Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prawinda Putri Anzari
"Tesis ini adalah mengenai budaya matrilineal yang dikemas secara simbolis melalui suatu adat istiadat, di mana posisi perempuan dalam keluarga ditinggikan, tetapi pada saat yang sama itu justru membuat perempuan menjadi subordinasi. Penelitian ini dilakukan pada tradisi budaya tunggu tubang yang merupakan budaya lokal di Semende, Sumatra Selatan. Di Semende, perempuan menerima hak istimewa untuk mempertahankan dan mengelola warisan keluarga, termasuk mengelola lahan pertanian mereka. Namun, perempuan yang menjaga kelestarian adat diawasi oleh laki-laki sehingga terjadi penyimpangan adat. Ironisnya, perempuan dengan status tunggu tubang merasakan tugas yang mereka rasakan bukan sebagai beban tetapi dedikasi kepada keluarga yang mereka lakukan dengan sepenuh hati. Oleh karena itu pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana konstruksi sosial yang terbentuk dalam diri perempuan tunggu tubang dalam memaknai status dan peranan mereka dalam adat.
Tesis ini menggunakan teknik wawancara mendalam untuk pengumpulan data melalui dua informan kunci yang dipilih berdasarkan kriteria. Hasil dari penelitian ini adalah, dalam proses konstruksi sosial realitas di diri perempuan tunggu tubang dikomunikasikan melalui pemahaman terhadap nilai Islam serta struktur adat yang mengharuskan laki-laki memimpin seorang wanita. Hal ini kemudian berdampak kepada ketidaksetaraan gender yang terjadi karena pada akhirnya perempuan tunggu tubang terkesan hanya menjadi status simbol semata di mana mereka memiliki kekuasaan untuk mengelola harta warisan, tetapi tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan peran bagi diri mereka sendiri.

This thesis focused in matrilineal culture, in which women have higher standing in the family but at the same time they are only figureheads. The research is being done in Tunggu Tubang culture, a local culture in Semende, South Sumatera. In Semende, women have an exclusive right to maintain and utilize the family 's inheritance, including the farming field. However, these Tunggu Tubang women are supervised by men, so this resulted in anomaly in Tunggu Tubang culture. Ironically, Tunggu Tubang women think that it is not a burden at all, they carry out their task wholeheartedly, for it is a dedication to the family. Therefore, the research 's inquiry is how is the social construction that is formed inside Tunggu Tubang women in order to realize their statuses and roles in Tunggu Tubang culture.
The main data collection technique in this research was by using deep interview, in which two informants were chosen based on criteria. The result of this research was Tunggu Tubang women was using their comprehension in Islamic culture and the tradition where men lead the women to process the social realism construction inside themselves. Therefore, gender inequality occurred because Tunggu Tubang women only became the figureheads. It 's true they had the power to maintain the family 's inheritance but they didn 't have the power to decide their own fates.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanie
"Penelitian ini menjelaskan bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh perempuan yang di kesehariannya bergelut di bidang bisnis maskulin dari sudut pandang komunikasi. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode kasus dan paradigma post positivis.
Kasus dalam penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan konsep tentang pembentukkan konsep diri dari Joseph A. DeVito dan komunikasi gender. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi kepada tiga informan (perempuan) yang dipilih melalui rancangan sampling purposif sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa ada berbagai alasan kuat yang dapat membuat seorang perempuan memutuskan untuk terjun menggeluti dunia bisnis maskulin. Selain itu "sisi feminin" yang dimiliki oleh perempuan justru memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka untuk dapat sukses bertahan dan menyesuaikan diri dalam menggeluti bidang bisnis maskulin.

This study explains the women?s self concept in the field of masculine business from communication perspective. This study is using a qualitative approach with study case method and post positivist paradigm.
Cases in this study are analyzed descriptively by using the formation of self concept by Joseph A. DeVito and gender in communication. The data is collected through observation, depth interview, and documentations to the three informants (women), selected by purposive samping design as the objectives of this study.
From the research conducted, it is found that there are a variety of reasons that can make a woman decides to enter in the masculine business industry. Moreover, "feminine side" owned by women actually provides a distinct advantage for them to be able to successfully survive and adapt in the field of masculine business."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neildeva Despendya Putri
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana perempuan mengkonstruksi konten digital di Instagram sebagai refleksi dari realisasi diri mereka. Konten yang diunggah tersebut adalah user-generated content (UGC), dimana perempuan mendapatkan banyak manfaat didalamnya mulai dari manfaat psikologis seperti meningkatnya kepercayaan diri, esensi krusial dalam pembentukan pemberdayaan diri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain konstruktif. Dengan memahami bagaimana pemanfaatan Instagram sebagai salah satu produk digital ICTs (information and communication technologies) oleh perempuan, penelitian ini mengungkapkan bahwa perempuan perlu menyadari potensi diri mereka dan memanfaatkan ranah digital untuk mempublikasikan karya maupun mengekspresikan gagasan mereka karena terdapat bukti yang kuat bahwa Instagram dapat memberdayakan diri perempuan dari segi psikologis maupun finansial.

This research examine about how women constructs their digital content on Instagram as the reflection of their self-realization. The uploaded contents are called user-generated content (UGC), where women could obtain some psychological benefits such as increasing their self-confidence, a crucial essence to shaping empowerment itself. This research is using qualitative methods and constructive paradigm. By understanding how Instagram?s utilization are being used by women, this research reveal that women need to recognize their potentials and utilize the digital ICTs platform such as Instagram to publishing their works as well as expressing their ideas, because this research already found that Instagram could be used to empowering women psychologically and financially.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
California: Western Psychological Services, 1971
155.2 SEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Saphira Rashida Khairunnisa
"Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang proses konstruksi konsep diri penggemar melalui aktivitas konsumsi produk yang dipasarkan artis Korea Selatan. Studi-studi terdahulu telah menjelaskan bahwa artis Korea Selatan dalam penjualan produk mempengaruhi keputusan membeli penggemar. Keputusan membeli penggemar menjadi bagian dari bentuk aktualisasi diri yang dibentuk oleh sifat loyal dan disertai faktor psikologis dan sosial. Namun, studi-studi sebelumnya cenderung membahas aktivitas konsumsi penggemar yang melibatkan sisi psikologisnya tanpa menganalisis secara mendalam dari sisi sosiologis khususnya mengenai interaksi penggemar dengan lingkungan sosialnya dalam proses terbentuknya konsep diri. Dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik oleh George H. Mead, interaksi sosial membantu penggemar mengkomunikasikan identitasnya, menginternalisasikan makna dari orang lain, hingga merefleksikan pandangannya pada diri sendiri dan bagaimana ingin dilihat orang lain. Hasil temuan penelitian menyatakan aktivitas konsumsi produk tidak hanya didasari karena memiliki simbol, namun juga dapat menjadi perantara dalam merepresentasikan diri sebagai seorang penggemar yang kemudian memunculkan keinginan seperti apa dirinya terlihat di lingkungan sosial, seperti penggemar yang mendukung idola, kolektor, loyal, dan penggemar yang berhasil bertemu idola. Selain itu, penilaian dari lingkungan sosial pada diri penggemar, antara lain seperti antusias, heboh, ambisius, dan sebagainya. Peneliti berargumen bahwa penggemar mempresentasikan image-nya melalui konsumsi produk yang dipasarkan artis Korea Selatan berkaitan pada proses terbentuknya konsep dirinya. Selain itu, kehadiran orang lain dari lingkungan sosial membantu penggemar mengetahui identitasnya, mempersuasi, menuntut, dan menilai diri penggemar, di mana hal ini juga memberikan kontribusi pada proses pembentukan konsep dirinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melalukan wawancara mendalam, observasi, studi literatur, serta menggunakan photo elicitation dan photovoice pada proses pengambilan data pada individu yang merupakan penggemar artis Korea Selatan.

This research aims to explain the process of constructing fans' self-concept through consumption activities of products marketed by South Korean artists. Previous studies explain that South Korean artists can influence fans' purchasing decisions. Fans' purchasing decisions are part of a form of self-actualization that is shaped by loyal traits and accompanied by psychological and social factors. However, previous studies tend to discuss fan consumption activities involving the psychological side without analyzing in depth from a sociological side, especially regarding fan interactions with their social environment in the process of forming self-concept. Using the theory of symbolic interactionism by George H. Mead, social interaction helps fans communicate their identity, internalize meaning from people, and reflect on their views of themselves and how they want to be seen by others. The research findings state that product consumption activities are not only based on having symbols, but can also be an intermediary in representing oneself as a fan which then gives rise to desires for what one looks like in the social environment, such as fans who support idols, collectors, loyalists, and fans who managed to meet an idol. Apart from that, fans' assessments of the social environment include enthusiasm, excitement, ambition, and so on. Researchers argue that fans present their image by consuming products marketed by South Korean artists in connection with forming their self-concept. Apart from that, the presence of other people from the social environment helps fans know their identity, persuade, demand, and evaluate themselves, which also contributes to forming their self-concept. This research uses qualitative methods by conducting in-depth interviews, observations, literature studies, photo elicitation, and photovoice in the data collection of individual South Korean artist fans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Aisha Darby
"Media adalah sumber informasi penting untuk standar dan norma kecantikan yang dianut masyarakat dan salah satunya standar yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah ide mengenai warna kulit yang ideal. Data dari Mills (2017) menemukan bahwa standar kecantikan yang ditransmisikan oleh media terutama sangat berdampak pada perempuan. Salah satu cara media mengimplementasikan standar kecantikan tersebut adalah melalui iklan. Iklan produk kecantikan seringkali menggambarkan warna kulit yang gelap sebagai sesuatu yang buruk sedangkan warna kulit terang selalu digambarkan sebagai pertanda kecantikan. Hal ini mengungkap cara kerja colorism di Indonesia. Colorism, adalah proses diskriminasi yang memberikan hak istimewa bagi mereka yang memiliki warna kulit lebih terang dibandingkan mereka yang kulitnya gelap. Colorism memiliki implikasi internal (konsep diri), dan juga implikasi eksternal (diskriminasi). Tulisan ini berusaha untuk mengetahui implikasi internal colorism, yakni konsep diri, sebagai akibat dari iklan kecantikan. Setelah melakukan wawancara dengan dua orang informan, penulis dapat menyimpulkan bahwa iklan kecantikan memang memainkan peran yang penting dalam melestarikan colorism di kalangan perempuan yang pada akhirnya membentuk self-esteem, ideal self, self image (konsep diri) perempuan tersebut.

Media is an important source of beauty norms and standards that a society adheres to and a beauty standard that we come across a lot in society are skin color ideals. Data from Mills (2017) shows that beauty standards that are transmitted by the media have an especially profound impact on women. One of the ways in which beauty standards are implemented by the media is through advertisements. Beauty advertisements often portray dark skin as something that is bad and shows lighter skin tones as a sign of beauty. This shows how colorism works in Indonesia. Colorism is the process of discrimination that gives priviledges to those with lighter skin tones compared to those with darker skin tones. Colorism has internal (self concept) and external (discrimination) implications. This writing attempts to discover the internal implications of colorism, namely self concept, as a consequence of beauty advertisements. After conducting interviews with two informants, it can be concluded that beauty advertisements do play an important role in strengthening colorism in women, which in turn impacts their self-esteem, ideal self, and self image (self concept)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Dhea Novia Anzani
"Penelitian ini membahas mengenai kekerasan seksual dalam hubungan pacaran pada perempuan pada saat usia remaja yang dilihat dari aspek resiliensi serta konsep diri dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Kekerasan seksual pada perempuan merupakan fenomena yang marak terjadi di Indonesia. Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya khususnya pada ranah privat atau personal. Pada ranah privat, pelaku kekerasan seksual didominasi oleh pacar dan mantan pacar. Kasus kekerasan dalam hubungan pacaran dapat digambarkan seperti fenomena gunung es yang mana tidak banyak terlihat di permukaan. Para penyintas tidak banyak melaporkan kasus kekerasan yang terjadi pada dirinya sendiri. Kasus kekerasan seksual dalam hubungan pacaran juga sering mengalami kebuntutan pada proses hukum. Hal tersebut menyebabkan para penyintas hanya dapat bergantung pada dirinya sendiri dalam menangani permasalahannya. Perempuan penyintas kekerasan seksual dalam hubungan pacaran pada umumnya memiliki kemampuan untuk menghadapi permasalahan yang ia alami atau disebut dengan resiliensi. Proses resiliensi tersebut akan mempengaruhi cara pandang individu terhadap dirinya sendiri atau konsep diri yang terbentuk pada diri para penyintas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus yang mengambil data dari berbagai informan penyintas kekerasan seksual dalam hubungan pacaran pada usia remaja di Jabodetabek dan dilakukan pada tahun 2021. Dalam penelitian ini akan dibahas bentuk-bentuk tindak kekerasan yang terjadi, resiliensi, serta konsep diri pada informan utama. Pada penelitian ini ditemukannya hasil bahwa para informan utama telah menjadi individu yang resilien dengan proses yang ditentukan oleh faktor, sumber, karakteristik yang berbeda. Konsep diri yang terdiri dari ideal self, self image, dan self esteem yang terbentuk pada diri informan merupakan hasil dari kekerasan seksual yang dialaminya dan mempengaruhi pandangan positif atau negatif yang mereka bentuk. Konsep diri tersebut seiring berjalannya waktu berubah karena lingkungan yang mempengaruhi para informan. Penelitian ini berimplikasi pada Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya mata kuliah pengantar psikologi dan kesehatan jiwa dalam pembahasan resiliensi dan teori sosiologi dalam pembahasan konsep diri. Penelitian ini juga bermanfaat untuk pekerja sosial dalam lembaga penanganan kasus dalam merancang metode intervensi yang dibutuhkan.

This research discusses sexual violence in dating relationships among women at the age of adolescence which is seen from the aspect of resilience and self-concept from the discipline of Social Welfare Sciences. Sexual violence against women is a big phenomenon in Indonesia. Sexual violence against women’s cases always increase in every year. The most cases of sexual violence that occur are in the private or personal space. In the private space, the perpetrators of sexual violence are dominated by boyfriends and ex-boyfriends. Sexual violence in dating relationships can be described as an iceberg phenomenon which is not widely seen on the surface. The vitcims did not report many cases of violence against themselves. Sexual violence in dating relationships or dating violence also often ends in the ambiguity of the legal process. This causes the victims only depend on themselves in dealing with their problems. Women who have survived sexual violence in dating relationships generally have the ability to deal with the problems they experienced or what is known as resilience. The resilience process will affect the individual's perspective on himself or the self-concept that is formed in the survivors. This research is a qualitative research using a case study method that takes data from various informants of sexual violence survivors in dating relationships at the age of teenagers in Jabodetabek in 2021. This research will discuss the forms of violence that occur, resilience, and self-concept in the main informants. In this research, it was found that the main informants had become resilient individuals with a process determined by different factors, sources, and characteristics. The self-concept consisting of the ideal self, self-image, and self-esteem that is formed on the informant is the result of the sexual violence they have experienced and influences the positive or negative views they form. This self-concept changes over time because of the environment that affects the informants. This research has implications for Social Welfare Science, especially on psychology introduction study and mental health study for resilience discussion and sociological theory study for self-concept discussion. This research is also useful for social workers at organization who handle sexual violence cases in designing intervention method they needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Aryani Antari Putri
"Kasus yang dibahas adalah mengenai proses pembentukan self image dari wanita di Korea Selatan yang berprofesi sebagai public figure. Secara umum, public figure wanita di Korea Selatan memiliki kebutuhan untuk tampil cantik. Hal tersebutlah yang membuat mereka melakukan apa saja untuk dapat membuat diri mereka tampak menarik seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam beberapa kasus, terdapat public figure yang memutuskan untuk bunuh diri jika dirinya tidak dapat terllihat cantik. Pertanyaan yang saya ajukan adalah, sejauh mana seorang wanita di Korea Selatan memiliki self esteem yang rendah terkait denga operasi plastik yang dilakukannya, atau bahkan hingga mencoba untuk bunuh diri jika dirinya tidak dapat terlihat cantik? Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan data sekunder dari media online. Kesimpulan yang didapat dari wawancara di media online antara andministrator media online tersebut dengan salah seorang wanita Korea Selatan adalah bahwa tampil cantik bagi seorang public figure di Korea Selatan merupakan nilai penting khususnya dalam pembentukan self image yang baik bagi orang lain.

The case discussed here is about the process of building a self image of a woman in South Korea, who had a profession as a public figure. In general, a public figure women in South Korea have some needs to be beautiful. That’s why for that reason, they will do everything, just for making them attractive as such those expected by it's society. Another way around, they will do suicide trial if they didn't get the opportunity to be beautiful. My question here is, how far a woman in South Korea have feeling of low self-esteem regarding of doing some plastic surgery, or even trying to do suicide if she could not get the opportunity to be attractive? The methode I use here is by collecting secondary data from media online. At last, I get the conclusion from the interview in media online that for a public figure in South Korea, being beauty is an important value especially in forming a good self image to be seen by other people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Ristiana
"Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri (self concept) dan proses adaptasi pada anak perempuan yang melakukan pernikahan dini di Kabupaten Temanggung. Terkait dengan konsep diri, penelitian ini membahas bagaimana konsep diri pada anak yang menikah dini dari dimensi pengetahuan, harapan, dan penilaian anak yang mneikah dini. Terkait dengan proses adaptasi, penelitian ini membahas proses adaptasi yang dijalankan anak perempaun yang menikah dini karena adanya perubahan peran menjadi istri dan ibu dalam melakukan proses adaptasi syarat dasar biologi-alamiah, adaptasi syarat dasar kejiwaan, dan adaptasi syarat dasar sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus, di mana setiap kasus akan menggambarkan karakteristik yang berbeda, kemudian di akhir penelitian akan ditarik kesimpulan dari beberapa kasus yang dikaji. Informan anak perempuan yang menikah dini pada penelitian ini didapat melalui metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2021, dengan jumlah informan 12 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat konsep diri yang berbeda-beda pada anak perempuan yang menikah dini, hal itu tergantung dengan factor yang mempengaruhinya. Selain itu, anak perempuan dengan konsep diri yang berbeda, melakukan proses adaptasi yang berbeda dalam menjalankan perannya.

This thesis aims to describe the self-concept and the adaptation process for girls who marry early in Temanggung Regency. About self-concept, this study discusses the self-concept of children who marry early from the dimensions of knowledge, expectations, and assessments of children who marry early. About the adaptation process, this study discusses the adaptation process carried out by girls who marry early due to changes in the roles of being a wife and mother in the process of adapting natural-biological basic requirements, adaptation of basic psychological requirements, and adaptation of basic social requirements. This research is a qualitative research with case studies, where each case will describe different characteristics, then at the end of the study conclusions will be drawn from several cases studied. Informants of girls who married early in this study were obtained through purposive sampling method. This research was conducted in January-July 2021, with a total of 12 informants. The results of this study are that there are differences in self-concept in girls who marry early, this depends on the factors that influence it. In addition, girls with different self-concepts carry out different adaptation processes when carrying out their roles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Patricia W.
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang konsep pernikahan putih di dalam budaya Barat
yang direpresentasikan oleh film Bride Wars. Dengan menggunakan teori
semiotik milik Roland Barthes, beberapa ritual serta atribut pernikahan putih yang
ditampilkan dalam film tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terdapat
di dalamnya, terkhusus makna konotasi atau mitos. Dari analisa tersebut,
diketahui bahwa di dalam ritual dan atribut pernikahan putih terdapat mitos-mitos
yang memanipulasi perempuan. Mitos-mitos tersebut membentuk tataran ideal
pernikahan yang harus dipenuhi oleh perempuan. Tuntutan untuk perempuan
mengikuti tataran ideal tersebut akhirnya membangun karakter-karakter di dalam
diri perempuan, yang tanpa disadari merugikan diri perempuan itu sendiri

ABSTRACT
The focus of this study is to show the way the white wedding concept manipulate
women as represented in a movie, titled Bride Wars. Using the semiotic theory of
Roland Barthes, some white wedding rituals and attributes in Bride Wars are
analyzed in order to find the denotative and conotative meanings within them.
From the analysis, it is shown that the connotative meanings or myths which lies
within the rituals and attributes manipulate the idea of wedding on women?s
minds. The myths unconciously put pressure in women?s mind so that women
follow the ideal standard of a wedding which is constructed by the myth.
Unfortunately, the pressure build some characters within women that causes
detriment to women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>