnancy and that are good for pregnancy. Overall student showed a low knowledge level that is 46,87 from total score 95 CI 26.41, 28,90 with variation 7 until 98. Students are highly aware on substance abuse harmness indicators ie alcohol, cigarettes, cocaine and marijuana and the benefit of folic acid suplementation. Student knowledge is low on herbal product consumption, safe distance between each pregnancy and weight gain recommendation during pregnancy. Based on this research, there should be an effort to increase awareness and knowledge about preconception health among students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Shinta Uly Noor
"Persiapan sebelum memasuki masa kehamilan prakonsepsi menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui oleh laki-laki maupun perempuan. Pada usia 16 - 24 tahun yang dianggap telah cukup matang untuk hamil sebaiknya terpapar oleh informasi tersebut. Pada usia ini berada pada rentang usia mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan kesehatan prakonsepsi pada mahasiswa. Penelitian deskriptif ini dilakukan secara cross sectional terhadap 325 mahasiswa S1 reguler dan ekstensi 2017/2018. Analisis data yang digunakan adalah univariat.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa mahasiswa RIK sebanyak 107 mahasiswa 54,8 dan mahasiswa non RIK sebanyak 71 mahasiswa 39,9 memiliki pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan kesehatan prakonsepsi yang tinggi perlu dipertahankan dengan melakukan promosi kesehatan prakonsepsi pada lingkungan kampus agar dapat meningkatkan wawasan pengetahuan mahasiswa RIK dan non RIK.

Preparation before pregnancy preconception becomes an important thing to know by men and women. At the age of 16-24 years who are considered to be mature enough to get pregnant should be exposed to the information. In this age is in the range among undergraduate students. This study aims to determine the description of knowledge preconception health among undergraduate students. This study was conducted cross sectional on 325 undergraduate students of regular and extension of 2017 2018. Analysis of the data is univariate.
The result of the research shows that health science clusters among undergraduate students about 107 students 54,8 and non health science clusters students were 71 students 39,9 have high knowledge preconception health. High knowledge preconception health needs to be maintained by conducting preconception health promotion on campus environment to improve knowledge among undergraduate students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Yumna Ariba
"Calon pengantin merupakan kelompok usia reproduktif yang masanya paling mendekati masa kehamilan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri calon pengantin tentang kesehatan prakonsepsi. Kesadaran diri calon pengantin diukur menggunakan kuesioner Self-awareness of preconception health and pregnancy yang telah dimodifikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling terhadap 348 calon pengantin yang melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi dan konseling calon pengantin di Puskesmas wilayah Jakarta Utara. Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas calon pengantin (77,6% - 80,8%) menyatakan sangat menyadari hingga menyadari faktor yang berbahaya bagi kehamilan dan hal yang berdampak baik bagi kehamilan. Selain itu, berdasarkan hasil skor rerata jawaban benar konten kesadaran diri, calon pengantin perempuan mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan calon pengantin laki-laki. Maka dari itu, diperlukan peningkatan kesadaran tentang kesehatan prakonsepsi kepada calon pengantin.

The bride and groom are the reproductive age group whose time is closest to the period of pregnancy. This study aims to determine the description of the bride and groom's potential self-awareness about preconception health. Self-awareness of the bride and groom will be measured using a questionnaire Self-awareness of preconception health and pregnancy that has been modified. The research design used was a descriptive study with a cross section analysis method. Sampling used a consecutive sampling method to 348 bride and groom who conducted reproductive health checks and counseling in the North Jakarta Health Center. The results obtained the majority of the bride and groom (77.6% - 80.8%) stated extremely aware to moderately aware the dangerous factors for pregnancy and positive factors for pregnancy. In addition, based on the results of the mean score of correct answers to self-awareness content, female brides get a higher score than male brides. Therefore, it is necessary to increase awareness about the health of preconceptions to bride and groom."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Afianjani Rahmadianti
"Latar Belakang: Gangguan sendi temporomandibular (TMJD) merupakan penyebab utama nyeri non-odontogenik di regio oro-fasial. Diagnosis dini dari TMJD penting dilakukan, namun kesadaran diri akan TMJD masih terbilang rendah. TMJD juga terjadi pada mahasiswa kedokteran gigi dengan persentase yang cukup tinggi, hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan. Tujuan: mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD pada mahasiswa FKG UI dan melihat hubungan antara keduanya. Metode: Studi deskriptif potong lintang pada 617 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menggunakan kuesioner pengetahuan, dan tanda dan gejala TMJD yang pernah digunakan dalam penelitian terdahulu di India. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD. Namun terdapat korelasi positif antara angkatan dengan tingkat pengetahuan dan korelasi negatif antara angkatan dengan tingkat kesadaran diri. Tingkat pengetahuan dan kesadaran diri mayoritas mahasiswa tergolong sedang serta tanda dan gejala yang paling banyak pernah dirasakan oleh mahasiswa yaitu pengalaman mendengar suara dari TMJ saat membuka atau menutup mulut. Kesimpulan: Semakin tinggi angkatan mahasiswa maka tingkat pengetahuan TMJD akan meningkat namun, tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD justru menurun.

Background: Temporomandibular Joint Disorder (TMJD) is the main cause of non-odontogenic pain in oro-facial region. Early diagnosis of TMJD urge to be done, however the self-awareness of TMJD is usually low. TMJD also occurred among dentistry students with significant percentage, this could be associated with the lack of awareness and knowledge. Objective: To understand the level of knowledge and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD and its relations of the dentistry student in University of Indonesia. Methods: Descriptive cross-sectional was applied to 617 students using adapted questionnaire concerning knowledge, sign and symptoms of TMJD used by a similar study in India. Results: There is no association between knowledge level and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD level. There is a positive correlation between student’s grade and the level of knowledge, however negative correlation appears between student’s grade and the level of self-awareness. The knowledge and self-awareness level among majority of students are moderate. The major sign and symptoms that mostly have ever felt by students is experiencing of noises within TMJ while opening or closing the jaw. Conclusion: Higher student’s grade tends to have higher TMJD knowledge level but lower TMJD sign and symptoms self-awareness level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Fitri Amara
"Hiperglikemia kronis yang jika tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah yang merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait diabetes yang disebabkan oleh stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri penyandang diabetes mellitus terhadap risiko komplikasi stroke di kota depok. Penelitian deskriptif yang melibatkan 100 responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Pengambilan data secara offline di 3 puskesmas Kota Depok menggunakan kuesioner kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang dikembangkan sendiri dengan nilai alpha cronbach 0,826. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas berada pada rentang usia 61-80 tahun, berjenis kelamin perempuan serta mayoritas responden menganut agama Islam. Mayoritas responden menempuh pendidikan terakhir tingkat SMA, tidak pernah mengikuti penyuluhan/edukasi DM dan telah menyandang DM selama <5 tahun. Mayoritas responden memiliki kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang sedang. Responden memiliki tingkat kesadaran diri rendah, lebih banyak daripada responden yang telah memiliki kesadaran diri tinggi terhadap risiko komplikasi stroke. Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi kesehatan terkait risiko komplikasi stroke pada penyandang diabetes melitus tipe 2 agar dapat meningkatkan kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke.

Chronic hyperglycemia which if not controlled can damage blood vessels which is one of the leading causes of diabetesrelated death caused by stroke. This study aims to find out the picture of self-awareness of people with diabetes mellitus to the risk of stroke complications in the city of Depok. Descriptive research involving 100 respondents with type 2 diabetes mellitus in Depok. Offline data collection in 3 health centers in Depok using self-awareness questionnaire on the risk of stroke complications developed by itself with an alpha cronbach value of 0.826. The results of this study showed the majority were in the age range of 61-80 years, the gender of women and the majority of respondents adhered to Islam. The majority of respondents attended the last high school level, never attended DM counseling/education and have held DM for <5 years. The majority of respondents had self-awareness of the risk of moderate stroke complications. Respondents had a low level of self-awareness, more than respondents who had high self-awareness of the risk of stroke complications. This study recommends providing health education related to the risk of stroke complications in people with type 2 diabetes mellitus in order to increase self-awareness of the risk of stroke complications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Mulyani Uspitasari
"Angka kematian ibu dan bayi masih menjadi permasalahan yang harus diatasi dari waktu ke waktu. Salah satu cara untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi yaitu dengan melakukan perawatan prakonsepsi. Perawatan prakonsepsi merupakan suatu bentuk pelayanan yang menyediakan intervensi baik dari segi biomedis, perilaku, dan sosial yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan prakonsepsi. Pengetahuan tentang perawatan prakonsepsi sangat penting bagi tenaga kesehatan dalam rangka untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Analisis data menggunakan analisis univariat diperoleh hasil bahwa perawat yang memiliki tingkat pengetahuan buruk 58 (32,2%), perawat dengan tingkat pengetahuan sedang 82 (45,6%), dan perawat dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 40 (22%). Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu diadakan pelatihan mengenai perawatan prakonsepsi bagi penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan tentang perawatan prakonsepsi. Selain itu, diperlukan adanya protokol perawatan prakonsepsi sebagai panduan perawat dalam melakukan perawatan prakonsepsi.

Maternal and infant mortality rates are still a problem that must be addressed from time to time. One way to reduce maternal and infant mortality is by conducting preconception care. Preconception care is a form of service that provides biomedical, behavioral, and social interventions that aim to reduce maternal and infant mortality. This study aims to determine the level of knowledge of nurses about preconception care. Knowledge of preconception care is very important for health workers in order to reduce maternal and infant mortality. This study is a quantitative study with a descriptive research design. Data analysis using univariate analysis showed that nurses who had a poor level of knowledge were 58 (32.2%), nurses with a moderate level of knowledge were 82 (45.6%), and nurses with a low level of knowledge were good knowledge as much as 40 (22%). The results of this study suggest that it is necessary to conduct training on preconception care for health care providers to increase the level of knowledge about preconception care. In addition, it is necessary to have a preconception care protocol as a guide for nurses in carrying out preconception care. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Arimbi Cahyono
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh materialisme terhadap Public Self-Consciousness pada mahasiswa konsumen luxury fashion brand. Materialisme didefinisikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan di dalam hidup mereka (Richins & Dawson, 1992). Public Self-Consciousness didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk menyadari bahwa dirinya adalah obyek sosial (Fenigstein, Scheier, & Buss, 1975). Responden penelitian ini adalah mahasiswa konsumen luxury fashion brand di wilayah Jabodetabek yang berjumlah 185 orang.
Materialisme diukur menggunakan Materialism Value Scale (Richins & Dawson, 1992) yang direvisi menjadi MVS Short Form oleh Richins (2004a) dan public self consciousness diukur menggunakan The 7-items Public Self-Consciousness Scale (Fenigstein, Scheier & Buss, 1975).
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa materialisme dapat mempengaruhi skor public self-consciousness secara signifikan, b = .416, t(183) = 6.190, p<.01 Selain itu, materialisme juga dapat secara signifikan menjelaskan proporsi varians skor public self-consciousness, R2 = .173, F(1,183) = 38.313.
Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya evaluasi terhadap pola asuh orang tua, pengarahan terhadap mahasiswa konsumen luxury fashion brand supaya kelak dapat menjadi konsumen yang cerdas, dan perusahaan luxury fashion brand sebaiknya terus melakukan inovasi pada strategi pemasaran supaya dapat bertahan dalam menghadapi persaingan pasar luxury fashion brand.

The general purpose of this research was to determine the influences of materialism on public self-consciousness in luxury fashion brand college student consumer. Materialism is defined as a centrally held belief about the importance of possessions in one’s life (Richins & Dawson, 1992). Public self consciousness is defined as an awareness of the self as a social and public object (Fenigstein, Scheier, & Buss, 1975). Respondents of this research were undergraduate college students in Jabodetabek area, with amounts 185 people.
Materialism was measured using Materialism Values Scale (Richins & Dawson, 1992) which revised become MVS Short Form by Richins (2004a) and Public self-consciousness was measured using The 7-items Public Self-Consciousness Scale (Fenigstein, Scheier, & Buss, 1975).
The main result of this research shows that materialism is significantly predicted public self-consciousness scores, b = .416, t(183) = 6.190, p<.01. Furthermore, materialism also explained a significant proportion of variance in public self-consciousness scores, R2 = .173, F(1,183) = 38.313.
Based on these results, evaluation is important to the parents’ parenting, direction is needed to guide luxury fashion brand college students, so that they become smarter consumer later, and luxury fashion brand company should make an innovation on marketing strategies in order to face luxury fashion brand market competition.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Rila Putra
"Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dituntut untuk melakukan kontrol diri. Berbagai masalah seperti penyalahgunaan obat-obatan, prokrastinasi, atau konsumsi alkohol berlebihan melibatkan faktor kegagalan dalam melakukan kontrol diri. Ketika individu melakukan kontrol diri pada suatu tugas, maka ia tidak lagi mampu untuk beroperasi dengan optimal sehingga memiliki kinerja yang rendah pada tugas kontrol diri berikutnya. Hal inilah yang disebut dengan ego depletion. Penelitian ini melihat pengaruh keadaan ego depletion itu terhadap performa kontrol diri pada 132 mahasiswa S1 Universitas Indonesia. Penelitian ini juga menggali bagaimana kesadaran diri dan motivasi berperan dalam pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri tersebut. Studi ini menemukan bahwa berbeda dari penelitian sebelumnya (Alberts, Martijn, & Vries, 2011), kesadaran diri tidak dapat memoderasi pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri. Ego depletion dan kesadaran diri dapat memprediksi tingkat motivasi intrinsik secara independen dalam hubungan positif, sedangkan motivasi intrinsik dapat memprediksi kontrol diri secara negatif. Penelitian ini menggambarkan model moderated mediation dengan kesadaran diri sebagai moderator dan motivasi sebagai mediator untuk menjelaskan pengaruh ego depletion terhadap kontrol diri.

In everyday life, people are expected to control themselves. Many problems such as drugs abuse, procrastination, or excess consumption of alcohol are related to self-control failure. Exerting self-control on a particular task caused individuals not to be able to perform optimally on a subsequent self-control task, resulting in poorer performance. This is what has been known as ego depletion. The present research examines the effect of ego depletion on self-control performance among 132 undergraduates in University of Indonesia, as well as exploring the role of self-awareness and motivation. Inconsistent with previous study (Alberts, Martijn, & Vries, 2011), self-awareness fails to moderate the effect of ego depletion on self-control. Ego depletion and self-awareness are able to independently predict the level of intrinsic motivation, whereas intrinsic motivation is able to predict self-control performance. The present research analyses moderated mediation effect with self-awareness as a moderator and motivation as a mediator in its effort to explain how ego depletion affects self-control performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Aliyya Pinanditya
"Aiesec is a youth-run organization that strives to activate leadership skills among youth. Hence, Aiesec has its own qualities that need to be fulfilled to be called a leader, one of them being self-awareness. Aiesec believes leadership skill is something that could be learned over time. Movie, being one of the mass communication media, has a function to help understand an action that later could support learning. Grounded by a theory from Turow (2014) about the function of mass communication and Rochat (2003) about stages of Self-Awareness, this research aims to understand how the movie “Work It” helps understand self-awareness as one of Aiesec’s leadership qualities. To do this, a content analysis of “Work It” as the main data collection and an interview for triangulation with one of the Team Leaders in Aiesec Universitas Indonesia were conducted. This research reveals that the movie “Work It” covers all the stages of Self-Awareness development by Rochat and the processes of the development were dynamic. The message alignment of the movie and Aiesec’s Leadership Qualities of Self-Awareness is that exploration could lead to discovering passion. The movie “Work It” and movies in general have several creative elements to support the delivery of the message. Thus, this research suggests embedding movies with moral value into a learning process.

Aiesec adalah organisasi yang bertujuan untuk mengasah kemampuan kepemimpinan pemuda. Untuk mempermudah mengukur tercapainya tujuan ini, Aiesec memiliki beberapa kualitas kepemimpinan, salah satunya adalah self-awareness. Aiesec percaya bahwa kemampuan kepemimpinan adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Film, sebagai salah satu media komunikasi massa, memiliki fungsi untuk membantu memahami sebuah aksi yang nantinya memungkinkan untuk mendukung proses pembelajaran. Berlandaskan dengan teori utama mengenai fungsi media komunikasi massa oleh Turow (2014) dan tahap perkembangan self-awareness oleh Rochat (2003), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana film “Work It” dapat membantu memahami praktek self-awareness sebagai salah satu kualitas kepemimpinan di Aiesec. Untuk menguji hal ini, analisis konten film “Work It” sebagai data utama dan wawancara dengan salah satu Team Leader Aiesec Universitas Indonesia sebagai triangulasi dilakukan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa film “Work It” mencakup semua tahapan pengembangan self-awareness oleh Rochat dan proses pengembangannya bersifat dinamis. Ketersinambungan pesan film dan Kualitas Kepemimpinan self-awareness Aiesec adalah bahwa eksplorasi dapat mengarah pada penemuan passion. Film pada umumnya memiliki beberapa elemen kreatif untuk mendukung penyampaian pesan. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan untuk menggabungkan film yang memiliki nilai moral ke dalam proses pembelajaran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Fauziah Priani
"ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pendidikan kesehatan singkat terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap calon pengantin perempuan mengenai kesehatan prakonsepsi.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental pre and posttest with control group. Sampel terdiri dari 92 calon pengantin perempuan yang terbagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang dipilih secara consecutive sampling. Kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan singkat mengenai kesehatan prakonsepsi yang meliputi kesehatan fisik, nutrisi dan gaya hidup prakonsepsi. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi namun mendapatkan buku saku kesehatan prakonsepsi.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah pemberian intervensi meliputi kesehatan fisik (p = 0,001), nutrisi (p = 0,001), and gaya hidup (p = 0,001) prakonsepsi. Disamping itu, terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sesudah pemberian intervensi meliputi persepsi terhadap kerentanan (p = 0,001), persepsi terhadap ancaman (p = 0,001), persepsi tentang manfaat (p = 0,001), persepsi terhadap hambatan (p = 0,001).
Simpulan: Penelitian ini merekomendasikan pemberian pendidikan kesehatan singkat untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap calon pengantin perempuan mengenai kesehatan prakonsepsi.

ABSTRACT
Objective: This study aims to identify the effectiveness of preconception health brief education toward improvement on knowledge and attitudes of brides about preconception health.
Method: This study used a quasi-experimental pre and posttest with control group design. The sample were 92 brides selected by consecutive sampling technique. The respondents divided into intervention group and control group. The intervention group was given a preconception health brief education including preconception physical health, nutrition, and lifestyle, while the control group was not given the intervention but got preconception health booklet.
Results: The results showed that there is a significant different of knowledge between the intervention group and the control group after the intervention includes physical health (p = 0,001), nutrition (p = 0,001), and lifestyle (p = 0,001). Besides that, there is a significant different in attitude between intervention group and control group after the intervention includes perceived susceptibility (p = 0.001), perceived severity (p = 0.001), perceived benefits (p = 0.001), perceived barriers (p = 0.001).
Conclusion: This study recommended to use preconception health brief education to increase the preconception health knowledge and attitude of brides about preconception health education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>