Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tamara Wahyuli
"ABSTRAK
Salah satu kunci keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya adalah karena kemampuannya dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Segmentasi pasar merupakan alat untuk mengidentifikasi baik kendala maupun peluang yang dihadapi perusahaan, yang pada gilirannya akan berfungsi sebagai pedoman dalam perumusan Strategi Marketing Mix agar aktivitas pemasaran menjadi semakin efektif. Merosotnya posisi Bata di pasaran mendorong Bata untuk menambah jajaran produknya, untuk meraih segmen baru yakni segmen kelas sosial menengah dan atas. Sehingga Bata mengeluarkan sederetan produk .baru yang salah satu diantaranya adalah sepatu olah raga Power Analisis yang dilakukan pada segmen remaja untuk melihat keberhasilan Power dalam meraih segmen baru bagi Bata menunjukkan bahwa Power kurang mampu bersaing pada segmen kelas menengah dan atas seperti yang diharapkan perusahaan. Pasar didominasi oleh merek-merek lain yang telah lebih dulu merebut hati remaja. Usaha-usaha pemasaran Power yang memang kurang agresif ternyata tak mampu mengusik minat remaja, sehingga merek tersebut makin tenggelam yang ditandai oleh penurunan penjualan tiap tahunnya. Power yang mulanya ditujukan untuk segmen menengah ke atas ternyata mendapat tanggapan yang sediki lebih baik pada segmen non sasaran, yakni pada segmen kelas sosial bawah. Secara teoritis basis segmentasi yang digunakan Bata yakni kelas sosial cukup memenuhi syarat yang diberikan Kotler yakni measurability Accesibility dan Substantiality. Hambatan utama justru ketidakberhasilan dalam mengiplementasikannya ke dalam program pemasaran. Dalam menghadapi situasi persaingan yang semakin ketat Strategi Pemasaran Power dirasakan kurang defensif terhadap persaingan, sudah saatnya Bata tidak hanya, mendasarkan starategi segmentasi atas basis kelas sosial semata. Sebagai produsen sepatu yang tergolong besar, Bata terlalu berani mengambil risiko untuk memasarkan produk tanpa melalui usaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui riset pemasaran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yos Huaniel Toding
"Sektor jasa dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dunia. Sebagai negara berkembang, walaupun Indonesia bukanlah masyarakat industri tetapi pemakaian jasa itu sendiri menempati tempat yang tak kalah pentingnya bagi kesuksesan suatu bisnis.
Pertumbuhan dan persaingan yang tinggi, BPR SUMBER ARTHA RAHAYU sebagai salah satu pemain yang cukup lama harus melakukan strategi pemasaran yang tepat dalam menghadapi persaingan baik dengan sesama pemain lokal, nasional dan pemain internasional. Strategi pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu analisis, pengembangan, pengimplementasian kegiatan-kegiatan yang meliputi strategi dalam memilih target pasar bagi jasa di dalam setiap unit bisnis, membuat atau menyusun sasaran-sasaran pemasaran dan mengembangkan, mengimplementasikan serta mengukur program-program dan strategi pemasaran penetapan posisi jasa yang didisain untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pada setiap pasar sasaran.
Bisnis jasa perbankan/keuangan di Indonesia akan semakin berkembang bersamaan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan serta akan dimulainya era pasar bebas. Hal ini akan menyebabkan semakin banyaknya perusahaan jasa perbankan/ keuangan baik jasa perbankan/keuangan dalam negeri maupun jasa perbankan/keuangan asing yang akan terlibat dalam persaingan untuk mendapatkan pasar di Indonesia, yang tentunya akan meningkatkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan akan jasa perbankan/keuangan bidang kredit mikro.
Usaha Grameen Bank dalam melaksanakan strategi pemasarannya yaitu memberikan kredit mikro kepada kaum miskin tanpa agunan khususnya untuk kaum wanita. Banyakya faktor yang mempengaruhi keputusan strategi pemasarannya seperti struktur masyarakat serta lingkungan ekternal yaitu dunia perbankan internsional dan faktor lainnya Permasalahan dalam tesis ini dirumuskan sebagai berikut : Strategi pemasaran kredit mikro yang paling tepat untuk BPR Sumber Artha Rahayu agar dapat meningkatkan daya saing dan berkembang di masa yang akan datang dengan model strategi pemasararan kredit mikro yang diterapkan oleh Grameen Bank Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strategi pemasaran kredit mikro BPR Sumber Artha Rahayu sebagai perusahaan jasa perbankan/keuangan yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang dinamis serta lingkungan internalnya yang cenderung masih kurang dinamis dan ada keterbatasan dalam wilayah operasi dan batasan lainnya. Memberikan gambaran analisis secara menyeluruh mengenai peluang yang dapat dimanfaatkan agar dapat bersaing dan memenangkan persaingan industri jasa tersebut dengan menggunakan strategi pemasaran kredit mikro yang dilaksanakan oleh Grameen Bank.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang dianalisis berasal dari lingkungan internal perusahaan serta lingkungan eksternal BPR, dengan maksud agar diperoleh gambaran obyektif tentang kekuatan dan kelemahan BPR serta ancaman dan peluang. Sedangkan dalam pengumpulan datanya diperoleh melalui studi pustaka dan studi lapangan. Untuk mengetahui posisi bersaing, gambaran keuatan bisnis dan daya tarik tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik daya tarik industri - kekuatan bisnis (GE matrik).
Dari hasil analisis diketahui posisi bersaing perusahaan yang terletak pada elemen ke dua yaitu antara sedang dan tinggi pada matrik daya tarik industri - kekuatan bisnis diperoleh strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu : tumbuh dan bangun dengan pilihan strateginya adalah pengembangan pasar. Untuk dapat menunjang keberhasilan strategi pengembangan pasar, dikembangkan strategi agresif dan strategi aliansi. Strategi 'mata cacing' yang digunakan oleh Grameen bank untuk mengenal lebih dekat nasabahnya dalam menyalurkan kredit mikronya bagi rakyat miskin (khususnya kaum perempuan) serta penegasan kembali faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi strategi Grameen Bank yang akhirnya mengahsilkan konsep kewirausahaan sosial untuk memadukan kedua faktor tersebut.
Kesimpulan strategi pengembangan yang dapat dilakukan BPR SUMBER ARTHA RAHAYU dikaitkan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk beberapa tahun mendatang, strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan adalah strategi pengembangan pasar. Dengan ditetapkannya strategi pengembangan pasar, maka untuk menunjang keberhasilan pelaksanaannya, ditekankan strategi Agresif dan strategi aliansi dalam menghadapi persaingan dengan perbankan nasional dan internasional. Keberhasilan stragegi Grameen Bank dalam memberikan kredit mikro (khususnya kaum wanita) tanpa memberikan agunan yang selama ini sangat bertentangan dengan teori ekonomi dan kaum kapitalis terbukti dapat berhasil diterapkan.
Saran untuk keberhasilan strategi pemasaran BPR SUMBER ARTHA RAHAYU hendaknya meniru srategi Grameen Bank khususnya dalam hal mengenali pasar atau nasabahnya lebih dekat. Karena dengan mengatahui pasar atau nasabah akan memberikan strategi pemasaran yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningtyas Hertianti
"Perkembangan perekonomian Indonesia pasta krisis ekonomi tahun 1997 menggiring berbagai sektor industri di Indonesia menuju era kompetisi yang semakin ketat termasuk didalamnya industri perbankan.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis khusus dalam struktur perbankan di Indonesia. Bank ini dibedakan dari bank umum karena memiliki kekhususan berupa batasan dan aturan dalam kegiatan usahanya sebagaimana diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan Industri BPR menempati peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia terutama dalam mendorong perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Perkembangan BPR di Indonesia dalam kurun waktu 8 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang pesat baik dalam modal yang dikumpulkan maupun jumlah kredit yang diberikan pada masyarakat.
Di sisi lain, pelaksanaan UU No.22 tahun 1999 dan disempurnakan dengan UU No32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan keleluasaan pada Pemerintah Daerah untuk mengelola aset-asetnya termasuk perusahaan-perusahaan milik daerah. Perusahaan Daerah menjadi aset panting yang mendapat perhatian khusus karma dan perusahaan-perusahaan itulah pemerintah daerah mendapatkan salah satu cumber pendapatan asli daerahnya.
Salah satu maksud pendirian Bank Pasar, yang sahamnya 100% dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan, adalah untuk membantu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lamongan. Untuk itu, diperlukan formulasi dan perencanaan strategi yang tepat agar BPR Bank Pasar Lamongan dapat bersaing dan mencapai tujuannya sebagai salah satu Perusahaan Daerah yang diharapkan berperan sebagai profit centre bagi Pemerintah Kabupaten Lamongan.
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Lamongan (Disingkat PD.BPR.Bank Pasar, selanjutnya disebut Bank Pasar Lamongan) adalah sebuah bank yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tanggal 3 Desember 1952. Pada awalnya, bank ini didirikan untuk menjembatani rakyat yang membutuhkan modal dengan rakyat yang memiliki kelebihan dana. Dalam perkembangannya, Bank Pasar Lamongan berubah status menjadi Perusahaan Daerah dengan izin Menteri Keuangan nomor SKMU No KET.-361/MK 11/1985. Atas izin Menteri Keuangan tersebut, kekayaan Bank Pasar Lamongan sebagai perusahaan daerah dipisahkan dari kekayaan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Selain itu, status Bank Pasar Lamongan juga mengalami peningkatan menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mengacu pads Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan.
Analisis lingkungan urnum yang dilakukan menunjukkan bahwa kondisi perekonomian, politik, dan pemerintahan Indonesia saat ini mulai membaik. Kondisi ini memunculkan berbagai peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan dalam industri perbankan. Pemanfaatan peluang dapat dilakukan dengan penyusunan strategi perusahaan. Formulasi strategi didasarkan pads hasil analisis eksternal dan internal perusahaan yang menghasilkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bank Pasar Lamongan.
Analisis lingkungan internal yang mengg unakan analisis terhadap aset dan sumber daya tidak berwujud menghasilkan temuan bahwa dari sisi aset-aset yang dimiliki :
- Bank Pasar Lamongan memiliki prosentase aktiva yang menghasilkan bunga (earning assets) sangat tinggi dan relatif konsisten dan tahun ke tahun yaitu di kisaran 92%-93% dart total aktiva. Besarnya aktiva jenis ini menunjukkan meningkatnya optimalisasi penyaluran sumber-sumber dana secara lebih efektif.
- Bank Pasar Lamongan tidak memiliki produk yang berbasis pada komisi seperti jasa penyimpanan dan seluruh produk yang ditawarkan Bank Pasar Lamongan merupakan bisnis yang bertumpu pada selisih bunga.
- Ukuran usaha Bank Pasar Lamongan yang tidak terlalu besar ditandai dengan jumiah aktiva yang jugs tidak terlalu besar dan dengan jenis yang tidak terlalu banyak.
Dari analisis atas sumber daya tidak berwujud, diperoleh temuan bahwa Bank Pasar Lamongan memiliki kelemahan yaitu kegiatan operasional yang belum didukung oleh teknologi dan sistem yang memadai, sumber daya manusia yang lemah, profesionalisme manajemen yang tidak optimal, dan fungsi pengawasan dan pengendalian yang belum maksimal.
Sedangkan kekuatan yang dimiliki Bank Pasar Lamongan yang dapat digunakan untuk bersaing dalam bisnis yaitu hubungan emosional yang tinggi dan rasa sentimen kedaerahan yang tinggi dan masyarakat Lamongan karena bank ini merupakan bank yang mumi dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten tersebut dan namanya telah melekat kuat dalam benak masyarakat Lamongan. Selain itu, terdapat rasa saling ketergantungan yang tinggi dengan pemilik modal tunggal yaitu Pemerintah Kabupaten Lamongan.
Hasil analisis secara keseluruhan memberikan kesimpulan bahwa BPR Bank Pasar Lamongan merupakan bank yang memiliki kineija cukup baik dan sedang berkembang namun perlu ditingkatkan manajemen operasionalnya untuk dapat memaksimalkan perannya sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan.
Pemilihan strategi yang akan digunakan diambil dengan menggunakan matriks empat dimensi SPACE. Melalui model ini didapatkan kesimpulan bahwa kecenderungan postur Bank Pasar Lamongan adalah bentuk kompetitif. Artinya Bank Pasar Lamongan beroperasi dalam industri yang menarik dengan lingkungan eksternal yang ramah dan stabil, serta dapat berkompetisi secara efektif karena memiliki keunggulan kompetitif yang relatif baik. Kelemahannya, perusahaan ini memiliki kondisi keuangan yang lemah.
Dengan kecenderungan bentuk kompetitif, isu utama yang dihadapi Bank Pasar Lamongan adalah tentang ketersediaan finansial untuk mempertahankan posisi yang kompetitif dalam lingkungan industri yang menarik. Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini, strategi jangka panjang yang seharusnya dilakukan oleh Bank Pasar Lamongan adalah strategi agresif yang dapat mendukung peningkatan kekuatan rnansial yang menjadi kelemahannya.
Strategi jangka panjang tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa strategi operasional sebagai berikut:
Melakukan diferensiasi berupa penambahan atribut dalam produknya untuk meningkatkan daya saing yang dimilikinya. Strategi diferensiasi dapat dilakukan dengan mengembangkan produk Simapan yang selama ini menjadi produk andalannya menjadi lebih besar atau mengembangkan produk baru yang inovatif.
Diferensiasi juga dapat dilakukan pada strategi pern.a.saran yang selama ini digunakan. Bank Pasar Lamongan dapat meneruskan program undian yang selama ini telah berjalan untuk nasabah penabung. Inovasi dalam program ini dapat dilakukan dengan tidak hanya menyediakan hadiah undian tetapi juga hadiah langsung. Hal ini dilakukan sebagai strategi penghimpunan dana yang selama ini terbukti cukup efektif dan sesuai dengan selera masyarakat Lamongan.
Sedangkan untuk nasabah peminjam, Bank Pasar Lamongan juga dapat memberikan hadiah langsung bagi nasabah yang kreditnya disetujui atau angsurannya tidak terlambat dalam kurun waktu tertentu. Hadiah-hadiah tersebut selain dapat menarik nasabah peminjam barn juga dapat memotivasi nasabah untuk membayar pinjamannnya sesuai dengan peijanjian.
Bank Pasar Lamongan juga dapat menaunbah portofolio produknya dengan masuk ke dalam jasa layanan yang berbasis komisi (fee based) misalnya dengan menjalin kerjasama dengan instansi milik pemerintah lain seperti PLAT, PDAM, atau Telkom untuk menyediakan jasa layanan pembayaran tagihan listrik, air, ataupun telepon melalui Bank Pasar Lamongan dengan bagi basil berupa komisi.
- Memperluas target pasar yang dibidik, dari hanya pengusaha dan pedagang skala mikro menjadi mencakup unsur-unsur yang terkait dengan Pemerintah Daerah seperti Pegawai Negeri Sipil atau perusahaan rekanan Pemda. Strateginya dengan menjalin kerjasama dengan berbagai instansi balk setingkat dinas, badan, ataupun instansi independen Iainnya untuk memberikan jasa kredit pada para Pegawai Negeri Sipil di instansi-instansi tersebut yang membutuhkan atau melakukan perikatan kerjasama dengan semua instansi atau badan di lingkungan Pemerintah Kabupaten untuk menawarkan program kredit modal kerja pada perusahaan rekanan Panda yang terlibat dalam proyek-proyek di Kabupaten Lamongan.
Melakukan pendekatan pada Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk menambah modalnya di Bank Pasar atau mengurangi prosentase kontribusinya pada Pendapatan Ash Daerah dalam jangka waktu tertentu untuk memberikan kesempatan pads Bank Pasar untuk meningkatkan kondisi finansialnya. Strategi ini dapat ditempuh dengan memanfaatkan kekhususan Bank Pasar Lamongan yang struktur kepemilikannya secara penuh dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan.

Indonesian economic development after the crisis in 1997 has brought Indonesia to a highly competitive era where Banking Industry is one of the major players. Bank Perkreditan Rakyat is one type of bank in Indonesia. This bank is different from Bank Umum as it has unique limitation and regulation in its business unit as what directed in UU Mo. 7 year 1992 about Banking. BPR industry plays a strategic role in Indonesian economics, especially as a main drive in micro, small and medium enterprises. BPR has been growing rapidly for the past 8 years in terms of the amount of capital collected and the credit/loan given to the public.
In the other hand the implementation of UU no. 22 year 1999, which is improved by UU No. 32 year 2004 about Local Government, provides flexibility for local government to manage their own assets including enterprises owned by the local government. Local company has become prominent assets in which every local government makes them as the main source of income.
One of the purposes of founding Bank Pasar, which 100% of shares owned by Lamongan Local Government, is to contribute to main local government income. Thus, it is necessary to formulate and plan correct strategy so that BPR Bank Pasar Lamongan is able to compete and achieve their goals to become one of the Local Enterprise which acts as a profit center for Lamongan Local Government.
Local Enterprise BPR Pasar Lamongan (PD BPR Bank Pasar, which called Bank Pasar Lamongan) is a bank founded by Lamongan Local Government on December, 3'd 1952. At the beginning, this bank was founded to bridge the needs of those who require capital and those who needs to invest their money. Along time, Bank Pasar has transformed its status to Local Enterprise having a license from Ministry of Finance no. SKMU No. KET -361/MK 11/1985. Based on the Ministry of Finance Iisence, Bank Pasar's assets as Local Company is excluded from Lamongan Local assets. Furthermore, the status of Bank Pasar has been promoted to Bank Perkreditan Rakyat (BPR) which is based on UU No. 7 year 1992 about Banking Principles.
General environmental analysis has shown that Indonesian economic, politic, and government is progressing well This condition is opening chances which must be turned into advantages by companies to win the competition in banking industry Taking the chances can be done by restructuring the company strategy. Strategy formulation must be based on internal and external analysis results which deduced to give information about the strengths and weaknesses of Bank Pasar Lamongan.
Internal environmental analysis which uses analysis for the assets and intangible resources has described the assets owned are. Bank Pasar Lamongan owns high earning assets and relatively consistent from year to year, which is around 92%-93% out of total assets. This considerable amount of assets shows the increase in effective capital resources optimization. Bank Pasar Lamongan does not own any product which is based on commissions and all the products offered by Bank Pasar Lamonga are purely based on interest rate difference. Bank Pasar Lamongan business standard is not too high as the amount of assets are not too big and the type of product is not too varied Based on intangible resources analysis, Bank Pasar has some weaknesses, that the operational activities are still not supported by proper technology, strong human resources, optimum management professionalism, and maximum control and monitoring function.
On the other side, Bank Pasar has a competitive advantage. that there is emotional relationship and high Lamongan public sentiment as the bank is owned purely by Lamongan local government, in which its name is strongly embedded in each an every Lamongan people. Besides that, there is high interdependency between the bank and the sole share holder, which is Lamongan Local Government.
Overall analysis results concluded that BPR Bank Pasar Lamongan is a bank that has good productivity and it keeps on progressing. However, in order to improve its role as one of the main source of income for Kabupaten Lamongan Local government, its operational management needs to be improved Strategy selection is using Four Dimensional Matrix - SPACE. Based on this model, it is concluded that Bank Pasar Lamongan posture tend to have a competitive posture. It means that Bank Pasar Lamongan is operating in an attractive industry with external conducive and stable external environment, which it is able to compete effectively as it has a relatively good competitive advantages. Its weakness is this company has a weak financial condition.
With its competitive tendency, the main issue that Bank Pasar faces is that financial availability to withhold its competitive position in attractive business environment. Thus, under these circumstances, the required grand strategy that Bank Pasar must take is aggressive strategy that can support its improvement on the financial strength, which has been its weakness.
Grand strategy consists of the following Operational Strategies :
Differentiating Products Attributes to increase competitive advantage. Differentiation strategy can be done by expanding Simapan product, which has been the main product , to be bigger or developing a new innovative product. D / erentiation can also be done in marketing strategy. Bank Pasar Lamongan may continue its lucky draws program for its savings customers. Innovation in this program can be done not only by providing prizes based on the lucky draw, but also direct prizes. It is a strategy to gather capital that it has been proven effective for Lamongan community.
While for creditor, Bank Pasar Lamongan can also give gift prize for those whose applications are approved and within certain installment period Those prizes are not only attracting new creditors, but also motivating the current creditors to pay accordingly
Bank Pasar Lamongan also can add its product portfolio by providing fee based services. In example by making agreement with PL1V, PDAM , or Telkom to provide services that enables customers to pay their electricity, water, or phone bills at Bank Pasar. In the other hand, Bank Pasar will receive fee from cooperated institution.
Expanding the market from only entrepreneurs and traders in micro scale to Local government such civil servant or Local Government Company's partners. Its strategy is by building cooperation with government bodies, on the dinas level, and/or independent bodies that can give loan service to civil servant in related bodies that needs or has signed agreement with all the government bodies in Kabupaten government to offer business loan program to Local government partners involved in the Kabupaten Lamongan 's projects.
Approaching Kabupaten Lamongan government to increase the amount of investment in Bank Favor or reduce its percentage of contribution in Local Government Income within certain limit of time to allow Bank Pasar to improve its financial condition. This strategy can be done by making the most of Bank Pasar special ownership structure, which is fully owned by Kabupaten Lamongan government."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Soerjanto
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui daya saing satelit Indonesia, dengan metode deskriptif analitis. Dilakukan analisis terhadap strategi teknologi untuk mengidentifikasi posisi teknologi dan posisi bersaing yang dimiliki operator-operator satelit Indonesia.
Identifikasi posisi teknologi dilakukan dengan melakukan audit teknologi terhadap ke-empat operator tersebut. identifikasi posisi bersaing dilakukan dengan meneliti faktor eksternal dan faktor internal terhadap operator satelit itu sendiri dan pengguna jasa satelit tersebut.
Analisis terhadap faktor eksternal memperlihatkan daya tarik industri sedang analisa terhadap faktor internal akan memperlihatkan kekuatan bisnis operator satelit.
Penelitian dilakukan terhadap ke-empat operator satelit Indonesia dan 12 perusahaan pengguna jasa satelit Indonesia, dengan cara pengisian Kuesioner. Hasil penelitian dikelola dengan software Expert Choice dengan metode Analytic Hierarchy Process dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) dan memperlihatkan status dan posisi teknologi dalam perusahaan operator satelit Indonesia. Dengan matriks GE dapat didentifikasikan posisi bersaing operator satelit Indonesia dalam industri satelit. Kemudian dengan teori Five Forces Porter dapat diketahui posisi operator satelit Indonesia di pasar Asia.
Dengan mengetahui posisi teknologi, posisi bersaing dan posisi persaingan operator satelit Indonesia di pasar Asia, maka dapat dirumuskan strategi teknologi bagi ke-empat operator satelit tersebut untuk perbaikan sistem maupun manajemen pengelolaan teknologi dalam perusahaan agar dapat lebih mampu bersaing di pasar Asia.
Audit teknologi merupakan proses yang berkesinambungan, sehingga basil analisa strategi teknologi terhadap operator satelit Indonesia yang dilakukan dalam penelitian ini belum mencerminkan daya saing satelit Indonesia secara permanen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Saut Maruarar
"ABSTRAK
Pemilihan tugas akhir ini dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu terhadap intensitas
kompetisi sesama media majalah khususnya majalah yang beredar di Jakarta. Karena
setelah era reformasi bergulir, pemerintah tidak lagi membatasi penerbitan jumlah
SIUPP. Sebagai akibatnya banyak majalah-majalah baru seperti Gamma, Garda, Tropis
dan lain-lain, yang tampaknya menjangkau target pasar yang sama dengan majalah yang
sudah ada terlebih dahulu seperti Gatra, Tempo, Forum, dan lain-lain.
Gejala-gejala persaingan di atas dapat di paparkan secara objektif dengan
melakukan pengelompokkan majalah yang memiliki sifat relatif sama. Dengan bantuan
teknik analisis data multivariabel dapat diperoleh informasi yang nantinya dapat
digunakan oleh penerbit menganalisa posisi relatif suatu majalah terhadap para
pesaingnya.
Salah satu bentuk analisa data multivariabel adalah analisis gerombol (Cluster
Analysis), yang merupakan suatu teknik penggerombolan melalui pengidentifikasian ciri
ciri gerombol berdasarkan karaktenstik yang dimiliki.
Penelitian ¡ni menggunakan sebelas jenis berita sebagai variabel yang mewakili
karakteristik penggerombolan, yaitu : (1) Surat Pembaca, (2) Politik & Keamanan, (3)
Ekonomi & Keuangan, (4) Hukum, (5) Seni & Musik, (6) Kesehatan & Olahraga, (7)
Pendidikan & Iptek, (8) Luar Negeri (9) Lingkungan, (10) Budaya, dan (11) Fiktif
Pemilihan ke-11 jenis berita sebagai variabel pengukuran diperoleh melalui
Penciutan 53 buah karakteristik berita dan ke-19 majalah berita yang beredar di Jakarta
yang merupakan subjek penelitian. Adapun kriteria penciutan dari 53 buah karakteristik
menjadi 11 komponen (variabeI) adalah :
1. Memilih hanya jenis beritanya saja dan memasukkan karakteristik berita menjadi
variabel jenis berita. Misalkan : Karakteristik wawancara tokoh Polkam, tulisan pakar
polkam, dan tokoh polkam digabungkan menjadi variabel Polkam.
2. Berdasarkan data dan departemen-departemen yang terdapat pada ke-19 majalah
sebagai subjek penelilian. Data ini diperoteh sebagai hasil wawancara dengan
pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana berbagai majalah.
3. Penelusuran terhadap karakteristik tipe berita, misalkan rubrik undang-undang,
kriminilitas, dan penyelundupan digabungkan menjadi variabel Hukum, sedangkan
musik, fashion, digabung menjadi variabel Seni & Musik.
Penelitian ini berhasil menggerombolkan ke-19 majalah menjadi 5 buah gerombol
yang anggotanya terdiri dari rnajalah-majalah dengan cri-ciri tertentu, Diperoleh pula
bahwa dari ke 11 vaniabel pengukuran hanya enam variabel saja yang cukup signifikan
membedakan antara gerombol, yakni : (1) Ekonomi & Keuangan, (2) Seni & Musik, (3)
Iuar Negeri, (4) Budaya, (5) Kesehatan & Olahraga, dan (6) Fiktif
Dengan demikian hasil pengelompokkan ke-19 majalah dapat digunakan oleh
Penerbit majalah untuk mengetahui majalah-majalah mana saja yang memiliki
karakteristik hampir sama dan majalah mana saja yang memiliki karakteristik berbeda. ini berguna bagi penerbit majalah untuk melakukan diferensiasi atau diversifikasi
penerbitan sebagal upaya mengkreasikan strateginya apakah Investasi untuk bertahan.
Investasi untuk berkembang investasi untuk memperoleh kembali, atau investasi untuk
Keluar
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Santosa
"Produk Sangobion merupakan produk anti anemia/hematinic. Sudah dipasarkan sejak 30 tahun yang lalu, dan untuk pertama kalinya Sangobion dipasarkan ke konsumen melalui peresepan dokter-dokter. Jadi aktifitas komunikasi pemasaran Sangobion adalah melakukan promosi kepada dokter-dokter, baik dokter umum atau spesialis supaya meresepkan Sangobion sebagai obat anti anemia. Sejak tahun 1994 strategi komunikasi pemasaran Sangobion dirubah dan diarahkan langsung kepada konsumen sebagai upaya memasuki pasar obat bebas. Hal ini membawa konsekwensi pada komunikasi produk. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan pada saat akan memasuki pasar obat bebas. Setelah itu dilakukan analisis terhadap strategi komunikasi pemasaran ini dengan menggunakan teori-teori komunikasi pemasaran. Penelitian dilakukan dengan pendekatan secara qualitatif dengan tujuan supaya mendapatkan informasi dan data yang lengkap mengenai strategi komunikasi pemasaran Sangobion. Desain penelitian dalam analisis dan penyusunan tulisan ini akan dilakukan secara deskriptif. Metode pengumpulan data untuk keperluan analisis dilakukan dengan wawancara dan analisis data sekunder seperti rencana pemasaran Sangobion tahun 1994 dan 1995. Dari analsis terhadap strategi komunikasi pemasaran ini, mendapatkan kesimpulan penting antara lain mengenai posisioning, distribusi, visi perusahaan, publisitas dan humas, keterpaduan bauran pemasaran dan bauran promosi. Posisioning yang dibangun pada produk Sangobion dengan menonjolkan keunggulan produk Sangobion dan penentuan keunggulan produk ini berdasarkan perkiraan bagian pemasaran. Posisioning Sangobion juga dibedakan antara konsumen, pesaing hematinic dan pesaing multivitamin. Rencana untuk meningkatkan jalur distribusi Sangobion dengan memasuki jalur distribusi makanan (wet murkel) akan memberikan dampak kontra produktif terhadap posisioning Sangobion sebagai obat anemia yang terpercaya. Visi perusahaan untuk menjadi market leader dalam setiap core bisnisnya termasuk dalam bisinis CHC/Sangobion belum dikomunikasikan dalam rangka mendukung posisioning Sangobion. Fungsi dan peranan publisitas dan humas belum dimanfaatkan secara maksimal. Aktifitas humas dalam rencana program komunikasi pemasaran baru mengadakan sponsor untuk seminar dan belum memberikan dampak luas pesan kepada konsumen. Selain itu membuat artikel-artikel yang dimuat di media cetak. Program komunikasi bauran pemasaran dan bauran promosi sudah diupayakan untuk dilaksanakan secara terpadu, hanya ada beberapa elemen yang pemanfaatannya belum maksimal seperti publisitas dan humas, dan juga visi perusahaan. Dengan adanya temuan-temuan seperti diatas dapat memberikan saran-saran untuk memperbaiki program komunikasi pemasaran. Setiap elemen bauran pemasaran, bauran promosi dan visi perusahaan harus memberi sumbangan dalam membentuk brand equity Sangobion melalui posisioning. Selain itu temuan diatas juga menggambarkan adanya ketidak konsistenan program komunikasi terutama dalam distribusi karena bertentangan dengan teori-teori komunikasi khususnya dalam persepektif komunikasi pemasaran terpadu."
2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Achmad Fauzi
"ABSTRAK
Sejak krisis ekonomi talum 1997, banyak sekali investor jalan tol dan Pemerintah
(Ditjen Bina Marga) menunda pembangan fisik proyek jalan yang telah direncanakan
sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan permintaan aspal minyak sebagai bahan
perkerasan jalan ikut terimbas pula. Akan tetapi prospek dan peluang kedepan untuk
berbisnis aspal khususnya aspal berkualitas tinggi masih sangat besar. Hal ini dapat
ditunjukan dengan data yang menyebutkan bahwa untuk mengantisipasi perkembangan
lalu lintas kendaraan yang pesat lebih dan 800 km jalan tol akan dibangun di masa yang
akan datang. Selain ¡tu menurut data dan Ditjen Prasarana Wilayah-Dep. Permukiman
dan Prasarana Wiiayah, Jalan Nasional yang akan dibangun pada tahun 2001 adalah
946,3 km dan pada tahun 2002 adalah 1137,2 km.
Sebagai imbas dari menurunnya permintaan aspal, pada tahun 1998 produksi
dalam negeri aspal minyak Pertamina menurun sekitar 17 persen lebih. Sedangkan impor
aspal turun sangat drastis, yakni sekitar 80 persen dari tahun sebelumnya. Dengan kata
lain, suplai aspal pada tahun itu secara total mengalami penurunan sebesar 42,3 persen.
Akan tetapi dengan mulai membaiknya kondisi ekonomi, diharapkan permintaan aspal
akan mengalami peningkatan.
Secara umum, jenis aspal yang dipasarkan di Indonesia ada dua macam yaitu aspal
dengan grade 60/70 dan 80/100. Aspal tersebut biasanya dalam bentuk drum atau curah.
Karena merupakan komoditas intemasional, maka harganya sangat berfluktuatif dan
tergantung dari harga dasar di pasar internasional.
Sampal saat ini, kebutuhan aspal minyak di Indonesia berasal dari produksi lokal
(Pertamina) dan impor yang berasal dari Singapore (Esso, BP. SPC, Caltex & Shell).
Thailand (Thailoops & ThypCo), Malaysia dan negara laìnya. Aspal impor yang
didatangkan dari Singapore tersebut terutama ditujukan untuk memenuhì permintaan
aspal kualitas tinggi yang selama ini tidak dapat dipenuhi oleh produk lokal. Sedangkan
sistem distribusinyapun secara garis besar juga dibedakan menjadi dua, tergantung dari
asal aspal tersebut lokal atau impor.
Secara garis besar, konsumen domestik pengguna aspal minyak dapat dibedakan
menjadi dua yaitu konsumen yang membutuh aspal berkualitas tinggi (Jalan tol, jalan
kelas I runway bandara udara dan proyek prestisius lainya) dengan struktur pasar
oligopoly dan konsumen yang tidak membutuh aspal berkualitas tinggi (dibawah jalan
kelas 1) dengan penjual yang banyak. Sedangkan instansi yang menggunakan aspal
kebanyakan berasal dan pemegang otoritas jalan raya (Bina Murga, Jasa Manga, dan
swasta) dan bandar udara (Angkasa Pura I & II), serta beberapa pengguna Iainya.
Secara umum aspal dapat dikatakan sebagai industrial product yang tidak
dikonsumsi secara langsung oleh penggunanya. Seperti halnya konsumen pada produk
komoditas, pembeli aspal pada umumnya sangat mempertimbangkan masalah harga,
selama spesifikasi teknisnya sudah memenuhi syarat. Sehingga salah satu syarat utama
untuk dapat bersaing pada industni aspal adalah dengan menerapkan strategi cost
leadership.
Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan studi pada karya akhir ini
adalah studi kasus dengan memilih Esso sebagai obyek studi kasus tersebut. Dengan
menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber pembahasan studi kasus ini.
Pada tahun 1996 dan 1997, Esso merupakan pemimpin pasar sekaligus sebagaì
kontributor terbesar pada proyek jalan tol dan bandar udara di Indonesia. Akan tetapi
pada tahun 2000, pemimpin pasarnya berasal dari Thailand yaitu Thailoops & Thypco.
Hal ini sebagai akibat sedikitnya proyek jalan tol dan bandar udara yang merupakan
Pengguna utama pada segmen pasar yang memerlukan aspal kualitas tinggi. Selain ¡tu,
sebagian pemiIik proyek cenderung menurunkan spesifikasi teknis yang disyaratkan
karena alasan biaya. Pada akhirnya, beberapa pemilik proyek tersebut mulai berpaling ke
produk lain yang lebih murah, meskipun kualitasnya jauh dibawah produk Esso seperti
produk dan Thailoops & Thypco. Segmen pasar yang mengunakan produk Thailoops &
Thypco bukanlah segmen yang memerlukan kualitas aspal yang tinggi seperti segmen
pasar Esso. Sehingga dapat disimpulkan jika penyebab utama dan penurunan penjualan
Esso sejak krisis adalah berkurangnya permintaan aspal yang berkualitas tinggi.
Sebagai salah satu pelaku bisnis aspal di Indonesia, Esso dapat memperbesar
pangsa pasarnya lagi yang sempat mengalami penurunan cukup berarti sejak tahun 1998
dengan menerapkan strategi pemasaran (target pasar, positioning, marketing relationship
strategies dan marketing mix) yang tepat. Dengan selalu mempertimbangkan faktor
eksternal (identifikasi peluang dan ancaman) dan faktor internal (identifikasi kekuatan dan
kelemahan).
Setelah dilakukan analisa SWOT terhadap Esso, diperoleh hasil jika posisi Esso
pada saat ini dan yang akan datang berada pada kuadran dimana peluang dan kekuatannya
dominan. Dari posisi tersebut, Esso dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat
dengan memanfaatkan segala peluang dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya
dalarn usaha memperkuat posisinya di pasar."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestty Perwitasarie
"Salah satu produk Petrokimia PERTAMINA yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor adalah Purified Therepthalic Acid (PTA). Purified Terephthalic Acid (PTA) adalah bahan baku industri Polyester Fiber (serat tekstil) dan Polyethylene Therepthalate (PET).
Di dalam negeri, semula PTA dihasilkan oleh kilang PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju, Palembang Sumatera Selatan sejak 1986. Namun saat ini sudah terdapat lima produsen PTA di dalam negeri. Supply produksi kelima perusahaan penghasil PTA tersebut mencapai 2,09 juta Mton/ tahun, sedangkan kebutuhan di dalam negeri hanya sekitar 1,4 juta Mton/tahun. Sehingga terjadi over supply sebanyak 0,69 juta Mton/tahun.
Selain dipasarkan di dalam negeri PTA tersebut juga dipasarkan ke luar negeri, khususnya China, karena China merupakan market PTA terbesar, yang konsumsinya mencapai 11.000.000 Mton/tahun. Sementara kemampuan supply-nya dari local production, masih berada dibawah angka tersebut. Sehingga untuk memenuhinya, China mengimpor dari negara lain, termasuk Indonesia. Namun, perkembangan terakhir, untuk mengantisipasi kebutuhan PTA yang begitu tinggi di China, China sendiri juga melakukan investasi untuk membangun pabrik-pabrik PTA.
China yang merupakan market ekspor PTA PERTAMINA terbesar, diperkirakan pada tahun 2004 akan mulai mengurangi supply PTA impor seiring dengan mulai beroperasinya plant-plant PTA baru di China dengan kapasitas yang cukup besar. Sehingga pada akhirnya pada tahun 2007 ekspor PTA ke China diperkirakan akan tertutup karena kebutuhan yang ada telah mampu dipenuhi oleh produksi lokal.
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan demand PTA dari China, yang artinya juga penurunan market ekspor PTA PERTAMINA, pada tahun 2003 manajemen PERTAMINA mengeluarkan kebijakan untuk kembali mengelola pasar domestiknya sekaligus melakukan penetrasi ke pasar-pasar domestik. Untuk menindaklanjuti kebijakan manajemen, PERTAMINA kembali mengelola pasar dan melakukan penetrasi di pasar-pasar domestik. Pada tahun 2003 fungsi pemasaran PERTAMINA untuk produk Petrokimia gencar melakukan pendekatan kepada konsumen PTA PERTAMINA. Hasil yang diperoleh cukup nyata, pasar dalam negeri mengalami peningkatan. Konsumen PTA PERTAMINA yang semula hanya dua, kemudian meningkat menjadi enam konsumen.
Agar mampu bersaing tentu saja PERTAMINA membutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat dalam memasarkan produk PTA ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keberlakuan teori komunikasi pemasaran pada produk industri, dalam hal ini PTA PERTAMINA, guna menyusun rekomendasi yang dapat digunakan dalam mempertahankan loyalitas konsumen lama dan melakukan penetrasi guna memperluas pasar dalam negeri.
Kerangka konsep yang digunakan berhubungan dengan definisi dan lingkup strategi komunikasi pemasaran, khususnya pemasaran produk industri. Untuk mensistematika organisasi pemikiran dalam menyusun perencanaan komunikasi pemasaran penulis menggunakan model SOSTAC + 4M, yaitu model yang dapat digunakan untk mempertemukan kepentingan marketing planning dengan marketing communication.
Metode penelitian yang digunakan berupa kajian deskriptif-kualitatif, yang berusaha menggambarkan, memaparkan situasi dan kondisi, tetapi tidak mencari atau menjelaskan hubungan, juka bukan mengkaji hipotesis atau membuat prediksi. Pencarian data dilakukan melalui metode wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen serta data pendukung lainnya.
Temuan yang dihasilkan dari penelitian berupa deskripsi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PERTAMINA dalam memasarkan produk PTA PERTAMINA di pasar domestik. Seperti kegiatan personal selling, advertising, dan exhibition.
Strategi yang dilakukan PERTAMINA ini tidak banyak berbeda dengan perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Namun untuk dapat bertahan dalam lingkungan persaingan, tentu saja PERTAMINA harus iebih memperhatikan komponen-komponen komunikasi pemasaran lainnya, sebab untuk mencapai tujuan penetrasi di pasar dalam negeri yang telah mengalami persaingan cukup ketat, elemen-elemen strategi, taktik dan action pemasaran mutlak dikembangkan.

One oif PERTAMINA products on the market as well for export is purified Therepihalic Acid (PTA), Industrial Main Component For Polyester Fiber and Polyethylene Therepthalate (PET)
In Indonesia, PTA originally was produced by kilang PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju, Palembang Sumatera Selatan since 1986, but now there are five companies that can produce it. The total supply production for those five companies can reach 2,09 million Mton/year, while Indonesian market only need 1,4 million Mton/year, resulting in over supply as much as 0,69 million Mton/year.
Besides being used domestically, PTA is also being exported to many countries, especially to China, since they are the biggest market for PTA, which can consume up to 11 million Mton/year. With their ability to produce such number is still impossible, they have to rely on importing from other countries, such as Indonesia. However, in the recent development, China is trying to anticipate their high need of PTA by investing in the development of PTA factories.
China, as PT PERTAMINA biggest market, will reduce its PTA import supply starting on 2004 since they will start to operate their newly build PTA factories. The end of 2007 will close export of PTA to China closed since they would be able to fulfill their need from local production.
Headed for anticipating this, on 2003 PERTAMINA's management issued a new regulation to reuse their domestic market as well as penetrating new domestic market. On 2003, PERTAMINA's marketing function for Petrochemical product made a continuous approach to PTA consumer. The result was staggering, since domestic market had a positive increase from originally two consumers into six.
In order to make them competitive, PERTAMINA needs a precise communication strategic in marketing PTA product. Research was done in order to analyze the use of communication theory in marketing industrial product, in this case PERTAMINA's PTA, to build a recommendation which can be used to maintain customers loyalty and broaden domestic penetration.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>