Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Salsabilla Ibrahim
"Fenomena COVID-19 menimbulkan distres pada dewasa muda. Distres dewasa muda salah satunya disebabkan oleh interaksi di dalam keluarga, saat dewasa muda harus tinggal bersama keluarga selama masa pandemi. Studi kuantitatif ini bertujuan untuk melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor distres psikologis pada dewasa muda selama pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 411 orang berusia 18 sampai 25 tahun (M=20,7). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan General Health Questionnaire (GHQ-12). Ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi distres psikologis pada orang dewasa muda (R2 = 0,235, p<0,05) dan dimensi komunikasi dalam keberfungsian keluarga dapat memprediksi secara signifikan distres psikologis dewasa muda (β= -0,245, p<0,05). Lebih lanjut, ditemukan distres psikologis yang lebih tinggi pada dewasa muda perempuan dibandingkan laki-laki dan laki-laki mempersepsikan keberfungsian keluarganya lebih baik dari perempuan.

The COVID-19 phenomenon causes distress in young adults. One of the causes of young adults distress is due to interactions within the family, when young adults have to live with their families during the pandemic. This quantitative study aims to look at family functioning as a predictor of psychological distress in young adults during the COVID-19 pandemic. The participants in this study were 411 people aged 18 to 25 years (M=20,7). The measuring instruments used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the General Health Questionnaire (GHQ-12). It was found that family functioning significantly predicts psychological distress in young adults (R2 = 0.235, p<0.05) and the communication dimension in family functioning can significantly predict psychological distress in young adults (β= -0.245, p<0.05). Furthermore, it was found that psychological distress was higher in young adult women than men and men perceived their family functioning as better than women. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Zhafira
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara empati dan distres psikologis pada remaja di masa pandemi Covid-19. Peneliti menggunakan definisi empati dari Cohen & Strayer (1996) yang membagi empati menjadi dua komponen, yaitu empati afektif dan empati kognitif serta definisi distres psikologis dari Mirowsky & Ross (2002). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain korelasional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 651 remaja berusia 15-18 tahun dengan 390 perempuan dan 291 laki-laki. Alat ukur yang digunakan adalah Basic Empathy Scale (Jollife & Farrington, 2006) dan Kessler Psychological Distress Scale - 10 Items (Kessler, 2002) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil pengujian korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara empati afektif dan distres psikologis (r(651) = 0.174 , p <0.05, r² = 0.03, one tail), namun hubungan antara kedua variabel lemah. Tidak ditemukan adanya hubungan antara empati kognitif dan distres psikologis. Selain itu, perempuan memiliki skor distres psikologis, empati afektif, dan empati kognitif yang lebih tinggi secara signifikan dibanding laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distres psikologis hanya berhubungan dengan kemampuan individu untuk turut merasakan emosi orang lain secara kongruen, yang merupakan komponen afektif dari empati.

This study aims to test the relationship between empathy and psychological distress among adolescents in times of Covid-19 pandemic. Researcher used the definition of empathy from Cohen & Strayer (1996) who classified empathy to two components, affective empathy and cognitive empathy, while the reference of psychological distress is from Mirowsky & Ross (2002). This study was conducted with quantitative method and correlational design. A total of 651 adolescents (390 girls and 291 boys) ranging from 15 – 18 years old participated in this study. The instruments used in this study are Basic Empathy Scale (Jollife & Farrington, 2006) and Kessler Psychological Distress Scale - 10 items (Tran et al., 2019) that are adapted to Bahasa. The results showed that there is a positive significant correlation between affective empathy and psychological distress, however the effect size is small (r(651) = 0.174, p <0.05, r² = 0.03, one tail). There is no significant correlation between cognitive empathy and psychological distress. Furthermore, girls reported higher psychological distress, affective empathy, and cognitive empathy than boys. From this study, it is known that psychological distress only correlated with the affective components of empathy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Lazuardy Rahmani
"Populasi remaja di era saat ini tumbuh dengan paparan penggunaan internet yang sangat masif sehingga meningkatkan resiko munculnya perilaku penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet bermasalah dijelaskan sebagai adanya gejala kognitif dan perilaku penggunaan internet yang berdampak pada berbagai konsekuensi negatif, salah satunya munculnya distres psikologis. Disisi lain, studi menunjukkan bahwa dukungan sosial diduga dapat berperan sebagai salah satu faktor protektif dari kemunculan distres psikologis sebagai dampak dari penggunaan internet yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dukungan sosial sebagai moderator hubungan antara penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis pada remaja. Penelitian dengan desain kuantitatif dilakukan pada 323 remaja berusia 15-18 tahun dengan menyebarkan instrumen kuesioner Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil menunjukkan bahwa dukungan sosial, khususnya yang bersumber dari keluarga, berperan sebagai moderator dalam hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis remaja. Temuan ini memperkuat pentingnya peran dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan dampak negatif dari penggunaan internet bermasalah.

he adolescent population in the current era is growing with extensive exposure to internet usage, which is increasing the risk of problematic internet use behaviors. Problematic internet use is characterized by cognitive and behavioral symptoms that lead to various negative consequences, including psychological distress. On the other hand, social support is suspected to act as a protective factor against the psychological distress resulting from problematic internet use. This study aims to examine the role of social support as a moderator in the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. A quantitative research design was conducted with 323 adolescents aged 15-18 years, utilizing Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Results show that social support, especially from family, significantly moderated the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. These findings highlight the crucial role of social support to reduce the negative impacts of adolescents’ problematic internet use."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen Aviranindya Sattva Dharma
"Skripsi ini membahas distres psikologis yang dialami mahasiswa sarjana tahun pertama di UI dengan salah satu faktor prediktornya, yakni stres finansial. Partisipan dari penelitian ini merupakan mahasiswa sarjana tahun pertama di UI dengan rentang usia 16-21 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres finansial mempunyai peran yang kecil terhadap distres psikologis, dengan hanya 5,3% varians dalam distres psikologis yang dapat diprediksi oleh stres finansial. Hasil tersebut dikarenakan, mahasiswa sarjana tahun pertama UI menghadapi banyak tantangan dalam masa transisi dari SMA ke universitas, sehingga diduga terdapat variabel lain yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap distres psikologis ketimbang stres finansial.

This thesis discusses psychological distress experienced by first-year undergraduate students at UI with one of the predictor factors, namely financial stress. The participants of this study were first-year undergraduate students at UI with an age range of 16-21 years. This research is quantitative research with a correlational design. The results showed that financial stress has a small role in psychological distress, with only 5.3% of the variance in psychological distress that can be predicted by financial stress. These results are due to the fact that UIs first-year undergraduate students face many challenges in the transition from high school to university, so those other variables are suspected to have a greater influence on psychological distress than financial stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmahwati
"Orang tua yang bekerja dapat memiliki waktu terbatas untuk memberikan perhatian pada anak remajanya dan berakibat menerapkan pola asuh yang keliru. Sehingga, remaja akhir yang masih memerlukan bimbingan dari orang tua dapat berisiko mengalami kebingungan dalam proses eksplorasi diri yang dapat menyebabkan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 174 orang yang merupakan remaja usia 18-19 tahun. Instrumen penelitian menggunakan Parenting Style and Dimensions Questionnaire dan Self-Reporting Questionnaire-20. Hasil penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan adanya hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir dengan nilai p 0,007 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dan seimbang serta menjadi informasi penunjang bagi perawat dalam perawatan pada remaja akhir.

Working parents may have limited time to pay attention to their adolescents which results in wrong parenting. Thus, late adolescents who still need guidance from their parents can be at risk of experiencing confusion in the self-exploration process which can cause mental emotional problems. This study aimed to determine the relationship between parenting working parents with mental emotional distress in late adolescents. The research design used a cross-sectional design with a sample of 174 people who were adolescents aged 18-19 years. Parenting Style and Dimensions Questionnaire was used in identifying parenting style and Self-Reporting Questionnaire-20 to explore mental emotional problem. The results showed that there was a significant relationship between the parenting pattern of working parents with mental emotional disorders in late adolescence (p<0.05). The results of this study can be used as information for parents to apply appropriate and balanced parenting styles as well as supporting information for nurses in the care of late adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justine Elisse
"Tingginya penggunaan internet di kalangan remaja Indonesia menyebabkan mereka rentan terhadap penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet yang bermasalah ini dapat memicu berbagai masalah psikologis, termasuk distres psikologis. Salah satu faktor yang berkaitan dengan penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis adalah pola pengasuhan orang tua. Oleh sebab itu, penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana peran pola pengasuhan positif orang tua dalam memoderasi hubungan penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis pada remaja di Indonesia. Penelitian kuantitatif non-eksperimental ini dilakukan pada 305 remaja berusia 15-18 tahun yang merupakan pengguna internet aktif dan diasuh oleh orang tua. Penggunaan internet bermasalah diukur menggunakan instrumen Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), distres psikologis diukur menggunakan instrumen Depression, Anxiety, and Scale-21 (DASS-21), dan pola asuh positif diukur menggunakan instrumen Parent as Social Context Questionnaire (PSCQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh positif tidak berperan secara signifikan sebagai moderator hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis remaja, walaupun ditemukan arah hubungan yang melemahkan. Peneliti menyarankan pentingnya meneliti faktor-faktor lain dalam memoderasi hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis pada remaja, mengingat penelitian ini juga menemukan adanya hubungan positif antara penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis. Salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan adalah peran pola asuh negatif.

The high internet usage among Indonesian adolescents makes them vulnerable to problematic internet use. This problematic use of the internet can lead to various psychological problems, including psychological distress. One factor related to problematic internet use (PIU) and psychological distress is parenting style. This study aims to examine the moderating role of positive parenting style in the relationship between PIU and psychological distress among adolescents in Indonesia. This nonexperimental quantitative study involved 305 adolescents aged 15-18 years, who are active internet users and live with their parents. PIU was measured using the Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), psychological distress was measured using the Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and positive parenting style was measured using the Parent as Social Context Questionnaire (PSCQ). The results showed that positive parenting style did not significantly moderate the relationship between PIU and psychological distress, although a weakening direction was observed. This study suggests the importance of investigating other factors that may moderate the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents, as a positive relationship between PIU and psychological distress was also found. One factor that could be considered is the role of negative parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherin Nindyta Puteri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perceived social support dan penggunaan social networking sites (SNS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distres psikologis. Penelitian dilakukan terhadap Mahasiswa (n=681). Untuk mengumpulkan data digunakan alat ukur Kessler Psychological Scale (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Social Media Use Integration Scale (SMUIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived social support secara signifikan berpengaruh dalam mengurangi tingkat distres psikologis mahasiswa (p < 0,001), sedangkan penggunaan SNS secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan distres psikologis pada mahasiswa (p < 0,001). Jika dibandingkan, perceived social support terbukti lebih kuat untuk mengurangi tingkat distres psikologis.

The purpose of this study is to examine the effect of perceived social support and social networking sites use on psychological distress. The respondents of this study are university students (n=681). This study uses Kessler Psychological Scale (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Social Media Use Integration Scale (SMUIS) as instruments to gather data(s). The result of this study shows that theres a significant role of perceived social support in decreasing students psychological distress (p < 0,001) and theres a significant role of SNS Use in increasing students on psychological distress (p < 0,001)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dewi Ashuro Itouli
"Latar Belakang: Banyak mahasiswa memiliki distres psikologis tinggi karena menghadapi berbagai masalah dan tuntutan baik akademis maupun non akademis. Keterampilan sosial telah teridentifikasi dalam model distres psikologis sebagai sumber yang penting bagi individu untuk mengelola stres. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin mengetahui efektivitas pelatihan keterampilan sosial untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis yang dialaminya.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test design. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dalam rentang usia 18-25 tahun yang memiliki masalah keterampilan sosial dan distres psikologis. Masalah keterampilan sosial ditandai dengan skor rendah pada setidaknya satu dimensi Social Skills Inventories (SSI) dan atau ketimpangan skor diantara dimensi SSI yang dilihat dari jarak SD ≥ 6,3 untuk pria dan SD ≥ 5,4 untuk wanita. Masalah distres psikologis ditandai dengan skor Hopkins Symptom Check List-25 (HSCL- 25) ≥ 1,75. Program intervensi dilakukan dalam bentuk workshop 2 hari dengan waktu efektif 14 jam pelatihan.
Hasil: Berdasarkan perbandingan pengukuran pra dan pasca intervensi, ditemukan bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor rendah pada tiap dimensi keterampilan sosial. Tujuh dari delapan partisipan memiliki keseimbangan skor antar dimensi yang lebih baik. Seluruh partisipan mengalami penurunan skor HSCL-25, setengah darinya berada di bawah cut off score.
Kesimpulan: Pelatihan keterampilan sosial efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis pada mahasiswa Universitas Indonesia.

Background: Many university students have a high psychological distress because of the academic and non academic problems and challenges. Social skills has identified in the psychological distress model as important source for managing stress. This study examines the implementation of social skills training to help university students increase social skills and decrease psychological distress.
Method: The research design is one group pre test post test design. The participants are University of Indonesia undergraduate students with age range from 18 to 25 years old. Social skills problem is stated if there is low score at least in one dimension of Social Skills Inventories (SSI) and or unbalanced score between the dimensions of SSI which based on SD ≥ 6,3 (male) and SD ≥ 5,4 (female). Psychological distress problem is stated if score of HSCL-25 ≥ 1,75. The format of intervention is two days workshop with 14 hours training duration.
Result: In accordance to the differential between pre and post intervention, there is no more low score in every SSI's dimensions. Seven from eight participants has a better balanced score between SSI's dimensions. All participants has lower score of HSCL-25. Half of the scores has already under the cut off score.
Conclusion: Social skills training is marked effective in increasing social skills and decreasing psychological distress for University of Indonesia undergraduate students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>